NovelToon NovelToon

Gadis Pilihan Tuan Muda

Part 1

"Aira...! bisa cepatan gak, gua uda laper banget ni." Teriak Riska dengan suara yang menggelegar

Aira pun segera membawakan nampan yang berisi makan dan minum ke dalam kamar riska. "Ni anak, makin jadi jadi aja kelakuannya. tunggu aja lo pembalasan gue."

"Lama banget sih lo. Lu tu harus ingat ini rumah gue. Lu mau gue usir, jadi gelandangan lu sana." Ucap Riska dengan menatap sinis.

Aira hanya diam dia mencoba untuk tidak mendengarkan perkataan Riska, Ia pun keluar dari kamar riska setelah menaruh nampan itu di atas meja.

Sebenar nya Aira tidak ingin pergi meninggalkan ibu dan adiknya di kampung. Tapi setelah mendapatkan telepon dari om nya, yang menawarkan pekerjaan. Aira setuju, karena ia ingin menyekolahkan adiknya sampai kuliah. Aira juga tidak mau melihat ibunya yang terus bekerja. Ia bertekad akan mencari uang yang banyak untuk membahagiakan ibu dan adiknya. Aira pergi dari rumahnya setelah mendapatkan izin dari ibunya.

Tak teras sudah jam delapan malam, Aira yang kebetulan berada di ruang tengah melihat Arya yang baru pulang dari kantor.

"Om, kapan Aira bisa masuk bekerja?"

Bicara dengan lembut dan sedikit agak gugup

Mamanya Riska yang baru keluar dari kamar. Langsung menjawab pertanyaan Aira. sambil berjalan menuju suaminya dan mengambil tas yang di genteng oleh suaminya.

"Duh kamu apaan sih. Omnya baru pulang sudah banyak pertanyan. Kamu gak kasian apa sama om mu. Lagian kamu dirumah aja temanin Riska. Uang bulanan kan tetap tante kirim ke ibu mu."

"Maaf om." Aira tersenyum paksa.

Huu sampai kapan sudah 3 bulan gue dirumah ini. bisa stres gue berhadapan sama tante dan riska terus.

"Iya gak apa. Bulan depan kamu sudah bisa bekerja." Sambil berjalan menuju ruang tengah. dan duduk di atas sofa.

"Duduk."

"Iya Om."

Tante mila jengkel sambil sesekali melirik sinis Aira yang duduk di hadapan mereka. Ia tidak mau terlihat buruk di depan suaminya. Karena memperlakukan Aira kurang baik.

"Pa.. Kalau Aira bekerja, Riska gak ada lagi temannya dirumah."

Aira menatap om nya dengan penuh makna setelah mendengar ucapan tantenya.

Jangan dengar om. *A*ira tersiksa kalau om gak ada dirumah. Lagian kan Aira disini mau bekerja bukan mau temanin Riska si anak manja itu.

"Riska kan kuliah mah. Kasian juga Aira dirumah terus. Aira kan juga butuh hiburan di luar rumah. Dia juga butuh teman." Ucap om Arya meyakinkan istrinya.

"Ya betul sekali om." Jawab Aira semangat.

Mila langsung menatap Aira dengan sinis.

Dasar benalu. Dulu mamah nya sekarang anak nya.

"Ya sudah Om mau istirahat. Nanti kita bicarakan lagi. jabatan apa yang cocok untuk kamu."

"Iya om, makasih." Jawab Senang.

mereka langsung menuju kamar nya masing masing. Aira sangat senang karena sebentar lagi ia akan bekerja. Dan menghbis kan waktu diluar rumah.

"Pa, Aira dirumah aja temanin riska. Lagian dia mau papah kasi kerja apa. Mana ada jabatan yang cocok untuk dia. Dia kan cuma lulusan smk pa." Ucap mila sambil memijat kepala suaminya dengan lembut. Mila gak mau jika nanti Aira lebih unggul dari Riska.

"Mah. Aira papah panggil kesini memang untuk bekerja. Papa ingin Aira menjadi orang yang sukses kedepannya. Kasian mah. Papanya sudah meninggal. Hesti juga kasian kan jika harus bekerja terus menerus." Jawab Arya.

