NovelToon NovelToon

My Little Gwen

Pengenalan tokoh

Zafier Alderts Chastelein Safaraz, tampan, wajah bule diperoleh dari garis ibunya yang memiliki darah Belanda postur tinggi dan atletis, karena Zafier sangat suka berolahraga. Meski tampan, Zafier bukan tipe playboy, Zafier malah terkesan dingin dan kurang suka didekati wanita, padahal wanita yang mengejarnya sudah tidak terhitung jumlahnya. Zafier adalah tipe workaholic, pekerja keras, wanita adalah urusan kesekian dalam otaknya. Kerja dan kerja adalah prinsip dan tujuan hidupnya.

Zafier adalah putra tunggal Zaki Safaraz, orang terkaya di Kota P, pemilik usaha di berbagai bidang, dengan banyak cabang di berbagai kota. Namun Zafier lebih memilih mengembangkan usahanya sendiri di luar negeri setelah lulus kuliah di sana. Zafier memilih hidup mandiri walau sang ayah berulang kali memintanya pulang untuk mengurus usahanya di kota P. Keresahan Zaki, sang ayah bertambah karena Zafier belum juga menikah di usianya yang hampir menginjak 29 tahun. Informasi dari sahabat Zafier, Gavin, sampai saat ini belum ada satu pun wanita yang menjadi kekasih resmi Zafier.

Gavin adalah sahabat Zafier dari kecil, karena ayah Gavin adalah tangan kanan ayah Zafier. Mereka sangat akrab layaknya saudara, karena keduanya sama-sama anak tunggal. Zafier membawa Gavin sebagai orang kepercayaannya, hingga tanpa terasa sudah 6 tahun mereka meniti usaha di luar negeri.

Perusahaan yang dirintis Zafier telah menjadi salah satu perusahaan yang cukup disegani dan diperhitungkan di negara kincir angin tersebut.

Shezan Shaziya Arshaka, gadis cantik berkulit putih, parasnya Sheza selintas seperti blasteran dengan postur tinggi untuk ukuran orang Indonesia. Tapi Sheza sendiri merasa tidak punya garis keturunan dari luar negeri. Sheza berasal dari keluarga sangat sederhana, sudah mengenal perjuangan hidup sejak kecilnya. Sheza cukup menguasai ilmu beladiri, karena Seif Arshaka sang kakak sudah membekalinya sejak kecil, agar Sheza bisa membela diri, mengingat wajah cantik Sheza akan mengundang banyak gangguan.

Ayah dan kakak lelakinya sangat menyayanginya, tapi tidak dengan Veeya, sang ibu. Veeya seolah sangat membencinya. Apa saja yang dilakukan Sheza selalu salah di mata Veeya. Ayah dan sang kakak adalah pelindung Sheza dari angkara ibunya. Sheza tidak pernah mengerti kenapa sang ibu begitu membencinya. Sheza pernah bertanya kepada ayah dan kakaknya, tapi sambil berseloroh mereka hanya menjawab karena kecantikan Sheza. Sementara bertanya kepada sang ibu adalah hal yang mustahil. Kebencian sang ibu semakin menjadi ketika ayah Sheza meninggal dan sang kakak harus bekerja di luar kota untuk menghidupi keluarga.

______

Dan disinilah Sheza berada sekarang, di mansion megah keluarga Safaraz. Sheza hanya bisa pasrah ketika sang ibu menyerahkannya pada Tuan Zaki Safaraz karena utang sang ibu yang tak terbayar. Sang ibu meminjam sejumlah uang yang tidak sedikit dengan Sheza sebagai jaminannya.

Flashback on

"Saya mohon tuan, tolong pinjami lagi saya sejumlah uang, saya sangat membutuhkannya", mohon Veeya pada Ganial, tangan kanan dan orang kepercayaan Zaki.

"Minggu kemarin kau baru pinjam uang, kau tau berapa total utangmu, Veeya", hardik Ganial

"Saya tau tuan, saya belum punya uang untuk membayarnya, tapi saya sangat membutuhkannya tuan, saya mohon", pinta Veeya tertunduk.

