NovelToon NovelToon

Love Story Of Twins

kehidupan Anin.

seorang gadis cantik terbangun dari tidurnya, ia terduduk dengan keringat membasahi seluruh tubuhnya. dengan nafas tersenggal, ia meminum air yang berada tidak jauh darinya. mimpi buruk yang menghantuinya setiap tidur, membuat gadis itu merasa kesal. mimpi aneh yang tidak ia mengerti, mimpi itu seakan nyata dan terjadi sangat mengerikan. ia melamun sejeka mengumpulkan nyawanya, secara bersamaan sebuah suara ketukan pintu terdengar. seseorang membuka sebuah pintu, lebih tepatnya pintu kamar gadis itu. seorang wanita paruh baya berjalan tersenyum kearahnya, kemungkinan wanita itu adalah sang ibu gadis tersebut.

"ada apa dengan mu sayang? " ucap wanita tersebut, dengan tersenyum gadis itu menggelengkan kepalanya.

"tidak ibu, aku baik baik saja. hanya saja mimpi buruk seperti biasanya! " ucap gadis itu dengan lembut, suaranya terdengar begitu lembut dan halus.

"yasudah ayo bersihkan dirimu, terus bantu ibu buka toko! " ucap sang ibu, gadis itu mengangguk dan berjalan kearah kamar mandi. "Anin jangan terlalu lama di kamar mandi, airnya sangat dingin karena musim hujan! " ucap sang ibu pada gadis itu yang bernama Anin, gadis itu mengangguk dan tersenyum.

......................

Anindhira Marsha, gadis sederhana dari keluarga biasa dengan semua kesederhanaan yang ada. Anin berusia dua puluh tiga tahun, ia gadis cantik dengan kulit putih dan rambut sedikit pirang. setiap hari Anin akan bangun pagi membantu sang ibu berjualan di sebuah toko bunga, Anin sangat senang melihat bunga bunga apalagi favoritnya.

pagi ini ia berdiri menyiram bunga disana, tapi pikirannya dilain tempat. ia teringat pada mimpinya yang terulang beberapa kali, Anin sangat risau pada mimpinya. ia bertanya tanya kenapa selalu bermimpi buruk, bahkan mimpi itu membuatnya tidak tenang saat tidur. ia akan terbangun setiap mimpi itu datang. ibunya datang ketika melihat Anin melamun, dengan senyuman ibunya memegang tangan sang anak dengan lembut.

"apa yang kamu pikirkan? " tanya ibunya, Anin terkejut dengan itu dan langsung menggelengkan kepalanya.

"tidak ibu, sepertinya Anin masih mengantuk hehe... " ucap Anin dengan tertawa kecil, sang ibu pun ikut tertawa. setelah melakukan kegiatannya, Anin berjalan menuju tempat lain untuk membersihkan seuatu yang menurut nya kotor. saat sedang menyapu Anin tidak sadar kalung yang ia pakai terjatuh, sampai sang ibu menemukan kalung itu dan memanggil Anin.

"Anin kalungmu terlepas, apa kau tidak sadar sayang? " ucap ibunya, Anin langsung memegang lehernya dan benar kalung itu tidak ada. sang ibu langsung mengalungkan kalung itu lagi, Anin mengucapkan Terima kasih dan mencium pipi ibunya. "pesanan bunga yang kemarin sudah siap, kamu antar bunga itu sekarang ya sayang? " Anin kembali mengangguk, memang Anin anak yang tidak suka bicara dan ia lebih suka diam. keduanya memindahkan karangan bunga kedalam mobil pick up, dan Anin pergi setelah berpamitan pada sang ibu.

dalam perjalanan Anin tersenyum merasakan angin yang berhembus, ia menyetir mobil itu perlahan dengan mencari sebuah alamat. sampai akhirnya ia berhenti disuatu tempat, ia melihat sekelilingnya dan beberapa orang mulai mendekat kearahnya.

"apa ini pesanan atas nama tuan Arzan? " ucap seseorang, Anin yang benar membawa pesanan itu langsung mengangguk. ia pun turun dari mobil, dan memberikan nota yang harus dibayar.

