Di Jl. Sisingamangaraja pasar 2, tampak seorang gadis remaja terbaring tidur di atas kasur tipe I dengan kamar berukuran 6x8Cm model minimalis modern, beberapa perabotan klasik membuat kamar itu terlihat eksotis. Gadis remaja itu unting unting yang kini tinggal berdua dengan sang ibu, single parent. Mereka hidup dari upah sang ibu sebagai site manager di salah satu perusahaan swasta.
Gadis itu adalah Marmun.
Di malam yang semakin pekat, dering telepon mencoba membangunkan Marmun dari lelapnya tidur. Dengan pelan, dia mencari arah bunyi dering telepon dengan mata masih tertutup.
"Hallo, ada apa kalapa ?" tanya Marmun.
Mayri terdiam, ia tidak menjawab pertanyaan yang Marmun lontarkan.
Mayri adalah sahabat karib Marmun semenjak mereka duduk bersama di bangku Sekolah Dasar hingga sampai saat ini, di bangku kuliah. Mayri anak pertama dari 2 bersaudara yang kini tinggal bersama dengan sang ayah dan sang adek, Zio. Dalam keseharian, Mayri dan Zio kerap kali adu mulut bagai tikus dan kucing. Mayri lebih tua 3 tahun dari sang adek, sedangkan Sang ayah yang single parent sibuk mencari dollar di negara tetangga, hingga jarang berkumpul bersama Mayri dan adiknya, Zio.
"Aduhhh, kalau kamu nggak mau ngomong ngapain nelpon kalapa? aku ngantuk tau!" kata Marmun dengan kesel.
"Iya sudah mati in aja! aku nggak apa apa kok," ucap Mayri dengan nada pelan, menahan Isak tangis.
Seakan merasakan ada sesuatu pada sang sahabat, dengan cepat Marmun bangun dari tempat tidurnya, lalu duduk tegak seperti bersmedi.
"Aku tau kamu lagi gak baik baik aja, so kamu kenapa? Bokap kamu buat masalah lagi ?" Marmun mencoba menebak permasalahan Mayri.
Eee, aku lihat Rivan (pacar Mayri) lagi bareng sama cewek lain!" jawab Mayri dengan wajah cemberut sembari mencoret coret secarik kertas.
"Nanti salah lihat. Gini aja deh, sekarang coba tenangkan dulu pikiranmu, tarik nafas dalam-dalam lalu keluarkan pelan-pelan. Kalau sudah merasa tenang, baru jelaskan perlahan."
Sebagai sahabat yang penurut, Mayri mengikuti arahan Marmun tanpa membantah.
"5 Menit yang lalu aku nge'scroll IG, niatnya sih mau nonton lyly (artis) perfom. Namun tanpa sengaja nge'klik video reels akun orang," ucap Mayri dengan nada sedih.
"Trusss?"
"Eee, aku lihat Rivan ada di video itu. Dia ngegandeng cewek dan suap-suapan di Dantob (Lokasi Wisata)."
"Kamu yakin itu Rivan..? maksudku pastikan dulu apakah itu benar -benar Rivan, takutnya salah,"
Mayri berujap "Yakin."
Mendengar perkataan sahabat nya, Marmun diam berpikir sejenak seakan mencari akal menjebak, melabrak laki laki itu.
"Ya sudah, gak usah sedih. Rivan mungkin bukan yang terbaik untukmu. Lagian, bagus dong hidung belangnya ketahuan sekarang, dari pada nanti saat perasaanmu terlalu dalam!"
Mayri terdiam senggugukan karena terlalu lama menangis.
Sedangkan Marmun menatap kasar ke atas langit sudut kamarnya, bolak balik kiri dan kanan seakan berpikir.
"May coba ajak Rivan ketemu, eee..." Marmun menjedakan ucapannya.
"Ha! untuk apa? aku nggak, gak mau lihat muka dia!" tegas Mayri dengan rahang mengeras.
"Kamu percaya deh, ikuti aja apa saranku. Oh iya, coba share akun IG si cewek (selingkuhan Rivan)," Lanjut Marmun.