" Kalau kau tidak bisa bayar semua utangmu bagaimana?", hardik Ganial lagi.

Veeya terdiam, tidak tau harus menjawab apa.

"Kenapa kau diam? Ya sudah, kau pergilah", hardik Ganial lagi sambil berlalu dari hadapan Veeya.

" Tuan aku mohon, tolong pinjami aku uang, jika aku tidak bisa membayarnya dalam satu bulan ini, aku serahkan anak gadisku, tuan tidak akan menyesal, dia sangat cantik, masih perawan", bujuk Veeya lagi mengejar langkah Ganial

Langkah kaki Ganial terhenti, keningnya berkerut, tidak habis pikir dirinya, seorang ibu rela mengorbankan anaknya sebagai penebus utangnya.

Flashback off

"Sudah kau selidiki Gani?, tanya Zaki pada Ganial.

"Sudah tuan, dia memang putri Tuan Barend Wetselaar dan Nyonya Shaziya Narendra, dia diasuh Arshaka, sopir pribadi keluarga Narendra ketika kedua orangtuanya meninggal dalam kecelakaan. Dia memang Nona Gwen Anneliese Wetselaar. Arshaka merubah namanya untuk menyelamatkan Nona Gwen dari adik-adik ibunya yang ingin menghabisinya. Istri Arshaka sangat membencinya karena dia mengira Nona Gwen adalah anak selingkuhan Arshaka. Arshaka tidak pernah membocorkan rahasia Nona Gwen, dia menyimpannya hingga ajal menjemputnya", Ganial menjelaskannya panjang lebar pada tuannya.

"Biarkan saja seperti itu Gani, Sheza tetap Sheza, kita harus menyembunyikan identitasnya sampai waktunya tiba, Sheza akan kita urus, agar dia terhindar dari Veeya. Aku kuatir Sheza dalam bahaya jika berada di tangannya. Sementara itu kau bantu Seif anak Arshaka, dia dan ayahnya telah berjasa besar mengasuh dan melindungi Gwen. Aku ingat Alexa sangat menyayangi Gwen kecil, Alexa dan Shaziya pernah berencana menjodohkan Gwen dan Zafier, jodoh adalah urusan Tuhan, tapi aku punya rencana sendiri untuk anakku yang keras kepala itu", ujar Zaki sambil memijat kepalanya, membayangkan putra semata wayangnya yang keras kepala dan tetap pada pendiriannya untuk tidak mau pulang sampai saat ini.

"Jika Zafier berkeras tidak mau pulang dan melanjutkan usahaku, biarkan Gwen yang melanjutkan usahaku", ujar Zaki sambil menghela nafas berat.

______

Pagi itu Sheza berniat pergi bekerja seperti biasanya. Sheza bekerja sebagai receptionist di sebuah sebuah perusahaan yang bergerak di berbagai bidang industri. Barend Pacific,Tbk, yang merupakan anak perusahaan dari Wetselaaar Internasional,Tbk.

Sheza memang kuliah sambil bekerja. Sheza sangat paham pentingnya pendidikan bagi masa depannya.

Ketika akan berangkat bekerja dengan motor kesayangannya, Sheza terkejut dengan beberapa mobil mewah berhenti tepat di depan rumahnya. Dari mobil tersebut keluar beberapa orang berbadan besar, mereka berpakaian seragam layaknya bodyguard di film-film action yang biasa Sheza tonton.

Salah seorang dari merek berjalan menghampiri Sheza.

"Maaf nona, apakah ini rumah Veeya", tanyanya sopan.

"Iya, betul, ibu ada didalam", jawab Sheza singkat, sambil bersiap mengeluarkan motornya.

"Sheza, siapa yang...", ucapan Veeya menggantung, mukanya langsung pucat begitu melihat tampang orang yang bertanya pada Sheza tadi.

Veeya berniat lari ke dalam, tapi tangannya dicekal lelaki itu.