"Yah pah, tapi kan...

"Uda Mah, papah capek mau istirahat." Jawab Arya singkat ia tidak ingin berdebat lagi dengan istrinya.

Mila sedikit kesal dengan Arya yang selalu mengurus saudara nya itu. Meski mila sudah hidup mewah. Ia tetap tidak ingin membagi hartanya kepada saudara Arya.

Dulu juga Mila pernah menelpon Hesti agar tidak terus meminta uang kepada Arya. Ia selalu mengira Hesti meminta uang bulanan. Padahal lia tidak pernah meminta apapun dari Arya. Arya lah yang selalu mengirim Lia uang. Karena Arya kasian dengan adiknya itu. Yang sudah menjadi janda.

***

Pagi yang cerah semua ada di meja makan. Aira ikut membantu bi Ina menyiapkan makanan di atas meja.

Arya turun dari tangga bersama dengan Mila. Mereka langsung menuju meja makan.

"Pagi om." Sapa Aira dengan senyumnya kepada arya.

"Ponakan om rajin ya. Pagi pagi sudah bangun." Puji Arya. yang membuat telinga Mila panas mendengarnya.

Tak lupa Aira juga menyapa Mila. "Pagi tante." Ucap Aira dengan ramah.

"Hem." Jawab tante dengan malas.

Ni anak pandai sekali cari muka.

Mereka pun duduk di meja makan. Saat Aira sudah selesai menata makanan di atas meja. Ia pun segera ke dapur bersama bi Ina.

"Ra. mau kemana? Belum makan kan. Ayo makan, sama om dan tante."

Aira langsung melihat wajah tante Mila. yang sangat melihat kan ketidak sukaannya.

Gue kerjain lu nenek sihir.

"Iya om." Aira langsung duduk tanpa menghiraukan tantenya. Aira tau tante nya pasti sangat tidak suka kalau Aira ikut makan bersama mereka.

Mila sangat tidak berselera makan hari ini. Biasa nya Aira selalu menolak. Saat Mila memberikan tatapan sinisnya. Tapi kali ini. Ia melihat Aira tidak menghiraukannya.

"Oh yah om. Aira kok gak lihat riska yah. Padahal kan ini masih sangat pagi." Ucap Aira, Ia sengaja membuat tantenya itu semakin panas dengannya. Aira sudah capek jika harus tindas terus oleh kedua perempuan itu. Walau pun Aira sedikit takut. Setelah om nya pergi ke kantor. Ia pasti akan habis di caci maki oleh tantenya.

"Uhuk uhuk." Mila segera mengambil air putih Dan meminumnya. Ia sedikit melotot melihat Aira.

Ni anak kenapa, awas ya kamu. Dasar benalu.

"Mah. Kemana Riska?" Ucap Arya sambil melihat Mila penuh tanda tanya.

"Itu pah, Riska itu. Riska lagi nginap dirumah temannya. Riska kan juga sibuk pemotretan, sudah ijin kok sama Mama ada tugas kuliah yang harus mereka selesai kan. Rajin ya pah anak kita, riska sangat semangat dengan kuliahnya." Jawab mila yang sedikit gugup. Ia selalu menutupi kelakuan buruk Riska di depan Arya.

"Lain kali jangan biarkan Riska nginap di rumah temannya." Jawab Arya datar. Dia tidak suka jika anak perempuannya selalu keluyuran. Selain itu juga. Arya tidak suka jika Riska menjadi model. Dia ingin anak nya membantunya mengolah perusahaannya.

Sarapan pagi telah usai. Arya segera pergi berangkat ke kantor. Aira segera membersihkan meja bersama bi Ina.

"Duh mati gue. kenapa juga mulut gue tadi gak ke kontrol."

"Mah, beri tau Riska jangan sering pulang larut malam. Apa lagi sampai menginap dirumah orang."Ucap arya sebelum memasuki mobilnya.

"Iya pah. Riska gak pernah aneh aneh kok. Kok papa gitu sih sama anak sendiri."

"Papah cuma ingin Riska belajar mandiri seperti Aira." Mendengar itu telinga Mila langsung panas. Ia tidak suka kalau Arya memuji Aira.

