NovelToon NovelToon

Mr Cool Falling In Love.

Bab 1

Kantor Pusat PT Oscar 99 Adalah sebuah perusahaan yang bergerak dalam bidang Otomotif dan Teknologi.

Di Pimpin oleh CEO dingin, tampan, teliti namun baik hati bernama NIKO OSCAR, berusia 34 tahun dan memiliki satu adik perempuan yang sudah menikah, berusia 31 tahun.

***

Tak...tak...tak bunyi suara sepatu high heels seorang staf cantik sedang memasuki ruang kerja Niko. Wanita itu bernama Tiara, salah satu tim sekretaris di kantor Oscar 99.

"Pagi Bapak kami yang tampan!" sapa Tiara ramah, menggoda dan mempesona.

Gaya dingin Niko bangkit dari duduknya membawa lembaran kerja Tiara dan berdiri masam tepat di hadapan wanita itu.

"Apakah perusahaan memberikan upah kepadamu hanya untuk bermain ponsel seharian?" 

"Hehehehe (Cengengesan) Bapak (gaya merayu) bukan begitu...!"

"Hari ini kamu saya pecat?" Nada bicara Niko yang tidak main-main dalam aura dingin sedingin es yang membekukan siapa saja.

"Bapak, tolong jangan pecat Tiara, saya masih butuh dengan pekerjaan ini Pak, adik saya ada sembilan orang yang harus saya kasih makan?" (Memelas)

"Makan tidak makannya adik kamu, itu bukan urusan saya, salahkan orang tua kamu yang terlalu banyak mencetak anak!" jawab tegas Niko mulai berbalik.

Tiara mulai panik, lalu tangan perempuan itu dengan sigap menangkap siku tangan Niko.

"Sekali lagi, tolong jangan pecat Tiara Pak! Saya akan melakukan apapun yang Bapak inginkan termasuk kepuasan!" Tiara semakin menonjolkan dadanya sehingga belahan dua gunung kembarnya semakin jelas terlihat Niko.

Tidak terduga. Niko justru mendorong dada Tiara dengan satu jari telunjuknya.

"Kamu pikir belahan dada mu itu bisa mengubah keputusan saya, apapun yang sudah terucap dari mulut saya ini, tidak akan pernah bisa berubah lagi. Saya tidak tertarik sedikitpun dengan dada wanita, bentuknya begitu-begitu saja, dada istri saya jauh lebih indah dan menyenangkan dari pada milik kamu yang oplosan itu!" kata Niko mulai terlihat marah. Ia sangat benci kepada setiap wanita yg berusaha menggoda dirinya.

"Tapi Pak...!" (Si staf semakin ingin menggoda Niko)

"keluar kamu, saya tidak butuh staf seperti kamu?" Bentak keras Niko membuat wanita itu lari ketakutan, meninggalkan kediaman sang pimpinannya.

Tiara keluar dengan wajah kesalnya sambil berkata;

"Dasar pria gila, bukan kah istrinya sudah mati 3 tahun yang lalu, dada wanita mana yang ia nikmati? Apa dia punya istri baru lagi?"

*

"Tlilit... Tlililit"

(Telpon kantor di ruang sekretaris berbunyi)

"Siap Pak?"

"Bagas, pecat Tiara sekarang juga, hitung berapa bulan dia sudah bekerja di kantor ini dan jika kamu juga tidak bisa mencari ataupun membimbing para staf silahkan menyusul Tiara."

"Ba...Baik Pak, Saya berjanji kesalahan ini tidak akan terjadi lagi!" Jawab gugup Bagas.

"Trup!"

"Huuuuuuft" Tarik nafas panjang Niko menghempaskan kepalanya di kursi kerjanya kemudian ia memandangi foto Isabella mengelus manja wajah Almarhum dengan lembut.

