Syeilla menghapus air matanya yang perlahan mengalir deras di pipinya yang terasa perih bekas tamparan suaminya. Ia hanya bermaksud baik membantu memasangkan dasi suaminya namun sebuah tamparan dan makian yang ia dapatkan.
"Syeilla....... " teriak sebuah suara dengan menggelegar dari bawah. Dia adalah Ratu mertua dari Syeilla yang kerap mencari kesalahan Syeilla disetiap kesempatan. Syeilla segera membenahi penampilannya dan segera turun menuruni setiap anak tangga sambil berlari kecil-kecil hingga sampai di depan mertuanya.
"Ada apa ma" tanya nya setelah ia berada di depan Ratu yang sedang berkacak pinggang dan menatap Syeilla yang seolah siap memangsanya hidup-hidup.
"Kamu tidak lihat hah!! Rumah masih berantakan, kamu pikir kamu bisa tinggal seenaknya di rumah ini seperti nyonya besar. Ngacak dong kamu ngasih saya cucu saja tidak mampu tapi malah berlagak" maki Ratu dengan kejam.
Syeilla hanya mampu terdiam jika mertuanya sudah mengungkit masalah cucu yang sampai kapanpun tidak bisa ia berikan karena satu bulan yang lalu ia dinyatakan mandul namun entah mengapa sampai saat ini suaminya belum juga menceraikannya meski sudah didesak oleh mertuanya.
"Maaf ma akan Syeilla bersihkan sebentar lagi"
"Enak saja. Nggak ada kata sebentar lagi. Kamu kerjakan sekarang!" marah Ratu dengan sengit.
"Tapi ma.. "
"Berani kamu membantah saya hah!!! Berani kamu? Kamu itu cuma istri yang tidak pernah dianggap oleh anak saya apa kurang jelas?" sinis Ratu sambil mengapit kedua pipi Syeilla hingga Syeilla meringis kesakitan.
"Tidak ma, Syeilla akan mengerjakannya sekarang"
Ratu melepaskan japitannya kemudian berjalan dengan angkuh menuju kamarnya sedangkan Aiden hanya melihat Syeilla dengan sinis kemudian ia pun menuruni tangga untuk segera berangkat ke kantornya tanpa melirik Syeilla sedikitpun.
"Mas sudah mau berangkat" tanya Syeilla sambil menghentikan aktivitasnya dan menghampiri Aiden untuk menyalaminya.
"Sudah tau masih bertanya" ujar Aiden dengan sarkas tanpa menyambut tangan Syeilla yang masih terulur.
Syeilla hanya tersenyum masam melihat suaminya pergi tanpa menyambut uluran tangannya padahal ia hanya ingin menjadi iatri yang berbakti pada suaminya.
Dari kejauhan Ratu melihat Syeilla dengan marah.
"Kamu itu ya disuruh bersihin rumah malah santai-santai disini" tunjuk Ratu tepat di wajah Syeilla yang kaget mendengar suara mertuanya.
"Ini lagi Syeilla bersihin kok ma"
"Awas ya kalau saya pulang nanti rumah masih kotor!" ancam Ratu kemudian menyenggol tubuh Syeilla hingga tersungkur ke lantai.
Syeilla mengaduh kesakitan pasalnya saat tersungkur tangan kirinya ikut terkilir dan rasanya sangat menyakitkan saat digerakkan.
"Awh sakit.. Tapi pekerjaanku belum selesai" ringisnya.
Ia mengerjakan pekerjaan rumah dengan kondisi tangan yang mulai membengkak. Air matanya tak henti-hentinya mengalir karena menahan sakit di tangannya. Ia terus memaksakan sampai pekerjaannya selesai. Karena kelelahan ia pun tertidur dengan rasa sakit yang mendera tangannya.
"Enak ya kerjaan kamu hanya tidur, tidur dan tidur sedangkan anak saya harus mencari nafkah buat kamu tapi apa yang kamu lakukan di rumah? Kerjaan kamu hanya malas-malasan" teriak Ratu marah sesampainya ia di rumah saat mendapati Claudi tertidur di sofa ruang tamu.