"pak tanda tangan disini! " orang itu melakukan apa yang dikatakan Anin, setelahnya orang itu membrikan sebuah cek pada Anin. terkejut bukan main, Anin melihat cek itu sejumlah lebih dari apa yang seharusnya. "pak apa ini, ini salah untuk nominal pembayaran! "

"kami tidak tahu nona, tuan kami memberikan cek itu dan kami hanya menuruti sesuai perintah! "

"pak ini terlalu banyak, bisakah kau memberitahu atasanmu? " pria itu menggelengkan kepala dan kemudian pergi begitu saja. Anin yang sangat bingung tidak mengerti harus melakukan apa, ia memasukkan cek itu dalam tas nya yag berukuran kecil. Anin pergi dari sana setelah urusannya selesai, ia kembali mengantar pesanan yang masih harus ia antar.

malam hari pun tiba, Anin duduk di sebuah cafe di pinggir jalan. ia melihat orang berlalu lalang disana, Anin menikmati minuman yang ia beli, dengan memainkan ponselnya sembari ia tersenyum sendiri. tapi pandangannya beralih saat mendengar suara keributan yang mengganggunya, Anin menoleh ke asal suara keributan itu.

"jadi ini yang kau lakukan selama tidak ada aku, kau tahu aku datang jauh dari luar kota kemari untuk menemuimu! "

suara seorang pria itu terdengar kasar, Anin masih tetap menatap kejadian itu hingga beberapa orang mulai berkerumun disana. semakin seru menurut Anin, ia pun berjalan untuk melihat lebih dekat. pria itu membuat Anin terkejut, karena pria itu menyiram air pada wanita cantik. keributan terjadi disana, sampai seorang satpam harus menghentikan mereka.

pria itu pergi dengan kemarahan, Anin yang berdiri menatap pria itu yang lewat disampingnya. saat bersamaan sesuatu terjatuh setelah pria itu lewat, Anin melihat sebuah dompet disana dan diyakini dompet itu milik pria tadi. Anin segera mengambil dompet itu dan menuju ke arah pemilik dompet, terlihat seseorang sedang menghancurkan barang disana membuat Anin sedikit terkesiap.

"kurang ajar, kupikir wanita itu berbeda dari yang lain. ternyata sama saja, untung aku belum melamar nya! " ucap pria itu kesal menghancurkan benda dihadapannya, Anin menggelengkan kepala dan menghampiri pria itu.

"tidak semua wanita sama! " ucap Anin, pria itu langsung menoleh dan menatap Anin dengan tajam.

"siapa kau? " ucap pria itu, Anin tersenyum dan memberikan dompet milik pria itu. pandangan Anin mengarah ke arah benda yang hampir hancur, karangan bunga yang ia dan ibunya buat bisa dipastikan itu. "Terima kasih! " ucapnya dan pergi, Anin kemudian menoleh kearah pria itu dan sedikit berlari untuk menggapai pria itu.

"hei tunggu tuan, aku belum selesai! " ucap Anin berlari, tapi tubuhnya menabrak pria itu ketika tidak tahu kalau pria yang ada dihadapannya tiba tiba berhenti.

"kamu mau apa, mau imbalan? "

"tidak tuan, aku hanya ingin meminta bayaran atas bunga yang sudah kah pesan! " ucap Anin, pria itu menoleh dan melihat bunga yang hampir hancur olehnya dan kemudian menatap wajah Anin.

"apa orang ku belum membayarnya? " Anin menggelengkan kepala dan mengeluarkan sebuah kertas dan langsung menyodorkan kertas itu pada pria dihadapannya. pria itu menatap kertas yang diberikan Anin, dan melihat cek yang atas nama miliknya.

"kamu membayar terlalu banyak, aku tidak bisa menerimanya. sekarang bayar aku dengan harga yang semestinya, tidak boleh kurang dan juga tidak boleh lebih! " jelas Anin, tapi pria itu malah tertawa dan memijat kepalanya yang tidak pusing.

"aku terlalu bahagia sampai memberikan lebih, berapa yang kau mau? " Anin tersenyum dan mengatakan harga yang seharusnya, pria itu sempat terkejut dengan harga yang tidak ada separuhnya dari cek yang ia berikan. bahkan uang itu bisa diberikan langsung pada Anin, setelah mendapat uang itu Anin tersenyum dan mengatakan teri makasih. Anin langsung pergi dari sana, tapi masih diperhatikan pria itu sampai Anin benar benar tidak terlihat.