Mayri mangut mangut (setuju) dan ngikutin saran Marmun, sahabatnya.
"Akunnya mana may! jangan lupa." pinta Marmun,
Tanpa lama lama, Mayri men-share akun wanita yang dianggapnya selingkuhan Rivan.
"Ok sipp!! Btw sudah larut malam, aku ngantuk, kita tidur yok!'' lanjut Marmun menguap,
"Gak usah pikirin Rivan, dia gak penting untuk kamu ingat. Kamu orang baik, kamu pasti dapat pria yang terbaik. Aku yakin itu, So semangat!" sambung Marmun.
"Iya Mar. Makasih ya, bye!" ucap Mayri mengakhiri telponannya.
Teng..teng..teng suara menunjuk pukul 01.00 WIB, Marmun masih terlihat ngotak ngatik sebuah akun yang tak lain akun selingkuhan Rivan (sambil nguap).
''Yesss kena Loe!" Ucap Marmun dalam hati,
Malam silih berganti pagi.
Pagi ini cuaca begitu cerah, angin berderu lembut dan mentari panas menembus kulit setiap insan.
Ditepi jalan, terlihat sosok wanita berkulit putih, tinggi, berdiri dengan tegak sedang melambaikan tangan ke arah barat yang tak lain ialah Marmun.
Berselang beberapa menit,
"Hai, kamu Nana bukan?" pastikan Marmun.
"Ya, bener. Kamu Marmun yang DM saya semalam kah?"
''Yaps bener, salam kenal." Marmun menadahkan tangan, bersalaman.
"Eee gini, sebenarnya aku mau nanya apa kamu kenal cowok ini?" Marmun menunjukkan photo Rivan di HP android miliknya.
"Ini Rivan cowok saya, kenapa..?(diam sejenak ) loh..loh tunggu - tunggu ini ada apa sih!" tanya Nana kebingungan,
"Apa? cowok kamu? sejak kapan..?" tanya balik Marmun dengan nada naik satu oktaf dari nada biasanya.
"Iya benar, ini cowok saya namanya Rivan. Kurang lebih enam bulan kita pacaran" jawab Nana,
"Wahh wahhh, bener - bener gak ada otak si Rivan!" Marmun tampak mengepal tangan nya, emosi.
"Ekh kok gitu, kamu yang sopan dong kalau ngomong." Sepertinya Nana wanita yang beratitud baik.
"Tahu nggak, kamu itu cewek selingkuhannya Rivan. Rivan sudah punya cewek sejak 2 tahun yang lalu namanya Mayri sahabat aku" ucap Marmun,
"Gak mungkin!" Nana menggeleng gelengkan kepala.
"Ya terserah kamu percaya atau nggak, tapi itulah kenyataannya. Rivan sudah membohongi kamu dan Mayri," tegas Marmun.
Nana tampak sulit percaya, sehingga ia meminta Marmun memberikan bukti yang menyatakan bahwa dirinya telah di bohongi oleh lelaki yang dianggapnya pacar.
"Mau bukti? wait wait, ini..! (sambil menunjukkan foto), sudah jelas toh!' ucap Marmun.
Nana berucap geleng geleng dengan wajah memerah tangan mengepal. Lalu melangkah cepat, tergopoh gopoh menuju sebuah ruangan lantai 5 kampus.
Selang waktu 5 menit, di kampus tiba - tiba awan biru berubah menjadi gelap, hempasan angin begitu kuat seakan pertanda akan ada kesedihan dan air mata yang jatuh.
"Van, kamu masih sayang nggak sih sama aku?" tanya Mayri dengan wajah datar,
"Kok ngomong gitu! Ya sayang dong," Rivan mengelus rambut Mayri.
"Yakin!"
"Yakin. Kenapa kamu tiba-tiba nanyain masih sayang atau nggak! kamu harus tahu kalau kamu itu cewek satu - satunya yang ada di dalam hati aku." jawab Rivan sembari memegang tangan Mayri,
"Owh ya? thank you." sambung Mayri.