Syeilla mengerjapkan kedua matanya saat melihat tubuh mertuanya berdiri di hadapannya dengan raut marah.
"Maaf ma tapi Syeilla sudah membersihkan rumah" ujar Syeilla kemudian bangun dari sofa sambil menahan ngilu di tangannya.
"Banyak alasan. Ikut saya!" perintah Ratu sambil menarik tangan kiri Syeilla yang tadi terkilir hingga Syeilla meringis kesakitan namun ia menahannya takut mertuanya kembali marah dan mengatakannya membuat alasan.
Ratu membawa Syeilla ke belakang rumah dan melempar tubuh Syeilla hingga terjengkang ke depan hingga kepalanya terbentur sudut tembok hingga meninggalkan luka memar.
"Kamu lihat itu, cucian masih menumpuk dan saya tidak mau tau kamu harus mencuci semua pakaian kotor itu sekarang dan ingat jangan pakai mesin cuci"
"Tapi ma Syeilla belum makan dari tadi pagi"
"Ya salah sendiri kenapa tidak sarapan dasar bodoh! kerjakan itu sekarang kalau tidak kamu tau apa akibatnya" ujar Ratu sambil menunjuk wajah Syeilla yang mulai pucat.
Setelah kepergian Ratu Syeilla jatuh terduduk dan memegang kepalanya yang berdenyut sakit ditambah denyutan nyeri dari tangannya. Ia ingin menangis meratapi nasibnya namun ia kembali berpikir tidak ada gunanya.
"Sabar Syeilla kamu pasti kuat" bisiknya menguatkan dirinya sendiri kemudian memulai aktivitasnya meski dalam kondisi yang kurang baik.
Menjelang malam Syeilla baru menyelesaikan pekerjaannya dan segera kembali menuju kamarnya tepat saat ia akan menaiki tangga terdengar langkah kaki dari arah pintu depan dan dengan segera Syeilla menghampiri suaminya yang baru pulang dari kantornya. Syeilla berniat menyalami suaminya namun Aiden melangkah melewati Syeilla yang mematung di tempatnya.
"Inikah balasan atas perbuatanku padamu dulu Elena" lirihnya sambil menitikkan air matanya dengan wajah pucatnya. Kemudian ia segera menyusul suaminya menuju kamar mereka.
"Kamu mau mandi dulu atau makan biar aku siapkan" tanya Syeilla sambil menempatkan tas kerja suaminya ke tempatnya.
"Tidak perlu repot-repot mengurusiku. Urus saja dieimu yang tidak berguna itu" sinis Aiden kemudian melangkah memasuki kamar mandi dan meninggalkan Syeilla yang menatapnya dengan senyuman pilu.
lelah memikirkan betapa kasar dan dinginnya suaminya ia pun merebahkan dirinya di sofa panjang
Yang terdapat di sudut ruangan yang berdekatan dengan lemari berukuran sedang dengan tiga pintu yang terbuat full dari kaca. Kepalanya kembali berdenyut dengan nyeri di tambah tangannya yang masih belum sempat ia obati ikut terasa ngilu.
"Aku sangat lelah" gumamnya dan kedua matanya tertutup dengan perlahan.
Aiden keluar dari kamar mandi setelah selesai membersihkan tubuhnya yang terasa lengket karena seharian bekerja di kantor. Ia melirik sekilah Syeilla yang sudah tertidur dengan lelap di sofa yang ia sediakan karena ia tidak pernah sudi tidur saru ranjang dengan wanita yang sudah membuat hidupnya hancur.
"Cih sok berlagak mau menyediakan makanan tapi baru ditinggal sebentar saja sudah tidur" decak Aiden dengan sinis.
