Suatu ketika aku ( Miranda ) aku adalah gadis 16 tahun yang sengaja dikirim ke pondok ,di kota B oleh ibu dan kakakku, karena mereka harus membesarkan usaha Konveksi keluar daerah , ayahku sudah menikah lagi dan komunikasi bersama ibuku tidak begitu baik ,
Di pondok pesantren Al-Hikmah ini , sebut saja nama pondok pesantrennya , aku mulai menemukan beberapa sahabat dan dunia baru ,termasuk hal misterius yang dirasakan remaja pada umumnya.
sebut saja ia Kak Galang , seorang Kakak Kelas yang tampan , dan dia putra Sulung dari Pak Kyai pemilik pesantren.
hampir setiap hari aku selalu mencuri - curi kesempatan untuk melihat kak galang yang sibuk dengan kegiatan Voly ball nya dan Fotografinya .
Kelas kak galang ada dilantai 2 , tak heran aku bisa mengintip wajahnya yang sangat mempesona dari Ruang Perpustakaan,
Aku selalu menulis apa yang aku rasakan hari itu di buku diary ku , karena aku terlalu ragu untuk mengungkapkan kisah itu pada siapapun ,termasuk pada ke 3 Sahabatku.
Siska , Veli dan tina.
selain sahabatku ,mereka bertiga adalah teman sekamarku , hampir 2 tahun ini kami berbagi dalam hal apapun.
Dan melalui mereka aku mendapat informasi tentang Kakak Kelas idolaku.
aku sedikit kecewa, dan minder mendengar cerita dari teman - temanku,
Karena terlalu banyak santri wati di pondok yang mengidolakan ketampanan dan kebijaksanaan kakak kelasku.
akan tetapi aku mencoba bersaing dengan sehat , termasuk dengan beberapa kakak kelasku.
saat itu aku tidak sengaja menabrak kak galang yang sedang sibuk mengambil foto buku - buku di perpustakaanq.
" Maaf kak " aku mencoba untuk meminta maaf , akan tetapi Sang idola itu hanya diam sambil menatapku ,kemudian ia menunjuk kearah jilbabku.
" Sebaiknya , kamu lebih memperhatikan jilbab kamu ,karena sepertinya ada beberapa semut yang siap menyerang mu " katanya sambil mengambil beberapa ekor semut di jilbabku
entah kenapa tiba - tiba rasanya aku ingin pingsan , dan dadaku berdebar - debar rasanya.
" Terimakasih ya kak " ucapku sambil tersenyum.
" iya , sama - sama " imbuhnya kemudian keluar dari Perpustakaan.
aku sangat bahagia waktu itu, ingin rasanya aku bercerita pada ketiga sahabatku, akan tetapi aku malu,hingga akhirnya aku menuliskan kisah itu di buku diary ku
***
2 hari kemudian di Pondok diadakan sebuah perlombaan , baca ayat suci Al - Qur'an dan lomba seni karya lainnya , aku pun terlibat menjadi panitia di perlombaan itu mewakili kelasku , aku bergabung dengan Kak galang dan beberapa rekan anggota Osis lainnya.
Dari sini aku semakin mengagumi kak galang ,mengagumi tingkah lakunya dan semua tentangnya.
Sampai pada suatu hari selepas acara itu aku mendadak sakit , dan dipulangkan oleh pak kyai karena takut akan menular kepada penghuni pesantren lainnya .
pada saat aku pulang ,aku lupa kalau buku diary ku tertinggal di bawah bantal kamarku.
Aku Pun meminjam Handphone ibuku dan menghubungi teman - temanku lewat telfon sekolah.
akan tetapi sepertinya aku menemukan kejanggalan pada buku diary ku.
" Mir ... maaf saat kami hendak membersihkan kasurmu , tiba - tiba Umi laila ( Panggilan Istri pak kyai ) sudah memegang buku diary itu.
sontak aku menjadi pucat padam , dan aku pun mulai ketakutan,hingga membuat pikiranku mulai kacau.