Anin tersenyum dan kemudian memasukkan uang yang ia pegang, sangking girangnya Anin sampai tidak tahu menabrak orang didepannya. Anin terkejut sampai jatuh terduduk, tidak lupa orang itu membantu Anin berdiri.

"maaf maaf, aku tidak melihat! " ucap Anin menunduk, orang itu hanya memberikan isyarat tidak masalah pergilah. Anin merasa orang orang disekitarnya itu semuanya aneh Anin pun pergi dari sana, ia ingin segera pulang kerumahnya.

sampainya didepan rumah, Anin memarkirkan mobil dan segera berjalan masuk. tiba tiba kepalanya merasa pusing, tubuhnya oleng sampai ibunya yang melihat membawa Anin untuk duduk. ibunya memberikan minum pada Anin, dan kemudian mengelus anaknya dengan khawatir.

"apa kamu baik baik saja sayang? " tanya ibunya, Anin tersenyum dan mengangguk dengan lembut.

"kepala Anin tiba tiba sangat pusing, kayaknya kecapekan bu.. " ucap Anin, ibunya memeluk sang anak dan mengelus dengan lembut.

"sekarang kamu istirahat ibu buatkan makanan buat kamu, oke? " Anin mengangguk kemudian berjalan pergi dari sana, ibunya menatap Anin dengan kesedihan. "kalau ada yang membawa mu suatu saat nanti, ibu akan sangat sedih Anin! "

...****************...

Anindhira Marsha / 24th

Kehidupan Adnan.

jauh dari kehidupan sederhana seoarang Anin, sebuah rumah megah di sebuah kota. rumah itu berlalu lalang begitu banyak orang, bisa disebutkan seseorang yang disebut sebagai pelayan. sebuah mobil hitam datang memasuki kawasan rumah tersebut, seorang pria keluar dari dalam mobil dengan gagah. siapa lagi kalau bukan Adrian, ia masuk kedalam untuk menemui seseorang yang ia cintai. Adrian tersenyum ketika melihat seoarang wanita duduk di kursi roda dengan cantik, wanita yang masih menjadi cintanya meskipun sedikit berbeda dari sebelumnya. Naira duduk dengan tenang di kursi rodanya, kakinya harus mengalami kelumpuhan ketika kecelakaan yang menimpanya beberapa tahun silam.

Naira menjadi pendiam ketika kehilangan putri yang bila cintai, bahkan sempat Naira divonis mengalami gangguan jiwa karena mengalami tekanan batin dan juga pikiran. hampir setiap harinya Naira berhenti menangis, ia merancau meminta Adrian untuk mengembalikan putrinya. tapi apa daya Adrian, ia mengerahkan seluruh orang pesuruhnya tapi tidak mendapatkan hasil apapun. tanpa bicara Adrian memeluk tubuh Naira dari belakang, ia memberikan kecupan dipipi Naira dari belakang. Naira yang terbiasa itu hanya mengelus kepala Adrian, kemudian menatap Adrian sekilas.

"apa kamu sudah makan? " tanya Adrian, Naira hanya diam tanpa menjawab pertanyaan suaminya. Adrian yang biasa dengan hal itu, ia berlutut dihadapan Naira dan mengelus pipj Naira yang terlihat bekas air mata disana. "sayang katakan sesuatu, apa kau sudah makan? " tanya Adrian lagi, Naira hanya menoleh dan menatap Adrian diam. Adrian menghela nafas, kesedihan masih ia rasakan melihat sang istri yang seperti itu. suara langkah kaki membuat Adrian menoleh, putra yang dibanggakan nya turun dari tangga menghampiri mereka berdua.

"mama sudah makan, aku sudah menyuapi nya tadi! " ucap Adnan dengan tenang, Adrian langsung tersenyum kemudian menepuk pundak sang anak. Adnan dan Adrian saling melihat, kemudian Adnan menggelengkan kepalanya yang dimengerti Adrian.

