NovelToon NovelToon

Aku Belum Mati, Suamiku

PROLOG

Desa*an dan era*gan pun terdengar menggema memenuhi seluruh sudut kamar sebuah apartemen mewah yang ada di pusat kota. Seorang laki-laki dengan begitu bergairah menciumi seluruh lekuk tubuh tela*jang seorang wanita yang kini duduk di atas tubuhnya sambil mengalungkan tangan dilehernya. Wanita tersebut pun tampak begitu lincah memainkan pinggulnya.

"Ghea, kau memang begitu menggairahkan, tidak ada wanita sehebat dirimu."

"Apa itu termasuk istrimu, Abimana?"

"Tolong jangan sebut wanita itu saat kita sedang bermesraan seperti ini, hanya akan merusak moodku saja. Mengingat wanita penyakitan itu hanya akan membuatku merasa begitu muak."

"Hahahaha, baik sayang."

Tiba-tiba suara ponsel pun berbunyi.

"Menggangu saja," gerutu Abimana saat sedang asyik mencium bibir merah Ghea dengan begitu bergairah. Abimana pun mengabaikan panggilan itu dan terus menciumi tubuh indah kekasihnya. Namun panggilan telepon itu terus berdering.

"Abi, sebaiknya kau angkat teleponmu dulu. Siapa tahu penting."

Abimana kemudian mengambil ponselnya.

[Ya, halo Ma.]

[Abiiiiii, kamu dimana sih?]

[Ada urusan pekerjaan, ada apa ma?]

[Abiiii sekarang juga kau harus ke rumah sakit! Amanda tadi sudah mulai bergerak, dia sudah bisa membuka matanya dan menggerakkan jari tangannya Nak.]

[Apa? Apa dia sudah sadar?]

[Belum tapi kata dokter ini perkembangan yang baik, Abi. Mungkin sebentar lagi dia sadar, sebaiknya kau cepat menunggunya di sini.]

[Tapi ma, Abi sedang ada urusan pekerjaan.]

[Tidak ada tapi-tapian, Abiiiii!!! Cepat kau kesini sekarang juga!!!]

[Iya.. Iya Ma.] jawab Abimana dengan begitu lemas.

"Ada apa sayang?"

"Amanda, tadi Amanda sudah menggerakkan tangannya."

"Hahahaha, akhirnya istrimu sadar juga."

"Ya, mungkin ini karena dokter kakak beradik itu, David dan Vallen yang terus mengontrol kesehatan Amanda sehingga dia cepat sadar dari komanya."

"Ini tidak bisa dibiarkan, Abi. Jika kedua dokter itu terus menangani istrimu secara intensif, maka istrimu bisa sembuh dari penyakitnya. Ini sangat berbahaya, rencana kita bisa berantakan."

"Iya Ghea, aku akan mencoba untuk meminta agar Amanda mendapat perawatan di rumah saja."

"Iya kau benar Abi, lebih baik sekarang kau pergi ke rumah sakit untuk melihat bagaimana keadaan istrimu."

"Iya Ghea, aku pergi dulu sekarang."

"Ya."

Abimana pun kemudian keluar dari apartemen milik Ghea lalu pergi ke rumah sakit tempat Amanda dirawat. Setengah jam kemudian, dia pun sudah sampai di rumah sakit tersebut lalu bergegas menuju ke kamar perawatan Amanda. Saat Abimana membuka pintu perawatan itu, tampak Vera, mamanya sedang berdiri di samping Amanda sambil menatap wajah pucat wanita itu.

"Bagaimana keadaannya Ma?"

"Tadi dia membuka matanya dan mengerakkan jari-jarinya menurut dokter itu adalah perkembangan yang bagus, semoga saja dia bisa sadarkan diri secepatnya."

"Iya ma."

"Mama pulang dulu ya, mama harus mengurus anak kalian, Sharen. Kau tolong jaga Amanda di sini."

"Iya ma."

Vera kemudian keluar dari ruang perawatan Amanda, sedangkan Abimana tampak mengamati wajah pucat istrinya yang kini terbaring di atas ranjang rumah sakit.