Ia kemudian melangkah menuju kasur kingsize nya dan merebahkan tubuh lelahnya namun tiba-tiba ia merasa kehausan namun terlalu malas untuk bangun dan mengambilnya ke dapur. Ia pun melirik Syeilla dan mencoba membangunkannya dengan suara kerasnya.
"Syeilla, Syeilla" panggilnya dengan keras.
Namun tidak mendapat respon dari Syeilla dengan marah Aiden membangunkan Syeilla dengan paksa.
"Heh bangun" ujarnya sambil mengguncang tubuh Syeilla dengan kuat hingga membuat Syeilla terbangun.
"Ada apa" tanya nya dengan lemah.
"Ambilkan saya air. Saya haus" perintah Aiden tanpa melihat wajah Syeilla yang sudah pucat.
"Tunggu sebentar"
Syeilla segera bangun dari tidurnya dengan susah payah dan kembali kepalanya terasa sakit sampai rasanya ingin pecah. Ia baru berjalan beberapa langkah dengan pandangan yang mulai memburam hingga tubuhnya tak mampu lagi menahan berat badannya alhasil ia terjerembab dan menabrak tubuh suaminya yang membelakinya hingga pandangannya diambil alih oleh kegelapan.
"Apa-apain sih kamu" teriak Aiden marah namun ia menatap wajah pucat Syeilla yang tak bergerak sama sekali.
"Hei Syeilla kamu kenapa? Tanyanya dengan khawatir. Ia juga menepuk wajah Syeilla dengan lembut namun tidak ada pergerakan sama sekali karena panik Aiden segera melarikan istrinya ke rumah sakit terdekat untuk mendapat penanganan medis.
"Dokter,, dokter tolong istri saya" teriaknya dengan panik sembari berlari sambil menggendong tubuh Syeilla kemudian beberapa suster datang sambil membawa brankar dan segera memindahkan tubuh Syeilla dan melarikannya ke ruang UGD.
Beberapa menit kemudian terlihat dokter menghampiri Aiden untuk memberitahu mengenai keadaan Syeilla.
"Istri anda mengalami kelelahan sehingga tubuhnya tidak mampu mengendalikan kesadarannya ditambah terjadi pembengkakan pada tangan kirinya yang kemungkinan besar karena terkilir. Terang dokter tersebut sambil tersenyum.
"Apa sudah boleh saya jenguk" tanya Aiden.
"Tentu setelah pasien dipindahkan" ujar dokter tersebut kemudian pamit dan berlalu dari sana.
❤❤❤❤❤
Aiden menatap tubuh lemah Syeilla dengan pandangan yang tidak bisa dijelaskan. Ia seperti khawatir namun terlihat datar dan dingin. Entahlah.
Syeilla menggerakkan matanya secara perlahan kemudian terbuka dengan sempurna. Ia melihat sekelilingnya yang terlihat asing di matanya kemudian matanya menatap wajah datar Aiden yang menatapnya dengan dingin.
"Maaf" gumam Syeilla dengan pelan.
"Untuk?"
"Maaf karena sudah merepotkanmu"
"Memangnya apa yang bisa kau lakukan selain merepotkan aku" decih Aiden dengan sinis. Entahlah ia sendiri tidak mengerti mengapa. Tapi setiap melihat wajah Syeilla rasa marah langsung menyeruak memenuhi relung jiwanya.
Syeilla mencoba menghalau agar air matanya tidak jatuh. Ia harus kuat jika ia lemah ia akan terus ditindas oleh semua orang.
"Cepatlah sembuh mama sangat kerepotan mengurus rumah" ucap Aiden dengan sedikit lembut.
Syeilla hanya tersenyum masam mendengarnya. Ia fikir suaminya akan mengkhawatirkannya walau hanya sedikit namun ia terlalu berharap dan beginilah jadinya. Kecewa.
Mereka sama-sama terdiam. Aiden maupun Syeilla tidak ada yang mencoba membuka suara untuk memecahkan kesunyian yang tercipta setidaknya selama 30 menit hingga suara panggilan memecahkan kesunyian. Aiden melihat nama pemanggil dan tersenyum.