1 minggu kemudian saat aku kembali ke pondok pesantren , aku mendapati Kak galang tengah didepan kelasku, sambil membawa buku diary ku.
" Asalamualaikum , mir " ia menyapaku terlebih dulu
" Waalaikumsalam kak " aku menjawab salamnya.
" aku ada pesan dari umi untuk kamu , dan apa bisa kita bicara sambil berjalan menuju taman " sambungnya.
Aku mulai sedikit gugup dan bingung , akhirnya aku meminta ketiga sahabatku untuk ikut denganku, sementara kak galang pun ditemani dua sahabatnya.
" Baru kali ini , aku menemukan seseorang yang begitu dalam mengidolakan aku " katanya pelan hingga menusuk telingaku.
" maksud kak galang? apa kak galang sudah membaca diary ku " aku penasaran
" iya , umi sudah memberi tahukan padaku , dan jujur , aku juga memiliki rasa kagum sama kamu mir ," tambahnya seraya sedikit menatap ke arahku.
" kalau biasanya anak- anak santriwati , dengan mudahnya mengatakan suka sama aku, dan saling bersaing untuk mencuri perhatianku, tapi tidak dengan kamu mir , kamu diam dan malah menulisnya dibuku itu " katanya
Aku menjadi malu, dan mulai gemetar
" Akan tetapi aku tidak bisa dengan bebas membalas perasaan kamu mir , selain kita masih seorang pelajar, kita juga belum cukup umur untuk merasakan yang namanya percintaan, dn kamu harus tahu mir , kalau aku adalah anak Sulung di keluarga Abi ku , jadi aku harus menjadi Sarjana untuk membanggakan Orang tuaku, serta untuk jodoh aku harus menerima yang dipilihkan orang tuaku, bukan aku menolak ... kamu mir ..., akan tetapi aku akan mencoba untuk menyebut nama kamu dalam tahajud ku, bila memang Kita berjodoh Allah , akan pertemukan kita suatu saat nanti, dan aku ingin menjadi imam bagimu , terangnya sambil memberikan buku diary ku.
Dan sejak saat itu kak galang dikirim ke Luar Negeri ,untuk kuliah dan menimba ilmu agamanya, sementara aku, ibu, serta kakakku memutuskan pindah ke kalimantan,Dan aku bersiap berangkat menuju kehidupan baruku.
Aku berharap disini aku bisa belajar lebih giat lagi , dan benar apa yang dikatakan kak galang, Belum saatnya aku jatuh cinta ,karena aku masih sangat kecil dan harus membanggakan orang tua, apalagi ibuku yang semakin tahun, semakin terlihat mulai tua dan tidak mungkin bisa bekerja keras lagi.
***
6 Tahun kemudian , aku telah lulus kuliah dari fakultas kedokteran , dan sudah saatnya aku kembali ke kota B , aku sedikit berharap bisa bertemu dengan kak galang, yang aku rasa saat ini ia telah menjadi sarjana dan kembali ke Indonesia.
akan tetapi saat aku mulai mencoba memikirkan tentangnya lagi , aku mendapat kabar dari salah satu sahabatku ,siska namanya.
" Mir ... kak galang , sudah datang dan dia akan menikah " saat mendengar kata - kata itu aku langsung lemas, aku merasa penantianku selama 6 tahun terlihat sia-sia
" Dengan siapa sis? aku mencoba menyelidiki tentang calon istri mantan kakak kelasku
" Dengan Fatima, putri bungsunya sahabat pak kyai dari jawa timur " jawab siska, menyebutkan nama gadis beruntung itu.
akhirnya setelah itu, aku putuskan untuk tidak lagi mengingat tentang pesantren dan kisah masa laluku.
Aku mengubah penampilanku dan mengikuti trend penampilan perempuan masa kini,
Ku Beranikan diri membuka hijab ku dan aku mengecat rambutku serta memakai baju yang sedikit terbuka.