'Kenapa kau tidak langsung mati saja! Aku sudah lelah berpura-pura bersikap manis padamu selama bertahun-tahun, jika saja perusahaan itu sudah menjadi milikku tentu aku tidak perlu seperti ini. Tapi entah kenapa saat aku akan berhasil merebut perusahaan milikmu selalu saja ada yang melindungimu, dasar wanita sialan! Bagiku kau hanyalah wanita kurus penyakitan yang begitu menjijikan. Bahkan saat menyentuhmu saja aku harus menutup mataku dan membayangkan jika dirimu adalah Ghea,' gumam Abimana sambil menatap Amanda dengan tatapan sinis.

"Ghea, ya Ghea, kenapa aku tidak memanggilnya saja agar dia ke rumah sakit ini? Sangat membosankan jika aku harus menunggu wanita penyakitan ini sendirian di sini."

Dia kemudian mengambil ponselnya lalu menelpon Ghea.

[Halo Ghea, bisakah kau datang ke rumah sakit sekarang?]

[Aku sudah mengantuk, Abi.]

[Baik jika kau tidak mau menuruti kata-kataku, aku tidak akan memberikan uang belanja untukmu besok.]

[Baiklah, aku akan ke rumah sakit sekarang.] jawab Ghea sambil menggerutu.

Abimana pun tersenyum "Ghea, kartumu saja ada di tanganku, kau tidak akan bisa menolak semua permintaanku," kata Abimana, kemudian berjalan menutup CCTV yang ada di ruang perawatan Amanda.

Beberapa saat kemudian, pintu kamar perawatan Amanda pun terbuka. Ghea pun masuk ke dalam kamar perawatan itu sambil menguap di depan Abimana.

"Kau benar-benar mengganggu waktu tidurku," gerutu Ghea sambil mendekat ke arah Abimana yang langsung menarik tubuhnya ke dalam pangkuannya.

"Aku rindu padamu sayang, kita lanjutkan di sini saja," kata Abi sambil menunjuk tempat tidur jaga untuk penunggu pasien.

"Di sini? Di samping istrimu?"

Abimana pun mengangguk.

"Ya, disini," jawab Abi sambil mencium bibir merah Ghea.

Tanpa mereka sadari, sosok yang tertidur di ranjang kamar perawatan itu sedikit menggerakkan bagian tubuhnya. Air mata pun mulai menetes di wajah pucatnya.

'Astaga, apa ini?' kata wanita itu dalam hati saat mulai mendengar de*ahan dan era*gan yang mulai bersahutan.

NOTE:

Sebelum membaca novel ini disarankan membaca SALAH KAMAR dulu ya, kalau males baca dari atas bisa mulai baca dari episode 223, tapi kalau ga baca juga gapapa kok, tetep nyambung 🤭😉

Eh othor emang selalu ribet sendiri 😂😂

Berzina Di Sampingku

'Astaga, jadi Mas Abi telah berselingkuh di belakangku? Tega sekali kau Mas, di saat aku tidak berdaya kau malah berzina di sampingku.' gumam Amanda sambil menangis.

Hatinya terasa begitu sakit, tubuhnya pun terasa bergetar dan memanas menahan emosi yang begitu berkecamuk, apalagi saat ini Abimana dan kekasihnya mulai menanggalkan pakaian mereka. Tapi Amanda tidak bisa berbuat apapun kecuali berdiam diri di atas ranjang, berpura-pura tidak berdaya seperti yang Abimana pikirkan.

'Tuhan, aku harus bagaimana? Aku tidak sanggup melihat mereka seperti ini tapi aku tidak bisa keluar dari kamar perawatan ini begitu saja. Apakah aku harus melihat perzinahan yang dilakukan oleh suamiku? Apakah aku harus melihat dia menikmati tubuh indah wanita lain? Apakah aku harus mendengar de*ahan dan e*angan yang keluar dari mulut mereka? Rasanya aku ingin pergi dari sini tapi tidak mungkin, jika aku pergi Mas Abi akan tahu jika aku sudah sadar, aku tidak ingin dia tahu aku telah mengetahui semua kecurangan yang dia lakukan, kupikir dia hanya melakukan kecurangan di perusahaanku tapi ternyata dia juga telah mengkhianatiku dengan cinta palsunya. Tuhan, tolong kuatkan aku untuk melalui malam yang begitu berat ini. Oh Tuhan, ingin rasanya kutulikan telinga ini.' gumam Amanda saat mendengar de*ahan dan e*angan yang kian bersahutan.