"Iya pah." Jawabnya singkat.

Setelah mobil Arya jalan dan keluar gerbang. Mila langsung masuk rumah dengan langkah kaki yang cepat. Dan langsung menuju kedapur. Menemui Aira.

" Eh benalu. Anak gak tau diri. Sudah bagus saya mau mengizinkan kamu tinggal disini. Kamu sengaja ya. Membuat Riska jelek di mata papah nya" Mila terlihat sangat geram sambil mencekam lengan Aira dengan kuat.

"Maaf tante." Hanya itu yang mampu Aira ucapkan. Ia meringis kesakitan karena cengkeraman yang begitu kuat di lengannya.

"Awas yah kamu sekali lagi berani menanyakan, atau ikut campur urusan Riska." Bentak mila.

"Bi ina. Biar kan anak gak tau diri ini yang membereskan semuanya. Bibi gak boleh ikut membantu nya." Mila pun pergi dan mendorong Aira sampai tersungkur di lantai.

Mila sangat jengkel. Selama ini ia selalu menutupi kelakuan riska yang suka menginap dirumah temannya. Mila juga tidak tau apa yang Riska lakukan di luar rumah. Ia selalu mempercayai ucapan Riska. Mila juga tidak mau membuat anak semata wayangnya itu sedih. Makanya Mila selalu memanjakan dan menuruti kemauan Riska.

Bi Ina sedih melihat Aira diperlakukan seperti itu. Tapi apalah daya bi Ina tidak bisa membantu. Selain memberikan semangat kepada Aira.

Part 2

"Aira....!" teriak Riska dari pintu utama. Ia baru saja pulang Dari clab malam. Ya itu lah kebiasaan Riska yang hanya foya foya dan juga hura.

Aira langsung menghampiri Riska. Ia mengambil kertas yang riska lempar kan kepadanya.

Dasar gak tau sopan santun.

"Ambil Baju gue ke butik itu." Ucap nya dengan ketus.

"Tapi..

"Gak ada tapi. Entar malam gue mau pakai baju itu. Cepat sana lu pergi!" Riska meninggalkan Aira dan tidak mau mendengarkan kan ucapan Aira.

Riska langsung menuju ke kamarnya untuk beristirahat. terukir senyum jahat di bibirnya. Riska tau. Aira pasti kesulitan menemukan butik itu. Dia juga membayangkan gaya Aira yang norak datang ketempat elit seperti itu. Riska yakin Aira pasti malu dan bingung.

***

"Neng benar mau kesini?" Tanya kang ojek yang ragu melihat penampilan Aira yang sederhana.

Saat mereka sampai di depan butik yang sangat terkenal itu. bahkan itu tempat kalangan artis berbelanja.

"Lah iya. emang kenapa pak?" Jawab Aira, Sambil mengambil uang di kantong celananya, Ia tidak menggunakan tas ataupun dompet, ia sadar dengan pertanyaan kang ojek. tapi dia tidak mau ambil pusing soal penampilannya. toh orang yang didalam juga tidak ada yang mengenalnya.

"Gak papa neng, ni kembalinya." Kang ojek pun segera pergi setelah mengucapkan terimakasih kepada Aira.

Dengan rasa yang sedikit gugup Aira melangkahkan kakinya masuk kedalam butik itu. Saat masuk kedalam butik itu Aira terlihat bingung semua orang sangat cuek dan tidak menganggap dia ada. Tidak ada yang menyambut nya. Padah ia jelas jelas melihat karyawan itu menyabut tamu dengan sopan, tetapi tidak dengan dirinya. Tapi dengan sikapnya yang cuek ia tidak perduli dengan itu, selama tidak mengganggunya, ia melihat seorang pria yang duduk di sofa butik itu. Aira pun berlahan menghampirinya.

"Ehem" Aira berdehem

Pria itu langsung menegakkan tubuhnya yang sedang bersandar di sofa. Ia menatap heran gadis yang ada di depannya itu.

idih ganteng banget ni cowo. baru pernah liat gue yang beginian

Aira sangat kagum saat melihat wajah pria itu. Tapi ia berusaha mengontrol dirinya agar tetap tenang, ia pun memberanikan dirinya bertanya.

