"Rinduu....." terdengar teriakan dari sebrang jalan.
Rindu hanya terus berjalan tampa menoleh ke arah asal suara.
"Hay....ada apa sahabatku ini??... bukan seperti dirimu saja!?" ucap pria berbadan tinggi dan berkulit putih mencoba mengimbangi langkah Rindu yang lebar.
Suasana jalan yang sepi membuat Aichel mudah menghampiri sahabnya ituu.
"Rinn... ada apa?? apa ada hantu yang sedang memburumu" ucap Aichel pada Rinduu.
"Ya... benar" sahut Rindu pada Aichel.
"Dimana hantunya??" sahut Aichel lagi sambil menoleh ke belakang.
Rindu hanya diam tak menjawab sambil terus melangkahkan kakinya terus tampa henti.
"Come on girl...." ucap Aichel lagi.
Yang benar saja, ada apa dengan Rindu tak biasanya dia seperti ini pikir Aichel.
"Siapa yang menghantuimu Rin... kecilkan langkahmu... ada aku disini tak kan ada yang berani" ucap Aichel lagi sambil meraih tangan Rindu.
"Aichel..." bentak Rindu sambil menatapnya dalam.
"Ini bukan dirimu Rin..." ucap Aichel lagi...
"Ya benar ini bukan Rinduu.... ini arwah yang sedang bergentayangan" jawab Rindu tersenyum sambil mengalihkan pandangannya.
"Hay....siapa ini, bukan Rinduku" ucap Aichel sambil meraih wajah Rindu.
"Siapa saya.....? ya... saya sudah bilang saya arwah yang bergantayangan" ucap rindu lagi sambil menatap dalam dan kesal terhadap Aichel.
Rindu dan Aichel terus berjalan menuju biro pra-sarjana kampus mereka.
Sesampainya di biro Rindu pun menyerahkan administrasinya untuk syarat mengikuti wisuda seminggu lagi. Rindu kembali keluar dari biro tersebut dan Aichel masih setia membuntutinya. Rindu pun berbelok ke arah taman kampus dan mencari bangku kosong yang berada jauh dari keramaian. Aichel masih terus mengikutinya sambil terus bertanya dalam hatinya ada apa dengan sahabat kecilnya ini. Aichal dan Rindu memang telah selalu bersama karna mereka hidup bertetangga di kompleks perumahan mereka.
Rindu duduk di sebuah bangku panjang taman dan diikuti oleh Aichal yang ikut duduk disebelah rindu tampa permisi pada rindu.
"Jangan buat aku gila seperti ini... ini membuatku gila rindu...." ucapnya sedikit menekan sambil menatap rindu.
"Kau memang gila Ai.... kau sangat gila" ucap rindu keras pada Aichal sambil berdiri di depan Aichal.
Rindu pun kembali duduk di sebelah aichal dan kembali terdiam.
kau semakin membuatku gila rindu ucap aichal dalam hati.
"Katakan padaku bagian mana aku yang membuat salah?" tanya aichal pada sahabatnya itu.
Tampa mereka sadari beberapa pasang mata menatap mereka.., ya kisah persahabatan rindu dan aichal ini memang sangat populer di kampus mereka melebihi kepopuleran sepasang kekasih. Ada juga dari sebagian orang kampus mereka tidak tahu hubungan mereka yang sebenarnya dan mengira mereka adalah sepasang kekasih yang begitu romantis. Persahabatan mereka melebihi romeo dan juliet... Bagaimana yang tidak tahu betul dengan hubungan mereka pasti akan iri mengiri mereka adalah pasangan yang sangat serasi.
" Saya kesal padamu ai... sangat kesal... kamu tau kan besok adalah batas akhir pendaftaran wisuda tapi apa... ai... kau malah santai seperti semua urusanmu di kampus telah selasai..." seru rindu pada aichal yang sedang menatapnya.
" Aku minta maaf rin..., bukan nya aku santai... kau tahu dari kemarin aku terus mencari bukti pembayaran terakhir tapi aku tak menemukannya dimanapun" ucap Aichal pada rindu.
