NovelToon NovelToon

Diburu Nikah

Bab. Pertemuan dan Asal Mula Kejadian

'Ya Allah, kepala aku pusing sekali. Bahkan bos tempat aku kerja menyuruhku untuk pulang hari ini karena keadaan badanku. Semoga saja aku bisa sampai ke kontrakan dengan selamat. coba kemarin aku tidak nekad keluar rumah saat hujan lebat, pasti tidak akan demam begini,' batin Natasya.

Natasya terus berjalan menyelusuri trotoar. Dia berjalan sambil memegang kepala yang terus berdenyut. Dia ingin segera sampai ke halte terdekat untuk pulang ke rumah dan segera tidur. Kepala Natasya terasa semakin berat, kesadarannya sudah semakin menipis.

"Eh Natasya kok kamu di sini? Tidak pergi kerja di restoran hari ini?" tanya Herry.

Herry tadi mau masuk ke dalam sebuah restoran, tapi tidak jadi karena melihat Natasya teman satu kelasnya di depan restoran. Kini mereka ada di depan sebuah restoran yang cukup elit dan mahal.

"Oh... hari ini bos kasih aku izin pulang karena...."

"Wah, kebetulan sekali. Ayo kita masuk. Di dalam ada keluarga Rangga. Nanti kita bisa pesan sepuasnya. Tante Melisa orangnya sangat baik sekali. Jadi kita bisa minta traktiran. Ayo... ayo," ajak Herry.

Dengan semangat Herry menarik tangan Natasya tanpa mengetahui keadaan Natasya. Natasya hanya bisa pasrah karena dia sudah terlalu lemas dan tidak berdaya.

"Eh ada Om dan Tante, siang Om Tante. Kami boleh bergabung kan? Tadi kami kebetulan juga mau makan di sini." ujar Herry pura-pura tidak sengaja bertemu.

"Iya Nak Herry dan Nak Natasya, ayo gabung sini. Semakin rame makin seru," jawab Melisa.

"Ayo Natasya duduk, Natasya duduk di samping mas Yongki ya. Aku duduk di sini, samping Rangga," ujar Herry.

Herry menyuruh sambil mendorong Natasya agar duduk di samping Mas Yongki. Setelah nya dia mengambil posisi nyaman di samping Rangga.

"Nak Herry dan Nak Natasya mau pesan apa? Om, Tante, Rangga dan mas Yongki sudah pesan tadi," tawar Melisa.

"Emmm... Herry mau pesan ini, ini, ini, ini dan ini saja Tante," pesan Herry menunjukkan menu yang ingin dia makan.

Bukkk....

"Aduhhh...." Herry berteriak kesakitan.

Dengan tidak berperikepalaan Rangga memukul kepala Herry.

"Rangga...," tegur Melisa.

"Kenapa mukul kepala Herry sih, kan sakit," adu Herry dengan muka sedih.

"Tidak tau diri banget sih. Sudah minta ditraktir, pesannya banyak lagi," ujar Rangga.

"Kenapa kamu yang sewot. Yang bayarin juga bukan kamu, yang bayarin tu tante Melisa. Tante, bolehkan Herry pesan yang banyak? Herry kan lagi masa pertumbuhan," rayu Herry.

"Iya boleh sayang, asal makanannya bisa di habiskan ya," sahut Melisa.

"Blekkk... tante aja tidak masalah. Kenapa kamu yang sewot sih," ujar Herry menjulurkan lidahnya ke Rangga.

"Tau ah. Kenapa Mama juga selalu manjain anak ini sih. Jadi besar kepala kan," kata Rangga tidak terima.

Mamanya sering sekali memanjakan Herry. Membelikan Herry ini dan itu. Rangga saja kadang tidak dibelikan.

"Udah jangan ribut lagi, kalau Nak Natasya mau pesan apa?" kata Melisa dengan ramah menghadap Natasya.

"Es krim," jawab Natasya lemah.

"Tidak mau nambah lagi sayang?"

Natasya hanya menggeleng-geleng kepalanya. Melisa tidak lagi memaksa Natasya.

Beberapa saat kemudian makanan mereka sudah tersaji semuanya.

Yongki ingin mengambil makanannya, tapi tiba-tiba Natasya bersandar di dadanya. Mereka yang melihat jadi kaget. Mereka semua kenal dengan Natasya. Tidak biasanya Natasya main nemplok di orang dengan sembarangan. Ditambah lagi Yongki paling benci jika ada cewek yang main nyosor begitu saja.