Adnan tumbuh sebagai pria yang hebat, sama seperti Adrian kepintarannya diatas rata rata. Adnan mengurus perusahaan Adrian hingga perusahaan itu benar benar berkembang pesat, Adnan dikenal sebagai pria yang pendiam dan acuh. sifat Adnan bukan tanpa sebab seperti itu, Adnan pendiam semenjak kehilangan saudari yang sangat ia sayangi. masa kecilnya ia habiskan untuk belajar, agar kelak saat ia dewasa bisa sukses dan mencari adiknya itu. Adnan percaya sang adik itu menunggu untuk dijemput, meskipun ia tidak tahu dimana sang adik berada. Adnan menyusuri seluruh kota yang ada, tanpa menyerah ia terus mencari tapi tidak ada satu pun Nadira disana.

Adnan menggenggam tangan Naira dan tersenyum, ia sangat terpukul melihat sanga ibu yang harus menderita seperti itu. Adnan mencium tangan Naira, ia menempelkan tangan Naira pada wajahnya.

"mama Adnan akan terus mencari adik Nadira, Adnan akan membawa Nadira ke hadapan mama. tidak ada kata menyerah dalam diri Adnan, mama harus percaya pada Adnan! " ucap Adnan dengan keyakinan, mengatakan itu berulang kali pun tidak membuat Naira bergerak. wanita itu hanya diam tanpa ekspresi, hal itu membuat Adnan kesal dan gemetar untuk menahan tangi. Adrian membawa putranya kedalam pelukan hangatnya, ia menenangkan putranya yang ingin menangis.

"tenanglah, jangan lemah di hadapan mama mu! " ucap Adrian menepuk pundak Adnan, keduanya melepas pelukan itu dan Adnan menatap Adrian.

"aku ingin pamit pergi papa, ada satu kota yang belum aku kunjungi untuk mencari Nadira! " ucap Adnan dengan tegas, Adrian yang tahu putranya berusaha keras itu hanya mengangguk dan kemudian tersenyum ketir. Adnan tahu sang ayah tidak bisa membantunya, karena menjaga sang ibu lebih penting dari pada harus membantunya yang bisa ia lakukan sendiri. "tugas papa menjaga mama disini, aku janji akan segera memberikan kabar bahagia untuk kalian! " ucap Adnan berjanji, kemudian pergi dari sana dengan menghubungi seseorang. Adrian menatap putranya yang seiring meninggalkan rumah, kemudian Adrian menggendong Naira untuk membawa istrinya istirahat dikamar mereka. Adrian terus berdoa untuk keselamatan kedua anaknya, dan berdoa untuk Adnan agar segera menemukan sang adik yang mungkin sedang menunggu kedatangannya

...****************...

Adnan berjalan memasuki perusahaannya, tanpa melihat orang yang memperhatikannnya ia dengan acuh menuju ruangannya. Adnan membuka sebuah buku disana, ia mencoret setiap nama kota yang tertera disana. sampai sebuah kota yang belum ia kunjungi, dan Adnan pastikan ia akan berangkat segera mungkin disana. ponsel yang berdering membuat Adnan menatap ponselnya, nama tertulis disana segera menjawab telpon tersebut.

"halo tuan Adnan Pratama, apa kabarmu bro? "

"apa kau bisa mengatakan hal yang lebih penting lagi?" ucap Adrian yang malas menjawab, telpon dari seseorang yang dipercaya oleh Adnan sebagai teman sekaligus sekretaris nya.

"kapan kau kesini, aku akan mengatur pertemuan kita! "

"secepatnya, atur saja semuanya! "

"apa kau kesini sendirian? "

"menurutmu aku dengan siapa kesana? "

"aku berteman dengan mu sudah lama, apa kau tidak berniat mencari seorang gadis untuk diperistri? "

"(menghela nafas) kau tahu sendiri apa tujuanku selama hidup ini, tujuanku hanya mencari adikku untuk ibuku. selama aku belum menemukan adikku, aku tidak bisa hidup tenang. aku tidak ada waktu untuk hal yang tidak penting! " jelas Adnan kemudian kembali diam, terdengar kekehan kecil dibalik telponnya.