Rindu mengeluarkan dompet dari dalam tas ransel mini miliknya.
"Ini yang kamu cari ai...?? tanya rindu pada aichal sambil menunjukkan slip pembayaran bank pada aichal.
"Hay.... kau.... mengapa kau tak mengatakan ini ada padamu?? kau tau ini yang membuat aku gila tak tidur semalam" ucap aichal pada rindu.
"Mana ku tahu kalau kau mencari ini. dan aku lihat kau masih bisa duduk santai di cafe sebrang jalan tadi" ucap rindu
"Aku hanya mencoba menenangkan pikiranku rin... aku lelah tak istirahat semalaman" jelasnya
" Tapi bagaimana bisa bukti pembayaranku ada padamu rin? tanya aichal
"Hay kakek tua....kau sendiri yang menyerahkannya padaku" ucap rindu
Aichel kembali mengingat-ngingat nya namun masih saja kosong ingatan itu dalam otaknya.
"Waktu tante menelponmu ai....ketika masih di bank. Kau lupa itu...???" tanya rindu.
"Oh my god..." dacap aichel.
"Kenapa aku seperti kakek tua yang telah pikun" ucap aichel lagi.
"Kau baru sadar ai...jika kau memang kakek tua..yang sudah pikun" jelas rindu
Aichel membuka ransel miliknya dan memeeiksa lagi berkas-berkas yang harus ia siapkan ke biro kampus. Aichel memeriksa ulang lagi satu persatu.Aichel pun tersenyum karna semua berkas kini sudah lengkap dan dapat diserahkan saat ini juga.
"Beres ai....?" tanya rindu.
""Yap.... All its ok" jawab aichel lega.
Setelah selesai urusan kampus Rindu dan Aichel pun pulang ke kompleks mereka... Aichel menyetir mobil dengan kecepatan sedang saja, ia tahu bahwa sedikit saja kecepatan ia tambah maka cubitan-cubitan kecil akan mendarat di lengannya.
Setelah empat puluh lima menit akhirnya mobil Aichel sampai di parkiran rumahnya.
Rumah Rindu dan Aichel memang hanya berbatas pagar besi saja, bahkan di pagar pemisah itu pun ada pintu kecil untuk memudahkan keluarga itu saling mengunjungi tampa harus memutar ke arah pintu gerbang utama.
"Ai... aku ingin istirah" ucap rindu.
"Masuklah rin... kau boleh istirahat di kamarku" kata aichel.
Tampa harus mendengar ucapan Aichel selesai rindu telah berlalu dari hadapannya masuk ke dalam rumah aichel.
Memang gadis ini selalu saja begini ucapnya dalam hati.
Aichel pun menyusul rindu yang sudah berlalu. Mata Aichel tak melihat rindu di ruang tamu, kini mata dan kakinya searah menuju kamarnya yang berada di lantai atas.
Benar saja ia sudah mendapati rindu yang sudah berada di atas ranjangnya.
"Apa kau begitu lelah...??" tanya aichel.
Rindu hanya menganggukkan kepalanya sembari membaringkan dirinya melepas rasa lelahnya.
Tok...tok....tok.... terdengar suara ketukan pintu kamar aichel.
"Masuk" seru aichel. "Letakkan saja di atas nakas bik" ucap aichel lagi.
"Maaf den.... tadi ibu non rindu titip pesan kalau ia kemungkinan akan keluar kota menyusul ayahnya non rindu, mungkin 4 hari ini akan pulang bersama ayahnya non rindu" katanya lagi.
Rindu pun mendengar ucapan bi oja langsung duduk di atas ranjang.
"Maaf non...tadi ibuk pesan agar non tidak keluar kalau tidak terlalu perlu dan juga ibuk tadi sudah coba menghubungi si non tapi tidak di jawab begitu juga sama den aichel" jelas bi oja lagi.
Kini hanya anggukan tanda mengerti dari mereka berdua tampa berkata apapun. Bi oja pun keluar dari kamar aden nya itu.