Sheza yang melihat hal tersebut mengurungkan niatnya untuk segera pergi.

"Apa yang anda lakukan pada ibu?", ujar Sheza penuh tanda tanya, keningnya berkerut mencoba mencerna kejadian di depan matanya.

"Aku tidak bisa membayar utangku, kau bawa saja dia", ujar Veeya, tangannya menunjuk pada Sheza.

Sheza terkejut, dia berusaha meminta penjelasan pada ibunya.

"Apa maksud ibu", tanya Sheza.

"Sheza, kau ikut dengan orang-orang itu, jadilah anak yang sedikit berguna, paling tidak kau bisa menggantikan sejumlah uang yang aku pinjam dari Tuan Safaraz", ujar sang ibu.

Bagai petir di siang bolong , Sheza sangat terkejut mendengar penjelasan sang ibu.

"Ta...tapi Ibu, a....aku...", belum sempat Sheza menyelesaikan ucapannya, Veeya kembali berteriak.

" Kau pergilah Sheza", teriak Veeya.

Sejurus kemudian Veeya berlari ke dalam rumah, tak lama ia keluar mendorong sebuah koper kecil, berisi barang-barang Sheza yang tidak seberapa.

Awalnya Sheza bersikukuh menolak, tapi sang ibu dengan tega tetap mengusirnya pergi.

Sheza sangat terkejut, tidak menyangka ibunya tega menjualnya hanya demi uang, tapi Sheza tidak bisa berbuat banyak, mau melawan juga tidak bisa. Meski dibekali ilmu bela diri oleh Seif sang kakak, tapi menghadapi sepuluh orang berbadan besar, Sheza menelan salivanya.

Sheza terpaksa menurut saja. Seorang lelaki bertubuh tegap membukakan pintu untuk Sheza. Sheza memasuki mobil mewah tersebut. Mobil mulai berjalan perlahan, sejenak matanya menoleh ke belakang melihat rumah dan sang ibu, mungkin untuk yang terakhir kali pikirnya. Entah bagaimana nasibnya setelah ini. Anehnya, dia tak mendapati sedikitpun raut wajah kesedihan di wajah sang ibu.

"Ibu selamat tinggal, meski aku anakmu atau bukan, tapi terima kasih sudah membesarkanku, anggaplah ini baktiku padamu karena telah merawatku dari kecil", gumam Sheza sambil menyeka cairan bening yang meluncur begitu saja dari sudut matanya.

Satu jam perjalanan Sheza memasuki sebuah pintu gerbang yang sangat tinggi, beberapa penjaga bersiap membukakan pintu tersebut.

Setelah melewati halaman yang sangat luas, mobil berhenti di depan mansion yang sangat megah. Sheza diam saja, tidak ada niat sedikitpun untuk keluar.

Tiba-tiba pintu dibuka dari luar, mau tak mau Sheza melangkahkan kakinya keluar.

Sheza berjalan memasuki mansion megah tersebut. Dia dibawa menuju sebuah ruangan besar di lantai bawah itu, seperti ruangan kerja, di sana menunggu seorang laki-laki setengah baya, tapi bertubuh tegap dan atletis serta masih terlihat tampan di usianya saat ini.

Sheza pasrah, "pasti ini Tuan Safaraz", batin Sheza. Sheza berfikir bahwa dia pasti akan dijadikan pemuas nafsu oleh Tuan Safaraz, sebagai pengganti pinjaman sang ibu.

"Duduklah", ujarnya pendek dengan suaranya yang terkesan dingin dan berwibawa.

"Baik tuan", ujar Sheza berusaha tenang.

"Kamu tau kenapa kamu disini?", tanya Tuan Safaraz lagi

"Untuk menebus utang ibu saya Tuan", jawab Sheza tertunduk.

Zaki Safaraz memperhatikan gadis yang kini tengah menunduk dihadapannya, wajah itu mengingatkannya pada wajah seseorang di masa lalunya, Shaziya Narendra, seseorang yang pernah sangat dekat dengannya tapi kemudian menikahi sahabatnya sendiri, karena keluarga besar Safaraz menentang keras hubungannya, karena sang gadis berasal dari keluarga biasa saja.