"Halo sayang. Ada apa?" tanya nya dengan lembut pada seseorang yang di seberang sana.
"Oh iya iya aku kesana sekarang ya"
Aiden tersenyum mendengar permintaan kekasihnya. Ia kemudian melihat Syeilla yang sedang sibuk sendiri.
"Aku keluar sebentar. Ada urusan penting"
Aiden melangkah keluar dari ruang rawat Syeilla sambil bersenandung ceria. Melihat itu Syeilla merasakan sakit di hatinya yang paling dalam. Ia yang seorang istri tapi orang lain yang mendapat kasih sayang dan cinta suaminya.
"Kuatlah Syeilla. Kamu itu kuat" bisiknya menyemangati jiwanya yang terluka. Di tengah kesedihannya terdwngar suara pintu yang dibuka dengan kasar.
"Enak kamu ya malas-malasan disini sedangkan saya kerepotan mengurus rumah. Kamu sengaja ya, pakek sakit segala dan menghambur-hamburkan uang dengan hal yang tidak berguna. Kalau mau sakit ya langsung mati aja. Dasar mandul" maki Ratu dengan sengit. Tanpa terasa air mata Syeilla mengalir dengan deras namun segera ia hapus.
"Maaf ma"
"Maaf, maaf, itu aja yang bisa kamu katakan. Saya tidak mau tau sekarang juga kamu harus sudah pulang ke rumah kalau tidak? Kamu akan tau sendiri akibatnya" ancam Ratu kemudian melangkah pergi dengan angkuh.
Syeilla menatap sendu langit-langit ruangannya. Ia tersenyum pahit memikirnya segala hal yang menimpanya.
"Beginikah rasanya Elena. Sangat menyesakkan. Aku sangat pengecut untuk meminta secuil maafmu tapi kuharap kamu mau memaafkanku suatu hari nanti" gumamnya dengan pedih.
"Selamat siang mbak Syeilla" sapa seorang suster yang bertugas mengawasi dan merawat Syeilla selama berada di rumah sakit ini.
Syeilla tersenyum lembut membalas sapaan suster yang sangat ramah padanya.
"Selamat siang juga suster"
Seolah teringat dengan segala ancaman mamanya ia pun bertanya apa ia sudah diperbolehkan keluar atau belum.
"Sus apa saya sudah bisa pulang hari ini" tanya Syeilla dengan lemah.
"Mbak baru bisa pulang esok hari karena kondisi mbak masih lemah" terang suster tersebut sambil tersenyum ramah.
"Tidak bisakah hari ini sus. Saya harus keluar hari ini juga tolong saya sus" pinta Syeilla sambil mengatupkan kedua tangannya. Suster yang menangani Syeilla mencoba membantunya.
"Baiklah akan saya sampaikan pada dokternya dulu ya mbak"
Kemudian suster tersebut pergi setelah selesai memeriksa infus Syeilla dan segera menemui dokter yang menangani Syeilla.
"Selamat siang mbak Syeilla apa ada keluhan?" tanya dokter wanita itu dengan lembut.
"Tidak ada dokter hanya saja saya ingin pulang hari ini. Saya mohon ijinkan saya pulang" pinta Syeilla dengan lemah.
Dokter tersebut masih ragu untuk melepaskan Syeilla dari pengawasannya namun ia juga tidak bisa mengabaikan permintaan pasiennya jika mereka merasa tidak nyaman. Setelah menimbang ia pun memperbolehkan Syeilla untuk pulang dengan syarat harus beristirahat di rumah. Syeilla pun menganggukan kepala sembari mengucapkan terima kasih.
Syeilla segera mengemasi barang-barangnya dibantu oleh suster. Sejujurnya suster tersebut masih penasaran dengan kepulangan Seyilla yang menurutnya sangat mendadak tapi ia tidak ingin terlalu banyak bertanya.