Aichel pun berbaring ke atas ranjang tepat di sebelah rindu. Hal ini memang kerap sekali teradi... sudah kebiasan keduanya, kalau bukan di kamar milik aichel ya sudah pasti di kamar rindu.
"Ai.... kau ingin kemana setelah wisuda nanti?" tanya rindu.
"Aku belum ingin kemanapun rin... aku hanya ingin istirahat saja sebelum memulai pekerjaan di perusahaan papa" jawab aichel.
Rindu mengangguk tanda ia paham.
"Aku juga ingin sepertimu ai... tapi aku pikir tidak akan berhasil. Kau tau seperti apa ayahku... ia bahkan sudah menyiapkan posisi untukku di kantornya" ucap rindu.
Ayah rindu memang sangat tegas dan disiplin urusan pekerjaan, berbeda dengan papa aichel yang menyerahkan keputusan kepada anak semata wayangnya itu.
Papa aichel dan ayahnya rindu adalah teman yang sangat dekat....sampai melewati kedekatan hubungan persahabatan anak mereka. Mulai mereka SMA dulu sampai kuliah, lulus dan beejuang membangun perusahaan dan menikah. Ya menikah sampai- sampai menentukan hari, tempat, tanggal yang sama di tahun yang sama.
Tapi bukan berarti kedekatan mereka akan melakukan kecerobohan seperti menjodohkan anak mereka. Itu tidak terjadi, karna kedua pasang oranng tua ini sepakat mendidik dan membesarkan anaknya seperti saudara sedarah saja. Alhasil ya seperti saat ini hubungan aichel dan rindu.
Suara gemuruh terdengar begitu jelas dari salah satu Hall Hotel bintang 5 ini. Hari wisuda Rindu dan Aichel bersama teman-temannya yang memenuhi kualifikasi mengikuti wisuda.
Terlihat wajah dua pasang paruh baya yang bahagia. Siapa lagi kalau bukan orang tua Rindu dan Aichel.
Raychel Satya Wijaya dan Rindu Allisya Hutama di panggil naik ke atas podium
untuk memberikan kata-kata ucapan trimakasih untuk kampus dan kata-kata perpisahan untuk rekan-rekannya yang ikut wisuda.
Mereka adalah perwakilan untuk mahasiswa berprestasi tahun ini.
"Nandar Satya Wijaya.... tidak kah kau mengingat kembali masa kita kuliah dulu? Anak-anak kita kembali mengukir prestasi mengulang masa indah kita." ucap Rayhan Hutama.
"Buah yang sungguh luar biasa" balas ucap papa aichel.
"Pa....saya sangat bangga terhadap anak-anak kita.." ucap kinar mama dari aichel sambil memegang tangan suaminya.
"Saya setuju kinar... ini adalah anugrah yang di beri Tuhan untuk kita" sambung Rianti ibunya rindu.
Jam sudah menunjukkan pukul 14.30 sore acara wisuda kampus rindu dan aichel pun telah selesai.
Kedua keluarga ini pun telah banyak mengumpulkan photo-photo wisuda mereka, baik sesama teman-teman maupun keluarga mereka.
Kedua keluarga ini pergi ke parkiran hotel untuk beranjak pulang namun tiba-tiba seorang gadis manis menghampiri mereka. Rossa....ya ocha yang biasa rindu dan aichel panggil namanya.
"Rin.....rindu...." teriakan kecil dari arah belakang rindu.
"Ochaaaaaa......gue bahagia dan juga seedih" sambut rindu sambil memeluk sahabatnya itu.
Kedua keluarga besar itu pun mengurungkan niatnya masuk ke mobil karna kedatangan ocha.
"Cha....gue g sedih pisah sama lo malah bahagia banget" ucap aichel mengejek kedua temannya itu.
"Sialan lo... kel...." timpuk ocha pada aichel.
"Tenang cha....kita bakal liat koq, siapa yang merindukan kita dalam waktu 2 hari ini" sambung rindu sambil membanggakan dirinya dan ocha.