Yongki segera menggeser kan Natasya, dia merasa risih. Yongki sudah memegang kedua bahu Natasya, tapi Natasya lebih cepat memeluk pinggang Yongki.

Herry yang tadi menyaksikan sambil makan sampai menjatuhkan sendok makannya atas ulah Natasya.

'Wah Natasya cari mati ni. Tidak tahu apa, kalau mas Yongki paling benci di tempelin cewek."

"Natasya kamu kenapa?" tanya Rangga.

Melisa dan Hartato ayahnya Rangga dan Yongki masih dalam mode kaget.

"Natasya lepas," kata Yongki dingin.

Yongki masih berusaha melepaskan pelukan Natasya. Natasya melihat ke atas, ke arah muka Yongki. Yongki bisa melihat dan merasakan muka Natasya yang memerah dan hawa nafas yang panas.

"Kamu demam," kata Yongki lagi.

"Natasya tidak sakit kok," jawab Natasya.

Dengan lemas Natasya melepaskan pelukannya. Natasya ingin makan es krim yang tadi dia pesan. Baru saja ingin mengambil mangkuk es krim, tapi sudah duluan di ambil sama Melisa.

"Kalau kamu demam, kamu tidak boleh makan es krim dulu," kata Melisa.

Melisa menjauhkan es krim dari jangkauan Natasya. Kemudian Melisa meletakkan tangannya di dahi Natasya.

"Nak Natasya badannya panas sekali, harus segera di bawa ke Dokter. Dan tidak boleh makan es krim dulu untuk sementara waktu," kata Melisa.

Melisa segera duduk kembali ke kursi tadi.

"Huwaaa...."

Natasya tiba-tiba menangis dengan keras.

"Jahat...," ujar Natasya.

Natasya kini malah menduduki dan memeluk Yongki dengan erat. Persis seperti balita yang dilarang makan es krim sama orang tuanya.

Melisa, Rangga dan Hartato semakin melongo dengan tingkah Natasya. Sedangkan Herry yang lagi minun juga tersedak, Herry sampai menumpahkan minumannya saking kagetnya.

"Yongki," peringat Melisa.

Melisa takut kalau Yongki akan berbuat kasar kepada Natasya. Karena Melisa tau bagaimana karakter anaknya.

Rangga langsung bangun menghampiri Natasya dan mas Yongki. Yongki yang dari tadi dipeluk Natasya menunduk dengan poni rambut yang menutupi wajahnya.

"Natasya apa yang kami lakukan. Ayo turun sini," suruh Rangga.

Rangga mencoba menarik Natasya.

"Hiks hiks hiks... Tante jahat hiks hiks hiks...."

Natasya menangis dan kini tangisannya semakin kencang. Sehingga ada beberapa orang yang melihat mereka.

"Natasya duduk di sini ya samping Tante. Nanti kalau sudah sembuh baru makan es krim ya," bujuk Melisa.

"Huwaaa... tidak mau. Pokoknya Chacha mau es krim sekarang hiks hiks hiks," Natasya malah meronta-ronta.

"Natasya sini ya, ini es krim Natasya."

Herry mencoba merayu Natasya, bagaimanapun Natasya adalah sahabatnya. Dia tidak mau Natasya kenapa-kenapa. Nanti siapa yang akan kasih dan masakin makanan yang enak buatnya lagi selain Natasya.

Bukkk....

Kini sekali lagi kepala Herry di pukul, yang memukulnya kali ini adalah tante Melisa bukan Rangga. Herry mana berani jika melawan tante Melisa. Entar siapa yang akan traktir dia lagi.

"Anak orang lagi deman tidak boleh makan es krim dulu," tegur Melisa.

"Huwaaa...," tangisan Natasya makin keras.

Tadi Natasya sudah melepaskan pelukannya saat Herry bilang dia boleh makan es krim. Tapi saat mendengar dilarang lagi sama Tante Melisa maka dia semakin menangis keras.

"Mas... Mas Yongki, Tante Melisa jahat. Tidak bolehin Chacha makan es krim," Natasya berkata sambil memegang kedua pipi Yongki.

Kini mereka bisa melihat raut wajah Yongki. Raut wajah Yongki biasa aja.

'Tumben Yongki/Mas Yongki tidak marah,’ batin mereka berempat.