Shaziya memang berhasil kuliah di kampus yang sama dengannya di Belanda, karena kepintarannya hingga memperoleh beasiswa disana.

Sebagai sesama mahasiswa di perantauan, mereka sangat dekat. Tapi Shaziya hanya menganggapnya sebagai teman, karena Shaziya sangat tau perbedaan strata mereka yang jauh. Negaranya masih memandang bibit, bobot, bebet. Dari awal Shaziya telah membentengi hatinya.

Shaziya akhirnya menerima cinta Barend Wetselaar, putra bungsu pengusaha ternama di Belanda, CEO Royal Dutch Shell, Marten Wetselaar. Barend adalah sahabat Zaki. Dia sendiri akhirnya menjatuhkan hati Pada Alexa Castelein, putri bungsu Allard Castellein, CEO Port of Rotterdam, perusahaan yang juga tak kalah besarnya di Belanda. Alexa juga adalah sahabat Shaziya.

Barend mirip putranya, Zafier yang keras kepala, lebih memilih menjalankan usaha sendiri di Indonesia, dimana akhirnya ia harus meregang nyawa bersama Shaziya akibat kecelakaan, yang penyebabnya masih menjadi misteri.

Hal itulah yang masih menjadi penyesalan yang mendalam bagi Marten Wetselaar. Jika saja Marten memaksa Barend untuk melanjutkan usahanya di Belanda, pasti Barend baik-baik saja. Sampai sekarang Marten selalu menghubungi untuk meminta bantuan Zaki menemukan anak Barend. Ibu Barend, Beatrice sangat menyayangi putra bungsunya itu, penyesalannya adalah belum pernah bertemu cucunya sejak lahir. Beatrice tau anak Barend adalah perempuan, satu-satunya cucu perempuan yang dimilikinya.

Zaki masih ingat berita meninggalnya pengusaha berkebangsaan Belanda bersama keluarganya, jenazah anak tunggal mereka tidak pernah ditemukan. Berita tersebut sempat menjadi berita paling menghebohkan 17 tahun silam karena kecelakaan dianggap tidak wajar dan menghilangnya anak tunggal pengusaha tersebut.

Sheza masih memandangi tuan yang ada di depannya. Matanya memperhatikan ekspresi sang tuang yang nampak sedih, sibuk dengan pikirannya sendiri, tapi Sheza sendiri tidak berani menyadarkan lamunan tuan tersebut.

"Shaziya", gumam Zaki pelan.

"Maaf Tuan bilang apa?", tanya Sheza hati-hati.

Zaki terkejut mendengar pertanyaan Sheza, pertanyaan itu membuyarkan lamunannya.

"Apa kamu mau menjadi istriku sebagai tebusan utang ibumu?" tanya Zaki tanpa basa basi.

Sheza terdiam, tidak tau harus menjawab apa, pria di hadapannya mungkin seumuran ayahnya jika masih hidup, dan sekarang dia diminta menjadi istrinya. Sheza mau memaki tapi jelas tidak bisa.

"Kenapa kamu diam saja? kamu tidak tuli kan", tanya Zaki dengan intonasi agak keras.

Sheza kaget, dia masih tidak menjawab, kedua tanyanya saling meremas satu sama lain. Dia jelas tidak mau, tetapi takut resikonya jika menolak.

"Apa saya punya pilihan tuan?" tanya Sheza memberanikan diri.

"Kenapa kamu balik bertanya, kamu sendiri pasti tau jawabannya", ujar Zaki dengan senyum smirk.

Sheza menelan salivanya. Selanjutnya Sheza diminta meninggalkan ruangan tersebut.

Sepeninggal Sheza, Ganial mendekat tuannya.

"Tuan serius akan menikahi Nona Sheza?", tanya Ganial pada Zaki.