"Ghea, aku sangat mencintaimu." kata Abimana di sela permainan panasnya dengan Ghea, hentakan kakinya pun membuat suara ranjang tempat tidur kecil itu pun mulai terdengar berdecit kian kencang.

"Aku juga Abi, kau juga begitu perkasa dan menggairahkan." jawab Ghea sambil mengimbangi permainan Abi disertai ******* yang semakin menyayat hati Amanda.

Meskipun matanya terpejam tapi bayangan tubuh Abi yang sedang menikmati lekuk tubuh Ghea begitu tergambar jelas dalam bayang-bayang redup cahaya lampu di ruang perawatan itu. Apalagi saat Abimana memainkan bu*h da*a milik Ghea dengan begitu bergairah.

'Astaga, Mas Abi tidak pernah melakukan seperti itu dengan begitu bergairah saat sedang bercinta bersamaku. Jadi, apakah dia selama ini melakukan itu denganku hanya berdasarkan atas sebuah keterpaksaan untuk melakukan kewajibannya sebagai suami dariku?' gumam Amanda lagi.

Hingga hampir satu jam lamanya, permainan panas mereka pun berakhir. Amanda pun kini bisa bernafas lega setelah mendengar Abi dan kekasihnya telah menyudahi permainan mereka. Kini mereka merebahkan tubuh tela*jang mereka di atas tempat tidur kecil itu sambil berpelukan.

"Permainan yang menyenangkan bukan?"

Ghea pun menganggukkan kepalanya.

"Meskipun ini hanya di sebuah ranjang jaga di rumah sakit." jawab Ghea sambil terkekeh.

Abi pun tersenyum.

"Bagaimana jika kita melakukannya lagi?"

"Apa kau masih sanggup?"

"Tentu saja." jawab Abimana, kemudian mulai menciumi bibir merah Ghea. Beberapa saat kemudian, ******* dan erangan itu pun mulai terdengar kembali.

'Oh Tuhan, kuatkan aku, kuatkan aku.' gumam Amanda sambil meremas sprei yang ada di bawah tangannya. De*ahan dan e*angan pun kini kembali terdengar di telinga Amanda

"Ini sudah hampir pagi, pulanglah." kata Abimana sambil mengenakan pakaiannya setelah mereka menyudahi permainan mereka.

"Iya aku pulang dulu." jawab Ghea sambil bangkit dari atas ranjang, namun Abi menarik tubuhnya kembali ke dalam pelukannya lalu mencium bibirnya dengan begitu bergairah.

"Abi lepaskan, apa belum cukup permainan malam ini?"

Abi pun hanya bisa terkekeh. "Aku tidak akan pernah puas jika melakukan ini bersamamu, Ghea."

"Sudah, aku pulang dulu sebelum ada petugas rumah sakit yang tahu kedatanganku." kata Ghea sambil meninggalkan ruangan itu. Abi pun tersenyum, dia kemudian merebahkan tubuhnya di atas ranjang jaga yang ada di samping tempat tidur Amanda. Mendengar dengkuran halus, Amanda pun kemudian memalingkan wajahnya dan melihat Abimana yang sudah terlelap. Dia kemudian menangis sambil menatap Abi dengan tatapan begitu tajam.

'Dasar laki-laki biadab! Tunggu saja, aku pasti akan membalas perbuatanmu!'

💜💜💜💜💜

Sinar matahari mulai masuk melalui celah-celah jendela kamar perawatan Amanda. Perlahan Abi pun membuka matanya saat mendengar suara berisik yang ada di kamar perawatan tersebut. Saat netranya terbuka, tampak beberapa orang perawat dan seorang dokter yang sedang berdiri di samping Amanda.

"Oh Pak Abi, anda sudah bangun?"

"Ya, ada apa Dok? Kenapa ramai sekali?"