"Aku pikir tak perlu menunggu 2 hari ai..., aku bisa bertaruh kalau kau...tak akan mampu hanya sampai esok pagi." sambung rindu lagi sambil mencolek hidung mancung aichel.
Rindu dan Aichel memang biasa menyebut kau dan aku jika untuk mereka berdua, makhlum lah dalam darah mereka masih ada mengalir darah tanah batak. Tapi hanya untuk mereka berdua saja.
"Ocha.... kamu dengan siapa sayang ? kenapa tante tidak lihat kedua orang tuamu?" ucap ibu rindu mendekati ocha.
"Ya tante...orang tua saya memang tidak menghadiri acara wisuda ini, mereka sedang berada di Jerman karna ada urusan penting tan." jawab ocha merasa sedih dan iri terhadap keluarga teman baiknya itu.
"Sayang... ayo ikut kita ke rumah." ajak ibu rindu.
"Tante setuju cha." sambung mama aichel.
Akhirnya mereka menaiki mobil dan kembali kerumah untuk merayakan kelulusan anak-anak hebat mereka.
Pagi ini mentari begitu hangat menyinari bumi. Rindu menatap bunga-bunga yang begitu indah bewarna- warni di taman.
Menikmati waktu yang akan sulit terulang atau bahkan tidak akan mungkin terjadi.
Minggu akhir aku bisa menikmati rutinitas ku yang santai. Setelah itu aku akan mulai kerja di perusahaan ayah, ucap rindu dalam hati.
" DER......Terkejut kan lo" teriak Aichel mengejutkan sahabatnya sambil melempar bantal kursi.
"Hay... kau dasar...., awas saja bunga-bunga ini patah karna ulahmu ya ai..." ucap Rindu kesal pada Aichel.
Aichel duduk di sebelah Rindu sambil mengambil cemilan yang ada di atas meja kursi itu.
" Ai..." ucap rindu.
Aichel hanya mengangkat alis matanya tampa menyahut sahabatnya itu.
"Ai....Aichel..... bisakah kau mendengar aku?? " teriak rindu kecil ke arah wajah aichel.
"Kenapa mesti teriak, dan mengapa aku mesti menjawab?? Kau tidak membuat sebuah pertanyaan yang membuat aku harus menjawabnya" ucap aichel sambil senyum-senyum meledek sahabatnya itu.
"Ada apa..??? kau merindukanku?? oh aku tidak bisa karna aku akan mulai memikirkan seseorang yang akan menjadi teman hidupku" ledek aichel lagi.
Rindu mulai diam ia tak ingin membalas ucapan sahabatnya itu. Dipikiran rindu ia harus bisa mengerjai sahabatnya ini, ia mencoba membuat sedikit kejahilan untuk aichel, berpura- pura mengambek dan kesal.
"Rin....maaf... aku hanya bercanda." ucap aichel sembari memegang tangannya.
Rindu masih diam saja menjalankan aksinya.
Rindu beranjak dari duduknya dan berjalan melewati aichel masuk ke dalam rumah tampa melihat aichel.
Aichel hanya diam dan bingung harus bagaimana ia, ia begitu tau jika sahabatnya ini ngambek akan begitu sulit membujuknya.
Dikamar rindu senyum-senyum mengingat aichel yang sedang kebingungan. Rindu beberes dan mengganti pakaiannya. Rindu yang menggunakan baju kaos oblong dipadukan celana jeans panjang, simple memang tapi ini tidak mengurangi kecantikan rindu.
Rindu turun ke bawah dan kembali ke luar menghampiri aichel.
" Emm... aku akan memaafkanmu tapi jika kau bersedia menemaniku pergi mencari pakaian kerja... dan tentunya itu semua dengan menggunakan uangmu." ucap rindu sambil duduk berhadapan dengan aichel, yang pastinya rindu masih memasang raut wajah marah.
"Ok ... siapa takut. Tapi kamu harus janji karna kamu tau sudah membuat kesepakatan" jawab aichel.
