Menghempaskan kekosongan jiwa
Kelam merasuk tubuh yang kosong
Penunggu tempat angker membuat duka
Kedap suara membuka hitam di dalam ruang
Tertatih kaki melangkah melewati hari tanpa kepastian setitik harapan telah sirna
...🔥🔥🔥🔥🔥...
Tirai merah melambai di sepanjang jalan pintu masuk. Kaki langkah demi langkah menapak di atas tanah menuju perkampungan jin. Saat menjelang sore, hawa udara berubah menjadi begitu mencekam. Kepakan sayap dan suara burung-burung gagak ramai para staf nya untuk menuju ke lokasi kerja lebih tepat waktu. Terpaksa mereka harus pindah agar perjalanan ke kantornya lebih dekat.
19 tahun yang lalu
Lisa si gadis kembang desa yang begitu cantik dan menjadi primadona. Dia adalah anak ke 3 dari Hery dan Hani. Di suatu malam pada hari Jum'at Kliwon, Lisa bermimpi buruk sehingga mengharuskan dia tetap terjaga tidak tertidur kembali hingga terbit fajar.
"Lisa, kemari lah" ucap mbah Wira memberikan segelas air putih.
Hari ini adalah hari Ahad, Lisa melewatkan puasa mutih akibat mimpi buruk yang membuat tubuhnya panas dingin. Lisa menggapai gelas dari tangan si Mbah dengan tangan bergetar. "Terimakasih banyak Mbah" ucapnya.
"Jika si Mbah sudah tidak ada lagi, si Mbah harap kamu harus tetap sabar, ikhlas dan tawakal serta selalu berserah kepada yang maha esa. Puasa mutih harus tetap kamu jalani sebagai benteng tubuh dan bisa merasakan keberadaan alam lain yang tidak kebanyakan orang ketahui" si Mbah menatap Lisa yang mengangguk dengan cepat menghabiskan air di dalam gelas.
Namun takdir dan nasib buruk terus menerus mengejar hidup Lisa. Begitu banyak lamaran hilir mudik berganti tampak Lisa enggan menerima bahkan lamaran seorang pemuda berdasi sekalipun dia belum memberikan jawaban. Bang Yuno adalah kakak tertua yang baru saja kembali dari kota seberang. Dia datang bersama seorang sahabatnya ke rumah yang merupakan malapetaka awal di keluarganya.
"Lisa, Fredi kenalin ini Transo. Sahabat abang" ucap Yuno tersenyum.
Lirikan mata Transo tidak bisa berhenti terus menerus memandangi Lisa. Dia sangat terkagum-kagum dengan gadis yang begitu sempurna di bandingkan para wanita yang dia miliki selama ini.
"Eh, kenapa pandangan mu begitu kepada adikku? Aku tidak akan Sudi memberikan adik kesayangan ku pada seorang playboy!" Tegas Yuno.
"Aku sudah insyaf setelah bertemu dengan adik mu dan rela melepaskan semua para wanita itu" bisik Transo.
Mendengar ucapan Transo membuat Yuno hampir tersedak saat asik mengunyah makanan ringan di atas meja. "uhuk... Kau!"
Yuno berlari ke dapur dengan cepat mencari segelas air. Di balik persahabatan Yuno dan Transo, terdapat selubung ghaib begitu tajam yang di miliki oleh Transo. Pemuda yang menganut ilmu sesat itu sudah merencanakan niat jahat untuk mendapatkan Lisa secara instan. Dia mengucapkan mantra di dalam hati, mencari celah kemana arah wajah Lisa berlabuh. Dengan sekali senyuman, tanpa hitungan detik Transo berhasil mendapatkan balasan senyuman manis gadis tersebut.
"Aku akan segera mendapatkan mu" gumam Transo.
