...Gavano Azka Gramentha...
...Alleta Anastasia...
Terimah kasih buat para reades setiaku, karna sudah mau tetap mengikuti cerita-ceritaku denga tingkat kehaluan yang amat sangat over sih menurut aku, hehehehe
Itulah visual yang menurut aku cocok untuk novel ini, dan terimah kasih banyak sudah mau tetap mendukung saya dalam berkarya.
SELAMAT MEMBACA
😘😘😘
Jangan lupa
-VOTE
-KOMEN
-HADIAH
-LIKE
-FOLLOW AKUN
Dan maafkan jika banyak yang typo, sepertinya mataku sudah membutuhkan sebuah kacamata😁😁😁 dan tanganku terkadang tergelincir saat mengetik.🙏🙏🙏
"Cupp! "
" Apa? "
Mata Alleta terbelalak ketika menyadari jika dia baru saja mencium seorang kakek tua.
"Maaf Paman! Aku salah orang! "
Alleta langsung berlari pergi sambil mengutuk teman-temannya yang telah membuatnya mencium pria tua tadi.
"Gadis sekarang sudah hilang rasa malunya," ucap kakek itu ketika melihat Alleta tiba-tiba mencium seseorang yang baru saja datang.
Setelah mencium, Alleta membuka matanya. Betapa terkejutnya dia manakala yang diciumnya barusan bukanlah seorang kakek tua. Melainkan seorang laki-laki yang bewajah kaku. Lebih terkejut lagi Alleta ketika laki-laki itu nampak geram dengan apa yang dilakukannya barusan.
"Ma ... maaf, Paman," ucap Alleta lalu kabur dari tempat itu.
Baru saja laki-laki itu hendak mengejar, sekertarisnya sudah lebih dulu menghentikannya. Sebab, akan ada pertemuan dengan rekan bisnis. Sedangkan Alleta berlari dan meraih tasnya, meninggalkan cafe itu. Terlebih lagi dia baru saja mendapat sebuah panggilan telepon dari rumah sakit. Laki-laki itu terus mencari keberadaan Alleta di sekitar cafe. Namun, pandangannya tidak menemukan sosok gadis yang sudah lancang menciumnya.
"Ada apa, Presdir Gavano?" tanya rekan bisnisnya.
"Ah! Maaf, Pak. Tidak ada. Jadi sampai di mana kita tadi," tanya Gavano kembali fokus pada berkas di tangannya. 'Kurang ajar sekali gadis itu. Dia bahkan berani memanggilku paman. Ack! Setua itu kah diriku?' kata Gavano kesal dalam hati.
***
Di rumah sakit Alleta berlari menghampiri seorang dokter yang merawat ibunya.
"Bagaimna keadaan ibuku, Dokter?"
"Penyakitnya semakin parah. Dia harus segera menjalani oprasi. Jika tidak segera dilakukan, maka sewaktu-waktu ibumu akan meninggal."
"Berapa biayanya?"
"Karena penyakit ibumu terbilang begitu langka, kami membutuhkan peralatan yang mahal. Biaya yang di butuhkan Sekitar dua ratus tujuh puluh lima juta."
Alleta langsung terkejut mendengar penuturan Dokter yang merawat ibunya. Gadis itu begitu terpukul. Lebih terpukul lagi ketika tadi dokter menyebutkan nominal jumlah biaya. Dari mana dia harus mendapatkan uang untuk biaya oprasi ibunya? Sedangkan dirinya tidak punya uang. Jikapun dia menggunakan seluruh tabungan yang ayahnya tinggalkan, tetap saja itu masih belum cukup dan masih kurang banyak.
"Baiklah, Dokter. Saya akan berusaha mendapatkannya."
"Tapi jika bisa harus secepatnya. Ibumu tidak bisa menunggu lama lagi, Nona Alleta."
"Baik, Dokter. Terimah kasih."
Alleta dengan berurai air mata berjalan ke kamar inap ibunya. Dia mendapati ibunya sedang tertidur. Gadis itu mengengam tangan sang ibu dengan pelan, berharap tidak membangunkan wanita tua yang sedang terlelap. 'Ibu, Alleta akan berusaha mendapatkan biaya itu. Bagaimanapun caranya. Ibu, ibu harus bertahan ya?' batin Alleta dalam isak tangisnya.