Rivan bertanya balik mengulangi pertanyaan yang terlontar padanya.
"Sayang, sayang banget malahan," jawab Mayri dengan wajah sinis.
"Aku makin cinta deh sama kamu,"
"Iya, aku sayang banget sama kamu tapi itu dulu!" Mayri berucap santai sembari melepaskan tangannya dari genggaman Rivan.
"Gimana... gimana sih maksudnya ?" tanya Rivan dengan muka syok
"Aku sayang kamu, tapi itu dulu! tidak untuk saat ini. And kamu nggak usah deh pura - pura syok, aku muak lihat muka polos kamu!" tegas Mayri sembari menunjuk muka Rivan.
"Aku nggak paham, maksudnya gimana? kamu kenapa sih!" bentak Rivan.
"Owh gak paham, okey!" Mayri merogoh dan mengeluarkan HP dari dalam tas miliknya.
"Ini siapa ?" tanya Mayri sembari menunjukkan Poto dan Video.
Kulit putih dan ekspresi wajah Rivan berubah 180⁰ dari biasanya, sepintas wajah tampannya
terlihat membiru seakan kena tonjokan.
"A..a..aku nggak tahu itu siapa," jawab Rivan gelagapan.
"Masih mau ngeless? ok fine. Kita putus!"
"Oke..oke.. aku jujur. Yang ada di video itu memang aku. Tapi aku sama sekali nggak ada maksud menduakan kamu may, aku sayang kamu! aku khilaf pleaseee maafin aku!" ucap Rivan,
"Kamu tega!" amarah yang telah betimbun iu mendesak Mayri mendorong laki laki di hadapannya.
"Please maafin aku!" mohon Rivan,
"Nggak akan, sekali penghianat tetap penghianat!" tegas Mayri,
"Kasih aku kesempatan, may! aku janji tidak akan mendua, bener aku janji.'' bujuk Rivan dengan mimik menyesal.
Dengan lembut, rintik hujan mulai membasahi sekujur tubuh Mayri, Rivan serta sekitarnya. Tanah gersang kini menjadi lembab, bangunan kampus mengkilat seketika, tak ada debu perusak udara.
Akankah Mayri memaafkan dan memberikan kesempatan kedua pada Rivan?
*****
Jangan lupa:
Like
Koment/saran/masukan
Beri hadiah
Share
Follow juga akun Instagramku : munthe.maria
Sekujur tubuh Mayri tiba - tiba lemes, wajahnya pucat dan terlihat pusing karena sentuhan rintik hujan yang terlalu lama.
"Aku pengen sendiri,"
Dengan pelan, Mayri bergerak melangkah menjauh meninggalkan Rivan.
"May...!" teriak Rivan.
Mayri terus melangkah,
"Kalapa tunggu!" panggil Marmun,
Langkah kaki Mayri pun terhenti dan ia menoleh ke arah Marmun tepat di sebelah Utara Rivan berdiri mematung.
"Lihat, ini siapa!" lanjut Marmun sembari menunjuk ke Nana,
Seketika langit gelap menjadi biru, tanah lembab mulai mengering tak terkecuali Mayri yang tadinya basah kuyup.
"Nana ngapain disini?" tanya Rivan,
Secara bersamaan tiga pasang mata tertuju pada Rivan dan kepanikan pun terlihat di wajahnya.
Nana bergerak mendekat ke Rivan.
"Brengsek!'' ucap Nana sembari menampar wajah tampan Rivan,
"Saya sudah tahu semuanya! apa kamu sudah puas jadiin saya selingkuhan!" bentak Nana dengan mata melotot,
Rivan tertunduk diam dengan wajah memerah.
"Kok diam, ngomong dong!" bentak Marmun ke Rivan,
Disisi lain Mayri berdiri mematung dengan wajah kusut dan bibir kelu.
"Loe bisa diam nggak sih! nggak usah ikut campur urusan orang!" kata Rivan dengan nada lantang.