Setiap hari setelah pulang kerja, Transo menyempatkan diri menuju rumah Yuno untuk sekedar melihat gadis incarannya. Dia membawakan banyak bungkusan plastik berisi makanan dan boneka. Tapi semua pemberian dari Transo tidak di terima oleh Lisa. Jurus pamungkas ia keluarkan. Tepat di malam satu suro, Transo mengeluarkan ilmu pelet untuk memikat Lisa agar jatuh ke pelukannya.
...Satu tahun kemudian...
Setelah berhasil mempersunting Lisa, Transo membawa Lisa jauh dari keluarganya. Lisa yang masih terbawa aura hipnotis pelet dari Transo. Menjalani hari setengah ling lung sesekali bertanya kenapa dia bisa memilih lelaki yang kini menjadi suami dalam kurungan ilmu hitam. Sikap Transo yang berubah-ubah terkadang enggan tersenyum dengan tatapan begitu dingin. Ilmu puasa putih yang di ajarkan oleh si Mbah pada akhirnya tidak bisa menjadi penawar seluruh kejahatan iblis yang di miliki oleh Transo.
Manik mata Lisa mengarah ke arah dinding ruangan. Terlihat bayangan besar berjalan lalu menghilang. Sontak Lisa melotot berucap bergegas berpindah tempat. Dia melingkarkan tangan di perut berjalan mencari suaminya.
"Mas.." panggi Lisa membuka pintu-pintu kosong.
Lampu remang-remang berkedip, hawa dingin berhembus. Lisa meraih nakas mencari senter untuk mengantisipasi jika listrik padam. Aungan suara serigala dari kejauhan menambah hati menjadi kacau.
"Kenapa ada serigala di pedesaan yang terbilang cukup maju ini? aku tidak menemukan ada hutan saat menuju kesini, dari mana serigala itu berasal?" gumam Lisa berkecamuk.
Gelagat mengendap-endap Transo yang sedang berada di halaman belakang rumah. Dia menghidupkan pemantik membakar kemenyan berjalan mengasapi rumah. Kelakuannya yang gila memicu dedemit sekitar merasa di undang mendekat. Meski sudah mendapatkan Lisa, wanita itu kadang suka mengamuk dan marah kepadanya ketika pelet perlahan sirna di hari ke empat puluh.
"Sial! situasi seperti ini aku harus tetap menjalankan ritual agar Lisa tidak meninggalkan ku!" umpatnya kesal.
"Mas..!" teriak Lisa sangat kuat.
Sepasang tangan panjang berkuku hitam hampir menarik kaki Transo jika dia tidak segera masuk ke dalam rumah. Langkahnya di ikuti oleh sepasang tangan puntung bergerak cepat bersembunyi di antara perabotan. Lisa menutup hidung rapat-rapat.
"Mas, apa yang sedang engkau lakukan? kenapa bau kemenyan di tubuh mu?"
Transo mengabaikan perkataan Lisa. Dia menuju salah satu kamar tanpa memperdulikan Lisa yang sudah kesusahan untuk bergerak. Tubuhnya sedang di fase teramat kelelahan, wanita yang sedang mengandung itu merasakan sakit di sekujur badan. Terlebih lagi kakinya begitu keram, perlahan Lisa menyusul Transo ke dalam kamar lalu berbaring di atas kasur yang masih berdebu.
"Uhuk, uhuk.." batuk kecil Lisa bangkit kembali mengusap-usap punggung sambil mengatur nafas.
"Mas, tolong bersihkan debu yang berada di atas kasur ini. Kita baru saja masuk ke dalam rumah yang sudah lama tidak berpenghuni" ucap Lisa pelan.
Suara dengkuran Transo menggambarkan dirinya sudah berada di dalam pulau mimpi. Lisa tidak tega melihat wajah lelah sang suami mengambil pekerjaan sendiri untuk membersihkan dan merapikan rumah.
Dia memaksa kan tubuhnya bergerak terkadang tangan menopang sesuatu lalu bertolak pinggang melanjutkan pekerjaan.
"Hihihi.. hihihi.." tawa kuntilanak menggema di atas langit-langit kamar.