"Terima kasih jika kita bertemu dikemudian hari aku akan membalas sgala kebaikanmu padaku" ucap Syeilla dengan tulus.
Suster tersebut tersenyum mendengar perkataan tulus dari pasien yang ia rawat. Ia sangat kagum dengan sosok Syeilla yang selalu tersenyum meski sedang dalam kesakitannya.
Syeilla kini sudah berada di rumah suaminya dan dengan langkah lemahnya ia segera membuka pintu depan dan masuk dan berjalan dengan pelan. Dari arah ruang tamu terdengar suara orang yang tengah bersenda gurau dan sesekali wanitanya terlihat bermanja dengan lelaki yang tak lain suaminya Syeilla.
"Tau juga kamu jalan pulang" seru suara sinis mertuanya dari arah tangga dan otomatis kedua makhluk yang sedang bercanda itupun menoleh dengan tatapan yang berbeda padanya.
"Siapa dia sayang" tanya wanita yang diketahui bernama Laura Jasmin Emanuel pada kekasihnya.
"Ah dia hanya pembantu sayang" sela mertuanya sambil berjalan mendekati Syeilla dengan tatapan tajamnya.
"Apa benar? Tapi dia terlalu cantik untuk ukuran seorang pembantu" selidik Laura dengan curiga.
"Sayang apa yang dikatakan mama itu benar. Dia hanya seorang pembantu. Ngapain lagi kamu disana" bentak Aiden dengan marah.
Syeilla tersenyum menatap mata indah Laura yang menatapnya dengan senyuman ramah. Kemudian segera berlalu dari hadapan kedua sejoli yang sedang dimabuk asmara tersebut.
"Kenapa harus membentaknya kalau bisa secara baik-baik. Kau tidak lihat wajahnya sangat pucat" kesal Laura memperingati kekasihnya.
Aiden hanya memutar matanya dengan jengah. Apa Laura akan bereaksi sama kalau mengetahui wanita yang ia bela tadi merupakan istri dari kekasih tampannya ini.
"Ya ya aku mengaku salah tapi kau tidak tau betapa menyebalkannya dia" bisik Aiden dengan manja.
"Kau ini" pukul Laura dengan pelan dalam menyikapi sifat manja kekasihnya yang sangat tampan ini.
Jika kalian bertanya apa profesi seorang Laura hingga Aiden sangat tergila-gila dengannya. Laura adalah top model dalam majalah terkenal di Amerika. Kalian tau majalah Vogue nah disitulah Laura bekerja sebagai model.
"Huh air mata ini bahkan tidak mau berhenti mengalir barang sedetikpun" gumam Syeilla dengan lirih. Ia menatap cemburu kekasih yang menjadi wanita yang sangat dicintai oleh suami yang ia cintai dengan segenap hidupnya.
"Kenapa kamu tidak bisa melirikku walau hanya sedetik. Tidak pantaskah aku untuk mendapatkan sebuah cinta dari lelaki yang aku cintai. Mengapa cintaku selalu menyedihkan seperti ini" isaknya dengan pilu.
"Tuhan andaikan engkau adil padaku maka tunjukkanlah"
Syeilla kemudian tidur dalam kelelahan.
❤❤❤❤❤
Sudah seminggu lamanya semenjak Syeilla keluar dari rumah sakit. Ia sudah bekerja dengan keras siang dan malam tanpa jeda. Bagaimana mau ada jeda jika semua hal yang ia kerjakan semuanya di pantau langsung oleh mertuanya. Akhirnya setelah bekerja seharian ia bisa mengistirahatkan tubuhnya dengan nyaman di atas sofa.
"Ah lelahnya" gumamnya kemudian langsung tertidur tanpa makan malam sesuappun.
Aiden masuk ke kamarnya sambil membawa secangkir kopi karena malam ini ia harus mengerjakan pekerjaannya mengingat esok lusa ia da meeting penting dengan klien yang sangat di hormati dan disegani oleh pelosok negeri.