Dan aku mulai kembali lagi menuju kota B dengan kisah baruku , dengan hatiku yang rasanya tertusuk duri.
Aku menghela nafas dan kembali menuju rumahku yang jaraknya 15 km dari pesantren kilat waktu itu.
Aku akan bekerja di Rumah Sakit milik ayah sahabatku, yang disebelahnya terdapat klinik kecil milik pak kyai , dan aku pun tidak sungkan dengan penampilanku yang sekarang.
Aku berharap aku tidak akan menoleh ke masa lalu lagi, aku pun mantap menjalani profesi baruku sebagai seorang dokter kandungan.
( Rumah Sakit Cakra Husada di kota B)
Saat hari pertamaku bekerja dan memasuki Rumah Sakit itu,
"bruk...ah..."kakiku tersandung hingga membuatku, hampir saja terjatuh, akan tetapi tiba-tiba aku merasa ada tangan yang menahan ku, aku pun dengan erat menggenggam tangan itu.
Setelah aku membenarkan posisiku, aku menoleh kearah wajah penolong itu,
Betapa terkejut aku saat melihat sosok pria tampan yang mulai ada kumis di atas bibir tipisnya itu, serta aku mulai melihat dia menatap ke arahku.
" Miranda ya ....,Asalamualaikum " ia menyapaku dan langsung mengenaliku.
" Waalaikumsalam, maaf anda siapa? aku pura -pura lupa ingatan.
" saya galang " jawabnya sambil tersenyum.
" maaf saya lupa , dan saya rasa ada banyak kegiatan yang harus saya lakukan di pekerjaan pertama saya , permisi" aku mencoba untuk pura-pura lupa ,kemudian segera pergi dari hadapan pria itu.
" bagaimana kabar kamu mir , adakah alasan kenapa kamu melepas hijab mu ? pertanyaannya tiba-tiba menghentikan langkahku, dan sedikit menusuk hatiku.
" saya rasa , ini kehidupan saya dan anda tidak perlu mempermasalahkannya " jawabku.
" Apakah 6 tahun , membuatmu lupa dengan kisah yang pernah dulu kamu punya untuk saya " imbuhnya.
" saya tahu, saya bukan wanita keturunan Alim , dan saya tahu mungkin bagi anda , cinta saya itu permainan anak SMA , tapi setidaknya saya sudah cukup setia , dengan perasaan saya selama 6 tahun ini , yang ternyata salah " kataku sambil berteriak
"miranda ... saya bisa jelaskan , kenapa pernikahan ini bisa terjadi " imbuhnya.
" tidak perlu , Tuhan telah menunjukkan bahwa kita tidak berjodoh...."
aku tak bisa meneruskan bicaraku lagi , aku mencoba untuk tersenyum untuk mencegah air mataku jatuh ,lalu aku segera pergi dari hadapan pria itu.
Hari itu aku sedikit merasa pusing, karena tiba-tiba saja kepalaku terasa pening.
" Selamat pagi ... Dokter Miranda " sapa seorang pria muda yang juga memakai seragam dokter sama sepertiku.
" Ferdi ... Kamu ,ngagetin saja " aku mengeluh.
" Oh ... Iya, Papa ingin bertemu " ajak pria itu kemudian merangkulku, dan dengan wajah riang aku menemui seorang Pria Paruh baya yang telah membantu ibuku untuk membayar biaya kuliahku selama 6 tahun.
" Selamat pagi paman ... " aku mencoba menyapa seorang pria yang sedang duduk bersama dengan pria berjubah putih, yang saat itu ditemani dengan sosok pria yang tadi menolongku,
Akan tetapi dalam ruangan ini, aku juga berjumpa dengan seorang wanita cantik bermata lebar, yang memakai hijab.
" Pak kyaiiiii" batinku dalam hati.
" Perkenalkan ... Pak kyai , ini adalah Dr.Miranda ... Calon menantu saya " gurau pria paruh baya itu, yang lebih akrab aku sapa paman ali.