Posisi tepat dia berada di kamar belakang tanpa penerangan. Lisa memanjatkan doa dan istighfar di dalam hati kemudian menyalakan lilin di dalam kamar.
...----------------...
Kring ... kring (Bunyi telpon rumah berdering).
"Halo, Selamat siang."
"Siang mbak, biasa kah saya berbicara dengan pak Transo? dari perusahaan Karta Kaya"
"Baik, tunggu sebentar" ucap Lisa meletakkan gagang telpon di atas meja.
Dengan mempercepat langkah, Lisa membangunkan Transo yang masih tertidur pulas. Lelaki itu seolah enggan mengurus keluarga dan mencari nafkah. Di hari libur dia habiskan untuk tidur hingga siang hari. Perpindahan rumah seakan hanya milik Lisa seorang tanpa ingin di Bebani oleh Transo. Jangankan memikirkan kebutuhan dan keperluan keluarga, bahkan seolah Transo hilang ingatan telah mempunyai seorang istri yang terhitung bulan akan melahirkan anaknya.
"Mas, ada yang mencari mu di telpon" ucap Lisa menarik selimut yang masih melingkar di tubuh lelaki pemalas tersebut.
"Berisik sekali, aku masih mengantuk" ucap Transo menarik kembali selimutnya.
"Bangun mas, seseorang dari perusahaan Karta Kaya mencari mu"
"Apa? kenapa adik tidak membangunkan ku dari tadi?" ketus Transo loncat dari tempat lalu berlari menjawab telepon.
Lisa memperhatikan tingkah laku sang suami. Lelaki yang dahulu sangat baik dan perhatian kini sedikit berbeda. Tapi, semua kesalahan Transo telah di tutupi selubung pelet dari pria itu untuk terus menunduk Lisa agar tetap patuh dan berada di sisinya. Mantra hitam menutupi pandangan Lisa melihat sifat asli Transo, dia hanya bisa menghela nafas menuju ke dapur.
"Pergilah kalian!" bisikan halus di arah daun telinga Lisa bagian kiri.
Sekujur tubuh sangat merinding mendengar suara wanita tua. Lisa melotot menoleh memutar tubuhnya. Dia meletakkan gelas berjalan keluar rumah ke arah halaman belakang. Meskipun matahari sudah berada tepat di atas kepala, Lisa tidak menemukan satu orang tetangga pun di luar.
Jendela-jendela di setiap rumah tertutup rapat. Keanehan sorot mata berpusat pada ujung jalan terdapat bak pemandian umum bertembok dinding raksasa. Lisa membuka pintu pagar masuk ke dalam tempat pemandian umum yang terbuka itu.
Di dalam terdengar suara orang ramai dengan percikan air bercampur ramai orang mencuci baju. Akan tetapi saat Lisa memeriksa di setiap bilik tembok pembatas, dia tidak menemukan siapapun disana. Lisa menoleh ke melihat isi bak raksasa penuh lumut berwana hijau mengambang dengan bebatuan kerikil kecil di dalamnya.
"Nak, apa yang sedang kau lakukan disini?" kata seorang wanita tua memiringkan kepala melihat Lisa.
Dahi Lisa mengerut, dia melihat kaki sang nenek masih menapak di atas tanah menandakan nenek tersebut adalah manusia. "Nenek, aku hanya ingin tau keadaan di sekitar tempat tinggal ku berada. Namun kenapa aku tidak menemukan warga yang berlalu lalang?" tanya Lisa menggigit bibir risau.
Dia menarik tangan Lisa keluar dari bak pemandian umum. Tangan kanan kanan membentang menunjuk ke arah pohon besar yang tumbuh di dalam jurang dekat rumah Lisa berada.
"Mereka mengawasi setiap orang yang tinggal di daerah ini. Jangan nyalakan lampu luar rumah dan tutup pintu serta jendela ketika hari mulai senja" ucap sang wanita tua tersenyum mengangguk melihat perut Lisa.