Ia melihat Syeilla yang sudah tertidur pulas dengan wajah lelahnya kemudian ia melangkah menuju meja kerjanya tanpa memperdulikan istrinya. Toh apa urusannya pikir Aiden.
"Papa mama aku rindu" racau Syeilla dengan sangat pelan namun masih mampu ditangkap oleh pendengaran Aiden namun kembali ia mengabaikannya. Ia sebenarnya tidak mengetahui apapun tentang Syeilla apalagi masalah keluarganya.
"Papa mama Syei sangat lelah bawalah aku bersama kalian" kembali Syeilla meracau sambil memanggil mama dan papanya yang sudah meninggal dua tahun yang lalu tanpa bisa ia lihat untuk terakhir kalinya. Namun racauan Syeilla kali ini sangat mengganggu Aiden.
Dengan perasaan kesal Aiden membangunkan Syeilla sambil mengguncang tubuh rapuh Syeilla dengan kencang.
"Hei bangun" ucap Aiden dengan keras.
"Ada apa" gumam Syeilla dengan perlahan.
"Ambilkan aku air putih aku kehausan" perintah Aiden yang kemudian di anggukinoleh Syeilla.
Syeilla segera bergegas ke bawah untuk mengambil minuman untuk suaminya meakipun tubuhnya masih sangat lelah tapi demi suaminya ia mengesampingkan rasa lelahnya dan berjalan dengan pelan saat menuruni anak tangga.
Sesampainya ia di bawah ia merasakan sesuatu yang sangat mengganjal di perutnya ia kemudian berlari ke wastafle untuk mengeluarkan sesuatu yang bergejolak di dalam perutnya.
Uwekkk
Uwekkk
Uwekkk
Ia terus memuntahkan cairan bening yang sangat menyiksanya. Tubuhnya yang sangat lelah bertambah lelah saat rasa mual dan muntah menderanya. Ia bahkan sampai lupa mengambilkan air minum untuk suaminya.
"Mana air minumnya" tanya Aiden sambil menatap Syeilla dengan tajam.
"Maaf aku melupakannya akan aku ambil kembali" ujarnya kemudian melangkah pergi menuruni anak tangga.
"Ini" sodornya pada suaminya yang masih menatapnya dengan tajam.
"Aku sudah tidak kehausan lagi"
Aiden kemudian melangkah keluar dari kamarnya dengan perasaan kesal luar biasa. Entah apa penyebabnya ia pun tidak tau.
Syeilla menghela napasnya dengan lelah. Namun lagi-lagi rasa mual mulai menderanya dengan segera ia berlari menuju kamar mandinya dan ia kembali muntah.
Uwekkk
Uwekkk
Ia sangat kelelahan hingga kakinya tidak sanggup lagi menopang berat badannya. Ia pun terduduk dengan lemas. Dengan perlahan ia menyeret kakinya dengan perlahan menuju sofa dan segera merebahkan tubuhnya disana.
"Sepertinya besok aku harus ke dokter" ujarnya kemudian memejamkan matanya yang sudah sangat lelah.
Keesokan harinya....
Ia tetap bekerja seperti biasanya mulai dari memasak menyapu, mengepel, mencuci pakaian kotor dan membersihkan taman. Peran yang seharusnya dikerjakan oleh para pembantu kini berpindah tugas ke tangannya. Meski lelah kerap menderanya namun ia tetap mengerjakannya dengan tulus.
Selesai mengerjakan pekerjaannya ia berpamitan pada Ratu mama mertuanya bahwa ia akan pergi ke rumah sakit namun tidak diijinkan oleh mertuanya. Syeilla mencoba meminta pengertian mertuanya namun mertuanya tetap tidak memberinya ijin sedikitpun. Kembali gejolak itu datang lagi dengan segera Syeilla berlari menuju wastafle dan memuntahkan cairan bening. Ratu memperhatikan Syeilla dari kejauhan dengan seksama. Kemudian ia berlari menuju Syeilla dan mengajukan berbagai pertanyaan.
