NovelToon NovelToon

Di Ujung Lelahku!

part I

Hari ini Sarah meminta ijin kepada suaminya, Angga untuk keluar rumah menemui Nabila, sahabatnya. Iya, itu yang dia katakan kepada suaminya. Dia berbohong. Sebenarnya tidak sepenuhnya dia berbohong. Dia hanya tidak menemukan alasan yang lebih tepat untuk untuk dia sampaikan kepada suami nya. Lagipula dia tidak melakukan hal yang mempermalukan dirinya ataupun keluarganya. Dia hanya ingin bertemu seseorang yang dia kenal melalui sahabat dekatnya, Nabila.

Mereka berjanji akan bertemu disebuah cafe, begitulah yang katakan oleh orang itu kepadanya melalui pesan singkat. Yang sudah dia hapus sesaat setelah pesan itu dia baca. Kini dia harus mengandalkan ingatannya, untuk mengingat alamat yang ditulis melalui pesan singkat itu kemaren sore.

"memangnya harus banget ya kamu keluar sekarang, ini kan hari aku libur lho Sar".. Ucap sang suami dengan nada kesal, merasa keberatan tentang rencana ijin istri nya itu.

"Iya karena hari ini mas libur, makanya aku mau minta ijin keluar. Karena kalo mas nggak dirumah aku tuh nggak enak mau keluar keluar rumah mas"... Sarah menjelaskan alasannya dengan bahasa sehalus mungkin agar suaminya mau sedikit mengerti dan memberinya ijin untuk keluar. "Toh aku jarang jarang loh mas, ijin keluar seperti ini".. Kata Sarah lagi berusaha untuk membuat suaminya luluh dan memberinya ijin.

"Terserah kamulah".. jawab suaminya agak sedikit kurang enak didengar oleh Sarah, lalu beranjak ke kamar meninggalkan dirinya yang masih mematung di tempat. Eh apakah suami nya marah? Padahal seingat Sarah, suaminya tidak pernah peduli jika dirinya ada atau tidak dirumah. Bukankah suaminya itu lebih sering keluar jika sedang libur kerja seperti ini, tidak pernah dia diajak atau sekedar ditawarkan, apakah mau ikut atau tidak.

drrtt drrtt... Sarah membuka pesan itu segera "Saya udah stay ditempat kita janjian.. Apakah jadi bertemu hari ini?".. Sarah terdiam sesaat setelah membaca pesan dari orang yang ada janji temu dengannya..

Tanpa pikir panjang Sarah memutar balik langkahnya, yang tadi hendak menyusul suaminya ke kamar. Lalu bergegas memesan ojek online agar bisa lebih cepat sampai. Maaf mas, batin Sarah, merasa bersalah.. Nanti setelah pulang dia akan meminta maaf langsung pada suami nya dan menjelaskan alasannya.

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...

"Bisa cepat sedikit gak pak?".. Seru Sarah pada driver ojol yang dia tumpangi.

Dia merasa gemas dengan cara mengemudi si ojol yang selemot siput. Sarah Tidak enak membuat orang menunggunya terlalu lama sementara dialah yang membutuhkan orang tersebut.

"Alon alon mbak ee, seng penting selamat sampai tujuan. Mbaknya nggak lihat itu didepan kita kendaraan padat merayap".. Jawab sang driver ojol sembari mengarahkan anggukan helmnya pada kendaraan yang memang sedang padat padatnya didepan mereka. Sarah pun hanya bisa menghembuskan napas pasrah.

drrrttt drrrttt... Ponsel Sarah kembali bergetar. Dan menampilkan pesan dari orang yang sama. Sarah semakin merasa tidak enak, akhirnya Sarah pun berinisiatif untuk menelpon.

Tuutt tuu.... "Iya hallo?".. Terdengar jawaban dari si penerima panggilan.

"Hallo, hmm maaf, saya masih terjebak macet, bisakah menunggu sebentar lagi. Saya sudah tidak jauh lagi, sebentar lagi akan sampai." Ucap Sarah dengan perasaan tidak enak. dia benar benar merasa bersalah sudah membuat orang menunggunya.

"Baiklah."..