"Apa Loe bilang! ini bukan urusan gue..? ini urusan gue saat Loe nyakitin sahabat gue, camkan itu!" tegas Marmun,
"Bisa diam nggak sih!'' teriak Mayri dengan keras,
Sekejap Marmun, Nana dan Rivan terkesiap mendengarnya. Mereka mematung menganga,
"Aku capek, aku ingin sendiri." mohon Mayri lirih.
Air mata terus saja mengalir membasahi wajah cantiknya.
"For you Mayri, I'm so sorry. Saya tidak tahu kalau kamu pacar Rivan, I'm sorry," Ucap Nana sembari menepuk pundak Mayri.
Setelah meminta maaf pada Mayri, Nana pun bergerak pergi meninggalkan tempat itu.
"Kejar gih selingkuhanmu!" ucap Marmun,
"Rese Loe!" sahut Rivan,
Mendengar Marmun dan Rivan adu mulut tak henti, Mayri pergi meninggalkan mereka tanpa pamit.
Marmun mengejar dan mengikutinya dari belakang.
"May maafin aku, aku sayang sama kamu!" ucap Rivan dengan nada naik 2 oktaf dari standar nada suara pria pada umumnya.
"Sayang..., sayang opo koe! mending loe mati aja! biar nggak nyakitin hati orang, ngerti loe!" teriak Marmun dari jauh.
Mayri terus saja melangkah tanpa mengucap satu katapun. Marmun mengikutinya dari samping kiri.
Disisi lain Rivan juga pergi meninggalkan tempat itu dengan rasa bersalah.
******
Disepanjang perjalanan hingga tiba dirumahnya, Mayri tetap saja diam membisu dan larut dalam kesedihan. Sebagai sahabat yang baik, Marmun tidak tega melihat kesedihan Mayri.
Dalam kamar Mayri terus saja menangis.
"Sudah lah Kalapa, lupakan dia, masih banyak cowok diluar sana yang sayang dan menghargai kamu." hibur Marmun sembari mengusap punggung Mayri,
"Nggak segampang itu mar, kamu nggak tahu bagaimana sakitnya.''
"Itu dia may, hati yang terluka adalah cara yang paling jitu meninggalkan sosok sipemberi luka," sambung Marmun sembari mengambil air minum,
"Ntahlah,.... jujur aku nggak bisa mutusin Rivan." ucap Mayri sembari mengusap air matanya,
"Gimana...gimana...aku nggak salah dengar kan? nggak bisa mutusin..? why..?" tanya Marmun dengan wajah kesal.
"Aku masih sayang sama Rivan, aku nggak bisa bohongi perasaanku," jawab Mayri,
Seakan tersambar petir mendengar jawaban sahabatnya, Marmun bangkit dengan darah mendidih.
"Masih sayang sama orang yang membuat hati kamu luka..? dimana otakmu Kalapa! pake itu otak, pake!"
"Apa sih salahnya kalau aku memberikan dia kesempatan!" ucap Mayri sembari memandang sebingkai photo di atas meja belajarnya.
"Ya jelas salah! kamu harus tahu May, sekali selingkuh akan terus selingkuh!" ucap Marmun dengan tegas,
Mayri bergeming lalu merebahkan tubuhnya di atas kasur. Kemudian sibuk dengan pikirannya.
"Susah yeah bicara sama orang yang dibutakan cinta." gerutu Marmun,
Lalu dia bergerak keluar meninggalkan Mayri.
Jam menunjukkan pukul 20.05 WIB, suara jangkrik bergemerincing merdu menemani Marmun melewati malam yang begitu pekat.
"Hooaaam ngantuk, tidur akh besok perfom.''
Marmun bergegas naik ke tempat tidur, lalu menarik selimut dan menutup kesekujur tubuhnya hingga terlelap tidur. Sedangkan Mayri masih saja sibuk dengan pikirannya yang tidak tentu itu.
*******
Pagi yang cerah, udara yang begitu sejuk serta rumput yang bergoyang bukti alam bersahabat dengan Marmun.
"Bangun Kak, ini udah jam 07.30 WIB lho," Ucap Ibu Marmun dari ruang tamu.