"Mas, saya mau tanya, dimana saya bisa mengambil baju yang sudah di pesan?" Ucap Aira polos.

Tiba tiba seorang merik lengan Aira agar menjauh. Itu adalah seorang perempuan karyawan butik itu. Ia terlihat gugup. Karena ada yang berani menganggu tuannya.

"Hey, apa!" Ucap Aira dengan nada kesalnya ia pun melepaskan tangan perempuan itu dan menganghampasnya dengan kuat.

"Aww" perempuan itu meringis

"Maaf anda tidak boleh mengganggu ketenangan tuan Arga." Ucap perempuan itu, mereka berdua masih berdiri di depan Arga yang masih memperhatikan Aira.

"Hey siapa yang menganggu, Tuan apa. Maksud lo apa!" Jawab Aira ketus

Perempuan itu pun melirik sekilas Arga.

"Maksud lo mas ini." Jawab Aira sambil menunjuk ke arah Arga.

"Jaga sikap anda!" karyawan itu berkata tegas memperingati agar Aira tidak bertingkah kurang ajar.

Aira memperhatikan sekeliling nya menjadi hening dan semua memperhatikannya.

Lah apa yang gue lakuin, kok jadi seram gini.

Arga langsung berdiri, Ia pun langsung berlalu begitu saja tanpa ekpresi apapun dan pergi ke ruang khusus yang ada di butik ini.

Arga Putra Rahandirta. Adalah pewaris tunggal perusahaan terbeser yang ada di kota ini. Wajahnya yang tampan dan kulitnya yang putih serta postur tubuh yang tak kalah dengan model terkenal, membuat semua wanita yang melihatnya akan langsung terpanah dengan ketampaan nya. karisma yang ada pada dirinya membuat orang orang mengagumi nya.

Tapi dengan sikapnya yang dingin membuat orang orang sangat segan, bahkan takut untuk mendekatinya.

Arga langsung kembali bersandar di sofa untuk kembali beristirahat sejenak. Sambil menunggu maminya yang sedang bersiap. Ia terlihat senyum senyum mengingat wanita yang tadi memanggilnya mas. Ya untuk pertama kalinya ada seorang wanita yang memanggilnya mas.

"Baru datang ga?" Ucap Erika yang baru keluar dari toilet saat melihat anak kesayangan nya itu yang duduk di sofa.

"Dari tadi mi. cuma nunggu diluar." Jawab Arya sedikit malas. Karena ia sudah menunggu lama. Ia sedikit kesal cuma mau makan siang aja maminya berdandan seakan akan mau pergi ke acara pesta.

"Tumben mau tunggu diluar." Jawab mami yang sudah selesai memoles wajahnya. Tak lupa ia menambahkan lipstik merah di bibirnya.

"Cepat dong mi." Ucap Arga yang mulai bosan.

"Iya iya." Erika segera mengambil tas nya, ia pun keluar bersama dengan Arga.

Saat keluar dari ruangannya, Erika melihat keributan yang terjadi di butiknya, ia langsung berjalan dengan cepat ketempat keributan itu, yang disusul Arga di belakangnya.

"Duh ada apa ini?" Ucap Erika sembari bertanya kepada karyawannya.

Seketika empat karyawan yang berdebat dengan Aira diam dan menunduk. Saat salah satu karyawan itu mau menjelaskan. Aira dengan suara sedikit nyaring dan dengan wajah yang kesal menjawabnya. Bagaimana tidak empat karyawan ini sangat sombong dan menghina penampilannya.

"Gini ya bu, saya cuma mau mengambil baju yang sudah dipesan." Aira melangkah sedikit maju mendekati Erika. Tanpa ada rasa canggung sedikit pun cuma ada kesal yang ada dihati nya.

"Jaga sikap anda, saya harap anda bersikap sopan kepada nyonya Erika." Jawab karyawan itu yang sempat menarik lengannya.

Gini amat ya jadi orang miskin. Sepertinya ini pemilik butik ini. Uda tua tapi masih cantik aja.