"Kita lihat saja Gani, apa anak itu akan pulang atau tidak mendengar berita bahagia ini", jawab Zaki terkekeh

"Sudah lima tahun dia tidak mengunjungiku, apa dia hanya akan pulang saat pemakamanku", Zaki menarik nafas berat.

Dia sangat merindukan putra satu-satunya, tapi gengsinya mengalahkan rasa rindunya. Mereka memang lebih sering berdebat ketika bertemu.

Zafier tidak pernah lagi pulang setelah kematian ibunya, Alexa. Zafier sangat dekat dengan sang ibu, pulang hanya membuatku sedih, begitu Zafier selalu menjawab panggilan pulang ayahnya. Apalagi sekarang Zafier didaulat melanjutkan bisnis keluarga sang ibu di luar negeri.

Awalnya Zafier memang merintis usahanya sendiri, usaha tersebut berkembang pesat di sana. Tapi kemudian pamannya Alexander, adik kandung Alexa memohon kepada Zafier untuk mengambil alih bisnis keluarga Chastelein, karena kondisi Alex yang sedang sakit, sementara kedua anak perempuan Alex, Adrieana dan Arabella, masih belum dewasa.

"Kau lihat Gani, putraku satu-satunya lebih memilih meneruskan bisnis orang lain", ujar Zaki sambil memijat kepalanya.

"Maaf tuan, itu kan bisnis keluarga Nyonya Alexa"', ralat Ganial.

"Sudahlah Fariz, aku malas berdebat denganmu, aku ingin istirahat, kau urus Sheza, jadikan dia wanita tangguh, berkelas dan berkarakter. Aku yakin tidak sulit, karena pada dasarnya dia pintar seperti ibunya. Karena yang akan dihadapinya adalah seorang Zafier Alderts Chastelein Safaraz.

______

Tawar menawar dengan sebuah rahasia masa lalu

Sheza membaringkan badannya, berharap tidur akan menghilangkan semua beban di otaknya. Sheza ingin ketika terbangun esok pagi, semua yang dihadapinya hari ini hanyalah mimpi.

Kamar yang Sheza tempati saat ini berada di lantai 2 mansion Tuan Zaki. Meski hanya kamar tamu di mansion ini, namun kamar ini sudah sangat mewah dibanding kamar Sheza di rumah. Sebuah ranjang ukuran queen terhampar di ruangan ini, di sudut kiri terdapat kamar mandi yang lumayan besar jika dibanding kamar mandi di rumah Sheza dulu. Sementara di sudut kanan ada balkon menghadap ke taman belakang yang dipagari tembok sangat tinggi.

Mata Sheza masih belum terpejam, padahal jam sudah menunjukkan pukul 2 dini hari. Berbagai pikiran melintas di otaknya. Sheza sangat gelisah, berkali-kali tubuhnya bolak balik di atas kasur empuk itu. Padahal di kasur lamanya, kasur kapuk yang sudah mulai mengeras, Sheza akan langsung terlelap begitu kepalanya menyentuh bantal.

" Aaaargh,..........", Sheza menghentakkan kakinya berulang-ulang.

" Aku harus bagimana tuhan", ratapnya

" Bagaimana dengan masa depanku nanti, kuliahku, pekerjaanku, hu hu hu", tangis Sheza lagi

" Apa aku harus berakhir di sini, menjadi istri pria tua itu, hu hu hu", rutuk Sheza sambil menangis.

Akhirnya Sheza pun tertidur juga karena kelelahan berpikir dan menangis.

_________

Ketukan pelan di pintu kamar, membangunkan Sheza dari tidurnya. Sheza meregangkan ototnya sejenak. Kemudian beranjak bangun menuju kamar mandi.

" Nona maaf, apakah anda sudah bangun?", tanya seseorang dibalik pintu kamar itu.

" Hmm....sudah", jawab Sheza malas.

" Maaf nona, Tuan Ganial sudah menunggu", ujar suara itu lagi.

" Baik, aku membersihkan diri dulu, kau pergilah, tidak perlu menunggu, aku akan turun begitu selesai"", jawab Sheza lagi.