"Aku sudah berjanji dengan kamu, akan tetap setia untuk selamanya, jadi kau tidak perlu khawatir, sayang!" ucap Niko yang setiap hari mengobrol kecil dengan sebuah foto seorang wanita yang ia nikahi 4 tahun yang lalu.

Sejak pemecatan Tiara, wanita itu meninggalkan pernyataan bahwa Bos Oscar 99 alias Niko Oscar sudah memiliki istri baru sehingga membuat perbincangan semakin heboh bahkan menjadi trending topik di kantor itu. Semua staf mulai  bertanya-tanya dan penasaran apakah pimpinan mereka benar sudah memiliki istri baru, karena yang mereka tau, Nyonya Isabella sudah lama meninggal dunia.

**

Feby si kepala staf bagian memperingatkan para anak buahnya khusus wanita;

"Jika kalian ingin masih bekerja di Perusahaan Oscar 99 fokuslah bekerja, karena ada kamera tiba-tiba tersembunyi di meja kerja yang dipasang oleh Bos kita dan satu lagi, jangan ada satu pun diantara kalian yang berani coba-coba menggoda Bos Niko, jika nasib kalian tidak ingin seperti Tiara."

"Paham?"

"Paham Bu!"

Peringatan Feby membuat para staf berkumpul sejenak sebelum kedatangan Niko Oscar pagi itu. ( gosip pagi )

Para staf memberi nama inisial pimpinan mereka dengan sebutan si Mr Cool yang jarang bicara jika bukan hal penting terutama kepada wanita.

"Apakah kalian pernah melihat si Mr Cool  makan malam dengan seorang wanita?"

"Tidak?" beberapa menggeleng.

"Mungkin kalian pernah mendengarnya sedang menelpon seseorang dalam nada lembut dan penuh kemesraan!"

"Tidak juga?" para staf kembali menggeleng.

"Mungkin ia memiliki istri tidak resmi atau simpanan!" ucap yang lain.

"Aku rasa tidak, hampir semua waktunya ia habiskan di kantor dan di lapangan futsal, tentu Bagas pasti tau jika Pak Niko memiliki istri simpanan kan?"

"Tunggu...tunggu...kalau tidak salah, saya pernah lihat Bos kita yang dingin itu sedang bicara dengan sebuah foto istrinya, cukup serius, seperti perbincangan dengan seorang yang nyata, tingkahnya sampai senyum-senyum sendiri, cengengesan, bahkan  tertawa sampai ia tidak mendengar suara ketukan dari ku, setelah menyadari saya masuk, Si Mr Cool bertingkah gugup, lalu dengan sigap kembali ke posisi normal, saya pikir itu hal yang biasa, tetapi sudah dua kali saya memergokinya seperti itu, bagaimana menurut kalian?" ucap Feby.

"Iyah benar Bu, saya juga pernah melihat si Mr Cool bicara sendiri di dalam mobil!"

Semua tampak diam, terbengong, saling memandang satu sama lain.

"Jadi Mr Cool itu GILAAA!" ucap mereka serentak.

"Suuuuuuusssssssst, Jangan keras-keras!" ucap Feby salah satu pimpinan staf disana.

"Ouh, tapi itu sebenarnya pria idamanku, ia masih bisa setia dengan wanita yang sudah lama meninggal!" ucap salah satu staf wanita memandangi foto pimpinan mereka yang tampan dan sangat dingin.

"Aku rasa dia bisa gila jika tidak mencari pengganti istrinya!"

"Ssssst....Bos sudah di lantai bawah, Ayo bubar-bubar kembali bekerja!" perintah Feby yang mendapat laporan dari layar monitornya.

Tidak berapa lama Niko Oscar di ikuti oleh Bagas melewati para stafnya dengan gaya dingin tanpa bicara, hanya sapaan kecil dari sorotan matanya.

"Selamat pagi Pak!" 

"Semangat bekerja!" sambut para staf pagi itu dengan serentak.

