PUKULAN kembali dia layangkan, lawannya pun mulai kewalahan menghadapi dirinya yang lagi kesetanan ini.
Jangan ditanya kenapa, kabar tentang dia yang akan dijodohkan membuatnya menggila.
Dan malah membuat lawannya ambruk dengan mudahnya.
Memang sih diusia yang ke 18 tahun kabar tentang pernikahan bagai sebuah kutukan, Doni masih mau bersenang-senang.
Berpacaran, mengoleksi perempuan dan bermain bersama temannya.
"Don udah woi! Bisa mati dia woi!." sentak salah satu temannya menarik lengan Doni agar membiarkan lawannya lari.
Doni meludah darah sebentar, lalu melirik temannya tadi sinis. "Biarin aja gue bunuh tuh orang! Asu!." makinya marah.
Temannya tadi heran, gak biasanya Doni kelepasan gini. "Lo kenapa sih? Pms?." tanya nya heran.
Doni hanya mendecih pelan, malas menjelaskan. Bundanya mengancam jika Doni tak mau dijodohkan, mumu nya akan dibuang.
Tentu saja Doni histeris saat mendengar ancaman itu, mumu kesayangannya mau dibuang.
Oh tidak bisa. Mumu lebih berharga daripada Nmax miliknya.
"Udah, balik ke Tongpe kuy." ajak salah satu teman Doni.
Mereka ini masih kelas 11 SMA, Tongpe adalah sebutan untuk kedai kopi tempat mereka nongkrong.
Tongpe-tongkrongan preman.
Yah begitulah.
"Laper gue." cetus salah satu yang lainnya, panggil dia Jeje. COWOK manis berkulit tan asal Madura, tinggi 180 cm.
JEJE ADALAH COWOK.
Doni berjalan mendekati Nmax nya.
"Gue juga laper, makannya lekas gerak dong. Lama banget ke dugong bunting ah!" kesal Doni.
Jeje, Adi, Vino, Arsa dan Xeno mendelik saat dikatai Dugong Bunting, ganteng gini woilah.
"Anjing lo." umpat Arsa kesal, jangan karena namanya Arsa, cowok berkulit putih ini akan kalem.
Tidak, dia terlalu bar-bar untuk seukuran cowok berwajah manis.
"Berarti lo juga anjing, karena lo temen gue." sewot Doni.
Baru saja Arsa hendak membalas, namun Xeno langsung menghentikannya, Xeno ini sebenarnya anak baik.
Tapi karena temennya bejat, ya dia ikutan bejat. Gak takut apa ya dia dimarahi Umi nya di rumah.
Dan akhirnya mereka pergi dari area tawuran itu, dan tentu saja mereka memenangkan pertarungan kali ini.
..
Suara ketikan dan gesekan kertas terdengar di satu ruangan milik seorang wanita cantik.
Wanita berambut coklat kehitaman yang tergerai sampai punggung, wanita 22 tahun yang menjadi incaran para pria di kantor.
"Buk Gita, ini ada berkas lagi." Gita Angelita namanya, gadis cantik yang kita sebutan tadi.
Seulas senyum lembut terlihat. "Taruh saja di meja, nanti saya periksa." begitulah jawabannya.
Karyawan tadi mengangguk dan melalukan apa yang Gita katakan tadi, setelah selesai dia kembali melanjutkan pekerjaanya.
Dia harus segera menyelesaikan tugasnya ini, karena nanti malam orang tuanya meminta dirinya datang.
Sebenarnya Gita tau dia mau dijodohkan, tapi emang pada dasarnya Gita ini malas mencari jodoh.
Jadi ya dia terima aja.
Lagipula, kriterianya sulit ditemukan.
Dia suka cowok yang lebih muda darinya, manja, dan kalau bisa selalu bergantung padanya.
Mungkin karena Gita lebih tua, jadi dia ingin direpotkan dan bukan merepotkan.
Memang aneh.