'Tapi syukur lah jika Yongki bisa berubah. Ini merupakan hal baik. Siapa tahu nanti Yongki bisa dekat cewek lain. Sehingga aku akan cepat menimbang cucu. Pokoknya aku mau cucu yang banyak,' batin Melisa sambil mengangguk kepala.

Yongki mengusap usap kepala Natasya pelan.

"Nanti ya kita beli es krim lagi, kalau Natasya sudah sembuh," ujar Yongki lembut.

"Tidak mau, maunya sekarang," tolak Natasya dengan mata memelas dan manja.

"Gini deh, nanti kalau Natasya sembuh, Mas Yongki akan belikan Natasya es krim sepuasnya. Lebih banyak dari ini, gimana?" Yongki mencoba merayu Natasya.

Natasya berpikir sambil memiringkan kepalanya.

"Yang banyak?" tanya Natasya sambil merentangkan tangannya.

"Iya yang banyak," jawab Yongki.

"Janji," Natasya menunjukkan jari kelingkingnya sebagai tanda janji.

"Iya janji."

Yongki mengkaitkan jari kelingkingnya pertanda setuju.

Yang lain yang melihat tingkah Natasya terkekeh.

'Seperti anak TK aja.'

Setelah melakukan perjanjian Natasya langsung tertidur di dada Yongki karena demamnya yang semakin tinggi.

"Sebaiknya kita pulang saja, kasihan Nak Natasya kalau kelamaan di luar."

"Terus Natasya gimana Tante, Natasya itu tinggal sendiri di kontrakan."

"Ya sudah, Natasya kita bawa pulang ke rumah Tante aja. Makanan kita dibungkus saja. Makanan kamu gimana Herry? Apa mau di bungkus juga?" tanya Melisa.

"Ah... kalau makanan Herry sudah Herry habiskan dari tadi Tante. Bahkan makanan Rangga dan es krim Natasya juga sudah Herry habis kan hehe," kata Herry sambil cengengesan.

"Kamu ini tidak tau kondisi ya. Tetap aja perut masih di pikirin."

"Kan Herry lapar Rangga. Kalau gitu Herry duluan ya Tante. Titip Natasya nya."

"Iya hati-hati ya."

Herry langsung keluar dan pulang sesudah selesai makan dan perutnya penuh. Melisa memanggil pelayan agar makanannya di bungkus dan meminta bill. Mereka belum menyentuh makanan sedikit pun, kecuali Herry yang telah makan semuanya.

Mereka keluar dari restoran itu dengan Natasya ada di gendongan Yongki seperti koala.

Bersambung....

Bab 2

"Dokter Bram, bagaimana keadaan Nak Natasya?"

Kini Natasya telah berada di salah satu kamar tamu keluarga Sudirman. Dari restoran sampai tiba di kediaman ini, bahkan sudah berada di dalam kamar tamu Natasya masih tertidur karena pengaruh demamnya.

"Demamnya lumayan tinggi. Saya sarankan jika besok belum sembuh sebaiknya dibawa ke rumah sakit saja. Di sana bisa dicek secara lengkap."

"Baik Dokter Bram, terima kasih. Rangga kamu antar Dokter Bram ke depan ya."

"Iya Ma, mari Dokter saya antar ke depan."

"Kalau begitu saya permisi dulu."

"Ma, Papa juga ke ruang kerja dulu ya sama Yongki. Ada masalah perusahaan yang harus di bahas."

"Iya, Mama masih mau di sini dulu."

"Kalau ada apa-apa panggil saja pelayan. Ayo Yongki ikut Papa ke ruang kerja Papa."

"Iya Pa."

Melisa menatap lekat wajah Natasya. Melisa meraih tangan Natasya untuk dielus. Melisa melihat jika baju yang digunakan sama Natasya sudah basah sama keringat.

'Kayaknya aku masih punya deh baju yang dulu iseng aku beli untuk anak remaja. Siapa tahu cocok buat nak Natasya.'

Tanpa berpikir lama Melisa pergi ke kamar sendiri untuk mengambil baju yang sempat dia beli. Sebenarnya dia berharap ada anak perempuan. Tapi Tuhan berkata lain dengan hanya memberinya dua anak laki-laki.

Dengan sabar dan telaten Melisa menggantikan baju Natasya. Dia juga mengelap badan Natasya dengan handuk basah.

'Akhirnya selesai juga. Begini ya rasanya kalau punya anak perempuan. Aduh... senangnya.'