Gaya dingin dan misterius Niko selalu menutup dan menepis para wanita yang ingin masuk menggantikan Isabella. Kesetiaan itu tidak bisa di tembus oleh wanita manapun.

Niko selalu memajang foto istrinya dalam bingkai-bingkai mewah, tidak hanya di meja kerja namun di setiap tempat seperti di dalam mobil, kamar tidur, ruang tamu, ruang kerja, ruang makan, kamar mandi, ruang olahraga bahkan di setiap tempat yang ia rasa pantas untuk memajangnya.

Mulai dari bangun tidur sampai melakukan hal aktivitas apapun, Niko selalu bicara dengan sebuah foto dan masih hidup dalam bayang-bayang sang istri yang sudah lama meninggalkannya.

Niko Oscar si Mr cool yang tidak mampu move on dari sosok Isabella yang sangat ia cintai.

***

Terlihat wanita cantik nan muda ingin menjatuhkan diri dari ketinggian gedung....

Next Part--

Bab 2

Pandangan kosong seorang wanita yang ingin menjatuhkan tubuhnya dari atas gedung.

"Karena hidup ku sudah tidak berarti lagi!"

"Aku ingin mati"

"Hanya kematian tempat yang lebih aman!"

"Hiks...Hiks...Aku sudah tidak tahan lagi" 

(Derai air mata)

"Ayah...Ibu...aku akan menyusul kalian!"

"Vaniaaaaaaa!" teriak keras Luna Inara dalam nafas terengah-engah, ia adalah putri angkat Mala Anjani, adik kandung dari Niko Oscar. langkah kaki Luna berjalan pelan mendekati wanita malang itu.

Luna adalah teman kuliah Vania, usia keduanya berbeda satu tahun. Vania 22 tahun sedangkan Luna 21 tahun. keduanya menempuh pendidikan di Universitas yang sama dalam jurusan dan kelas yang sama pula.

"Van? Mungkin kita bisa bicara!" ucap Luna dengan lembut.

"Sudah tidak ada lagi yang harus di bicarakan, kematian adalah pilihan terbaik!"

"Percayalah aku akan membantu mu"

"Aku tidak ingin melibatkan orang lain dengan kisah hidupku yang seperti ini...hiks...hiks..."

"Aku tau saat ini yang kamu butuhkan hanyalah ketenangan, aku akan membawamu ke suatu tempat. Tempat yang aman dari kejaran Romi Salman (Suami Vania)"

Vania menggeleng, kaki kanannya mulai mendaki naik.

Luna semakin gugup, ia terus bicara.

"Lupakan semua masa lalu, sebentar saja!"

Vania justru bersiap melompat.

"Van...Jangan terlalu cepat menghakimi takdir Tuhan, ini hanya sebuah scenario semata dari NYA, jika kau kuat, kau akan sampai di titik kebahagiaan."

"Sudah tidak ada lagi kebahagiaan dalam hidup ku Lun, saat ini yang ku inginkan hanyalah kematian, aku ingin menyusul Ayah dan Ibuku!" Teriak keras Vania.

"Please, aku mohon, mati tidak akan menyelesaikan masalahmu, justru kau akan memiliki urusan yang sangat panjang dengan Tuhan disana dan belum tentu kau akan bertemu dengan Ayah dan ibumu!" Kata Luna dengan nada yang sangat lembut.

Senja masih terlihat cerah sore itu.

Sorotan mata tajam penuh permohonan Luna yang terus menatap Vania, si perempuan yang sudah berputus asa. Rambut dua wanita muda itu tergerai Indah oleh sapuan angin dari atap gedung. Luna meninggalkan semua aktivitasnya saat mengetahui keberadaan lokasi Vania yang menuliskan kata "Say Goodbye" di Histori terakhir Instagramnya.

"Jika semua orang sudah menyiksamu, masih ada aku sahabat mu yang terus mendukung mu, jadi tolong! Hargai aku Van, Please!"