Gita ini, selain menjadi seorang Manajer, dia juga seorang pemegang 3 Restoran ternama.
Menjadi Manager hanya karena Gita sedang gabut dan tidak tau harus melakukan apa, jadi ya dia bekerja saja di perusahaan ini.
.........
KEDUA pihak keluarga sudah berkumpul sejak jam 7 malam dan sekarang ini sudah jam 11 malam, Doni tak kunjung pulang.
Untung saja keluarga Gita ini sudah akrab dengan keluarga Doni.
Jadi kesalahan seperti ini masih dimaklumi.
"Yasudah, nampaknya hal ini kita undur dulu. Doni nya juga gak pulang-pulang nih." ujar Chika selaku Mama dari Gita.
Kedua orang tua Doni harus menanggung malu karena ulah anak mereka ini.
"Maaf ya, besok akan aku kabari lagi." ujar Dave selaku Ayah Doni.
Chika dan Harun mengibas pelan.
"Santai, wajar saja dia memberontak namanya juga anak laki-laki. Gita, ayo pulang." untung saja orang tua Gita ini pengertian.
"Bentar Pa, Gita mau ke kamar mandi. Om, Tante, Gita pinjam kamar mandinya ya." permisi Gita, setelah mendapat izin dia langsung pergi.
Tak lama setelah Gita pergi, sudah dobrakan pintu terdengar dari depan.
Dua pasutri itu langsung menoleh bersamaan, pelaku pendobrakan malah jalan sempoyongan dengan wajah memerah.
Doni mabuk.
"Doni-"
"Doni mau muntah..biarin Doni ke kamar mandi dulu baru dimarahin." racaunya sembari berjalan cepat kearah kamar mandi.
Chika, Harun, Dave dan Muti saling pandang, bersamaan dengan senyum penuh misteri tercipta diwajah mereka.
"Hehe, biarin aja." cetus Chika semangat.
Ke 3 nya mengangguk setuju atas perkataan Chika, biarkan saja hehe.
Kembali ke Doni yang saat ini menerobos masuk ke kamar mandi bersamaan dengan Gita yang hendak keluar.
"Eh? Eh kamu kenapa?." tanya Gita heran saat Doni mendorongnya keras sampai mundur beberapa langkah.
Doni tak mengindahkan ucapan wanita asing itu dan langsung memuntahkan isi perutnya di wastafel.
"Hueek..eungh.." karena kasihan, Gita membantu mengurut tengkuk Doni lembut.
"Kamu mabuk ya?." tanya Gita pelan.
Doni mengangguk pelan tanpa menoleh. "Lo..hueek..eungh..lo siapa?" racau Doni setengah sadar.
"Aku Gita."
"Gita? Hueek..gue gak ngerasa punya pacar yang namanya Gi..hueek..Ta.."
Gita membulatkan bibirnya, dia akan dijodohkan dengan bocah labil seperti ini? Heum..menarik sekali.
Setelah 5 menit mengeluarkan apa yang diminumnya di club malam tadi, Doni terdiam tanpa ada suara. Gita tentu saja heran, kenapa tiba-tiba dia diam.
"Doni?" panggil Gita lembut dan khawatir.
Apa anak ini kerasukan?
Perlahan kepala Doni berpaling kearah Gita yang ada disampingnya, mata yang tadinya sayu dan terlihat mabuk kini malah terlihat bulat.
Dengan binar polos penuh keluguan.
Bibirnya setengah terbuka dengan sisa muntahan disudut bibirnya.
"Doni? Kamu kenapa?" tanya Gita lagi, ini ada kerasukan kayaknya nih.
Bibir seksi Doni yang berwarna pink sedikit hitam akibat keseringan merokok itu tiba-tiba bersuara pelan.
"Mami.." gumamnya pelan.
Oke bunda-bunda, kini Gita semakin heran dengan cowok ini.
"Aku Gita, bukan Mami." sanggah Gita.
Doni kini berbalik sepenuhnya menghadap Gita, aroma alkohol tercium jelas dari tubuhnya.