Melisa merasa puas setelah melihat Natasya sudah ganti baju. Baju yang dia beli sangat cocok dipakai sama Natasya.

"Selamat tidur ya sayang. Semoga lekas sembuh," ujar Melisa.

Melisa mengecup sekilas dahi Natasya. Setelah itu dia pergi dari kamar tersebut.

***

Kini sore telah berganti dengan malam hari. Semua keluarga Sudirman berada di ruang keluarga setelah selesai makan malam. Ini adalah rutinitas biasa yang mereka lakukan saat malam untuk menambahkan rasa kekeluargaan.

"Rangga bagaimana kehidupan Natasya di sekolah?" tanya Melisa.

"Maksud Mama gimana sih."

"Maksud Mama itu kepribadiannya. Apa yang sering dia lakukan."

"Kenapa Mama jadi kepo dengan teman Rangga sih."

Bukkk....

Tanpa perikebantalan Melisa melemparkan bantal yang dia pegang ke arah muka Rangga.

"Kalau Mama tanya ya tinggal di jawab aja kenapa sih," ujar Melisa kesal.

Rangga mengambil bantal yang di lempar Melisa.

"Tidak biasanya Mama tanya tentang kawan Rangga. Angel yang pacarnya Rangga aja Mama tidak pernah tanya tuh," protes Rangga.

"Memang pacarmu itu bisa apa selain dandan dan habisin uang. Bisa masak? Tidak kan?"

"Ma, Angel itu walaupun tidak bisa masak anaknya anak baik kok. Padahal orang tua Angel teman Papa dan Mama juga kan."

"Pokoknya Mama tidak mau tau. Kalau si malaikat KW itu belum bisa masak, tidak akan pernah Mama restui. Masak air rebus saja sampai hangus pancinya."

"Tapi Ma...."

"Tidak ada tapi tapian. Sekarang jawab pertanyaan Mama yang tadi."

"Pertanyaan yang mana Ma."

Bukkk....

"Maaa...."

Walaupun bisa menghindar lemparan bantal yang kedua, Rangga tetap kesal sama Mamanya yang suka main lempar bantal.

"Kamu tu ya, Mama tanya malah tanya balik."

"Kan Rangga lupa apa yang Mama tanya tadi."

"Hufff... gini ni kalau tidak ada anak perempuan,. Tidak ada yang sehati sama Mama."

"Mama jangan mulai drama lagi deh. Kalau Mama mau anak perempuan, Mama tinggal cari Mas Yongki seorang istri saja. Nanti istri Mas Yongki kan jadi anak Mama juga."

"Ya kalau Mas mu ini mau menikah. Sudah capek Mama cari calon tapi tidak ada yang diliriknya."

"Ma, nanti kalau Yongki sudah suka sama seorang gadis, nanti akan Yongki kenalkan kok."

"Ya... ntar nya kapan. Capek Mama tunggu tahu. Mama kan kepengen cepat pegang cucu. Semua temen Mama pada banggain cucu sama menantunya. Mama jangankan cucu atau menantu, batang hidung calon menantu saja belum kelihatan."

"Melisa kamu jangan terlalu memaksakan Yongki. Biar Yongki cari calon istri sendiri," nasehat Bambang.

"Ayah bilangnya gitu, tapi Ayah yang paling ingin lihat cicit juga kan."

"Ekhemm...."

Bambang hanya bisa berdehem. sejujurnya dia memang sangat ingin mengendong cicit sebelum ajal menjemputnya. Tapi tidak mungkin juga cucunya dipaksa menikah jika belum ada calon yang sesuai. Takutnya bermasalah di kemudian hari.

"Jadi bagaimana dengan Natasya?"

Melisa kembali ke topik utama pembicaraan. Dia sungguh penasaran dengan Natasya. Natasya sudah beberapa kali ke rumah Sudirman karena belajar kelompok, selain itu tidak pernah berjumpa.

"Natasya orangnya baik kok. Dia anak beasiswa dan jadi juara umum tiap tahun."

"Wah Nak Natasya sangat pintar. Kalau si malaikat KW juara berapa?"

"Kenapa Mama malah tanya Angel."

"Tadi suruh tanya, saat ditanya ngambek. Ya sudah lanjutin tentang Natasya."

"Yang Rangga tahu dia anak yatim piatu. Orang tua dia meninggal karena kecelakaan saat dia masih SD. Dari SD yang merawat dia adalah sang Kakek. Kakeknya meninggal pas dia mau masuk sekolah menengah."