"Istri anda sudah sadar dari komanya. Tadi pagi saat salah seorang perawat mengganti infusnya, Nyonya Amanda perlahan membuka matanya dan menggerakkan jari-jarinya tangannya."

"Jadi istri saya sudah siuman Dok?"

"Ya."

Abimana pun kini mendekat ke ranjang Amanda. Saat berdiri di samping ranjang itu, tampak Amanda menyunggingkan senyumnya dengan begitu manis.

"Amanda, kau sudah bangun?"

"Iya Mas."

"Syukurlah." jawab Abi kemudian memeluk tubuh Amanda.

'Dasar berdebah kau mas, laki-laki kurang ajar, semua yang kau tunjukkan adalah palsu.' gumam Amanda sambil menatap Abimana yang kini masih memeluknya sambil meneteskan air matanya.

"Akhirnya setelah dua bulan kau mengalami koma, kau sadar juga, Amanda sayang." kata Abimana sambil membelai rambut Amanda.

"Iya mas."

"Emh maaf Tuan Abimana, bisakah anda ke bagian farmasi sebentar untuk menebus obat ini?" kata Vallen sambil memberikan sebuah resep pada Abimana.

"Oh iya, baik Dokter Vallen." jawab Abimana kemudian meninggalkan kamar perawatan itu.

"Dokter, bagaimana dengan anak dalam kandungan saya? Apa dia berhasil diselamatkan."

"Ya, tentu saja. Dia lahir dalam keadaan sehat, meskipun saat saya mengoperasi anda itu masih jauh dari perkiraan kelahirannya."

"Syukurlah."

"Bayi itu begitu tampan, sama tampannya seperti ayahnya."

"Jadi anak saya laki-laki Dok?"

"Ya, anak anda laki-laki tapi entah kenapa beberapa jam saja setelah putra anda lahir, suami anda langsung membawa pulang bayi itu dengan begitu tergesa-gesa. Dia mengatakan jika orang tuanya ingin segera mengurusnya di rumah karena saat itu dia mengatakan jika kedua orang tuanya sedang sakit."

"Oh." jawab Amanda singkat, perasaannya pun kini mulai berkecamuk.

'Mas Abi membawa pulang bayi kami dengan begitu tergesa-gesa? Sebenarnya apa yang telah terjadi?' gumam Amanda dalam hati.

"Amanda kutinggal dulu ya karena aku harus mengurus pasienku yang lain, jika kau membutuhkan bantuan kami kau tinggal memencet saja tombol ini."

"Iya Dokter Vallen, terimakasih banyak."

Vallen pun mengangguk kemudian meninggalkan kamar perawatan Amanda.

'Mas Abi, membawa pulang bayi kami dengan begitu tergesa-gesa?' gumam Amanda sambil mengerutkan keningnya.

Beberapa saat kemudian, Abimana pun masuk ke ruangan tersebut.

"Amanda, aku sudah memberitahu mama jika kau sudah sadar, setelah selesai mengurus Sharen, dia akan langsung datang ke rumah sakit. Tapi untuk sementara kau tidak boleh bertemu dengan Sharen terlebih dulu."

"Sharen? Siapa itu Sharen mas?"

"Sharen, dia putri kita Amanda. Aku menamainya Sharen, bagaimana bagus kan?"

Amanda pun hanya tersenyum menahan perasaan yang begitu berkecamuk. 'Siapa anakku sebenarnya?'

Dimana Putraku?

'Kenapa Mas Abi mengatakan jika kami memiliki seorang putri sedangkan Dokter Vallen mengatakan jika aku melahirkan seorang bayi laki-laki? Apakah Mas Abi sudah menyembunyikan putra kandungku sendiri?' gumam Amanda sambil menatap Abi dengan tatapan tajam.

"Amanda, kenapa kau menatapku seperti itu?" kata Abimana sambil membelai rambut Amanda.

"Oh tidak apa-apa mas, kepalaku hanya sedikit pusing."

"Itu wajar karena kau telah mengalami koma selama dua bulan, lebih baik sekarang kau istirahat saja."

Amanda pun mengangguk, dia kemudian merebahkan tubuhnya kembali.