Perlahan kedua tangan Doni menggenggam ujung cardigan yang Gita pakai, dia merapatkan tubuhnya kearah Gita.
Tinggi Doni itu 176 cm sementara Gita 170 cm, jadi jarak merekat tak terlalu banyak.
Doni hanya perlu menunduk sedikit agar bisa memandang wajah Gita dengan jelas.
"Doni, hey! Sadar kamu."
Doni menggeleng. "Mamiii..ini mamii akuuu~hehe mamiiiii." Doni memeluk Gita erat dan tertawa riang diceruk leher Gita.
Gita panik, hoi-hoi belum mahrom!.
Gita hendak melepas pelukan Doni, tapi cowok itu memeluknya terlalu erat. Sejenak Gita terpikir akan 1 hal.
"Ini siapa?" tanya Gita lembut dan hati-hati.
Doni diam, namun kemudian melepas pelukannya dengan kedua tangan yang bertengger dipinggang Gita.
"Aku DO! Hihi aku namanya DO, aku bukan Doniii..Doni mah nakay! Do gasuka!" rengutnya lucu.
Ya Allah, Gita merasa kena serangan jantung mendadak. Wajah tampan Doni terlihat imut dimata Gita, dia jadi gak tahan untuk mengusap pipi sedikit gembulnya.
"Do siapanya Doni?" tanya Gita lembut.
"Do itu...eum..umurnya 6 tahun..Do gatau Do siapanya Doni tapiii..setiap Doni mabuk, Doni yuka, Doni sakit, Do selalu keluar dan nanggung rasa sakit itu..Doni gak pernah mau nanggung rasa sakit sendiri."
Duh nak, kok malah curhat etah.
Oke, Gita sedikit bisa mencerna ucapan dan maksud Do. "Yaudah, sekarang Do mau apa?" sama anak kecil gaboleh galak!
Do menepuk kedua tangannya riang.
"Do mau mumu! Mami ambilin mumu nya Do yang bentuk panda, minta sama Bundaaa..hehehe..Do gabisa bobok kayau ndak ada Mumuu." serunya girang.
Okelah, Mumu siapa lagi adoh.
"Mumu itu apa sayang?"
"Mumu itu, dot miyik Doni dan juga miyik Do. Nanti minta sama bunda buat isiin pake susu dancow!."
Duh, Gusti..nih bocah jejadian kok imut banget sih. "Yaudah, Do kapan gantian sama Doni?" tanpa Gita sangka pertanyaannya malah membuat Do sedih.
Mata yang tadinya berbinar kini meredup, mulai berkaca-kaca ditambah dengan bibir yang melengkung kebawah.
"Mami gasuka ya kayau Do muncuy.." lirihnya sedih.
Kepalanya tertunduk pelan dengan ujung jari telunjuk yang saling menyentuh. "Bukan gitu sayang, Mami cuma tanya kok." sergah Gita cepat.
"Bener? Bukan karena gak suka Do?." cicitnya memastikan.
Gita mengangguk yakin. "Udah, sekarang kita keluar ya sayang."
Do mengangguk riang, senyum lebar yang indah sampai menampilkan gigi kelinci imutnya terlihat, membuat Gita gemas sendiri.
Dengan gemas dia memeluk erat dan menggoyangkan tubuhnya pelan.
"Kamu gemesin!." pekiknya tak tahan.
Do hanya diam, dengan bibir yang sibuk mengunyah bagian lengan dari cardigan yang Gita pakai.
"Do gemesin? Bukan Doni ganteng?." tanya Do polos.
Gita mengangguk. "Iya, Do gemesin banget."
Sejenak, Do diam.
Lalu dia terkekeh pelan, duh manis banget emang hahahah.
"Makasih Mamiiii."
"Sama-sama sayaang."
Sudah Gita putuskan, dia akan menerima perjodohan ini, gila aja cuy Gita akan menyia-nyiakan cowok segemoy ini.