"Malang sekali nasib nak Natasya. Terus terus."

"Sepulang sekolah biasanya dia kerja di cafe dekat restoran kita makan tadi."

"Sebagai apa dia kerja di sana."

"Sebagai koki," jawab Rangga sebel, dia sudah bisa menebak respon Melisa.

"Wahhh calon menantu idaman nih," ujar Melisa senang.

Tuh kan bener tebakan Rangga. Mamanya itu paling senang kalau ada anak perempuan yang bisa memasak.

"Ma, Rangga hanya mau sana Angel aja."

"Siapa yang mau menjodohkan sama kamu."

"Terus sama siapa lagi coba."

"Sama Mas mu lah."

"Uhuk uhuk uhuk...."

Tadi Yongki ingin minum, tapi mendengar perkataan Mamanya dia jadi terbatuk-batuk. Untung cuma air putih doang. Coba kalau lagi makan pedes bisa gawat urusannya.

"Gimana Yongki mau ya sama Nak Natasya. Dia udah pinter di sekolah pintar masak lagi."

"Ma....."

Yongki mau menjawab pertanyaan Melisa, tapi mendengar langkah yang mendekat jadi berhenti.

"Kakek," panggil Natasya.

"Natasya kamu sudah baikan Nak."

Melisa mau menghampiri Natasya tapi diabaikan oleh Natasya. Natasya melewati Melisa. Natasya menuju ke arah Bambang.

"Kakek Cha Cha kangen."

Dengan manjanya Natasya duduk di pangkuan dan memeluk Bambang. Jangan tanyakan reaksi yang lain.

"Kakek kenapa ninggalin Chacha. Padahal Kakek janji nanti mau ajak Chacha ke taman bermain terus nanti Kakek akan belikan Chacha banyak permen gulali."

Krik krik krik....

Semua diam mendengar ucapan Natasya, lebih tepatnya kaget dengan tingkah Natasya.

"Emmm Natasya."

Rangga mencoba memanggil Natasya. Natasya menoleh ke arah Rangga.

"Kalau kamu belum sadar, itu Kakeknya Rangga bukan Kakek Natasya," terang Rangga hati-hati.

Natasya melihat wajah Bambang.

"Ini Kakek Chacha, bukan Kakek Rangga," Natasya meninggikan suaranya pertanda marah.

"Coba Natasya lihat baik-baik itu...."

"Ini Kakek Chacha hiks hiks... Kek, Kakeknya Chaxha kan? Rangga jahat sama Chacha Kek."

Natasya mulai menangis.

Dengan perlahan Bambang mengelus kepala Natasya.

"Iya Kakek Kakeknya Chacha."

"Bukan Kakeknya Rangga kan."

Bambang melihat ke arah Rangga sebentar.

"Bukan, mana ada Kakek punya cucu seperti dia. Tidak ada imut-imutnya."

"Chachha sayang Kakek." Natasya memeluk Bambang lagi.

"Kakek juga sayang Chacha kok."

"Kakek janji ya nepatin janji Kakek dulu ajakin Chacha main ke taman bermain," Natasya bertanya dengan suara makin pelan.

"Iya."

Bambang masih mengelus rambut Natasya. Kini Natasya tertidur pulas di pangkuan Bambang.

"Ayah bagaimana keadaan Natasya?" tanya Hartato.

"Demamnya masih tinggi. Kamu kenapa cemberut." Bambang bertanya ke Rangga.

"Kakek ini siapa ya, Rangga kan bukan cucu Kakek yang tidak ada imut-imutnya."

"Jadi kamu cemburu Rangga."

"Siapa yang cemburu Ma."

"Tadi bilang apa coba."

Rangga hanya diam.

"Rangga, kamu harus ngertiin temanmu dong. Dia kan lagi demam, mungkin dia lagi kangen sama kakeknya. Kan kamu sendiri yang bilang kalau dia hanya tinggal berdua sama kakeknya setelah kedua orang tuanya meninggal," jelas Hartato.

"Kenapa kalian semua jadi belain Natasya semua. Jangan bilang kalian serius mau jodohin Natasya sama Mas Yongki."

"Aduhhh duhhh...."

"Kalau ngomong yang benar," kata Yongki setelah mencubit pinggang Rangga.

"Wah ide yang bagus tu," kata Melisa senang.