"Lisa! apa yang sedang kau lakukan di ujung jurang?" jerit Transo dari depan pintu rumah.
"Aku sedang berbicara dengan__" perkataan Lisa terputus ketika tidak mendapati sosok nenek tua yang baru saja berbicara dengannya.
Di ruang tamu Lisa terdiam membisu. Transo sibuk mengemasi pakaian dan tumpukan kertas ke dalam koper.
"Aku akan lembur selama beberapa hari, kau harus jaga diri dan anak yang di dalam kandungan mu. Disini tidak ada yang perlu di khawatir kan. Jika engkau membutuhkan sesuatu, minta lah bantuan para tetangga."
Lelaki itu langsung mengusap perut Lisa dan berjalan meninggalkannya dengan membawa koper. Dia melanjutkan kendaraan sepeda motor lalu meninggalkan suara klakson saat keluar dari halaman rumah.
Lisa memegang kuat dadanya, sedetik air mata perlahan menetes mengalir deras di pelupuk mata.
"Apa yang sedang aku rasakan?"
hatinya bagai tersayat pisau belati dan amarahnya yang ingin meledak seperti tertahan oleh sesuatu batinnya mengusap perutnya yang semakin besar.
Hari sudah mulai senja, dia buru-buru menutup pintu dan jendela mengingat ucapan dari sang nenek tua yang dia temui hari ini. Berbekal ilmu kejawen Jawa puasa mutih benteng diri dari gangguan setan. Lisa berharap bayi yang berada di dalam perutnya itu baik-baik saja. Tapi Iblis dan setan selalu berupaya menyesatkan dan mencari celah kelemahan manusia. Mereka terus menggoda tanpa henti, berusaha bersemayam masuk melalui aliran darah dan rongga tubuh Khalifah di bumi.
Di dalam kamar, Lisa mengucap dzikir berbekal sebuah lilin besar untuk penerang ruangan. Tubuhnya terasa panah mendidih, setelah mengenal Transo terlebih lagi menjadi istrinya. Hati dan jiwa Lisa menjadi tidak menentu. Terkadang Lisa seperti ada yang membuntuti dan mengintai segala kegiatan yang dia lakukan.
Tok, tok, tok. Ketukan pintu mengagetkannya.
Lisa mengintip dari celah pintu melihat Transo berdiri di depan pintu. "Mas Transo? bukankah dia mengatakan akan lembur di kota seberang?" gumam Lisa memegang batang pintu.
Dari arah luar, pintu masih saja di ketuk. Lisa membuka sedikit menolehkan kepala memastikan siapa yang ada di hadapannya. Transo bermata merah, wajah pucat Pasih menatap kosong melihat Lisa. Dia tidak mengatakan sepatah kata pun, kakinya memulai langkah sebelah kiri ingin masuk ke dalam rumah.
"Aku yakin sekali sosok yang di hadapan ku bukanlah suamiku!" gumam Lisa menahan seluruh bulu kuduknya berdiri.
"Pergi, kau bukan suamiku! suami ku Transo belum pulang! jangan ganggu aku! pergi!" teriak Lisa membanting pintu menutup rapat.
"Argghh..." teriakan dari luar melengking memekik telinga.
Wajah jin dari atas langit bertaburan.
Hangus, sesekali bergumpal arah hitam.
Tawa yang tidak di ciptakan Minggu lalu jangan sampai gugur. Tapi godaan iblis menembus mengelakkan tanah.
Peluru ganas, serangan serat
Lisa peroleh menumbangkan diri
Jangan lagi ada rayuan, semua dingin membuat pelet yang di tuju oleh Lisa
Pelet dari Transo.
...🔥🔥🔥...
Tulang tengkorak berwarna darah, Senja lebih berani menggores kaca malam walau telah di bentengi oleh berbagai macam doa.