"kau tahu semua orang beranggapan kalau kau itu seorang homo, tidak tertarik pada wanita manapun! "

"heh.. kurasa liburanmu akan tiba, aku akan memesankan tiketmu ke Afrika sekarang juga. dan jangan kembali dalam waktu satu tahun! "

"oii aku hanya bilang, Ad... " belum sempat meneruskan Adnan mematikan tepon itu, ia membanting tubuhnya duduk disofa besar disana.

Adnan memejamkan matanya untuk istirahat sejenak, tapi ia terkejut saat bayangan kecelakaan itu berada di pikirannya. Adnan bernafas senggal ia melonggarkan dasinya, kemudian mengusap wajahnya dengan kasar.

"Nadira kamu dimana sayang, kakak kangen sama kamu! " ucap Adnan mengusap wajahnya kasar, ia membuka dompet yang terdapat foto kecil Nadira disana. bibirnya tersenyum tipis, dan air mata jatuh di pipinya. "aku yakin kamu masih hidup, kamu hanya menunggu kakak untuk datang. aku janji sama kamu, kamu bakal ketemu kakak secepatnya! " gumam Adnan, ia mengusap foto itu dan tersenyum tipis.

...****************...

Adnan akhirnya berangkat ke kota yang ia maksud, perjalanan hampir seehari itu membuat Adnan cepat sampai. Adnan bahkan tidak tidur selama itu, ia bahkan menyetir mobil bergantian dengan supirnya. Adnan sampai disebuah perusahaan miliknya pribadi, disana ia disambut dengan senyuman beberapa bawahannya. Adnan hanya fokus berjalan, sampai seseorang memanggil namanya dan ia menghentikan langkahnya.

"Adnan! " panggil orang itu, Adnan menoleh dan menatap datar. "maaf aku tidak menyambutmu, aku dari toilet! " ucap pria bernama Arzan sekaligus teman Adnan, dengan datar Adnan mengangguk dan membalas pelukan temannya.

"aku pikir kau sudah berangkat ke Afrika! " ucap Adnan, Arzan melepas pelukan itu dan mencibir ucapan Adnan.

"kau masih butuh aku, tidak mungkin aku meninggalkan bos ku! " ucap Arzan, Adnan hanya berdecak dan menggelengkan kepalanya. dua orang yang terlihat sempurna itu tidak memperhatikan tatapan mata terhadap mereka, beberapa orang mengagumi dan menyukai kedua orang itu. dan jarang sekali bos mereka datang, dan tidak menyangka bos yang sempurna itu sangat dingin pada siapapun. "Adnan kau mau cari dimana adikmu itu, kau membeli setiap perusahaan dikota yang berbeda. agar kau bisa diam disana untuk mencari adikmu, tapi kau tidak menemukannya! " ucap Arzan didalam lift, Adnan yang menegakkan dadanya mendadak lemas dan bersandar di dinding lift.

"aku tidak mau menyerah, aku yakin adikku sedang menungguku untuk datang! " Adnan keluar dari lift dan pergi ke ruangannya, Arzan yang melihat temannya itu merasa sedih dan juga prihatin. selama empat tahun terakhir Arzan membantu Adnan, ia siap dengan semua perintah yang Adnan berikan. "bagaimana lamaranmu, apa ditolak? " Arzan terkejut dengan perkataan Adnan, ia teringat kekasihnya itu tertangkap basah sedang berselingkuh sebelum ia melamar.

"boro boro ditolak, melamar saja belum. aku melihatnya sedang kencan dengan seseorang, padahal aku sudah menyiapkan semuanya untuk melamar! " ucap Arzan duduk di kursinya, Adnan hanya tertawa kecil dan menggelengkan kepala. "semua wanita sama saja, sangat menyebalkan! "

"heh tutup mulutmu, tidak semua wanita sama. kau saja yang kurang beruntung, mendapat wanita tidak berkelas! " saut Adnan ketus, Arzan tertawa dengan itu.