"Bentar lagi mom, dingin!'' lanjut Marmun,
Marmun tak kunjung keluar, Ibunya bergerak menghampiri.
"Kak bangun! cepat akh kayak anak kecil aja." Ucap Ibu Marmun sembari membuka horden jendela kamar.
"Iya mom."
Marmun beranjak dari tempat tidurnya, lalu bergegas masuk dalam kamar mandi. Namun di saat dia sedang sibuk membersihan tubuh, dering telepon berbunyi hingga membuatnya terburu - buru.
" Halo, Ada apa mas?"
"Posisi dimana Mar? 1 jam lagi standby,'' sahut Bowo, temannya.
"Oke..oke! ini udah mau gerak," ucap Marmun mengakhiri teleponannya.
Lalu dia melapisi tubuhnya dengan kaos oblong putih dan celana kulot hitam. Kemudian ia bergegas keluar dengan wajah polos tanpa balutan makeup, rambut basah acak-acakan.
"Mom aku pergi yeah!" pamit Marmun sembari memakaikan sepatu.
'' Sarapan dulu kak," sahut sang ibu.
"Nanti aja mom, buru - buru nih," jawab Marmun lalu bergerak pergi.
Berbanding terbalik dengan Marmun, Mayri telah tiba di kampus jauh sebelum anak anak lainnya datang. Dia duduk terdiam di dekat pintu kantin dengan tatapan kosong. Sibuk dengan perasaannya.
Berselang beberapa menit Rivan datang dan bertemu dengannya. Seketika dua pasang mata itu saling tatap - tatapan tanpa berkedip.
"May, maafin aku. Aku janji akan setia, plsss!" bujuk Rivan dengan wajah serius.
Mayri bangkit dari tempat duduknya lalu bergerak melangkah ke sudut ruangan kantin. Rivan mengikutinya dari belakang.
Secara bersamaan Mayri dan Rivan menarik kursi kemudian menduduki nya.
"Omongan kamu bisa di percaya kah?" tanya Mayri ragu.
"Iya, aku janji"
"Ywd aku maafin kamu,"
Kini dua sejoli itu merajut kembali kisah asmaranya.
''Ekh Van, masih ada mata kuliah hari ini...?" tanya Mayri,
"Mmmmmm ada tapi, ya itu dosennya nggak datang," jawab Rivan.
'' Gimana kalau kita nongki di coffe Time Cafe aja, ada live music loh." ucap Mayri semangat,
"Terserah kamu saja sayang." sahut Rivan dengan lembut,
"Ayok," ucap Mayri sembari memasukkan HP kedalam tas miliknya.
Tak berselang lama mereka pergi ke Coffe Time Cafe, dimana Marmun juga berada di tempat itu, menyanyi.
******
Setibanya di CTC (Coffe Time Cafe), Mayri bergitu terkesiap mendengar alunan musik yang sedang berlangsung, seperti tidak asing baginya.
"Lagu ini sering aku dengar lho van! tapi dimana ya!" ucap Mayri mencoba menggali ingatannya,
"Maybe pernah diputar di angkot atau bisa jadi dikampus," sahut Rivan sembari mencari kursi kosong.
"May....be ." ucap Mayri.
"Duduk disni aja, aku nggak suka terlalu dekat ke panggung," lanjut Mayri sembari menunjuk ke arah sudut Cafe.
Ketika Mayri dan Rivan sedang asyik ngobrol, Marmun naik ke panggung dengan sebuah microphon di tangan kanannya.
Mulai menyapa para tamu, semua mata seketika mengarah padanya.
"Haloo teman - teman, salam sehat." sapa Marmun dengan ramah.
Dari sudut Cafe Mayri sontak terkejut bercampur bahagia melihat sang sahabat kini berani dan percaya diri tampil di keramaian. Dimana sebelumnya ia kurang percaya akan suara indahnya.
"Kalapaaa...!" teriak Mayri histeris bahagia sembari tepuk tangan.
Marmun menolehnya, lalu dengan cepat memalingkan pandangannya disaat ia melihat ada Rivan disamping Mayri.