" Masyaallah ... Ini miranda ,yang waktu itu pindah Ke kalimantan kan?" tanya pria berjubah itu sambil berdiri dan hendak menyalamiku.
Aku hanya tersenyum, kemudian mencium telapak tangan pria itu.
" Pa ... Jangan terlalu menggoda miranda, nanti ... Kalau ferdi beneran menikah sama miranda bagaimana?" sambung ferdi melanjutkan perkataan ayahnya yang belum usai.
" Silahkan duduk mir" ajak paman ali, aku pun duduk disamping ferdi , disitulah pembicaraan serius dimulai, dimana ternyata pak kyai akan mengirim beberapa ,santrinya yang akan menjadi relawan di salah satu desa yang terkena banjir, dan ia membutuhkan dokter kandungan, untuk menjadi teman calon menantunya.
" Tapi ... Saya , baru saja datang ... Dan ..." aku sedikit gugup
" Tenang saja, aku akan temani kamu" sahut ferdi sembari menggenggam erat tanganku.
Aku menghela nafasku dalam-dalam, dan melihat ke sisi yang lain , dimana aku melihat sosok pria muda yang juga sedang menatapku.
" Tapi ... Jika boleh, saya harap ... Nak miranda bisa memakai baju panjang, karena di sana sangat banyak nyamuk " sahut pak kyai memberiku nasehat.
" saya rasa ... Saya nyaman dengan apa yang sudah saya pakai, akan tetapi terimakasih atas nasehat Pak kyai" aku mencoba menghormati nasehat pak kyai.
***
Keesokan harinya, sebelum aku berangkat untuk pergi bersama dengan relawan yang lain, aku melihat sosok pria yang sama berdiri dihadapan rumahku yang masih berantakan.
" Asalamualaikum " pria itu terdengar mengucapkan salam padaku.
"Waalaikumsalam " balasku dengan ketus.
Pria itu terlihat mulai tersenyum, sambil berjalan menghampiriku.
" Apa anda benar-benar sudah lupa terhadap saya?"tanya pria itu.
" saya rasa ... Ini sudah saatnya, kita berangkat " jawabku sambil menarik koperku.
" biar saya bantu " imbuhnya
" tidak perlu, saya bisa sendiri ... Dan saya masih kuat " aku menolak niat baiknya untuk membantuku, menarik koperku yang berisi baju dan beberapa peralatan kerjaku.
***
Pukul 09.30, kami sudah sampai disebuah desa pelosok, yang sudah dipenuhi dengan tenda-tenda para pengungsi, disini aku merasa sangat bersedih, dan sesaat rasa sakit hatiku mulai tersamarkan, saat aku melihat seorang perempuan yang akan melahirkan.
" Toooolong ... Dok " teriak seorang pria seraya meneriaki rombongan kami.
" Kamu ... Pasti bisa " kata ferdi menyemangati ku.
Akhirnya aku dan wanita berhijab di sampingku, berlari menghampiri wanita hamil besar itu.
Dan kami segera membuat tenda darurat ,untuk tempat persalinan sementara.
Oek .... Oek terdengar tangisan sur bayi tepat di hadapanku, dan disaat yang sama, tiba- tiba saja hujan Turun dengan deras.
Saat itu hanya bersama, fatimah calon menantu pak kyai.
" Bagaimana ini ... Mir?"tanya fatimah panik
Karena mereka akan memandikan sang bayi, tendanya bocor.
" Jangan khawatir, lakukan didalam mobil saja" sahut seorang pria yang berdiri di sampingku.
" sebaiknya ... Memang begitu, karena kalau disini ,dia akan merasakan kedinginan " imbuh fatimah
" yasudah ... kamu bawah saja ,dia kesana ... Biar saya yang mengurus ibunya " aku mencoba bersikap profesional
" maaf mir ... Aku tidak bisa merawat bayi, karena aku juga masih dalam tahap belajar " jelas fatimah membuatku mendadak darah tinggi.