Aira menarik nafasnya dan membuang nya perlahan, Ia lakukan sebanyak dua kali. Ia mengontrol dirinya untuk berbicara baik baik. Ia sangat jengkel dengan karyawan di butik ini. Walau tidak semua, tapi empat karyawan yang tadi mengeroyoknya dengan kata kata hinaan mereka. untung nya, di butik ini sepi di jam istirahat.

"Maaf bu saya hanya ingin mengambil baju yang sudah di pesan." Ucap Aira dengan sopan.

"Atas nama siapa." Jawab Erika datar

"Riska veronica." Ucap Aira jelas dan menyebut nama lengkap sepupunya itu.

"Sinta." Erika memanggil karyawannya dengan suara yang sedikit meninggi.

"Ambil paperbag di atas meja saya. Berikan kepada dia." Ucap Erika dan melihat Aira dengan wajah datar. Erika pun segera pergi dari butiknya itu.

"Duh itu perempuan atau apa sih. Gak pandai banget merawat diri. Sama anak bi Ijah aja, Masih bagusan anak bi Ijah. Erika membandingkan dengan anak pembantu yang ada dirumahnya, Mungkin pembantunya Riska kali ya Ga, Kok kelihatannya ganas. Gak seprti Riska yang cantik dan juga sopan." Ucap Erika saat di dalam mobil. Sedikit memuji Riska

Arga hanya tersenyum sambil mengemudi mobilnya dengan tenang. Ia mengingat Aira yang tidak kenal takut, dan juga melihat sikap polos gadis itu. Apalagi saat mengingat Aira yang menenangkan diri dengan menarik nafas nya, Arga sedikit gemas melihatnya.

"Arga! kok kamu senyum senyum sih. Kamu dengar gak Mami ngomong." Ucap Erika sedikit meninggi.

"Iya dengar Mi." Jawab Arga mereka pun sampai di cafe Diamond, Cafe mewah yang ada di kota ini.

Arga dan Erika memasuki restoran itu. Mereka di sambut hangat oleh karyawan itu, dan mengantarkan mereka kemeja yang sudah memang dipesan oleh Erika, Beberapa orang melihat mereka dan mengagumi ibu dan anak itu.

Tidak menunggu lama makanan yang mereka pesan sudah datang. Dua Pelayan wanita menyiapkan diatas meja dengan perasaan yang gugup, antar senang dan juga takut, takut jika melakukan kesalahan, sesekali wanita itu melirik wajah Arga yang sedang asik dengan hpnya. Pelayan itu merasa sangat beruntung melayani mereka. Ia sangat senang bisa melihat wajah tampan Arga dengan sangat dekat. Makanan sudah ia tata dengan rapi diatas meja.

"Selamat makan Nyonya dan Tuan Arga. Semoga kalian suka dengan hidangan nya." Ucap pelayan itu sedikit basa basi. Ia pun menundukkan kepalanya memberi hormat dan pergi meninggalkan meja itu.

Part 3

Riska sudah berdandan ia sangat cantik dengan dress berwarna peach yang pas di badannya. Ia juga menggunakan sepatu high heels senada dengan warna baju yang ia kenakan, rambut yang panjang ia biarkan terurterurai sedikit curly di ujung rambutnya. Tak lupa juga dia menggunakan perhiasan. Yang menambah kesan mewah pada dirinya.

"Kali ini gue yakin Arga pasti langsung jatuh cinta sama gue" Riska memuji dirinya didepan cermin, Ia sangat yakin akan menjadi bagian dari keluarga Rahandirta. Apalagi mendapat dukungan dari Erika. Erika sampai sampai menyiapkan dress untuk Riska makan malam dengan Arga.

"Duh anak mamah cantik banget sih." Mila melihat Riska yang turun dari tangga. Ia sangat suka melihat penampilan anaknya itu.

"Mau kemana sayang?" Ucap Mila sambil menghampiri Riska.

"Riska mau dinner mah." Ucap Riska dengan senyum di bibirnya.

"Sama siapa?" Mila menatap penuh selidik. Ia tidak mau kalau sampai Riska berpacaran sama orang yang tidak selevel dengan mereka.