Judul kosong segera terisi
Para jin berusaha merampas anak manusia
Berdiri menghadap ke arah kiblat, setelah pertemuannya dengan makhluk halus penunggu menyerupai wujud suaminya. Lisa bersujud meletakkan dahi di atas lantai dan berdoa kepada yang Maha Esa agar dirinya dan bayi yang berada di dalam kandungannya di jaga dari gangguan setan. Setengah tubuhnya tiba-tiba sangat sakit, tiada pendamping ataupun sanak-saudara yang menemani. Walaupun demikian, tidak terlintas di dalam benaknya segala tindak tanduk buruk Transo.
Telepon rumah putus, telpon genggam di bawa oleh Transo dengan alasan Lisa harus fokus untuk menjaga bayi yang akan dia lahir kan. Lalu bagaimana jika Lisa membutuhkan sesuatu?
Wanita yang masih muda itu kehilangan hari indah berganti masa sulit.
Malam kedua tanpa suami yang menemani, Lisa mengusap perut besarnya dengan minyak hangat lalu membungkus dengan selimut tebal. Persiapan matang segala macam benda-benda di dekatnya. Gunting, lilin, pemantik, tongkat bisbol dan pisau lipat alih-alih jika ada perampok atau orang yang ingin berniat jahat kepadanya. Dia sendiri harus membentengi diri bersama hati gusar. Dari kejauhan terdengar suara sepeda motor memasuki pekarangan rumah.
“Siapa yang datang? Di luar sana para tetangga tidak menghidupkan lampu teras. Aku tidak akan membukakan tamu siapapun sekalipun dia seorang wanita” batin Lisa mengintip dari celah ventilasi udara.
Tubuh seorang pria di dalam gelapnya malam berjalan menuju ke samping rumahnya. Rumah Lisa berada di pertengahan mengingat akan rumah yang pintunya selalu di gembok dengan rantai besi. Kali ini Lisa membuang pikiran negatif menimbang kemungkinan besar pria bertempat tinggal disana. Lisa berkeliling di dalam rumah memastikan lagi jendela dan pintu-pintu terkunci.
Pukulan membentur tembok membuat Lisa tersedak hendak meminum segelas air. Kaki kursi meja makan patah tanpa ada angin yang menghempas. Lisa berlari meninggalkan dapur menuju kamar. Dia harus terbiasa dengan situasi gangguan makhluk ghaib. Berbekal iman dan doa tanpa putus Lisa ucap di dalam hati sambil memejamkan mata. Semalaman terganggu nyanyian suara kuntilanak melengking keras.
Tetesan keran air menggema nyaring, tetesannya kini sampai di atas dahi Lisa. Dingin terasa membangunkan wajah ayu yang tampak letih dan pucat itu. Lingkar mata menghitam, setiap malam dia tidak bisa tidur tenang. Lisa memulai aktivitas pagi, melakukan pekerjaan rumah sampai menyapu halaman. Tidak seperti biasanya para tetangga yang jarang terlihat mulai melayangkan senyum merekah kepadanya.
“Mbak, anda pindahan dari mana? Kenalkan saya Dita, rumah saya berjarak 5 meter yang ada pohon belimbing wuluh" ucap wanita berambut pendek memakai rok polkadot memperhatikan perut besar Lisa.
Mendengar buah rasa asam yang sudah dia bayangkan, Lisa mendekati wanita itu lalu menyodorkan tangan untuk berjabatan. Dia tidak bisa menahan air liur rasa lezat asam pada buah di kecut di tengah kehamilannya.
"Kenalin saya Lisa, apakah saya boleh mengambil buah belimbing wuluh yang engkau miliki?"
Lisa menelan air di dalam kerongkongan sudah tidak sabar mengikuti langkah Dita. Wanita yang tampak sebatang kara memperlihatkan wajah sendu menarik tangannya.
"Tidak usah meminta ijin untuk mengambil buah itu, aku memberikan hanya untuk mu" balas Dita melirik Lisa.
"Hiks.." suara balita berusia 2 tahun menangis dari kejauhan.