Rindu berdiri dan keluar lewat gerbang kecil ke pekarangan rumah aichel, berdiri di samping pintu mobil milik aichel. Aichel melihat dan masih heran maksud rindu apa, namun ia bergegas menyusul rindu dan membuka kunci mobilnya.
Mereka masuk ke dalam mobil secara bersama.
" Sepakat... tapi kau tidak boleh membatasi apa saja yang ingin kubeli. " ucap rindu membuka keheningan.
" Ok.... " Jawab aichel dengan senyuman.
Rindu....rindu....kalo hanya itu saja syaratmu aku tak akan kesusahan, ucap aichel dalam hati. Sebelumnya juga aichel datang menghampiri rindu ingin mengajaknya keluar karna pasti akan susah di kemudian hari karna rindu akan bekerja.
Dalam waktu 37 menit mereka telah sampai ke salah satu pusat perbelanjaan di kota mereka.
Mata rindu tampa sadar menangkap seseorang yang begitu amat ia kenal.
" Ochaaa...." tiriak rindu sambil turun dari mobil.
" Kamu.... bareng aichel." Ucap ocha sambil memperhatikan aichel yg datang menghampiri.
" Cha.... lo barang siapa??" tanya aichel.
"Sendiri aja... ni gue mau balik ada urusan, tadi cuma beli tissu aja.Oya gue langsung balik yaa, besok gue ke rumah lo pada." ucap ocha sambil berlari kecil meninggalkan kedua sahabatnya.
"Kenapa ocha ya ai.....?" tanya rindu.
"Loh mana aku tau, kita kan bareng. " seru aichel.
Keduanya pun masuk ke dalam pusat perbelanjaan itu. Sudah banyak yang rindu beli untuk kebutuhan kerjanya, malah ada lagi yang ia beli selain itu. Aichel juga sudah membeli beberapa barang untuknya.
Kini mereka kembali ke rumah tampa singgah di tempat lain karna belanjaan mereka sudah sangat banyak.
Dikamar Rindu mengeluarkan semua barang belanjaannya dan menempatkannya di dalam lemari.
" Kau yakin besok masuk kerja rin.atau kau ingin mengundurkan beberapa hari lagi??." tanya aichel.
" Kau seperti tidak tau saja ayahku ai..., sudahlah lah aku tak apa yang penting kau siap mengantar dan menjemputku. He..he.." ucap rindu sambil senyum-senyum. Rindu sangat bahagia karna semua keperluannya untuk mulai kerja besok sudah dibelikan oleh sahabatnya yang tajir itu.
Pagi ini rindu telah siap dengan pakaian kerjanya. Ia kelihatan sangat cantik dan feminim dengan rok span warna hitam dipadukan dengan kemeja putih beraksen kerutan di bagian kancing.
Aichel sudah siap menunggu di meja makan, ia begitu takjub dengan kecantikan sahabatnya ini. Jarang sekali ia melihat rindu menggunakan rok seperti itu, rindu biasanya lebih suka memakai jeans atau pun dress.
"Masuk dan dusuklah." ucap rayhan hutama pada mereka sambil menutup laptopnya.
"Pa...aku siap." ucap rindu pada ayahnya.
"Ok. Ayah sudah memutuskan kau menjadi seketaris Herdy." jelas ayahnya.
"Wow.... kau seorang seketaris direktur, berusahalah..." ucap aichel sambil mengangguk-anggukkan kepalanya.
"Untung saja aku belum kerja, jadi aku masih bisa ikut kau jika keluar dinas." tambah aichel lagi.
Ayah rindu tak heran dengan sikap dan sifat aichel, ya karna dia paham dan tau betul kedua anak muda yang dihadapannya ini.
"Baiklah... besok kau sudah mulai aktif bekerja jadi seketaris herdy. Hari ini kau cukup lihat meja kerjamu saja dan melapor ke bagian HRD, setelah itu kalian kembalilah." jelas rayhan ayah rindu yang merupakan CEO dari perusahaan tersebut.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!