Dengan perasaan kesal, aku membawa bayi yang masih berlumuran darah itu kedalam mobil pria yang amat aku benci itu, dan aku melihat dengan tetap rendah hati, pria itu tetap sabar membantuku.
" Oek .... oek " suara bayi itu terdengar semakin keras.
" ini kenapa?"tanya pria bertubuh tegas itu, sembari berdiri di sampingku.
" ya ... mana saya tahu, biasanya ... Langsung diam, selesai mandi dan di bedong" jawabku ketus
" mungkin anda ... harus tersenyum, saat menggendong bayi " usul pria itu, seraya mengambil bayi itu dari dekapanku.
Dan bayi itupun seketika langsung diam, akan tetapi tak lama kemudian menangis lagi.
" Masyaallah ... Anak sholeh, cup... Cup ... Kamu haus ya , sebentar lagi ... Ibu kamu akan menyusui kamu " celotehku sambil mengayun-ayunkan bayi dalam pangkuanku.
" Dia ... Diam " kata pria itu sambil tersenyum padaku, aku yang tadinya tersenyum mendadak kembali menyeramkan.
" saya akan mengantar bayi ini ke ibunya " aku mencoba menghindari pria di depanku itu.
Akan tetapi tak lama kemudian, fatimah dan ferdi datang sambil membopong ibu dari bayi malang itu.
" kita harus segera mengadakan operasi mir, ada sesuatu didalam perutnya" teriak ferdi membuatku terkejut
" tapi ... Peralatannya ..." aku mencoba mengemukakan pendapatku.
" sekarang ... Aku dan fatimah, akan ke kota ... Dan kami tadi sudah sempat memompa beberapa asi untuk persediaan bayi ini, jadi kamu dan galang bisa tinggal disini sambil membantu pengungsi yang lain" jelas ferdi kemudian meninggalkanku dengan pria yang aku anggap jahat itu.
Malam hari, bayi itu kembali cerewet dan kali ini badannya panas.
" Kenapa lagi ?"tanya kak galang,mantan kakak kelas idolaku.
" ini ... Badannya panas " jawabku panik
" asinya ... Masih ada ?"tanya kak galang
" sudah habis, tapi tadi ada susu formula ... Tapi saya belum bisa menyeduhnya " jawabku lagi
" biar saya bantu " kata kak galang lagi kemudian membuatkan susu untuk bayi malang itu.
" Biar gantian saya ,yang gendong" pinta kak galang menawarkan bantuan.
" tidak perlu ..." aku masih saja ketus
" dari tadi saya lihat, anda terus berdiri sambil menggendong bayi ini, biar saya gantikan ... Kelihatannya ... Anda lelah" imbuhnya.
" Saya bilang tidak perlu ... , dan saya masih kuat " aku mulai sedikit emosi.
***
Saat aku akan beranjak pergi, pria itu menghentikan ku.
" Miranda ...,maafkan saya ... Bukan maksud saya, mengkhianati kamu ... Tapi sudah 3 tahun berlalu ,surat yang saya kirim tidak pernah kamu balas " kata kak galang membuatku terkejut
" apa ...! 4 tahun ! anda ... Hanya mengirim surat ke saya selama 2 tahun ... Itupun hanya beberapa, tidak sebanding dengan surat yang saya kirim " kali ini intonasi suaraku mendadak naik.
" bukan saya ... yang tidak membalas surat, akan tetapi anda ... Yang mengacuhkan surat dari saya , bahkan karena anda tidak membalas surat saya ... Saya pikir anda sudah tidak mau lagi berjuang untuk maju bersama saya " kata kak galang panjang lebar.
Kamipun akhirnya saling menatap, dan mendadak bayi yang ada dalam dekapanku menjadi tenang.
Setelah menidurkan adik bayi, aku menghampiri kak galang yang sudah menungguku didepan tenda darurat.
" saya rasa, ada kesalah pahaman antara kita" ia mulai membuka pembicaraan.