"Apa kau mau makan, Manda?"

Amanda pun menggelengkan kepalanya.

"Saat kau sudah merasa lapar atau membutuhkan sesuatu, tolong kau bilang padaku."

"Iya Mas, sekarang aku hanya ingin beristirahat."

"Iya."

Amanda kemudian berpura-pura memejamkan matanya, sambil sesekali mengamati gerak-gerik Abimana di dalam ruangan itu.

'Aku benar-benar tidak menyangka jika laki-laki seperti dirimu ternyata begitu jahat padaku, Mas. Semua kebaikan yang kau lakukan di depanku ternyata hanyalah palsu. Sejak kecil kau selalu melindungiku, menyayangiku, aku pun begitu bahagia saat kau menyatakan rasa cintamu padaku, tapi ternyata semua hanyalah sebuah kepura-puraan saja, dasar laki-laki biadab! Lalu bagaimana sebenarnya dengan putraku? Apakah aku harus mengatakannya pada mama? Ah tidak, jika aku mengatakannya pada mama pasti dia akan langsung memarahi Mas Abi, ini akan membahayakan bagi diriku karena semua rencanaku bisa hancur berantakan.' gumam Amanda dalam hati.

Beberapa saat kemudian, pintu kamar perawatan itu pun terbuka. Seorang wanita paruh baya masuk ke kamar tersebut dan langsung memeluk Amanda.

"Amanda, kau sudah sadar Nak!"

Mendengar teriakkan mamanya, Abimana pun bergegas menghampiri Vera.

"Abi, kenapa Manda masih memejamkan matanya? Tadi kau bilang jika Amanda sudah sadarkan diri?"

"Ma, sabar ma tenangkan diri mama. Amanda hanya sedang tertidur, tadi dia mengatakan jika kepalanya sedikit pusing jadi Abi menyuruhnya untuk beristirahat."

"Oh, tapi dia benar-benar sudah sadar kan Abi?"

"Iya ma, Amanda sudah sadar."

"Syukurlah." jawab Vera, dia kemudian duduk di samping ranjang Amanda sambil membelai rambut dan wajahnya. Vera pun mulai memijit tangan serta kaki Amanda yang terasa begitu kaku karena sudah satu bulan ini tidak bergerak.

'Mama.' gumam Amanda dalam hati.

'Meskipun aku bukan putri kandungmu, kau begitu menyayangiku. Aku janji, aku tidak akan pernah menyakitimu, ma.' gumam Amanda lagi. Air mata pun mulai keluar dari sudut matanya, perlahan dia pun membuka matanya.

Melihat Amanda yang membuka matanya, seketika Vera pun berteriak. "Amanda, kau sudah sadar?"

Amanda pun mengangguk, Vera kemudian memeluk Amanda sambil menangis. "Mama sangat merindukanmu, Nak. Mama yakin kau pasti bisa bertahan, putri kecilmu masih sangat membutuhkanmu, Nak." kata Vera sambil memeluk Amanda kian kencang.

"Putri kecilku ma?"

"Iya Manda, kau melahirkan seorang putri kecil yang begitu lucu, memang saat kau melahirkan mama tidak ada di samping kalian karena mama sedang menemani papa di rumah."

"Jadi aku melahirkan seorang anak perempuan?"

"Iya Amanda, kau melahirkan seorang bayi perempuan dan Abi menamainya Sharen, dia sangatlah lucu. Apa kau mau melihatnya?"

Amanda pun mengangguk. Vera kemudian mengambil ponselnya lalu memperlihatkan beberapa foto bayi yang ada di ponselnya.

"Ini putriku?" tanya Amanda sambil mengerutkan keningnya.

"Iya dia putrimu dan Abi, namanya Sharen."

"Dia sangat lucu." jawab Amanda sambil menutupi perasaannya yang begitu berkecamuk.

'Apakah tadi Dokter Vallen salah? Mungkin dia lupa jika aku melahirkan seorang bayi perempuan bukan bayi laki-laki seperti yang dia tadi katakan?' gumam Amanda sambil menelan ludahnya dengan kasar.