"aku ingat malam itu aku mengatakan hal itu, ada seorang gadis cantik mengatakan hal yang saama denganmu. kalau dipikir pikir gadis itu sangat cantik, bahkan wajahnya masih teringat di mataku! " ucap Arzan, Adnan menggelengkan kepalanya tidak ingin menanggapi ucapan temannya. mengenal Arzan empat tahun membuat Adnan sangat paham akan sifat Arzan, pria yang akan mencintai satu wanita untuk hidupnya. tidak disangka dirinya malah diselingkuhi, sungguh kasihan nasib Arzan pikir Adnan.

...****************...

Adnan Putra Pratama / 24th

Perasaan Aneh.

Selamat membaca <3

...****************...

Anin tersenyum ketika membuka toko bunga favoritnya, ia menyiram bunga satu persatu dengan tersenyum. suara lonceng pintu toko itu berbunyi, menandakan seseorang datang sebagai pelanggan bunga miliknya. Anin berjalan kearah pintu untuk melihat siapa yang datang, Anin tersenyum seperti biasa yang ia lakukan. keduanya terkejut ketika melihat siapa yang mereka lihat, Anin memiringkan kepalanya untuk mengingat siapa yang ada dihadapannya.

"gadis bunga yang kemarin? " ucap seseorang, Anin langsung sadar dan ingat siapa yang ada dihadapannya. Anin tersenyum dan mengangguk, pria yang tidak lain adalah Arzan itu membalas senyum pada Anin.

"silahkan masuk, ada yang bisa aku bantu? " ucap Anin dengan lembut, Arzan tersenyum dan melihat sekelilingnya.

"aku ingin memesan bunga, ada acara dikantor ku. tapi aku tidak tahu bunga apa yang cocok, karena bosku sedikit rewel untuk masalah bunga."

"hm tidak masalah, memangnya bunga jenis apa yang disukai bosmu? " Arzan tampak berpikir kemudian ia berjalan keluar, Anin tidak mengerti apa maksud Arzan yang pergi. Arzan sendiri kembali kedalam mobilnya, ia memaksa Adnan untuk segera turun untuk mengikutinya. Adnan sendiri sangat malas, ia menolak dengan tegas sampai akhirnya ia menyerah dan mengikuti Arzan dari belakang.

"jika kau membuatku kesal lagi, aku akan benar benar mengirim mu ke Afrika! " ucap Adnan ketus, bukannya takut Arzan hanya terkekeh dan terus berjalan kembali kedalam toko bunga itu. Anin yang masih setia berdiri disana, tiba tiba ibunya datang dan tersenyum untuk menyambut tamu yang datang.

"nah Adnan aku membawamu kesini untuk memilih bunga yang kau suka, jika aku yang memilih maka tidak akan kau sukai nanti! " celoteh Arzan tanpa henti, Adnan yang hendak masuk itu merasakan udara disana dingin. tiba tiba tubuhnya merasa aneh, ia gelisah tapi tidak tahu apa yang membuat kegelisahan itu hadir. ia masuk mengikuti Arzan, Adnan semakin merasa aneh didalam toko bunga tersebut. Adnan dan Arzan melihat seorang wanita paruh baya tersenyum ke arah mereka, Arzan menoleh ke kanan dan kirinya tapi tidak melihat gadis yang ia temui tentu saja itu Anin yang ia cari.

"tuan Arzan datang lagi, apa mau pesan bunga lagi untuk kekasihnya? " ucap ibu Anin disenyymi Arzan, ia merasa malu mendengar perkataan ibu Anin. dengan cepat Arzan menggelengkan kepalanya, dan menoleh kearah Adnan.

"kau pikir aku ini anak gadis, kau membawaku memilih bunga! " ketus Adnan, Arzan hanya terkekeh kecil. kemudian ia sibuk bicara dengan ibu Anin, Adnan mengelilingi toko bunga itu. perasaan yang sedari tadi gelisah itu melanda Adnan, ia memegang dadanya dan merasakan jantung yang tiba tiba berdetak kencang. "ada apa denganku, perasaan aneh apa ini!" gumam Adnan menghela nafas berulang kali, Adnan melirik pergerakan seseorang yang tidak ia kenali. Adnan menatap punggung kecil seseorang yang membelakinya, siapa lagi kalau bukan punggung gadis itu, Anin.