"Hmm.. Sama Arga ma, Arga Putra Rahandirta." Ucap Riska kegirangan.

"Arga? Kamu serius Ris, wah Mama sangat senang, kamu jangan sampai melakukan kesalahan. Buat Arga jatuh cinta sama kamu. Pokonya kamu jangan sampai melepaskan Arga." Mila berkata dengan semangat. Dan memberi dukungan penuh kepada Riska.

"Tenang aja mah, Tante Erika mendukung Riska kok. Bahkan baju ini, tante Erika yang memberikan pada Riska." Jawab Riska meyakinkan mamah nya.

"Wah kamu sangat hebat sayang. Mamah bangga sama kamu. Kamu memang pantas bersanding dengan Arga. Cuma kamu yang cocok dengan Arga." Ucap Mila semangat dan sedikit menyombong.

"Udah dulu yah mah. Riska gak mau Arga menunggu lama."

"Iya, kamu cepatan pergi jangan sampai membuat Arga kecewa." Mila sambil menuntun Riska sampai pintu utama. Malam ini ia sangat senang apalagi membayangkan menjadi besan keluarga Rahandirta yang semua orang memimpikannyaa.

Mila kembali masuk kedalam rumah. Saat ia mau memasuki kamar nya, Ia melihat Aira yang sedang makan malam seorang diri di meja makan. Karena hatinya sedang senang ia mengabaikan Aira, Ia hanya memberikan tatapan sinis kepada Aira dan berlalu menuju kamarnya.

Tumben tuh nenek sihir gak nganggu gue. Kesambet apa dia?

Aira makan dengan lahap, walau tadi siang sempat membuat hatinya panas, saat berada di butik itu. Tapi masalah itu sudah dia lupakan.

Selesai makan Aira membereskan meja dan mencuci piring kotor yang ada di wastafel dapur tempat cuci piring. Bi ina bukan tidak mau mencucinya. Tapi dia takut melanggar perintah Mila. Bi ina disuruh istirahat hari ini dengan Mila. Dan tugasnya di gantikan dengan Aira.

***

Riska sudah sampai Di sebuah restoran mewah. Ia disambut ramah dan sopan, dengan karyawan restoran itu. Riska cukup terkenal sebagai model. Karyawan itu termasuk salah satu fansnya. Ia senang sekali menuntun Riska ke sebuah ruang privat yang sudah di booking Erika. Untuk Arga dan juga Riska.

Riska masuk, Ia melihat Arga yang sudah duduk di bangku yang sedang menatap layar handphone nya.

"Malam Arga." Ucap Riska selembut mungkin. Untuk mengambil perhatian Arga.

"Hem." Ucap Arga singkat tanpa membalas sapaan Riska dan tidak melihat Riska sama sekali. Ia masih sibuk dengan handphone nya.

Riska duduk tepat di hadapan Arga, walau sedikit kecewa dengan sikap Arga, dia merasa Arga cuek mungkin karena kedatangannya yang lambat.

"Dari tadi Ga? maaf yah sudah membuat mu menunggu." Riska berkata lirih, dengan nada yang di buat buat, agar Arga dapat memakluminya. Tapi Arga tidak menggubris ucapannya. Bahkan Arga tak kunjung melihatnya

Pelayan mengetuk pintu. Riska langsung mempersilahkan nya masuk. Riska sedikit kaget karena pelayan itu membawa makanan. Bahkan ia belum memesan apapun.

Pelayan itu menata makanan itu dengan rapi. Sebelum ia keluar dari ruangan itu. Ia memberanikan diri untuk meminta foto kepada Riska.

"Maaf nona Riska, apa saya boleh berfoto dengan nona?" Pelayan itu berkata dengan sangat gugup.

Riska antusias ia sangat ramah dan membolehkan pelayan itu berfoto dengannya. Walau sebenarnya ia sangat tidak suka dengan pelayan yang terlalu berpose dekat dengannya Tapi demi terlihat baik didepan Arga. Riska membiarkannya. Pelayan itu sangat senang bahkan ia tak sadar memeluk Riska.

"Nona sangat baik makasih sudah mau berfoto dengan saya." Pelayan itu berkata sambil memeluk Riska. Arga melihat sekilas kearah Riska yang terlihat risih, tapi dia tidak perduli dengan itu.