"Ma, lalu dimana papa?"

Mendengar pertanyaan Amanda, wajah Vera pun tampak tertunduk lesu. "Amanda tepat di hari saat kau melahirkan, papa pun meninggal Nak, itulah sebabnya mama tidak bisa menemanimu di rumah sakit."

"Astaga, jadi Papa Raka sudah meninggal ma?"

Vera pun menganggukkan kepalanya. "Itulah sebabnya hanya Abi yang mengurus dirimu dan Sharen, saat itu mama begitu terpukul akan kematian papa sehingga mama sempat melupakan dirimu dan hanya berdiam diri di rumah, sampai pada akhirnya Abi membawa pulang Sharen dari rumah sakit dan hidup mama bisa kembali berwarna karena kehadiran Sharen."

"Terimakasih banyak ma, terimakasih banyak karena mama sudah merawat Sharen selama Amanda di rumah sakit, mama adalah segala-galanya dalam hidup Amanda. Sejak kecil mama sudah merawat Amanda layaknya anak kandung mama sendiri, kini mama juga melakukan itu pada Sharen."

"Kau bicara apa Nak? Sharen adalah cucu kandung mama, tentu saja mama akan merawat Sharen dengan sepenuh hati."

Amanda pun tersenyum.

"Iya ma."

"Abi!!!" teriak Vera yang melihat Abi sedang memainkan ponselnya.

"Iya ma, ada apa?"

"Kenapa kau hanya sibuk sendiri, kau seharusnya selalu ada di samping Amanda, dia baru saja sadar, mungkin dia menginginkan sesuatu. Amanda, apa kau membutuhkan sesuatu Nak?"

Amanda pun tersenyum. "Ma, bisakah mama dan Mas Abi membelikan sesuatu untuk Manda?"

"Oh iya nak, tentu saja katakan saja apa yang kau inginkan."

"Manda ingin buah-buahan, Manda ingin mama yang memilihkan untuk Manda karena Manda tahu Mas Abi tidak pernah bisa memilih buah-buahan untuk Manda."

Vera pun tersenyum. "Tentu saja Nak, kami akan membelikan untukmu. Apa kau tidak apa-apa kami tinggal sendirian?"

"Tidak ma, mama tenang saja."

"Baik Manda, Abi ayo sekarang kita pergi." kata Vera pada Abi yang masih asyik memainkan ponselnya.

"ABIIIIIII!!"

"Oh iya iya."

'Kau pasti sedang sibuk menghubungi selingkuhanmu itu kan mas?' gumam Amanda sambil melirik pada Abimana. Mereka lalu keluar dari kamar perawatan Amanda, sedangkan Amanda langsung mengambil telepon yang ada di kamar itu, dia kemudian bergegas menelepon bagian perawat jaga.

[Halo, bisakah tolong disambungkan dengan ruangan Dokter Vallen?]

[Oh iya, tunggu sebentar.] jawab perawat jaga tersebut.

Beberapa saat kemudian, telepon itu pun tersambung ke ruangan dokter Vallen.

[Halo ada apa Amanda?]

[Dokter Vallen, ada yang ingin kutanyakan pada anda, apa anda yakin bayi yang saya lahirkan adalah seorang bayi laki-laki?]

[Iya Amanda, tentu saja. Aku yang mengoperasi dirimu, tentu aku tidak akan pernah lupa akan hal itu, bahkan aku memiliki catatan kelahiran putramu, satu kusimpan sebagai data rumah sakit sedangkan yang satunya sudah keberikan pada suamimu.]

[Oh baik Dokter Vallen, terimakasih banyak. Maaf sudah mengganggu anda.]

[Tidak apa-apa, Amanda. Selamat beristirahat, semoga lekas sembuh.]

[Terimakasih Dokter Vallen.] jawab Amanda kemudian menutup telepon itu.

Perasaannya kini pun kian berkecamuk. "Apa yang sebenarnya telah terjadi? Apakah Mas Abi telah menukar putra kandungku dengan bayi perempuan itu? Bahkan mama pun sampai tidak mengetahuinya! Mas Abi kau benar-benar licik!!"

"Lalu dimana putraku?"

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!