"Terimakasih banyak." Ucap Sarah merasa sedikit lega, lalu memutuskan panggilan nya.

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...

Setelah hampir 15 menit, akhirnya Sarah pun tiba di tempat tujuannya. Dia tampak terburu buru masuk, setelah tadi hampir lupa mengembalikan helm kepada pengemudi ojol yang dia tumpangi.

Sarah masuk dengan perasaan tidak tenang yang mendominasi hati nya. pasalnya, Perjalanannya yang memakan waktu hampir setengah jam itu telah membuat orang lain menunggu sangat lama.

Setelah berhasil menemukan meja yang dia cari, Sarah pun segera menghampiri meja tersebut.

"Maaf, sudah membuat anda menunggu lama." Ucap Sarah tidak enak. Sambil menarik kursi lalu duduk tepat di seberang pria yang sedari tadi sudah menunggunya.

"Tidak masalah, sesekali kita perlu menunggu agar kita tau, bahwa menunggu itu tidak enak." Ucap pria itu sarkas.

Wajah Sarah sudah memerah menahan malu.

"Maaf sekali lagi tuan, saya benar benar tidak bermaksud untuk membuat waktu berharga anda terbuang sia sia karena menunggu saya." Ucap Sarah lagi.

Part II

"Baiklah, tidak masalah. Hari ini saya punya banyak waktu luang, yang memang sudah saya khusus kan untuk pertemuan ini." Jawab pria itu datar.

"Terimakasih banyak, tuan. Sekali lagi saya minta maaf." Ucap Sarah lagi.

"Permisi, mbak dan mas nya mau pesan apa?" Ucap seorang waitress, yang tiba tiba datang membuat obrolan mereka terhenti.

Sarah seketika menatap meja di depannya, ternyata hanya ada satu buah gelas yang sudah hampir kosong. Itu artinya pria itu belum memesan makanan apapun sejak tadi. Sarah menjadi semakin tidak enak dan merasa bersalah, lalu menatap pria di depannya dengan tatapan yang sulit dijabarkan.

"Saya pesan original grill steak sama sapi lada hitam dan nasi. Minumnya, juice alpukat." Lalu beralih menatap Sarah yang sejak tadi hanya memperhatikan apa yang dikatakan oleh pria itu.

"Tidak ingin memesan apapun?".. Ucap pria itu membuyarkan lamunan Sarah.

"Ah, ya tentu saja. Saya pesan nasi goreng petai sama minumnya, Juice jeruk nipis. Udah itu aja mbak, makasih." Ucap Sarah sambil tersenyum.

Sejenak pria itu terpana dengan senyuman manis milik Sarah. Lalu segera menggelengkan kepalanya. Hanya sebuah senyuman, tidak mungkin dia menyukai wanita itu, pikirnya.

"Baik, ditunggu sebentar mbak/mas." Waitress itu segera berlalu dari hadapan mereka.

"Bukan kah makanan berminyak sangat tidak sehat dan dihindari oleh banyak wanita?" Ucap pria itu datar, menatap sarah sambil melipat kedua tangannya di dada.

"Bukankah terlalu sering makan daging juga tidak baik, tuan. Lagi pula, saya bukan salah satu dari kebanyak wanita yang anda sebutkan tadi. Bagi saya, selama makanan itu bisa mengenyangkan. Itu sudah lebih dari cukup. Saya tipe wanita yang lebih mementingkan perut kenyang, dari pada penampilan yang menawan." Papar Sarah dengan tenang, meski hati nya sedikit tersinggung mendengar komentar pria itu tentang makanan yang dia pesan tadi.

"Kamu benar, tidak semua wanita memperhatikan apa yang dia makan, asalkan itu bisa mengenyangkan. Tidak jadi persoalan." Ucap pria itu lagi terlihat acuh, dengan kepala mengangguk-angguk pelan.

"Bagaimana jika kita membahas apa yang mejadi alasan pertemuan kita hari ini, tuan." Jujur, Sarah sudah mulai tidak nyaman berada di dekat pria itu lebih lama lagi.

"Baiklah, mari kita bahas soal itu setelah kita selesai makan." Sepertinya pria itu bisa menangkap ketidak nyamanan di wajah Sarah.