Anin yang dipinta untuk mengisi air pun segera melaksanakan, kegiatannya terhenti ketika mendadak jantungnya berdetak tidak biasa. Anin tidak mengerti kenapa jantungnya seperti itu, Anin menghela nafas berat berulang kali untuk menenangkan jantungnya. Anin merasa ada seseorang di belakangnya, dengan cepat Anin menoleh tapi tidak ada siapapun disana. karena Adnan pergi begitu saja ketika jantungnya semakin tidak enak ia rasakan, ia memilih untuk diam dimobil menunggu Arzan.

Anin keluar menemui ibunya, dan disana masih terdapat Arzan yang masih bernegosiasi. Arzan tersenyum melihat Anin, begitu pun sebaliknya.

"oh iya saya Arzan, salam kenal! " ucap Arzan mengulurkan tangannya, Anin tersenyum kemudian mengulurkan tangannya.

"iya saya Anindhira, salam kenal! " saut Anin tersenyum, Arzan pun mengangguk dengan tersenyum.

"oh iya bu bisakah itu diantar sore ini, karena acaranya diadakan nanti malam! " ucap Arzan, disanggupi oleh ibu Anin. Arzan pun pergi dari sana setelah berpamitan, Anin menatap kepergian Arzan. ia melihat didalam mobil ada seseorang selain Arzan, tapi wajahnya tidak terlihat oleh Anin karena kaca mobil telah tertutup.

"lama sekali bicara dengan toko bunga itu! " ketus Adnan, Arzan kembali terkekeh dibuatnya.

"aku bicara dengan pemilik toko, bukan dengan tokonya! " saut Arzan, Adnan mengengus kesal kemudian memutar kedua bola matanya. "malam ini ada pesta penyambutanmu, ayolah kamu jangan terus kesal. nanti kamu cepat tua kalau marah marah terus, masak iya belum nikah udah tua dulu! "

"Arzan! jika kau membuka mulutmu lagi, aku akan menendangmu keluar dari mobil ini! " teriak Adnan yang membuat Arzan terkejut, Arzan langsung terdiam dan menggelengkan kepalanya. Adnan merasa sangat pusing dan juga gelisah, dengan mendengar celoteh Arzan pusing itu semakin bertambah di kepalanya. segera Arzan melajukan mobilnya pergi dari sana, meninggalkan toko bunga menuju pekerjaan yang sedang menunggu keduanya.

...****************...

Anin yang mendapat perintah ibunya, langsung mengantar bunga pesanan Arzan yang cukup banyak. beberapa menit Anin sampai di sebuah gedung perusahaan, Anin yakin alamat nya disana dan gedung itu milik Arzan. Anin bertemu satpam disana, dan satpam mengatakan Anin membawa alamat yang benar adanya. Anin dibantu oleh satpam itu untuk menurunkan setiap bunga disana, Anin juga perlahan membawa bunga itu masuk dan menyusun agar terlihat lebih rapi.

"kenapa aku tidak melihat tuan Arzan, bagaimana aku meminta sisa pembayaran bunga itu!" ucap Anin, sedetik kemudian Anin melihat orang yang ia cari sedang berada sedikit jauh darinya. Anin mengejar Arzan yang akan menaiki lift, Arzan yang tidak melihat Anin pun masuk kedalam lift dan lift itu menutup dengan cepat. Anin menghentikan langkahnya, ia melihat lantai yang menghentikan Arzan.

"mbak ini bungannya segini? " teriak satpam membuat Anin menoleh, ia menghampiri satpam itu dan mulai bicara.

"pak ini saya harus menemui tuan Arzan, pembayaran bunganya belum sepenuhnya." ucap Anin, satpam itu pun mengangguk dan membawa Anin menuju lift. disana Anin diberitahu kemana ia harus pergi, setelah itu ia pun dibawa oleh lift ke arah tujuannya.

Anin bingung setelah sampai di lantai atas, begitu banyak ruangan yang tertutup disana. ruangan Arzan yang tidak pernah ia tahu, Anin terus menduga duga tapi tidak berani untuk masuk. sampai punggung seseorang membuat Anin terkejut, seorang pria berdiri menghadap kaca besar yang menampilkan kota luas itu. Anin dengan ragu mendekat kearah pria itu, saat ingin bicara pria itu menoleh dan langsung menatap Anin dengan tajam.