Bujuk rayuan Luna ternyata berhasil menggagalkan niat Vania yang ingin mengakhiri hidupnya karena masalah kehidupan yang terlalu pahit.

langkah Luna pelan berjalan selangkah demi selangkah mendekati titik berdiri Vania. Wajahnya terlihat tegang dan berharap sahabatnya itu bisa memahami setiap kalimat yang ia ucapkan.

"Ayolah sobat, aku berjanji akan membantu mu?" Bisik Luna kembali menyakinkan Vania.

"Kita hanya hidup sesaat di dunia ini, jadi tolong jangan kau per-singkat lagi, hapus lah airmata mu ( Luna menepis lembut pipi Vania yang basah). Langit tidak selamanya mendung, lihatlah senja masih tetap berjuang ingin menunjukkan cahaya indahnya, meski malam sudah bersiap ingin menelannya!" sugesti Luna yang sedikit menenangkan hati Vania.

Vania tidak mampu membendung airmata nya, tangisnya pecah dipelukan Luna Inara.

"Aku sangat bingung Lun, aku tidak tau harus pergi kemana?"

"Aku tahu, ayo ikut aku!"

Kedua wanita itu pun pergi melangkah bersama. Sebelum pergi, Luna memberikan jaket kepada Vania agar luka-luka tangan sikunya tidak terlihat orang lain.

"Aku ingin ke kamar mandi membersihkan luka-luka ini!"

"Tidak perlu, Biarkan saja, lagian kita sudah tidak punya waktu, ayo cepat. Romi akan mengetahui keberadaan mu disini!"

"Iyah!"

Dengan langkah yang cepat, Luna berhasil membawa Vania pergi dengan mobil pribadinya.

Di dalam mobil, Vania hanya diam dan murung.

*

"Kita mau kemana Lun, aku takut sekali, bukan untuk diriku, tapi aku lebih mengkhawatirkan mu!"

"Romi pasti tau aku ini dari keluarga siapa, ia tidak mungkin berani, kamu tenanglah, berhenti memikirkan pria gila itu!"

Vania mengambil tisu.

"Jangan dibersihkan!" Perintah Luna.

"Kenapa!"

"Biarkan penampilan kamu parah seperti ini!"

"Tapi darahnya terus menetes di jaket kamu!"

"Tidak apa-apa!" jawab Luna terus fokus melajukan mobilnya.

Vania hanya diam saja dan terlihat pasrah kemana langkahnya akan berlabuh.

Perjalanan itu membuat Vania terlihat mengantuk. 

Mobil Luna akhirnya menepi di pinggir jalan tepat di depan sebuah rumah mewah.

*

Luna bergegas menelpon pamannya, Niko Oscar.

"Tuuuuuuuuut!"

"Iyah Lun, ada apa, tumben kamu nelpon, pasti ada maunya!" jawab Niko dengan nada santai.

"Hehehehe, Luna sering nelpon kok, hanya saja Om itu kan super sibuk, takut ganggu!" jawab manja Luna.

"Iyah sih!"

"Om lagi dimana?"

"Lagi di jalan, sedikit lagi sampai ke rumah!"

"Kebetulan banget, Luna sudah di depan rumah Om!"

"Oh Iyah! Ada apa?"

"Hem, mau kasih titipan dari Bunda, hari ini bunda masakin kue, tiba-tiba ia teringat dengan kakanya yang comel!"

"Haha, paling pinter kamu jika merayu, yah sudah, tunggu sebentar, sedikit lagi sampai!"

"Ok Bos!" jawab manis Luna.

"Trup!"

*

Terlihat Vania tertidur pulas. Luna menatap iba sahabatnya itu.

"Huuuft, sudah berapa hari ia tidak tidur, kasihan sekali nasibmu Van, padahal kamu tu cantik, baik, cerdas. Rasanya memang tidak adil kamu ada di tengah-tengah keluarga yang licik dan jatuh ke tangan suami brengsek plus gila!" kutukan panas Luna ikut geram dengan pria bernama Romi.