Selesai mandi, Sheza mengambil pakaian kerja dari koper kecil yang dibawanya. Rok selutut berwarna biru tua dipadunya dengan kemeja putih dengan blazer senada dengan warna roknya.

Sheza menyanggul rambut, meski hanya polesan bedak tipis dengan lipstik peach, namun itu sudah cukup menyempurnakan penampilannya, karena Sheza memang sudah terlahir cantik.

Sheza bergegas turun mencari Tuan Ganial, karena dia harus segera berangkat bekerja, jika tidak ingin terlambat. Sheza tidak mungkin bolos kerja kembali, bisa-bisa ia dipecat, batinnya.

Di ujung tangga lantai 1, seorang pelayan telah menunggu Sheza, ia bertugas mengantar Sheza menunju ruang dimana Ganial menunggunya.

Pelayan perempuan yang sudah setengah baya itu mendorong pintu besar yang ada di hadapan mereka perlahan. Dia mempersilahkan Sheza masuk.

Di dalam ruangan besar tersebut terlihat seorang laki-laki setengah baya tengah bersandar di kursi kerja dengan sandaran yang cukup tinggi.

Sheza mengedarkan pandangannya ke semua penjuru, meyakinkan diri jika tidak ada Tuan Zaki di sana. Sheza bernafas lega. Dia sangat takut pada Tuan Zaki, aura Tuan Zaki memang sangat mendominasi. Membuat setiap orang yang berhadapan dengannya seolah direnggut oksigen di sekelilingnya, nafas terasa tercekat dan sesak.

" Duduklah Sheza, sampai kapan kau akan berdiri di sana?, tanya Ganial.

" Baiklah tuan", jawab Sheza.

" Jangan panggil aku tuan, levelku masih jauh di bawah Tuan Zaki, panggil aku paman saja", ujar Ganial lembut kebapakan, tidak tersisa kegarangan di sikapnya seperti kemarin.

Sheza agak kaget dengan perubahan sikap Ganial, tapi kewaspadaannya malah meningkat, karena ia berfikir pasti ada sesuatu yang diinginkan lelaki tua yang ada di depannya ini.

" Aku juga menyampaikan permohonan maaf Tuan Zaki atas sikapnya kemarin, dia tidak bisa menyampaikan langsung padamu karena ada keperluan bisnis yang harus dilakukannya di kota J, tapi jika kau tidak puas, aku akan melakukan video call dengan Tuan saat ini juga", jelas Ganial panjang lebar.

" Hmm...baiklah, tidak masalah", jawab Sheza pendek.

" Maaf paman, masih adakah yang ingin paman sampaikan? Aku akan segera berangkat bekerja, aku takut terlambat, karena kemarin aku sudah off bekerja", tanya Sheza sesopan mungkin.

Ganial tersenyum, benar-benar seorang gadis yang tidak suka basa basi, to the point dan tegas. Semoga pilihan tuan tidak salah, batin Ganial.

" Maaf pamam, aku...", ucapan Sheza terhenti.

" Baik, aku paham. Aku cuma butuh waktumu 15 menit, setelah itu, aku sendiri yang akan mengantarmu bekerja", jawab Ganial.

" Baiklah paman, tapi aku tidak usah diantar, aku bisa pergi sendiri", ujar Sheza

" Apa kau tidak bisa duduk dulu, agar lebih nyaman bercerita?", tanya Ganial lagi.

" Oh maaf, baiklah paman", ujar Sheza.

Ganial pun menceritakan semua hal terkait hubungan Tuan Zaki dan putranya. Tentang Zafier yang nyaris 6 tahun tidak mengunjungi ayahnya. Ganial juga menceritakan tentang rencana Tuan Zaki agar putra semata wayangnya itu mau mengunjunginya, namun Ganial tidak menceritakan latar belakang Sheza, dan rencana Tuan Zaki untuk menjodohkan Sheza dengan Zafier.