'Calon menantuku.'

"Iya Kakek juga setuju. Nanti Kakek bisa cepat punya cicit."

"Wah selamat ya Yongki. Akhirnya kamu akan segera menikah," sambung Hartato.

"Pa, Ma, Kakek, Natasya itu masih SMA."

"Jadi kamu tidak menolak menikah dengan nak Natasya? Jika dia tamat sekolah kalian bisa menikah," kata Melisa senang.

"Ma itu...," gugup Yongki.

"Tenang aja, nak Natasya kan beberapa bulan lagi selesai SMA. Nanti tamat SMA langsung nikah saja ya."

"Menikahnya harus diadakan secara mewah dan besar-besaran di hotel kita," ujar Bambang

"Kita juga harus undang seluruh keluarga, teman, kerabat kita juga teman-teman Natasya," Hartato juga antusias berkata.

"Mama, Papa, Kakek, kalian bicara sudah ke pesta saja, memang Natasya mau nikah. Sudahlah Rangga pusing dengar obralan kalian. Rangga mau ke kamar aja. Mas Yongki yang sabar ya."

Rangga menepuk sekilas bahu Masnya kemudian baru pergi ke kamar.

"Rangga itu... ah tak penting si Rangga itu. Jadi Ayah, bagaimana resepsinya nanti...."

Mereka bertiga asyik membahas pernikahan yang akan dilaksanakan nanti bagaimana pada malam itu tanpa memikirkan pihak yang mau dinikahkan. Yongki hanya menatap lurus ke wajah Natasya di pangkuan kakeknya yang masih tertidur pulas tanpa terganggu dengan ributnya pembicaraan keluarga Sudirman menyangkut masa depannya.

"Kakeeek...." ngigo Natasya meneruskan mimpinya.

Bersambung....

Bab 3

"Natasya ayo bangun sayang, kita sarapan dulu, habis itu ke rumah sakit," panggil Melisa membangunkan Natasya.

Dengan tubuh lemas Natasya bangun tanpa bersuara. Melisa meraba dahi Natasya. Badan Natasya masih panas.

"Kita bersihkan badan dulu ya."

Melisa menuntun Natasya ke kamar mandi dan membantu membersihkan badan Natasya. Melisa sangat senang bisa membantu Natasya seolah dia sedang memandikan anak kandungnya saja.

Kini kamar yang ditempati Natasya semalam sudah berantakan sama baju-baju yang diletakkan Melisa sembarangan. Jika dihitung ada sekitar sepuluh pasang potong baju. Kini Melisa sedang menyisir rambut Natasya, Natasya hanya diam saja seperti boneka.

Rangga kemudian masuk ke kamar yang ditempati Natasya. Rangga bisa melihat banyak sekali baju yang bertebaran di atas kasur.

"Dari mana Mama dapat baju banyak gini, ini kan semua baju baru, ada merknya lagi."

Dari merk yang Rangga lihat, Rangga dapat pastikan bahwa baju baju ini dari merk terkenal semua.

"Ya beli dong, masak pungut sih," jawab Melisa cuek, Melisa masih menyisir rambut Natasya.

"Beli dimana,  kayaknya Mama tidak pernah beli baju beginian, ini kan baju anak remaja Tidak mungkinkan Mama koleksi baju beginian."

"Kamu kurang update ya, jaman canggih gini tinggal online aja. Klik sana klik sini, tranfer, tinggal tunggu aja barengnya datang."

Rangga hanya diam mendengar ucapan Mamanya.

"Mama serius mau menikahkan Natasya dengan Mas Yongki?"

Melisa melihat hasil karyanya pada tubuh Natasya, kini rambut Natasya dikucir satu di atas kepala dengan gaun yang pas di tubuhnya. Di mata Melisa, Natasya gadis paling cantik yang pernah ia lihat.

'Calon menantu Mama cantik sekali, ehhh bukan calon menantu tapi menantuku,' Melisa puas dengan hasil karyanya.

"Ma temen Rangga itu bukan boneka," protes Rangga.

Rangga heran dengan tingkah Mamanya.

"Kenapa emangnya, Natasya saja tidak protes dari tadi."

'Gimana mau protes, sikapnya saja lain dari kemarin, kayaknya Natasya ini kesurupan deh.'

"Mama sama Papa juga termasuk Kakek kamu malahan sudah nentuin dimana Mas Yongki dan Natasya akan honeymoon nanti."