Puas menagisi ibunya, Alleta bangkit meninggalkan rumah sakit. Di perjalanan pulang, gadis itu berjalan dengan tatapan yang kosong di tengah malam dan di bawah guyuran hujan yang lebat. Hingga sebuah mobil hampir saja menabraknya. Lalu seorang pria yang keluar dari dalam mobil dengan payung di tangannya menghampiri Alleta.
"Kau tidak apa-apa, Nona?" tanya pria itu. Yang, mendapati Alleta sedang tersungkur di depan mobil lantaran begitu terkejut mobil itu hampir menabraknya.
"Tidak, maafkan saya, Pak," ucap Alleta.
"Kau mau ke mana? Biarkan saya mengantarmu."
"Tidak perlu, Pak. Rumahku sudah dekat," kata Alleta menolak. Dia langsung berdiri lalu meninggalkan tempat itu.
"Apa nona itu tidak apa-apa, Riko?" tanya Gavano yang sejak tadi memerhatikan Alleta.
"Tidak apa-apa. Dia hanya terkejut. Ah, aku lupa memberitahumukanmu sesuatu.
"Apa itu?" tanya Gavano dengan nda datar.
"Tuan dan Nyonya besar mengingatkan untuk anda segera mencari wanita dan menikahinya."
"Oh ..."
Gavano hanya menangapinya dengan 'Oh'. Sampai-sampai Riko menjadi kesal dengan perwatakan sahabatnya itu. Tentunya jika Gavano tidak segera mencari wanita untuk dinikahi, maka Riko yang akan terkena imbasnya. Seperti yang lalu-lalu.
Seperti saat itu ketika Gavano sedang menghadiri kencan buta yang diatur oleh kedua orangtuanya Namun, Gavano membuat keributan. Dia menolak wanita yang kencan buta dengannya. Dan pada akhirnya Rikolah yang menjadi sasaran kemarahan wanita tersebut.
Sejak melihat Alleta tadi, Gavano berfikir keras. Di mana ia pernah melihat gadis itu. Lalu dia mengingat-ingat kembali. Rupanya gadis itu adalah gadis yang sama. Gadis yang telah menciumnya dan bahkan memanggilnya dengan sebutan 'Paman'.
Esok hari Gavano sedang bersantai di sebuah cafe sambil menunggu pesanannya, tentunya ditemani oleh sekertaris sekaligus sahabat dekatnya yaiitu, Riko.
Riko memberi tahu Gavano kalau Revandra kembali meneleponnya. Dia menelepon hanya untuk memerintahkan Gavano agar segera menikah hari itu juga. Bahkan jika Gavano tidak menemukan wanita, maka dengan wariya sekalipun, Gavano tetap harus menikah. Namun, ocehan-ocehan Riko tidak diperdulikan oleh Gavano. Sampai Riko kesal sendiri jadinya.
Tidak lama kemudian, pesanan Gavano sudah datang. Pelayan itu menyodorkannya pada Gavano. Gavano menatap wajah yang sedikit familiar milik pelayan itu. Membuat pelayan itu menjadi kikuk dan sedikit salah tingkah. Pelayan itu berbalik hendak meninggalkan Gavano. Yang, menatapnya dengan tatapan dingin. Namun, langkahnya terhenti, manakala Gavano langsung menangkap dan mengenggam tangannya.
"Menikahlah denganku."
******
"Apa kamu gila paman.?"
"Tidak.!"
"Lalu mengapa anda tiba-tiba mengajak saya menikah, sedangkan anda tidak mengenal saya.? dan tolong lepaskan tangan saya, saya harus bekerja."
Gavano kemudian melepaskan tangan gadis itu, dan tatapannya menyapu seluruh bagian tubuhnya. Gadis itu berbalik dan meninggalkan Gavano yang masih setia menatapnya.
"Riko, cari tahu semua tentang gadis itu.!"
"Tapi.!"
"Tak perlu banyak bertanya."
"Ok.!"
Setelah kembali ke rumah, Riko memberikan sebuah berkas pada Gavano di ruang kerjanya.
"Ini yang kau minta.!"
"Letakkan di situ."
Riko dengan kesal meninggalkan Gavano yang begitu menyebalkan, belum lagi Riko di tuntut oleh Revandra agar Gavano segera menikah, Sebentar setelah Riko berlalu, Gavano meraih map yang berisi berkas di meja yang di berikan oleh sahabatnya. Membacanya dengan teliti lalu kembali meletakkan berkas tersebut, dan meninggalkan ruang kerjanya.