"Pas banget Vania lagi tidur, biarkan ia istirahat dulu!"

**

10 menit kemudian, Mobil Niko mulai terlihat, setelah supir pribadinya membuka gerbang dengan remote otomatis, kedua mobil itu pun masuk secara beriringan.

Luna bergegas mengambil titipan dari ibunya yang kebetulan akan ia sampaikan kepada pamannya lalu keluar dari mobil dengan senyum manis tanpa ada masalah.

"Om!" keduanya berpelukan hangat.

"Kami merindukanmu yang selalu sibuk dan jarang ke rumah, Nenek sangat rindu!" Ucap Luna.

"Iyah, om sudah niat akan kesana setelah pulang nanti dari Amerika!"

"Pak! Saya izin pulang dulu!" ucap Erik supir pribadi Niko yang tidak tinggal di rumah itu!"

"Yup!" jawab cepat Niko.

Niko dan Luna berjalan memasuki rumah, Niko tidak menyadari jika Luna membawa temannya di dalam mobil.

"Karena Om akan berangkat nanti malam, jadi Bunda masakin kue untuk bekal buat adiknya, agar tetap selalu sehat dan semangat," senyum manis Luna.

Niko hanya tersenyum bahagia mendapat perhatian kecil dari keluarganya.

"Terima kasih yah! Om sangat senang!"

Luna sudah terbiasa berada di rumah Niko. Rumah yang tidak terlalu besar, namun sangat lengkap dan mewah, Ia sudah hafal setiap sudut ruangannya.

"Om tinggal sebentar yah, mau mandi!"

Niko terlihat santai dan mulai menaiki tangga menuju kamar pribadinya.

"Om!" Panggil Luna.

"Iyah!"

"Setelah Mandi, bisakah kita bicara sebentar?"

"Tampaknya serius?" Komentar Niko.

"Sedikit!"

"Ok!"

"Terima kasih Om, Luna buatin teh hangat, yah!"

"Hem!"

Niko melanjutkan langkahnya menuju kamar pribadinya.

"Semoga Vania masih tertidur lebih lama!"

Luna menuju dapur menyiapkan teh hangat dan cemilan buat Niko.

"Tuhan, tolong permudah urusan ini, untuk membantu sahabat ku Vania!"

"Aku harap om Niko bisa memberinya tumpangan bersembunyi satu Minggu saja di rumah ini, selama dia berada di Amerika. Setidaknya aku dan Vania bisa berpikir tenang untuk mencari cara selanjutnya." 

"Om memang terkenal sangat dingin dan tidak terbantahkan. Tapi, aku bisa memanfaatkan jiwa hatinya yang tulus, aku harus bisa menyakinkan om, harus!"

Luna tetap optimis, wanita itu terlihat sudah siap menunggu pamannya, sesekali ia melihat ke arah jendela kaca yang lebar, memastikan Vania masih tertidur di dalam mobil.

***

Follow IG Sarahmai_07

Bab 3

Tidak berapa lama Niko terlihat menuruni tangga, ia sudah terlihat rapi dan bersih.

Luna tersenyum manis menyambut kedatangan sang Paman.

"Om, Ayo langsung coba kue buatan bunda, pasti enak banget Lo. Kue yang untuk di bawa ke Amerika Luna sudah taruh di meja makan!"

"Terima kasih!" Pria itu melahap beberapa kue buatan kakaknya yang menjadi makanan favorit Niko. Mala Anjani sudah terkenal pandai memasak banyak jenis kue, wanita itu juga memiliki rumah produksi membuat segala macam jenis kue Tradisional Indonesia dan cake yang di jual di beberapa cabang toko miliknya.

Dalam suasana santai, Luna justru terlihat tegang menghadapi Pamannya yang super dingin dan tegas.