Alunan musik dimulai, dengan penuh rasa Marmun mengeluarkan suara merdunya. Semua tamu terkesima, terlebih sosok pria berkacamata, brewokan yang duduk persis di depan Marmun. Dari awal bernyanyi hingga selesai, pria itu selalu saja menatap Marmun penuh arti. Sesekali ia tersenyum malu.
"Terima kasih. Sampai ketemu dilain waktu." ucap Marmun pamit,
Mayri menghampiri Marmun.
"OMG...OMG...OMG! sejak kapan kamu pede nyanyi di depan umum kalapa," ucap Mayri sembari memeluk.
"Yeah sekitar 2 bulan lalu lah,'' jawab Marmun sembari melirik sinis ke Rivan.
''Ternyata Loe bisa nyanyi juga yeah! suara Loe keren!" puji Rivan sembari mengacungkan jempol,
Marmun mengacuhkan pujian Yang Rivan lontarkan.
"Kamu apa-apaan jalan sama dia!" ucap Marmun sembari menarik tangan Mayri,
"Rivan sayang sama aku dan aku masih sayang dia." ucap Mayri,
"Ok! Nanti kalau dia selingkuh, kamu tanggung sendiri!" sambung Marmun,
Lalu dia bergerak pergi dengan emosi hingga menabrak seorang laki-laki di pintu kluar CTC. Laki laki yang mengaguminya.
"Sorry.." ucap singkat Marmun,
"It's ok, lain kali hati-hati," ucap laki laki itu dengan lembut dan sedikit tersenyum.
Tak lama, Marmun dan Laki laki berkacamata pergi meninggalkan CTC.
Akankah Rivan benar-benar setia terhadap Mayri..? dan siapakah sosok laki laki yang berkacama mata itu?
Hari yang begitu melelahkan bagi Marmun. Terlebih ketika ia melihat sang sahabat merajut kembali benang - benang asmara bersama lelaki kardus, Rivan.
Adzan Maghrib, Marmun baru saja
menapakkan kakinya tepat diatas keramik teras rumahnya.
"Mom..." panggil Marmun sembari mengetok pintu rumahnya.
Dengan cepat ibu Marmun membuka pintu.
"Gimana tadi perform'nya kak, lancar..?" tanya ibu Marmun sembari menutup pintu.
"Lancar Mon." jawab Marmun singkat,
"Kalau lancar, kenapa itu muka di tekuk?" tanya Ibu Marmun penasaran,
"Gak apa-apa mom," jawab Marmun sembari membuka pintu kamarnya,
Marmun masuk kamar lalu mengurung diri.
Kemudian ia rebahkan badannya di atas kasur bercorak pelangi.
"Ya wess, sebelum tidur mandi dulu y kak," ingatkan ibunya.
Alunan musik dalam ear phone yang ia pakai membuatnya menghiraukan ucapan sang ibu hingga terlelap tidur.
Berbeda dengan Marmun, Mayri baru saja tiba dirumahnya, pukul 21.30 WIB.
"Akhirnya nyampe juga,"
Mayri bergerak keluar dari dalam mobil.
"Byeee sayang!" pamit Rivan,
" Hati-hati di jalan, sampai rumah langsung kabarin," ingatkan Mayri.
"Siapp!"
Rivan memacu mobilnya, lalu Mayri masuk dalam rumah.
Mayri terlihat bahagia.
"Woiii..., jam berapa ini!" sontak Zio, adiknya.
"Sewot aja Loe!" Mayri melempar buku ke sang adik.
"Lihat aja nanti! aku kasih tahu ke ayah biar di omelin, trus dilarang deh keluyuran!" ancam adiknya
"Karepmu!" sahut Mayri tanpa peduli sembari mematikan lampu kamarnya.
Cahaya rembulan menerangi malam yang begitu pekat, suara jangkrik yang bergemerincing merdu, menghantarkan Marmun dan Mayri dalam dunia mimpi.