Seminggu telah berlalu, Alleta smakin putus asa, di mana ia harus mendapatkan uang untuk biaya oprasi ibunya, gadis itu merenung di pinggir jembatan sambil memandangi kelap-kelip cahaya lampu yang ada di kota seberang jembatan, hingga seorang pria menghampirinya.
"Nona Alleta, saya bisa membantumu.!"
"Paman.!" Ucap Aleta terkejut saat Gavano sudah berada di depannya. Lalu kembali Alleta berkata.
"Ada apa lagi paman.!, aku tidak mau menikah denganmu, lagian kita tidak saling kenal,"
"Maria usia lima puluh dua tahun, sedang terbaring lemah di rumah sakit dan membutuhkan oprasi dengan segera."
Alleta semakin terkejut ketika Gavano, menyebutkan tentang ibunya dengan detail,
"dari mana anda tau tentang ibuku.?"
"Masuklah ke mobil, kita bicarakan di dalam mobil."
"Tidak, aku tidak mau, siap yang tau kalau paman akan menjualku keluar negri, dan menjadikanku p*lacur"
Gavano tidak mengindahkan penolakan Alleta, lelaki itu bahkan menggedong paksa tubuh Alleta masuk ke dalam mobil, meskipun gadis itu meronta dan berteriak, Gavano tetap tidak perduli. Hingga mereka sudah berada di dalam mobil, lalu Gavano memerintahkan Riko untuk menjalankan mobilnya, meskipun Alleta tetap meronta,
"Tolong turunkan saya.! anda mau membawaku ke mana"
"aku akan membantumu dengan biaya oprasi ibumu,"
Alleta lalu diam berhenti meronta, berbalik menatap wajah dingin di sebelahnya.
"Apa maksud anda paman.?"
"Pertama, berhenti memanggilku paman, selisi usia kita hanya sembilan tahun, apa kau memgerti.?" Tanya Gavano tegas, gadis itu hanya menganggukkan kepalanya.
"Bagaimana.? apa kau mau menerima bantuanku.?"
Alleta sejenak berfikir, tapi tidak mungkin seseorang yang tidak ia kenal tiba-tiba menawarkan bantuannya tanpa ada alasan di sebalik itu semua.
"Tapi Tuan kita baru saja bertemu, saya bahkan tidak tau siapa anda.?"
"Gavano Azka Gramentha."
Keringat dingin memenuhi sekujur tubuh Alleta, ia meremas jemarinya yang gemetaran, Ya, siapa yang tidak mengenal Gavano, salah satu pria yang saat ini menjadi topik pencarian terhangat di media, lantaran dirinya baru saja mewarisi perusahaan Gramentha grup yang memiliki anak perusahaan di mana-mana. Terlebih lagi, tidak sedikit gadis-gadis berebut untuk berada di sisinya. Gadis itu kemudian menunduk tidak berani untuk menatap pria di sampingnya, Di tambah lagi, dia mengingat kejadian seminggu yang lalu, saat ia mencium Gavano lalo meninggalkannya begitu saja, apa dia mau balas dendam gara-gara aku menciumnya.? tanya Alleta dalam hati.
"Apa yang kau pikirkan.?" Tanya Gavano.
"Tapi tuan, saya tidak punya apa-apa untuk membayar kembali."
"Saya tidak memintamu untuk menggantinya."
Alleta mengankat wajahnya dan memberanikan diri untuk menatap Gavano dengan masih sedikit gemetaran.
"Lalu apa yang tuan inginkan dari saya.?"
"Menikahlah denganku.!" Ucap Gavano tegas, membuat Alleta semakin terkejut,
Gadis itu berfikir, meskipun saat ini dirinya sedang di hadapkan dengan masalah keuangan, tapi ia juga tidak akan menjual tubuhnya demi uang.
"Tidak, carilah orang lain Tuan."
"Kau hanya perlu menjadi istriku, dan semua kebutuhanmu akan saya tanggung, di tambah dengan biaya oprasi ibumu,"
"Maaf saya tetap tidak mau Tuan.! dan tolong turunkan saya di sini."
"Baik, dan ini kartu namaku, jika kau mau menerima tawaranku, hubungi saya segera" Ujar Gavano sambil memberikan kartu namanya pada Alleta, gadis itu meraih kartu nama itu sebelum ia turun dari mobil.