"Apa yang ingin kau sampaikan sehingga wajahmu terlihat sangat kaku!" Niko membaca raut wajah keponakannya itu.

"Ehm..!"

"Ehm..!" Luna berkali-kali menelan air liurnya, bingung harus mulai bicara apa.

"Jika tidak ada, Om ingin Meeting Online dulu dan mempersiapkan beberapa berkas yang akan di bawa ke Amerika pukul 21.00 WIB malam ini!"

Tak ada jawaban dari Luna, sehingga Niko mulai bangkit dari duduknya.

"Om, Bolehkah teman Luna menginap satu minggu saja di rumah ini, selama Om berada di Amerika?"

"Apah?" Niko cukup terkejut dengan permintaan Luna.

"Jadi kue ini hanya sebuah sogokan?"

"Bukan-Bukan, ini memang perintah dari Bunda, Luna tidak mungkin berani berbohong kepada Om?"

Sejenak Niko terdiam.

Niko tersenyum kecil merasa tidak habis pikir dengan permintaan Luna.

"Tidak, Orang asing tidak boleh tinggal di rumah ini, walaupun hanya satu hari saja. Kamu tau sendiri kan, bahkan pelayan dan supir sekalipun, tidak ada yang tinggal di rumah ini!"

Luna membuka cepat ponselnya dan memperlihatkan video pemukulan (KDRT) Romi terhadap Vania.

"Wanita malang ini adalah teman Luna, ia bernama Vania Keisya, kedua orang tua berserta kakak wanitanya meninggal dunia akibat kecelakaan beruntun 3 tahun lalu. Sejak itu Vania hidup sebatang kara dan tinggal bersama Paman juga Bibinya, keluarganya sangat serakah oleh harta sehingga hak waris Vania dikuasi oleh mereka.

Enam bulan lalu Vania di paksa menikah dengan pria bernama Romi Salman, demi menutupi hutang perusahaan Pamannya. Romi ternyata Pria bajingan yang sangat suka bermain perempuan. Saat ini Vania menggugat perceraian paksa dari Romi dengan mengumpulkan bukti-bukti perselingkuhannya. Video ini sengaja Vania rekam dalam kamera tersembunyi untuk menguatkan di persidangan ketiga perceraian mereka, selain kasus perselingkuhan ada juga KDRT yang ia alami, sidang sebelumnya sudah di setujui oleh wali hakim. Jika Vania berhasil menyaksikan satu ketukan palu terakhir dalam sidang perceraiannya nanti, ia akan terbebas dari Romi. Saat ini Romi terus memburunya dan menyiksanya agar Vania menarik kembali gugatan perceraian itu. Romi tidak ingin menceraikan Vania dengan alasan yang gila yaitu ia memiliki kebahagiaan tersendiri jika sudah menyiksa istrinya, menurut Romi Vania juga membawa keberuntungan di dalam perusahaannya. Kejiwaan yang benar-benar sangat terganggu. Satu orang keluarga Vania tidak ada yang membantunya untuk bisa bercerai dari Romi, justru mendukung Vania kembali ke sisi pria gila itu, Hari ini ia mencoba bunuh diri dan Luna berhasil menyelamatkannya!" ringkasan cepat singkat Luna tentang kisah hidup sahabatnya itu.

"Sebaiknya jangan pernah masuk dalam kehidupan orang lain, di luar sana banyak cerita yang lebih kejam dari ini, apa kau ingin membebaskan mereka juga?" Tantang Niko.

Niko melangkah pergi, sama sekali ia tidak terkesan dengan cerita tentang sahabat Luna.

"Om, tolong lah!" Luna nekat menghadang langkah Niko.

"Apa kau menyukai sahabat mu itu?"

"Luna masih normal om!"

Niko kembali melangkah dengan gaya cueknya.