*****
"Kring..kring..kring...kring kring..kring..kring...kring," bunyi jam beker milik Marmun tepat pada pukul 07.45 WIB.
Mendengar dering jam beker, Marmun terbangun.
" Ha!! Mampus!! bakalan telat ini!" Marmun panik,
"Mom...mom...!! kok nggak bangunin aku!" seru Marmun. Dia berlari keluar dari kamarnya.
"Ini hari weekend kak, biasanya juga kakak bangun siang," ucap sang Ibu dari ruang nonton.
"Ada acara mom, aku pamit."
Di tengah perjalanan, tepat diperempatan jalan arah kampus, Marmun melihat Rivan sedang berduaan dengan seorang wanita, rupa yang tak asing bagi Marmun. Namun yang pasti bukan Mayri.
"Itu kan Rivan! dia sama siapa yeah!" ucap Marmun dalam hati sembari berpikir.
Marmun yang melihat Rivan bersama dengan wanita asing, mengabadikannya dalam sebuah potret'an photo.
"Dasar buaya darat! " ucap Marmun geram sembari melanjutkan perjalanannya,
Hari semakin cerah, sengat mentari menusuk kulit. Marmun tiba di Kampus.
"Kalapa..!!" panggil Mayri dari kejauhan,
Marmun menoleh ke Mayri, lalu menghampirinya.
"Ayo cepat!!! kita sudah ditunggu. By the way, kamu kok baru nyampe sih!" ucap Mayri sembari menarik tangan Marmun.
"Tadi, di jalan aku lihat..., lihat Ri..." ucap Marmun ragu.
Ketika Marmun hendak memberi tahu tentang Rivan, Mayri memotong pembicaraan.
"Tinggal 9 menit lagi, lari yok!!" ajak Mayri sembari melihat jam tangannya,
Tanpa berpikir panjang, Mayri dan Marmun berlari menuju aula kampus, menghiraukan siapapun disekelilingnya.
Sesampainya di ruang santai dekat aula,
"Huhhh!! kakiku pegel seperti mau copot rasanya."
Melihat sang sahabat ngap-ngapan, Marmun mendekatinya.
"Minum dulu," tawar Marmun sembari memberikan air mineralnya.
"Thanks kalapa. Capek banget, efek nggak pernah joging kali ya! sekalinya lari, langsung mau mati rasanya."
Mayri membuka tutup botol air mineral yang Mayri berikan, lalu meneguknya.
Disaat keduanya sedang memulihkan tenaga, dari sebuah ruangan tepat di sebelah utara mereka duduk, seseorang memanggil.
"Mar, May!" panggil salah satu pengurus acara.
Sontak Marmun dan mayri bangkit dari tempat duduknya. Berjalan dengan langkah cepat.
"Kalian punya jam nggak sih! bisa dong lihat ini udah jam berapa! Bukannya langsung ganti pakaian, kalian malah ngerumpi disitu!" bentak Laura, pengurus acara.
Marmun dan Mayri tertunduk diam lalu masuk ruang ganti.
Secara bersamaan, disaat Marmun masuk ruang ganti, sosok pria berkacamata masuk ke ruangan aula bersama sosok wanita, asistennya.
"Silahkan duduk pak!" ucap sang asisten sembari mengarahkan ke tempat duduk yang telah disiapkan.
"Thank you." sahut Pria berkacamata,
Puluhan bahkan ratusan kepala telah memenuhi aula, acara dimulai.
4 menit acara berlangsung, saatnya Marmun dan Mayri mengisi suara.
'' Untuk mengibur sejenak Bapak Ibu semua, saya panggilkan dua sosok wanita berbakat dengan suara indah nya, Marmun dan Mayri.'' Ucap Rio, sang MC.
Dengan iringan musik, Marmun dan Mayri naik panggung.
Dengan ramah, Marmun dan Mayri menyapa para tamu undangan.
"Hallo bapak ibu, salam sehat," sapa Mayri dengan ramah.
Para tamu menyahutnya dengan kata "salam sehat".