" Kalau kau mau bekerjasama, maka aku akan menolongmu untuk mencari tahu masa lalu mu, apa kau tidak ingin tau kenapa ibumu begitu membencimu", bujuk Ganial lagi.

Sejenak Sheza terdiam, suatu imbalan yang sepadan, pikirnya. Hal tersebut sudah lama ingin diketahuinya, karena perbedaan sikap sang ibu ketika menghadapinya dan kakaknya.

Sheza juga tidak bisa mengingat masa kecilnya. Tidak ada satupun memori yang tersimpan antara Sheza kecil dan sang ibu. Dulu Sheza berpikir itu mungkin karena kekasaran sang ibulah, hingga tak satupun momen bersama sang ibu mampu tersimpan dengan baik di otaknya.

" Jadi aku harus bersandiwara sebagai istri Tuan Zaki", tanya Sheza lagi memastikan.

" Iya, tapi menjelang itu, aku harus melakukan berbagai cara untuk mengemblengmu agar sepadan dengan Tuan Zaki, karena kau tidak tau bagaimana Zafier", ujar Ganial memijit keningnya.

Sheza jadi penasaran, orang seperti apa yang akan dihadapinya nanti. Tapi tidak masalah bagi Sheza. Karena kesulitan hidup telah menggembleng pribadinya menjadi lebih kuat. Hanya anak manja yang hidup berkecukupan, biasa senang, egois dan memandang rendah orang lain, orang seperti itu masih bisa aku hadapi, batin Sheza lagi.

Sudah 15 menit berlalu, kau berangkatlah bekerja dahulu, aku akan perintahkan Carlos mengantarmu. Lain kali aku akan bercerita tentang bagaimana sifat seorang Zafier padamu, agar kau lebih siap menghadapinya", ujar Ganial dengan senyum smirknya.

Laki-laki Penggoda

"Shezaaaa...dirimu kemana saja?", kedatangan Sheza pagi itu mendapatkan rentetan pertanyaan dari teman-temannya, terutama bestienya Vela, sesama reseptionist di kantor.

"Iih, apa sih Ve, aku tuh cuma off satu hari, gak usah lebay deh", cibir Sheza lagi.

"Aku tuh kangen cinta", teriak Vela lagi di tepat di telinga Sheza. Setelah bicara, Vela langsung kabur. Sheza cuma bisa geleng-geleng kepala melihat kelakuan bestienya yang satu itu.

" She... Pak Calvin cariin kamu kemarin", goda Vela sambil memicingkan sebelah matanya.

"Loh, kan ada kamu, ngapain juga cari aku", jawab Sheza santai.

"She, apa gak ada sedikit pun perasaanmu tersentuh dengan segala kebaikan Pak Calvin, masa kamu gak tau kalau dia suka sama kamu, dari sikap dia kan udah kelihatan", ujar Vela mencoba menyadarkan Sheza.

"Ya ampun Ve, buka matamu lebar-lebar yaa", ujar Sheza sambil membelalakkan matanya di depan Vela.

"Kamu gak lihat kalau Pak Calvin bersikap seperti itu pada hampir pada semua staf wanita", ujar Sheza lagi sambil meringis.

" Bentar, aku absen dulu, Ulfa, Mera, Tania, Rosa, Olivia, Maisy dan banyak lagi, kayaknya tiap departmen ada perwakilannya deh, trus setelah bosan pada ditinggal", sambung Sheza lagi merasa miris.

"Hussh, ati-ati kalau ngomong, ntar kalau kedengaran bisa dipecat kita She", ujar Vela waspada sambil melihat kiri kanan.

Sheza cuma tersenyum melihat kelakuan Vela.

" Udahan gosipnya, yuk kita mulai kerja", ujar Sheza lagi mengalihkan pembicaraan.

"Haloo cantik, kemana saja kamu kemarin?", tiba-tiba saja orang yang mereka bicarakan tadi muncul tepat di hadapan Sheza.

Sheza kaget bukan main, tapi dia berusaha menguasai diri.