"Kalian sudah gila, memang Mama tidak tanyakan sama Natasya dulu, apa dia mau atau tidak."

Melisa diam sebentar, dia belum kepikiran dengan jawaban Natasya nanti, sebenarnya dia juga takut kalau Natasya bakal menolak untuk dijadikan menantunya.

'Pokoknya Natasya harus jadi menantuku, harus,' tekad Melisa.

"Harus dong, memang siapa yang bisa menolak pesona keluarga Sudirman yang kekayaan tidak akan habis tujuh turunan," jawab Melisa pede.

"Terserah Mama saja deh, Rangga pusing sama pemikiran Mama. Rangga tidak mau jika keinginan Mama mempengaruhi pertemanan kami nanti."

Melisa mengabaikan Rangga dia menyibukkan diri merapikan gaun yang dikenakan Natasya.

Merasa diabaikan Rangga keluar dari kamar itu, lebih baik dia sarapan, biar tidak telat ke sekolah.

***

"Kakeeek," panggil Natasya.

Melihat Bambang Natasya segera memeluknya, Bambang juga membalas memeluk calon cucu menantunya.

"Sini sayang duduk di samping Kakek ya, Rangga kamu sana pindah ke kursi sebelah Mas Yongki."

Tanpa protes Rangga langsung pindah dengan cemberut, dia tau pasti akan kalah kalau berdebat sekarang.

'Baru juga calon menantu dah disuruh pindah ke tempat duduk lain, dah pilih kasih ni. Dulu di sayang sekarang dibuang, ntar kalau sudah nikah pasti dikasih apa pun,' Rangga mendumel sendiri.

"Rangga kamu minta izin sama gurumu ya, bilang kalau Natasya lagi sakit. Setalah ini Mama sama yang lain mau antar Natasya ke rumah sakit."

"Baik Ma."

"Tapi Ma, Yongki ada rapat pagi ini."

"Rapatnya ditunda sebentar kan tidak ada yang protes, kan kamu bosnya. Sudah kamu ikut Mama aja ke rumah sakit biar tau kondisi calon istrimu."

Yongki hanya diam, Mamanya tidak pernah mau mengalah dan merasa selalu benar.

"Ayo semuanya dilanjutkan makannya."

Semuanya makan dengan hikmat. Mereka makan dalam diam.

Rangga segera pergi ke sekolah dengan mobilnya, sedangkan yang lain berangkat ke rumah sakit.

***

"Jadi Dokter Bram bagaimana keadaan Nak Natasya."

"Natasya hanya deman saja beberapa hari juga bakalan sembuh."

"Tapi kenapa kata Rangga sifat Nak Natasya berubah dokter Bram?"

"Sebenarnya Natasya memiliki sebuah sindrom atau keadaan dimana dia akan sadar dibawah kesadarnya."

"Maksud Dokter bagaimana?"

"Begini, apa kalian pernah mendengar seorang berjalan saat lagi tidur tanpa adanya kesadaran."

"Iya Dokter."

"Kondisi yang dialami Natasya saat ini kurang lebih seperti itu. Sebenarnya Natasya dalam fase tidur karena demamnya, tetapi alam bahwa sadarnya bangun mencari apa yang dia butuhkan dan menurut yang dari saya dengar dari cerita Ibu Melisa sepertinya Natasya ini membutuhkan seseorang yang menyayanginya dan memanjakannya, apalagi dia hidup sendiri. Kebetulan juga Pak Bambang ini mungkin mengingatkan Natasya atas almarhum sangat Kakek."

"Jadi kami harus bagaimana Dokter, apa ini berbahaya?" Melisa cemas akan keadaan Natasya.

"Bu Melisa tidak perlu cemas, semua itu tidak berbahaya bagi Natasya, saya sarankan agar Natasya diberi kenyamanan senyaman mungkin."

"Berapa lama dia akan 'sadar' Dokter?"

"Dia akan sadar kembali saat demannya sembuh, jika meminum obat yang saya anjurkan, sekitar dua atau tiga hari akan sembuh, dan kemungkinan saat dia sadar dia tidak akan mengingat apa yang terjadi saat dia 'terjaga'."

Mereka prihatin atas keadaan Natasya, Melisa dan Bambang mengelus kepala Natasya.

"Apa ada lagi Dokter?" tanya Hartato.

"Untuk sekarang cukup, biarkan dia beristirahat cukup dan berkegiatan seperti biasa saat terjaga ini, kalau bisa turuti apa keinginan dia dan awasi saja."