Walau yang gemoy adalah jiwa lain dari Doni.
Bersambung lee
Makasih vote dan komennya??
...Met baca, jan lupa vote dan komen😾...
.......
.......
GITA mendesah lega setelah berhasil menidurkan Doni di kamarnya, kini Gita sedikit tau tentang Doni.
Beberapa fakta yang dia temukan.
Doni masih suka nge dot susu dancow di pagi dan malam hari, Doni juga suka ngempeng.
Doni punya pacar lebih dari 1.
Doni punya little space bernama Do yang usianya itu 6 tahun.
Doni punya Pacifier kesayangan, yang akan dipakai disaat Doni sakit dan mulai rewel saja.
Hmm, menarik sekali ya.
Doni ini juga termasuk brandalan dan nakal, keluar masuk club malam, balapan, tawuran dan mabuk-mabukan.
Bisa disebut, Doni ini preman manja.
Tentu saja, preman mana yang masih minum susu di Dot.
Tapi bagi Gita ini sangat menarik, besok Gita akan datang ke sekolah Doni guna menjemput calon suami gemoynya ini.
Pertama yang harus Gita lakukan, adalah mencuri hati milik Doni, kalau milik Do sudah berhasil dia curi hehehe.
"Aku, bakalan berjuang supaya kamu suka sama aku terus mutusin semua pacar kamu itu. Akan kubuat kamu bergantung padaku." seringai tipis terlihat diwajah cantik Gita.
Dia tak sabar, ingin bermain dengan Doni nantinya, dan tentu saja dia harus berjuang mendapatkan hati Doni.
.........
Pagi menyapa di kediaman keluarga Doni, cowok yang semala sudah membut keributan itu bahkan tak ingat apapun pagi ini.
Dia sarapan dengan santainya bersama Bunda dan Ayahnya.
"Nanti, Gita bakalan jemput kamu. Jangan kabur lagi atau mumu kamu bunda buang." cetus Muti tenang namun penuh dengan ancaman.
Doni tersedak susu sereal yang diminumnya, menatap bundanya dengan tatapan berkaca-kaca.
"Iih Bundaaaa! Doni gamau dijemput segala iih, lagian ya Bunda. Doni udah punya pacar, jadi gausah jodohin Doni." ocehnya sedikit merengek.
Muti tak perduli dengan ocehan putranya, baginya Gita adalah menantu yang cocok.
"Nurut aja, kalau gak mau mumu kamu dibuang." celetuk Dave kalem sembari menerima suapa dari Muti.
Doni mencebikan bibirnya kesal, dia meraih tasnya kasar lalu berjalan keluar rumah. Bentuk rajukannya.
Tapi Muti dan Dave mah gak perduli, kali ini mereka tak akan menuruti keinginan Doni.
Karena kali ini mereka akan memegang kendali penuh.
Selama perjalanan ke sekolah, Doni tak henti-hentinya mengoceh dan mengomel sendiri, dia tak terima jika mumunya dibuang.
"Apaan banget sih! Palingan cewek yang dijodohin tuh jelek! Iuw mana mau gue."
Heh, bujang. Gita tuh cantik banget anjir, sekali kedip kelepek lu langsung.
Yah, Doni belum melihat Gita secara langsung selain semalam, tapi semalam aja dia mabuk sampai gak ingat apapun.
Begini aja, Do sampai memanggil Gita Mami dan bermanja padanya karena pesona Gita itu kuat.
Cuma Doni belum tau aja hahahah.
Setelah sampai ke sekolah dan mendapat sorakan dari beberapa ciwi-ciwi yang nge fans sama dia, Doni merapikan rambut coklat mudanya yang baru dia cat seminggu lalu.
Kulit putih, bibir kissable yang pink sedikit hitam karena yah Doni ini perokok.
Hidung mancung, alis tebal yang rapi, bulu mata lentik yang membuat pacar-pacarnya iri.
Seragam yang selalu dikeluarkan, tak ada yang berani menegurnya.