...****************...

Keduanya menyelesaikan makan dalam diam, tak ad satupun yang mengeluarkan suara, kecuali dentingan sendok yang beradu dengan piring.

Setelah selesai, Reegan lebih dulu buka suara. "Jadi begini nona Sarah".. Ucapan pria itu terpotong dengan intrupsi dari Sarah.

"Sarah, cukup Sarah saja, tidak perlu pakai embel embel nona. Lagipula saya sudah menikah, tapi saya juga tidak ingin di panggil nyonya." Sarah seperti dapat membaca apa yang akan pria itu katakan selanjutnya.

"Baiklah, Sarah. Kalau begitu panggil saya, Reegan. Hanya Reegan saja, tidak perlu ada embel embel tuan di depannya." Pinta nya dengan kalimat yang sama.

"Baiklah, tu.. maksud saya, Reegan." Ucap Sarah lagi, membenarkan ucapan nya.

Reegan Kembali melanjutkan kalimatnya yang terpotong tadi. "Seperti yang sudah saya sampaikan melalui pesan singkat kemaren. Bahwa saya ingin memakai jasa anda, untuk membuat sebuah lukisan yang sama persis, seperti yang ada di gambar ini." Pria itu lalu menyerahkan selembar foto, yang memperlihat kan gambar seorang wanita sedang berdiri menghadap sebuah lukisan yang nampak tidak asing bagi Sarah.

"Kalau boleh tau, kenapa harus membuat lukisan yang sama jika lukisan itu sudah ada." Tanya Sarah dengan nada bingung, kening nya mengerut dalam.

"Lukisan itu sudah rusak beberapa bulan yang lalu. Saya sudah mencari orang yang bisa membuatkan replika lukisan tersebut, namun tidak ada yang bisa menyamai persis seperti yang aslinya." Reegan menjeda ucapannya, kemudian menarik nafas panjang.

"Lukisan itu sangat berharga bagi ibu ku, dan saat tau lukisan itu rusak. Beliau menjadi sangat sedih. Untuk itu saya berusaha keras mencari orang yang bisa membuat replikanya." Reegan memaparkan panjang lebar alasan, kenapa dia ingin membuat lukisan yang sama. Adalah karena sang ibu.

Sarah terlihat sedang berpikir, lukisan itu mungkin terlihat sederhana. Namun hanya dia yang mengerti, jika teknik pengerjaan lukisan tersebut sangatlah rumit. Dan dia butuh lebih banyak waktu, dari pada yang sudah di deadline kam oleh pria dihadapannya itu.

Dan Sarah bingung harus menyampaikan pada Reegan, mengingat sikap pria itu yang sedikit menyebalkan untuk di hadapi. Dia takut Reegan akan membatalkan, dan mencari pelukis lain.

Part III

Sarah mendengar kan apa yang Reegan jelaskan dengan seksama. Setelah mendengar penjelasan dari Reegan, Sarah pun akhir nya mengerti. Mengapa pria itu begitu gencar mencari orang yang bisa, membuat lukisan yang sama persis seperti di foto tersebut.

"Baik lah, Reegan. Sebelum nya saya ingin bertanya, kenapa anda ingin memakai jasa saya. Mengingat saya bukan lah pelukis yang berlisensi, hanya orang yang kebetulan bisa mengaplikasikan warna cat dan tau bagaimana cara menggunakan kuas. Lalu membentuk sebuah sketsa, Sehingga menghasilkan coretan coretan yang di sebut, lukisan." Akhirnya Sarah menanggapi permintaan Reegan, setelah dengan sedikit pertimbangan dan pertanyaan sederhana.

"Itu karena saya tertarik, dengan lukisan yang anda buat untuk kekasih dari sahabat saya, Bobi. Dan dari mereka lah saya mendapatkan informasi tentang anda. Hanya sebagian, tidak mendetail. Hanya sebatas menjelaskan bahwa anda bisa melukis, dan lukisan yang membuat saya tertarik itu adalah karya anda." Jelas Reegan menatap Sarah dalam, hingga membuat Sarah salah tingkah.