Dan ia kemudian menunjukkan beberapa surat usang, yang sengaja aku kirim lewat kantor pos, karena setelah berpisah waktu itu kami memang memutuskan untuk tidak memakai media sosial untuk berkomunikasi.
" Jadi ... Hanya ini surat yang sampai pada kak galang? Aku Pun mulai bertanya.
" iya ... " jawabnya lirih
" tapi saya membalas di tahun ketiga, saat kak galang mengirimkan tasbih untuk saya, dalam surat balasan itu saya juga mengirim gelang yang sengaja saya buat untuk kak galang" aku mencoba memberikan penjelasan yang lebih rinci.
" gelang ? ... Bahkan saya sama sekali tidak menerimanya " kata kak galang, membuatku tertegun sembari menatap kak galang yang terlihat serius.
" Terakhir ... Siapa yang mengirim surat itu? Tanya kak galang.
" Saya titipkan ,sama alif " jawabku
" bahkan saya meminta alif untuk mengantar surat kepada anda, dan surat permohonan maaf, karena saya akan dijodohkan dengan fatimah " sambung kak galang.
" saya akan menelfon alif ,dan meminta dia menjelaskan ... Apa maksud dari tindakannya ini " kata kak galang,kemudian menghubungi seseorang dengan ponselnya.
Selang beberapa saat kemudian, datanglah sebuah mobil pick -up ,yang mengangkut bahan-bahan makanan dan perlengkapan bayi.
" Kak ... " sapa seorang anak muda sembari berlari menghampiri kak galang, dan seketika ia terlihat gugup saat melihatku duduk di kursi yang tidak jauh dari tempat kak galang berdiri.
" Kebetulan ... Kamu, disini ... Jelaskan pada saya, dimana gelang saya ... Dan surat saya dari miranda ?"tanya kak galang pada anak muda yang usianya beda 3 tahun dariku.
" Geeeeelang " ia terlihat gemetar
" dan ... Kamu kemanakan surat miranda dari saya ?" tanya kak galang menbuat anak muda itu merasa tersudut
" Aaaaaaaaanuuuuuuu" anak muda bernama alif itu , terlihat ketakutan.
***
Barulah keesokan harinya, kak galang kembali menemuiku bersama alif sepupunya, yang duli telah menjadi pengantar surat kami.
" Maaf mir ... surat kalian, telah disita umi " kata alif membuat aku dan kak galang saling beradu pandang.
" umi ? " kak galang ingin memastikan apa yang baru saja ia dengar, adalah benar
" iya umi ... , setelah alif ketahuan mengantar surat kekantor pos ... Setelah itu umi langsung memutus komunikasi kalian " jelas alif membuatku tersenyum tipis.
" Kata umi, kak galang ... Sudah berjodoh dengan kak fatimah, dan menurut nasab keluarga perjodohan itu harus tetap di lakukan " kata alif menyempurnakan penjelasannya.
Dari sini aku langsung paham, bahwa dari awal umi kak galang memang tidak merestui kami, bahkan saat kami belum memiliki status hubunganpun, umi kak galang sudah langsung memutuskannya.
Setelah mendengar penjelasan dari alif, aku semakin kuat, untuk mengubur jauh-jauh perasaanku ,untuk kak galang.
Aku mencoba menepis rasa sakit hatiku dengan kembali melaksanakan kewajibanku sebagai dokter yang dikirim untuk menjadi relawan.
Siang ini , selesai makan siang aku dan beberapa santri yang menjadi relawan dideaa itu ,pergi ke pinggiran desa yang sebagian penduduknya masih belum mau mengungsi.
*Pov 3*
" jangan ... Kak ... Sebaiknya kak galang jangan kedesa sana , disana sngat berbahaya" pinta alif sambil mencegah galang pergi
" alif ... Miranda, dan santri yang lain ... Turun kedesa sebelah, jika kita tidak menyusul mereka ...bagaimana bila tiba-tiba , hujan deras ... Dan mereka terjebak " kata galang sambil terus berjalan menyusuri jalan yang sangat licin , dengan sangat terpaksa akhirnya alif mengikuti kakak sepupunya itu.