"Om, Luna hanya minta belas kasihan Om saja, rumah ini tempat paling aman untuk Vania bersembunyi, hanya satu Minggu saja om, Luna janji tidak akan lebih!" raut wajah memelas sang keponakan.

Namun Niko tetap tidak terkecoh ia tetap berjalan santai menuju ruang kerjanya.

"Almarhum Ibu Vania dulu adalah seorang Dokter kandungan, ia yang berjuang hebat mempertemukan Luna dengan keluarga bahagia ini. Aku bisa hidup berkecukupan dan sangat bahagia mendapatkan Bunda Mala sebagai ibu sambung ku, lantas apakah hari ini aku harus diam saja saat melihat anaknya sedang berlumuran darah dan airmata!" ucap Luna membuat langkah Niko terhenti.

"Bunda juga yang mendorong Luna agar berjuang membantu Vania!" kata Luna terus bertahan dengan dinginnya sikap sang paman.

Namun Niko masih terlihat cuek, tidak memberi respon setuju.

Luna mulai terlihat putus asa, semua usahanya sudah tidak bisa lagi diperjuangkan.

"Maaf Om, tidak seharusnya Luna memaksa seperti ini!" gadis muda itu pun berbalik badan menunduk lesu bercampur kecewa.

"Huuuuuuft!" tarikan nafas panjang Niko sambil menggaruk-garuk kepalanya yang tiba-tiba terasa gatal oleh taburan ketombe.

"Ok, Aku ingin melihatnya, jika aura anak itu tidak aku sukai, Om sama sekali tidak akan bisa membantumu!"

Raut wajah Luna sontak berubah ceria, ia berbalik dan berlari memeluk sang Paman.

"Terima kasih Om, aku tau hatimu tidak sedingin sikapmu!" ucap Luna dalam pelukannya.

Tanpa buang-buang waktu lagi, Luna berlari cepat menghampiri Vania sahabatnya yang ada di dalam mobil. Ia begitu bahagia.

Membuka pintu mobil.

"Vania!" Luna membangunkan wanita itu.

"Kita ada dimana?" tanya Vania dalam wajah lemas.

"Ayo ikut aku!"

"Mau kemana Lun!"

"Ini adalah rumah Paman aku, kebetulan nanti malam, ia akan berangkat ke Amerika, pamanku mengizinkan kamu untuk tinggal selama satu Minggu disini, setidaknya tempat ini bisa menenangkan pikiran kamu untuk mengambil langkah selanjutnya!"

"Enggak Lun, aku enggak enak...!"

"Apa kau ingin menghancurkan semua perjuangan mu yang sudah mati-matian kau dapatkan, hanya tinggal satu langkah lagi kau akan terbebas dari Romi! ucap Luna begitu bersemangat.

"Tapi...!"

"Ini kawasan perumahan yang di jaga ketat oleh aparat dan Intel jadi kamu pasti aman, setidaknya kamu bisa tenang sejenak saja Van!"

Vania tampak berpikir dalam raut wajah yang bingung.

"Ayo!" Luna langsung menarik kuat tangan Vania hingga tubuhnya terbawa dengan langkah cepat Luna menghadapi Niko, si Mr Cool.

"Tapi Lun, aku takut sekali!" kata Vania yang merasa ragu.

Sesampai di depan pintu, Niko sudah menunggu dengan wajah dingin menakutkan.

Pertemuan Niko dan Vania yang cukup mengejutkan si pria Cool itu, sebuah pertemuan yang sebenarnya sudah pernah terjadi sebelumnya.

Saat Niko memandang wajah Vania yang sedikit bengkak serta siku dan kaki yang terluka, ingatan Lelaki itu flashback tiga tahun lalu saat peristiwa besar paling bersejarah baginya, yaitu kecelakaan beruntun 5 mobil yang menewaskan 8 penumpang di sebuah jalan raya, salah satunya Isabella, istri dari Niko Oscar.

**

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!