"siapa kamu? " ucap pria itu, Anin terkejut ketika melihat wajah pria itu. ternyata bukan Arzan yang ia cari melainkan orang lain, siapa lagi kalau bukan Adnan yang dilihat oleh Anin. Adnan menatap Anin dengan curiga dari atas ke bawah, Anin sendiri merasa takut melihat Adnan yang terlihat garang.

"ini.. saya cari tuan Arzan! " ucap Anin pelan yang masih didengar Adnan, tapi dengan terdiam Adnan merasa suara itu pernah ia dengar sebelumnya. tapi tidak mungkin ia dengar, karena Adnan baru dua hari disana dan belum bertemu seorang wanita siapapun. Adnan langsung memulai telponnya, ia menelfon Arzan untuk memberitahukan Anin sedang mencari pria itu. dengan bersamaan Arzan keluar dari ruangannya, ia tersenyum melihat Anin dan juga Adnan yang berdiri tidak jauh darinya.

"nona Anin cari saya ya, kok gak bilang bilang sih! " ucap Arzan dengan tersenyum, Anin hanya tersenyum kemudian melihat kearah Arzan.

"ini saya mau mengambil sisa uang nya! " ucap Anin, Arzan tersenyum kemudian memberikan uang yang Anin maksudkan. Anin tersenyum dan menghitung uang itu, kemudian ia memasukkan nya kedalam tas kecil itu. Arzan yang memeperhatikan Anin sedikit tersenyum, kemudian menoleh kearah Adnan yang memperhatikan keduanya tanpa berkedip. Adnan berdiri di sebuah tempat gelap, sampai wajahnya pun tidak terlihat terkesan menakutkan bagi orang yang tidak mengenal Adnan.

"Anin pernah ke pesta tidak? " ucap Arzan yang membuat Anin menoleh, meskipun Anin bukan gadis dewasa setidaknya Arzan tidak bicara seperti anak kecil. Anin dengan menggemaskan menggelengkan kepala, Arzan yang melihat itu tersenyum. "mau tidak datang ke acara pesta ini nanti malam, kalau perlu nanti aku jemput kamu deh! "

"eh Terima kasih undangannya, tapi aku tidak suka pesta atau pun keramaian! " ucap Anin, bukan Arzan namanya jika tidak memaksa.

"aku mengundang kamu loh, tidak baik menolak undangan seseorang! " ucap Arzan mendekat kearah Anin, dan pikiran Anin pun menjadi gelisah. dirinya tidak ingin datang ke pesta mana pun, keramaian membuatnya pusing. disisi lain Arzan mengundang nya dengan sepenuh hati, tidak untuk ia tolak. apalagi manusia di depannya ini terus berceloteh untuk dirinya datang, Anin juga melihat kearah Adnan yang membelakangi mereka. "gimana, kok ngelamun? " ucap Arzan di terakhir kalimatnya, Anin bahkan tidak tahu apa yang sedang dibicarakan Arzan sebelumnya.

"baiklah! " ucap Anin memberikan keputusan, hal itu membuat Arzan senang.

"oke gadis bunga, sekarang pulanglah aku akan menjemputmu dalam waktu dua jam! " ucap Arzan cepat, belum sempat Anin mengelak Arzan membawanya ke arah lift. setelah Anin masuk kedalam lift, dan dirinya dibawa oleh lift untuk menuju lantai bawah. Arzan tertawa dan berjalan ke arah Adnan, ia melihat Adnan yang termenung menatap kota dibawah mereka. Adnan sendiri tidak peduli dengan temannya itu, Arzan terus bercerita tentang Anin yang ia juluki sebagai gadis bunga.

"kakak merasa kamu ada di kota ini, apa benar Nadira. jika benar, temui kakak Nadira! "

Anin yang sampai di lantai bawah, tiba tiba menghentikan langkahnya. ia merasa ada sesuatu yang janggal, batin nya mengatakan seseorang sedang memanggilnya. Anin menoleh ke kanan dan kirinya, jangan kan memanggil, kenal saja tidak dengan Anin. ada apa dengannya, apa ada sesuatu yang tidak ia ketahui.

...****************...

Terima kasih <3

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!