Pelayan itu segera sadar dan melepaskan pelukkannya. Ia mengucapkan banyak terimakasih, dan menunduk dengan sopan saat mau keluar dari ruangan itu.

Arga langsung memakan makanan yang sudah terhidang diatas meja. Tanpa memperdulikan Riska sama sekali. Sungguh Riska sangat marah dengan sikap cuek Arga.

"Makasih ya ga, sudah memesan makanan kesukaan saya." Ucap Riska basa basi dan berbohobg. Yang lagi lagi mencoba memulai obrolan, padahal Arga memesannya asal ia ingin segera menyudahi makan malam ini. Ia muak dengan wanita dengan tampilan yang seperti Riska. Karena hampir semua wanita yang mendekatinya hanya mencari muka dan menginginkan hartanya saja.

Arga makan dengan lahap tanpa memperdulikan Riska. Slesai makan Arga langsung berdiri dan ingin keluar dari ruangan itu, tapi riska menahannya

"Ga, mau kemana?" Ucap riska lembut. Ia tetap bersikap lembut walau tidak dapat perhatian dari Arga. Sebisa mungkin ia menahan amarahnya.

"Sudah selesai makan kan. Saya kesini hanya karna mami saya. Bukan hal yang lain." Ucap Arga sedikit tegas dan melirik lengan jasnya yang dipegang oleh Riska agar segera dilepaskan.

"Tapi ga..

Belum sempat Riska bicara Arga sudah keluar dan meninggalkan nya diruang seorang diri. Riska merasa prutasi dengan sikap Arga yang tidak menganggapnya ada.

"Aaaaaaaa" Riska berteriak sambil mengusal rambutnya. Ia sangat tidak terima dengan perlakuan Arga terhadapnya. Segera ia ingin menelpon Erika untuk mengadukan sikap Arga kepadanya. Tapi mamah nya sudah terlebih dulu meneleponnya. Mila sangat penasaran dengan Makan malam Riska bersama Arga.

"Mah.." Riska sedikit merengek.

"Sayang kok kamu sedih sih. Apa yang membuat mu sedih? apa Arga langsung melamar mu." Mila berkata dengan pikirannya yang sangat positif, Ia tidak mau memikirkan hal yang buruk. Ia yakin penampilan riska pasti membuat Arga jatuh cinta dengan anaknya.

" Gak mah, Arga bahkan tidak melihatku. Ia bahkan meninggalkan Riska sendiri. Riska akan aduhkan Arga dengan maminya." Ucap Riska sedih penuh ancaman.

"Aduh duh sayang, jangan dong. Erika tidak boleh tau dengan sikap putranya seperti itu. Kamu jangan mengaduhkan sikap Arga." Mila berkata sedikit menekan

"Kenapa mah. Biar tante Erika tau. Riska gak mau mah kehilangan Arga." Riska memelas.

"Maka dari itu. Kamu jangan mengaduhkan Arga. Erika hanya boleh tau kalau kamu makan malam romantis dengan putranya. Kamu jangan mengaduh, yang ada nanti Erika tidak mendukungmu, pokoknya kamu jangan mengaduh. Mama juga takut jika Arga marah kepadamu." Mila berkata dengan serius. Ia juga tidak mau batal menjadi besan keluarga Rahandirta. Ia sudah menghayal terlalu tinggi untuk menjadi bagian keluarga Rahandirta.

"Iya mah. Mama betul juga. Ya udah mah, malam ini Riska tidur di tempat teman Riska lagi ya." Ucap riska dengan memelas agar Mila mengizinkannya.

"Gak boleh sayang. Kamu harus segera pulang. Papah pasti nanti akan mencari mu. Tadi pagi Aira mengadukanmu dengan papah mu. Jadi kamu harus pulang." Ucap Mila. Ia sengaja berkata seperti itu, agar Riska semakin membenci Aira.

"Hu anak itu. Nanti Riska akan berikan dia pelajaran." Ucap riska sambil menggeram kan tangannya. Ia langsung menutup telpon itu. Dan segera keluar dari restoran itu.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!