"Aku harus pergi, anak ku sedang membutuhkan ku"
Lisa mengangguk meninggalkan Dita di depan rumahnya. Kembali menuju rumah sendiri, Lisa melihat seorang wanita berpakaian suster membalikkan tubuh.
"Maaf, ada yang bisa saya bantu?"
"Saya suster yang di utus oleh pak Transo" suara mendayu samar berhembus angin kencang.
Siang bolong begini hanya keanehan yang ada di perkampungan jin akan penampakan makhluk halus. Di depan pintu, sosok jin itu memutar kepalanya lalu tertawa terbahak-bahak melihat Lisa. Darah hitam mengalir di pelupuk mata.
"Pergi!" ucap Lisa meraih sapu lidi lalu melemparkannya.
Dia menggigil kedinginan di sudut ruangan ruang tamu. Transo baru saja tiba mendapati Lisa hampir mati kedinginan dengan tubuh sangat kaku.
"Lisa, apa yang terjadi dengan mu?" Transo menggendong Lisa masuk ke dalam kamar, menyelimuti tubuhnya yang dingin.
"Bertahanlah aku akan segera kembali membawa seorang dokter dan perawat" ucap Transo melepaskan genggaman tangan Lisa.
Beberapa jam kemudian
Lisa tersadar menatap sekeliling, dia juga melihat Transo berdiri di depan meja toilet membelakangi meja. "
"Lisa.." ucap Transo lemah lembut.
"Engkau kah itu mas?" tanya Lisa menyandarkan tubuhnya.
"Aku baru saja kembali, apa yang sudah terjadi pada mu?"
"Aku tidak apa-apa, tapi alangkah baiknya menuju rumah baru lain untuk beradaptasi.
"Aku hanya sedikit terasa pusing"
"Banyak sekali isi isinya, apakah engkau menuju ke pasar tanpa angkutan?"
Lisa terbata-bata ketakutan, dia hanya bisa tersenyum membalas pertanyaan dari tenaga barunya. Dalam benak bergumam akan selamat tinggal untuk pengamatannya pada hari itu. Pikiran Lisa yang kacau alih-alih takut Transo akan memarahinya.
Dia membuka bungkusan plastik mengambil 3 biji belimbing dan di cuci bersih. Lisa memakan buah yang sangat asam itu dan menghabiskan tanpa tersisa.
"Dari mana engkau mendapatkan buah itu?"
"Dari seorang tetangga mas."
...🔥🔥🔥...
Jantung hati,
Engkau harus sehat dan terlahir di dunia
Sekalipun harus melewati darah dan rasa sakit bertubi
wahai pelipur lara jangan takut ada tangan lembut yang selalu mengusap mu, menjaga mu
Tiada makna terindah tanpa penantian panjang menunggu dengan harapan engkau ada
Putra kecil yang tidak pernah terlepas dari kasih sayang ku, doa masih bersama langkah
Jangan khawatir aku akan selalu me jadi sosok sesuatu penopang hidup mu
Lesu hadir memperindah hidup dulu
#Coretan Lisa
Sore sudah hampir kembali, Transo yang baru saja tiba kini tidak hadir. Maksud hatinya ingin mengganggu para wanita yang dia lirik. Transo mengirim 2 surat cinta lalu menyimpan selipan sesuatu untuk wanita-wanita yang masih dia belum lupakan. Sudah setahun berlalu, tidak ada perhatian bahkan kata cinta yang terucap dari Transo.
"Apa yang membuat dia berbeda?" gumam Lisa.
Tubuh Lisa merasa begitu merinding. Wujud makhluk halus yang hampir masuk ke dalam tubuhnya. Kuntilanak berambut panjang dan wajah penuh ulat. Lisa membuka batang pintu.
...----------------...
Jangan lupa untuk memberikan dukungan favorit ❤️ rate bintang lima🌟🌟🌟🌟🌟 vote, setangkai mawar love dan komen ya terimakasih salam persahabatan selalu~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!