"Perkenalkan, Saya Marmun.'' ucap Marmun dengan sedikit gugup,
"Dan saya Mayri." sambung Mayri dengan meletakkan tangan didadanya sembari menundukkan kepalanya.
Ketika musik dimulai, lampu sorot and puluhan pasang mata tertuju pada Marmun dan Mayri. Begitu juga dengan pria berkacamata.
Wahai mimpi,
Kan kujaga dalam hati
Ku percaya kan langkahku
kepadamu
Kan ada saatnya
Kubersinar terang
Seperti bintang di angkasa
Terangi dunia
Lirik lagu yang mereka lantunkan dengan suara indah penuh penjiwaan.
"Terima kasih." ucap Marmun dan Mayri sembari memberi hormat (menundukkan kepala),
"Prok...prokk..prok," tepuk tangan para undangan,
Dari awal Marmun bernyanyi hingga selesai, pria berkacamata tak berkedip memandanginya, terpesona.
"Sepertinya bapak menyukai wanita itu," sang asisten menggoda sembari menunjuk ke arah Mamun.
''Saya suka suaranya" ucap Pria Berkacamata dengan wajah memerah.
Setelah selesai bernyanyi, Mayri hendak bergegas pergi.
"Kalapa, aku balik duluan," Mayri pamit.
"Buru - buru amat! Emangnya, kamu mau kemana kalapa..?" tanya Marmun,
"Ketemu Rivan," jawab Mayri dengan sumringah sembari melangkah keluar.
Mendengar nama Rivan, Marmun merasa ada sesuatu, namun ia lupa (perihal meliha Rivan dengan wanita lain).
"Rivan....Rivan.....Rivan." Marmun sejenak berpikir, ia melirik kekanan dan kekiri.
"Ngapain yeah aku mikirin Rivan," lanjut Marmun.
Marmun keluar ruang ganti dengan sebuah tas yang ia tenteng menuju lobi.
Disisi lain, Pria berkacamata juga keluar dari aula menuju lobi.
Sesampainya di lobi, Marmun bertemu dengan seorang lelaki dewasa, tinggi dan rambut sedikit memutih (Dosen).
"Mar jangan pulang dulu, ada yang mau bapak bicarakan sama kamu," ucap Sang dosen.
"Tentang apa yeah pak?" tanya Marmun penasaran,
Belum sempat menjawab pertanyaan Marmun, sang dosen disapa oleh seorang lelaki brewokan yang tak lain ialah Pria Berkacamata.
"Hallo pak Joko, bagaimana kabarnya?" tanya pria berkacamata,
"Puji Tuhan, saya baik pak! Senang bertemu dengan bapak,"
Mereka bersalaman.
Marmun menoleh ke pria berkacamata.
"Hai!" sapa Pria berkaca mata,
"Hallo pak," sapa balik Marmun dengan muka datar.
"Pak Erik ini adalah salah satu direksi di kampus kita ini, beliau juga menjabat sebagai Dirut PT. Doksa Bersatu." jelas Sang dosen sedikit memperkenalkan,
Erik sang pria berkacamata terlihat bahagia bertemu Marmun, wanita yang ia kagumi.
Marmun tidak mengingat bahwa, yang ia tabrak di CTC malam itu ialah Erik, pria berkaca mata.
*****
Esok harinya,
Ditempat yang sama Marmun kembali memergoki Rivan dengan wanita yang sama, sebelumnya.
Penuh emosi, Marmun menghampiri dan melabrak Rivan.
"Brengsek!! loe nyelingkuhi Mayri lagi!" Marmun mendorong Rivan,
Rivan hampir terjatuh,
"Kurang ajar!!" bentak Rivan marah. Dia mendorong balik Marmun,
Karena memiliki berat badan tak seberat Rivan, Marmun terjatuh dan terguling ke badan jalan.
Dari kejauhan tampak sebuah mobil melaju kencang.
Terima kasih sudah membaca 🙏🙏 Jangan lupa beri saran/masukan supaya karya semakin lebih baik.
Jangan lupa:
Vote
Like
Koment
Beri hadiah
Rating
Follow IG ku : munthe.maria
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!