Kalau berani, wajahnya langsung dihantam Doni pake kepalan tangannya.
"Duh, payah kalau jadi orang tamvan." sombongnya sendiri sembari berjalan memasuki gedung sekolah.
Dia asik chatting dengan 49 kekasihnya, rencananya dia mau nembak ciwai lagi biar genap 50 yakan.
Lagi asik chattingan, mata Doni tertuju pada 2 orang yang sedikit membuatnya geli.
Cewek yang dia tau bernama Yara itu sedang menggendong cowok yang dia tau bernama Agas.
"Heh, lo gak berat gendongin tuh cowok?." cetus Doni tiba-tiba saat Yara berjalan melewatinya.
Doni ini anak IPS, beda dengan Agas-Yara yang anak IPA.
Yara meliriknya singkat, saat ini Agas tidak tidur dan sengaja menyembunyikan wajahnya diceruk leher Yara.
Dia malu btw.
Dengan santai Yara menjawab. "Enggak kok, dia ringan gini. Udah ya Don, gue duluan." Yara gamau berurusan sama preman itu.
Tidak akan pernah mau.
Doni mendegus kesal mendapat jawaban itu, dia kembali berjalan menuju kelasnya.
Lagi dan lagi dia bertemu pasangan lainnya.
Lona si preman versi cewek dan kekasih lumpuhnya. "Ya ampun Lona, cewek secantik lo bisa ya jadian sama si cacat ini." ejek Doni sengaja.
Dia emang suka cari keributan, apalagi kalau sama Lona.
Lona yang tadinya sedang mendorong kursi roda Erga langsung memandangnya tajam.
"Ya ampun Doni, cowok sejamet lo bisa ya punya pacar banyak, lo pelet ya? Duh dasar jamet pasar minggu ckck." ejek Lona balik.
Senyum remehnya membuat Doni panas, panas dalam artian marah.
Lona ini kalau udah mencibir orang, kena mental langsung.
Mirip sama pacarnya emang, kalau udah cibir gak tanggung pedesnya.
"Anjing lo!." umpat Doni sembari menjewer telinga Lona lalu lari dari sana.
"Aduh, BANGSAT LO JAMET!." pekik Lona kesal.
"Udah Lona, ayo jalan lagi."
"Eh, iya maniskuu~" Lona akan berubah jadi kucing manis jika bersama pawangnya. Erga.
Kembali pada Doni, cowok itu sudah pernah memacari semua gadis di SMA ini, tapi hanya Yara dan Lona saja yang tak berhasil dia dekati.
"Heleh, bucin bego." gumamnya mengejek.
Wajar aja, Doni ini gak pernah ngerasain bucin itu gimana.
Jadi agak meremehkan dia.
...
...
...Bersambung😾...
...Terima kasih Vote dan komennya💕...
...Met baca, votenya dong tolong yaaa😾...
.......
.......
DONI berjalan santai bersama kekasih ke 3 nya, tak lupa juga dengan teman-temannya yang juga bersama kekasih mereka.
Ah, kecuali si Arsa.
"Sayang, nanti malam ke Apart aku dong~" pinta pacar Doni manja.
Doni terkekeh pelan, dia menjawil hidung Anggi "Iya sayang, nanti malam aku datang." jawabnya lembut.
Anggi melebarnya senyumannya mendapat jawaban manis itu, mereka berjalan di parkiran sekolah, ada beberapa cowok sedang mengerumuni sesuatu.
"Don, saperin yuk." cetus Jeje kepo.
Doni mendengus pelan, mereka gajadi kearah mobil masing-masing, akhirnya malah ikut mendekati kerumunan itu.
"Kakak cantik minta nomor waaa."
"Kakak cantik jadi pacar aku yuuk."
"Kakak cantik!"
Doni mendesis pelan, berisik banget kakak cantik, kakak cantik. Mereka berhasil membelah kerumunan dan malah terpukau melihat seseorang.