"Dasar orang kaya gila, tiba-tiba mengajak menikah, sudahla aku harus fokus pada biaya perawatan ibu." Maki Alleta saat mobil Gavano berlalu
***
Alleta sedang bekerja di salah satu cafe terdekat di sekitar kampusnya setelah pulang kuliah, namun raut wajajnya seketika berubah saat ia mendapat kabar dari rumah sakit bahwa ibunya kembuh dan benar-benar tidak cukup banyak waktu lagi untuk menunggu oprasi, Gadis itu kemudian meminta izin pada menejer cafe, dan beruntung menejer cafe tersebut sangat baik pada Alleta.
Di tengah kebingungannya, ia teringat dengan tawaran Gavano seminggu yang lalu, ia kemudian merogoh tasnya dan mengeluarkan kartu nama yang sempat Gavano berikan padanya, Alleta dengan sigap berlari menuju perusahaan Gavano, Ia tetap berlari masuk keperusahaan, membuat para karyawan heran dengan gadis itu.
"Siapa dia.? berani sekali dia berlarian di perusahaan."
"Sepertinya dia masih muda,"
"Dilihat dari penampilannya dia seperti masih delapan belas tahun, mau apa gadis muda itu ke perusahaan." kata para karyawan
Karna terus-terusan berlari, akhirnya keamanan menghadang dan menghentikannya.
"Nona, di sini tidak di perbolehkan berlarian seperti itu, dan itu sudah peraturan perusahaan."
"Tapi pak, saya benar-benar buru-buru, tolong berikan saya jalan."
"Maaf nona, tidak bisa, lagian gadis muda seperti kamu, ada urusan apa ke perusahaan sebesar ini.?"
"Saya ingin bertemu dengan pemilik perusahaan, tolong pak, ini sangat penting." Mohon Alleta, namun keamanan tetap tidak memberikannya jalan.
"Saya mohon pak,"
"Ada apa ini.?"
Suara tegas dan mendominasi datang dari arah loby, Seketika semua karyawan beserta keamanan diam dan membungkuk memberi hormat, berbeda dengan Alleta, ketika ia tahu siapa yang berbicara begitu tegas, ia berlari menghampiri sosok yang dingin itu, tapi sebelum itu Alleta kembali di hentikan oleh keamanan.
"Lepaskan dia.! dan kalian semua bubar." Karyawan dan keamann segera bubar dan kembali pada pekerjaan mereka masing-masing.
"Kenapa kau berlarian seperti itu,?"
"Tuan Vano.!, aku.. aku... mau menerima tawaranmu.!" Ujar Alleta terbata-bata
Gavano lalu mengangkat alisnya sebelah kiri, menatap gadis yang sedang tergesa-gesa di hadapannya, baru kemudian memegang tangan gadis itu, dan membawanya ke ruangannya, membuat para karyawan kembali keheranan, baru kali ini mereka melihat bosnya membawa gadis ke ruangannya kecuali Luna. Terlebih lagi gadis yang bos mereka bawah masih sangat muda dan cantik.
"Baik, apa alasanmu tiba-tiba mau menerima tawaranku tempo hari.?" Tanya Gavano setelah berada di ruangannya.
"Ibuku sudah tidak bisa menunggu lagi tuan,!"
"Kau yakin dengan pilihanmu.?"
"Saya yakin." jawab Alleta tampa keraguan.
"Baik, tanda tangani kontrak ini, besok kita akan ke kantor catatan sipil untuk mendaftarkan pernikahan kita, tapi sebelum itu, baca dan pahami isi kontraknya." sambil menyodorkan map berisi kontrak yang sudah ia siapkan jauh hari.
Alleta meraih kontrak tersebut dan membacanya dengan seksama,
Pihak B harus memenuhi semua keinginan pihak A, termaksud dalam urusan tempat tidur.
Pihak B tidak di perbolehkan mencampuri urusan pribadi pihak A, termaksud dalam urusan asmra.
Di manapun pihak B berada, harus memberitahu kepada pihak A.
Kontrak pernikahan berlangsung selama lima tahun. Dan jika pihak B melanggar kontrak sebelum waktu yang di tentukan, maka pihak B wajib membayar denda sebesar sepuluh miliar pada pihak A. Dll
Setelah membaca isi kontrak pernikahan Alleta diam sejenak lntaran tidak setuju dengan isi kontrak nomor satu, tapi ia kembali teringat dengan kondisi ibunya,
"Apa saya boleh menambahkan isi kontrak tuan.?"
"Boleh,"
"Saya tidak ingin pernikahan kita di ketahui oleh publik."
"Baik." Ucap Gavano sambil mengangguk setuju.
Tampa ragu Alleta kemudian menandatangani kontrak tersebut,
Bersambung....
******
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!