Dan apa yang ditakutkan galang benar-benar terjadi, saat miranda dan keempat santriwati hendak kembali ketenda pengungsian, tiba-tiba hujan turun sangat deras.
" mari kita percepat dokter mira " ajak seorang gadis belia yang berpawakan kurus
" iya ... Dok, takut hujan semakin deras ... Dan jalan licin " sahut gadis yang lain, mirandapun dengan hati-hati segera mempercepat jalannya untuk kembali ketenda pengungsian.
" Tooooolong ....tolongggg" tiba-tiba terdengat suara, orang meminta tolong
" sepertinya ada yang meminta tolong" kata miranda sambil menghentikan langkahnya
" iya ... Sepertinya dari aras atas sana bu dokter" seru gadis yang sedang bersamanya.
Dan tak lama kemudian saat miranda dan keempat gadis itu sampai di dekat bukit, ia melihat alif yang sedang berteriak meminta tolong sambil tangannya memegang tangan galang yang sudah dipenuhi darah.
" Alif " teriak miranda kemudian berlari menghampiri alif.
" ini ...kenapa ? Kok kak galang pinsan ?"tanya miranda lagi
" tadi ... Kakak jatuh karena jalannya licin, dan sepertinya kakinya juga terkena ranting pohon" jawab alif gugup
Mirandapun membantu alif membopong galang kembali ketenda pengungsian.
Namun sesampainya disana, tenda itu sedang dipakai untuk melakukan pemeriksaan untuk para lansia.
" Bawa kemobil saja, dan buat atap seadanya dari plastik yang ada " pinta miranda memberikn intruksi.
Dan setelah itu, miranda mulai melepas jaket galang, dan membersihkan darah di lengan galang, dan berlanjut dengan membuka kaos kaki galang.
" Kak ... Sadar ... " miranda mulai mencoba menyadarkan galang
" kenapa bisa seperti ini?" tanya miranda sambil menahan air matanya, karena ia melihat betapa banyak darah yang keluar dari kaki galang.
" tadi ... Aku sudah mencegah untuk tidak menyusul kamu, tapi dia bersih keras untuk pergi " jelas alif
" Kak galang ... Sadar " miranda mulai memberanikan diri menggenggam tangan galang yang terasa dingin.
***
Beberapa jam kemudian, galang mulai merasa kakinya sangat sakit .
" ahgwwwwww...." keluh galang sambil mencoba bangkit.
" kak ... Kamu sudah sadar " miranda langsung membantu galang untuk bangun
" mir ... say kenapa?"tanya galang sambil memegang kakinya yang selesai diperban
" kak ... Kenapa kak galang, tidak mendengarkan .. Alif, kenapa kak galang malah mau mencari saya " isak miranda membuat galang tersenyum.
" Kenapa kak galang malah tersenyum ?"tanya miranda penuh keheranan
" Baru kali ini ... Saya melihat anda, begitu peduli sama saya " jawab galang membuat miranda kembali bersikap ketus.
Saat miranda akan memalingkan wajahnya lagi, galang langsung mengenggam tangan miranda.
" Terimakasih ... Karena sudah peduli sama saya " ucap galang sambil menahan rasa sakit di kaki dan lengannya.
" Saya mencintai kamu mir" tiba-tiba galang menyatakan cintanya dihadapan alif dan keempat santriwati yang menjadi tim miranda.
Mirandapun terkejut, ia melihat semua orang juga sedang menatap kearahnya.
" Saya ... Akan berusaha ,mencari cara untuk menolak pertunangan ini " sambung galang membuat miranda sedikit tersenyum, dan pura-pura tidak mendengarkan
" Bila ... Dulu ,kamu yang mengejar saya ... Maka ijinkan saya yang mengejar kamu ...mulai saat ini " kata-kata galang membuat miranda ingin berteriak sambil melompat, namun ia menahannya.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!