"Baik Dokter, kalau begitu kami pamit dulu."

Mereka semua keluar dari ruangan Dokter dan mengambil obat di apotik.

"Mama bagaimana pulangnya, Papa, Yongki dan Ayah ada rapat sebentar lagi, mau diantar sopir  atau Papa yang antar."

"Mama sama Nak Natasya diantar supir aja Pa, Mama sama Nak Natasya mau jalan jalan dulu."

"Kalau gitu kami pamit ya Ma, Mama jaga Natasya dengan baik, jangan buat dia sampai kelelahan."

"Iya Pa, ayo Nak Natasya kita pergi."

***

"Tumben kamu telat Rangga?" tanya Dimas salah satu teman Rangga.

"Ada masalah sedikit tadi dirumah."

"Owhhh."

Dimas tidak lanjut lagi bertanya karena mungkin masalah pribadi.

"Natasya bagaimana kabarnya Rangga, kok tidak barengan?" tanya Herry.

"Kok kamu tanya Natasya sama Rangga sih, tumben juga Natasya telat datang," kata Aura, pacarnya Dimas.

"Natasya hari ini izin sakit, dia dibawa ke rumah sakit sama Mama aku."

"Kenapa Mama kamu bisa antar Natasya ke rumah sakit?" kini Angel bertanya dengan nada cemburu.

"Sayang jangan cemburu ya, kemarin tu kebetulan keluarga aku lagi makan dan kebetulan juga Herry dan Natasya juga ikut gabung karena berpas-pasan. Ternyata saat itu Natasya lagi deman, jadi karena dia sendiri kami memutuskan membawa Natasya ke rumah kami, dan pagi ini Mama aku anterin Natasya ke rumah sakit. Kamu jangan cemburu dong, cintaku itu hanya untukmu."

Rangga mengelus sebentar kepala Angel, Rangga tau pacarnya ini pasti lagi cemburu karena Angel tipe sensitif.

"Kenapa Mamamu bisa akrab sama Natasya, sedangkan sama aku Mamamu itu selalu judes."

'Tidak mungkinkan aku bilang kalau Mama mau jadikan Natasya jadi istri Mas Yongki.'

"Mungkin karena dia sebatang kara jadi Mamaku kasihan, ya sudah jangan cemberut lagi, ntar manisnya makin nambah," gombal Rangga.

"Kamu ini, aku lagi serius kamu malah ngengombal," Angel pura-pura marah sama Rangga.

"Ya ya yang terasa dunia milik kita berdua, yang lain pada nyewa, ahhh kenapa baby sweatyku belum datang juga, pengenkan juga manja-manja sama dia, meluk-meluk dia," kata Herry lebay larut dengan dunia indahnya.

"Emang berani meluk dia," ejek Dimas.

Herry mempoutkan bibirnya. Herry sangat suka, bukan suka tapi cinta kepada Melati tapi Bimo sepupunya sekaligus kawannya melarang Herry deket-deket dengan Melati, katanya Herry tidak cocok dengan Melati. Bimo sangat overprotektif terhadap Melati. Siapa yang mau menjadi pacar Melati harus bisa mengalahkannya dulu, sedangkan Bimo sendiri ahli bela diri dan sudah sabuk hitam. Malang sekali nasib Herry.

"Ahhh baby sweaty sudah datang."

Saat melihat Melati Herry segera menghampiri Melati, Herry hendak memeluk Melati tapi kerah bajunya sudah ditarik sama Bimo.

"Eh ada calon kakak ipar."

Bimo mendorong Herry.

"Kalau kamu belum bisa kalahkan aku jangan harap aku akan restuin hubungan kalian."

"Bimo jahat banget sih, kan Bimo tau sendiri Herry tidak bisa bela diri."

"Kalau gitu cari cewek lain aja, kalau kamu tidak bisa bela diri bagaimana kamu mau melindungi Melati nanti."

"Kak Bimo," protes Melati.

"Pokoknya sekali tidak tetap tidak, ayo kita masuk sebentar lagi mau bel."

Bimo menarik tangan Melati diikuti sama yang lain. Herry berjalan dengan lesu, tiap hari selalu begini.

"Yang sabar ya, ujianmu sangat berat bro," kata Dimas.

"Makasih kawan," jawab Herry dengan senyum lemah.

Bersambung....

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!