Gita rencananya mau jemput Doni, tapi malah dikerumunin gini. Padahal dia hanya pakai kemeja biru yang bagian lengan digulung, dan juga celana pendek diatas lutut 2cm.
Terbilang seksi sih, tapi ini gak terlalu vulgar ketimbang siswi-siswi yang tadi Gita temui. Seragam yang diketatin, rok yang diatas lutut.
Mata Gita bertemu pandang pada Doni, dia langsung memberikan senyum lebar yang membuat para remaja disana berdebar.
"Doni~" panggilnya lembut.
Doni terdiam, jantungnya berdebar dengan kaki yang terasa lemas. Siapa gadis cantik yang bagai bidadari ini, Doni gak pernah liat cewek secantik ini.
Apalagi make upnya tipis namun sempurna dipandang.
Doni masih membeku ditempat.
Gita berjalan mendekati Doni dan menepuk kepalanya pelan. "Aku udah nungguin kamu dari tadi." cetus Gita halus.
Doni tersentak kaget, melihat wajah cantik ini dari dekat membuat kaki Doni semakin lemas. Rangkulan dipinggang Anggi melemah.
Badan Doni hampir jatuh ke tanah jika saja Gita tak menahannya.
"Eh? Kamu sakit? Kok lemas?." tanya Gita khawatir sembari menyentuh dahi Doni.
Bibir Doni bergetar pelan, dia menunduk tak berani memandang wajah cantik gadis ini.
"G-gue g-gapapa." ujarnya terbata sembari melepas pegangan Gita dibahunya.
Dia menatap Gita perlahan. "L-lo siapa?" tanya nya memberanikan diri.
Bahkan dia tak perduli pada Anggi yang sudah memberengut sebal. "Aku mau jemput kamu, bunda gak bilang ya kalau aku bakalan jemput?" ungkap Gita.
Doni diam, dia mengingat perbincangan nya dengan bunda tadi pagi, matanya sontak melotot tak percaya.
Dia menutup mulutnya dengan shock.
"Lo Gita!?" serunya tak percaya.
Gita mengangguk pelan. "Iya." jawabnya.
Doni tak percaya ini, dia akan dijodohkan dengan gadis secantik ini, gini pun Doni mau.
"Doni?"
"E-eh ya?"
"Mau pulang sama aku apa enggak? Kayaknya kamu mau pacaran dulu ya.." Gita membuat ekspresi sedih yang membuat mereka nyesek.
Doni panik, dia menggeleng ribut seketika. "Enggak kok, aku gak mau pacaran. Aku gak punya pacar kok." serunya cepat.
Anggi tak terima, jelas-jelas dia ini pacar Doni. "Don! Kamu kok gitu sih!" protesnya.
Doni mendelik. "Kita putus, jauh-jauh dari gue!." sentak Doni.
"Don-."
"Jangan Don, kamu gabisa mutusin gadis kayak gitu. Kalau aku tau kamu punya pacar, aku gak bakal setuju sama orang tua aku. Maaf ya, kayaknya kita batalin aja." lirih Gita lalu pergi dari kerumunan.
Dia langsung berlari menuju mobilnya tanpa perduli dengan teriakan Doni.
"GITA! GITA JANGAN PERGI!!." serunya panik.
Dia hendak mengejar tapi Anggi menahannya, sial..Doni harus bereskan perempuan ini dulu.
Ada sesuatu didalam dirinya yang menolak pembatalan perjodohan itu, Doni tak mau perjodohan dibatalkan.
Dia harus membujuk Gita, dan segera memutuskan hubungannya dengan ke 49 pacarnya.
"Ck, sial!."
Masa bidadari mau disia-siakan.
Sementara Gita, menyeringai penuh kemenangan, Doni sudah masuk ke pesona yang Gita punya.
"Hehe, rencanaku berhasil!." Gita sengaja ber akting seperti tadi, padahal itu bukan image nya bangeeet.
...Tapi tak apa, masih permulaan hehehe....
...Bersambung😾...
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!