"Pagi pak, saya kurang enak badan kemarin pak", jawab sheza sambil tersenyum.

"Bagaimana kalau kita makan siang bersama sayang, aku tuh kangen banget sama kamu", bujuk Calvin sambil mengedipkan sebelah matanya, dengan maksud menggoda Sheza.

Sumpah Sheza benar-benar ingin muntah mendengarnya, Sheza juga ingin sekali mencongkel kedua mata yang kegenitan itu.

Rasanya sikap seperti itu tidak pantas untuk pria seumurnya.

"Maaf pak, saya ada pekerjaan mendesak yang harus dikerjakan karena off kemarin", tolak Sheza sopan, dan masih dengan senyuman ramahnya.

"Bagaimana kalau malam minggu kita keluar yuk sayang", bujuk Calvin lagi, masih dengan kedipan-kedipan menggodanya.

"Maaf pak, sabtu dan minggu saya harus kuliah", tolak Sheza lembut, dan masih dalam mode tersenyum ramah, walau hatinya merutuki.

Sebelum Calvin meluncurkan bujukan dan godaan selanjutnya, tiba-tiba.....

"Uhuk...uhuk", terdengar suara batuk-batuk dari arah belakang Calvin.

Menyadari siapa yang terbatuk, Calvin langsung menunduk hormat dan mengambil langkah bergegas masuk menuju lift yang akan membawanya ke ruangan.

Calvin tau betul siapa yang terbatuk tadi. Pak Bagas orang yang tegas, pekerja keras, profesional dalam bekerja, dia sangat tidak suka seseorang yang menindas orang lain karena punya posisi lebih tinggi.

Meski Pak Bagas punya banyak uang, dengan fisik yang masih fit diumurnya saat ini, tapi Pak Bagas tipe setia, dia bukan tipe lelaki ganjen yang tebar pesona sama sini. Dia tidak suka main perempuan. Benar- benar tipe lelaki pujaan wanita #eh

"Selamat pagi, pak", sapa Sheza dan Vela serentak sambil menundukkan kepala kepada orang yang terbatuk tadi. Dijawab dengan anggukan kepala oleh orang tersebut.

Sheza sangat bersyukur dengan kehadiran Pak Bagas, bigboss mereka, sehingga selamat dari godaan setan yang terkutuk, eh Pak Calvin yang terkutuk, batin Sheza lagi.

Pak Calvin tu tipe lelaki pantang mundur untuk berusaha menaklukkan wanita incarannya. Sebagai pegawai rendahan Sheza tidak mau pekerjaannya terancam karena penolakan demi penolakan yang dilakukannya, tapi kalau harus menerima, Sheza jelas emoh banget, meski Pak Calvin satu-satunya pria yang tersisa di dunia, Sheza pasti akan berpikir ribuan kali dulu sebelum akhirnya memutuskan untuk .... menolak 😁.

"Ve, aku perhatikan dari tadi, hari ini kantor kita lebih sibuk dari biasanya, apa ada acara?, tanya Sheza penasaran dengan aktivitas kawan-kawannya yang berbeda dari hari-hari sebelumnya. Satu hari off ngantor membuat Sheza harus ketinggalan info terbaru.

"Oiya She, aku lupa ngasih tau kamu. Hari ini ada kunjungan dari Presiden Direktur alias CEO Kantor Pusat, Wetselaar Internasional, Tbk. Tuan Arsenio Shaka Narendra. Kabarnya Pak Arsen baru sebulan ini menggantikan ayahnya, yang sedang sakit keras. Jadi saat ini Pak Arsen sedang dalam perjalanan bisnis mengunjungi anak- anak perusahaannya", Vela menjelaskan panjang lebar pada Sheza.

Sheza cuma mengangguk-angguk saja mendengar penjelasan Vela. Karena urusan para atasannya bukanlah menjadi urusan prioritasnya sebagai pegawai kantor di strata rendah. Sheza cuma bisa berdoa dan berharap semoga semuanya dapat berjalan lancar.

_______

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!