Reegan Kembali melanjutkan kalimatnya "kenapa saya memilih anda, Anggap saja, saya sedang sangat putus asa dengan keadaan, sehingga akhirnya saya datang kepada anda." Jelas Reegan panjang lebar, dia tidak punya alasan khusus. Bagi nya seorang pelukis berlisensi atau tidak, itu sama sekali bukan urusan nya. Dia hanya butuh orang yang punya keahlian melukis dan bisa dia bayar untuk membuat lukisan yang dia minta.

Sarah menghela napas panjang lalu menghembus kan perlahan. Mendengar penjelasan yang menyentil hati kecilnya, membuat nya sedikit kecewa. Jadi pria itu memilih menggunakan jasa nya, hanya karena sedang putus asa dengan keadaan nya. Bukan karena pria itu benar-benar mengagumi karya nya. Bodoh nya dia. Namum dia juga tidak peduli, toh dia di bayar. Hanya itu yang penting bagi nya sekarang.

"Baik, Reegan. Saya akan menjelaskan bagaimana cara kerja saya. Jika anda ingin menggunakan jasa saya. Meskipun saya bukan pelukis yang berlisensi. Namun saya hanya akan bekerja jika saya sudah menerima advance payment." Ujar Sarah menjelaskan.

"Dan satu lagi, saya tidak menerima complain ketika barang sudah diterima oleh costumer. Kerena apa yang saya lukis, adalah sesuai dengan apa yang sudah di sepakati bersama. Tidak ada pengembalian dana atau penggantian ganti rugi dalam bentuk apa pun." Lanjut Sarah fokus pada bagaimana proses kinerja nya.

"Karena setiap progres dari lukisan yang saya buat, setiap proses nya akan saya abadikan. Lalu saya kirim kepada costumer dengan tujuan, agar mereka bisa menilai sendiri, bagian mana yang masih harus saya ubah. Itu adalah bentuk dari respek saya, kepada costumer." Sarah memaparkan panjang lebar, bagaimana sistem kerja nya kepada Reegan.

Reegan terdiam, sambil berusaha untuk mencerna setiap kalimat demi kalimat penjelasan yang Sarah ucap kan.

Setelah berpikir sejenak, Reegan akhirnya

angkat bicara. "Tidak masalah, syarat itu bisa saya terima. Jika nanti setelah lukisan nya selesai dan tidak sesuai dengan harapan saya, anggap saja saya sedang sial seperti yang sudah sudah." Kata kata yang Reegan ucapkan itu tentu saja membuat Sarah sedikit sakit hati. Secara tidak langsung, pria itu sudah meremeh kan kemampuan nya.

"Baiklah, apakah kita sudah bisa membuat sebuah kesepakatan sekarang." Sarah ingin cepat-cepat mengakhiri pertemuan ini secepatnya. Berhadapan dengan pria sedatar Reegan, membuat emosi nya sedikit mudah terpancing.

"Ini berkas perjanjian nya, silahkan di baca terlebih dahulu." Sarah menyerahkan sebuah map merah kepada Reegan.

Setelah membaca semua poin-poin yang tertera di dalam surat perjanjian itu, akhirnya Reegan mulai membubuhkan tanda tangan nya di atas sebuah materai. Meski sebenar nya dia tidak suka dengan beberapa isi dari poin-poin itu. Terlalu banyak merugikan dirinya, itu yang dia pikirkan.

Akhirnya pertemuan itu selesai dan telah mencapai kesepakatan bersama, itu membuat Sarah lega. Pembayaran sudah dia terima melalui notifikasi M-banking di ponselnya, hanya tinggal pengerjaan saja pikirnya. Dan itu akan dia lakukan disaat semua orang sedang keluar rumah atau bisa di kerjakan di rumah ayah nya.

Sarah melangkah keluar dari cafe itu dengan perasaan bahagia. Dia sekarang sudah tidak lagi di pusing kan dengan memikirkan dari mana dia akan mendapatkan biaya pengobatan sang ayah.

Sarah berjalan cepat menuju ke arah ojol yang menunggu nya, dia sudah tidak sabar untuk membagi kabar bahagia ini kepada ayah nya.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!