"Kapan kau terakhir datang bulan" tanya Ratu dengan antusias.
"Sudah sebulan yang lalu ma"jawab Syeilla dengan lemah.
"Kau memang perlu ke rumah sakit mari mama temani" tawar Ratu dengan raut keceriannya yang membuat Syeilla dibuat kebingungan dengan tingkah mertuanya. Siapa tadi yang melarangnya pergi dan sekarang malah menawarkan untuk mengantarnya. Benar-benar sulit dimengerti pikir Syeilla.
"Ayo tunggu apa lagi" ucap mertuanya dengan tajam kemudian mereka pergi menuju rumah sakit.
"Bagaimana dok?" tanya Ratu dengan deg deg an.
Dokter itupun tersenyum dengan ramah kemudian menjabat tangan Ratu sambil berkata.
"Selamat putri anda sedang mengandung dan usia kandungannya baru dua bulan. Ini adalah masa-masa kehamilan yang rentan jadi tolong dijaga putrinya" ucap dokter tersebut sebelum berlalu pergi.
Ratu menatap Syeilla dengan raut yang berbeda dari biasanya. Ada raut haru, raut kelembutan dan raut kasih sayang seorang ibu pada putrinya.
"Akhirnya aku akan menjadi seorang nenek" teriaknya dengan senang kemudian memeluk Syeilla yang tiba-tiba merasa canggung karena diperlakukan dengan baik.
"Terima kasih sayang. Mulai sekarang kamu tidak boleh bekerja lagi kamu haris tetap di rumah" titah Ratu dengan cerewet yang berhasil membuat mata Syeilla berkaca-kaca. Ia sudah lama tidak merasakan kasih sayang seorang ibu.
"Kenapa malah menangis" tanya Ratu dengan lembut.
"Aku hanya rindu dengan mamaku ma" isak Syeilla sambil menangis di pelukan mertuanya.
"Kan masih ada mama sayang" ucap Ratu sambil menenangkan menantu yang dulu sangat ia benci itu.
Begitulah manusia sangat mudah melupakan dan berubah. Menjadi baik atau menjadi jahat. Jika kalian bertanya betapa mudahnya Ratu menyayangi Syeilla setelah Syeilla dinyatakan hamil. Sebenarnya Ratu itu hanya menginginkan seorang cucu makanya saat Syeilla di vonis mandul ia menjadi benci dan suka memaki serta memarahi Syeilla makanya pada saat ia tau bahwa Syeilla mengandung cucunya ia menjadi senang dan bahagia.
Ratu mengumpulkan semua orang yang ada di rumah minus Aiden karena ia masih bekerja di kantornya.
"Dengar! Mulai hari ini kalian kerjakan tugas kalian seperti biasanya dan ingat jangan pernah melibatkan Syeilla dalam hal apapun. Mengerti!"
Ratu kemudian membawa Syeilla ke kamarnya dan menyuruh Syeilla untuk beristirahat sedangkan dia akan pergi untuk membeli susu untuk ibu hamil serta sayuran yang bagus untuk menjaga agar kandungan tetap sehat.
Syeilla merasa beruntung karena sudah ada yang menyayanginya dalam keluarga ini untuk itu ia akan menjaga kandungannya agar tetap sehat sampai hari bayinya siap untuk dilahirkan.
"Sayang minum dulu susunya" Ratu datang sambil membawa nampan berisi susu dan makanan sehat.
"Terima kasih ma" ucap Syeilla kemudian memakan makananya dengan lahap serta menghabiskan minumannya hingga membuat mertuanya berdecak bahagia.
"Ingat jangan tidur kemalaman karena tidak baik untuk ibu mengandung apalagi keluar malam mengerti" Ratu memberi petuah untuk menantunya dengan lenbut.
"Mengerti ma. Terima kasih"
"Oh ya jangan lupa untuk memberitahu pada Aiden kalau kamu lagi mengandung" peringat Ratu kemudian mengecup kening Syeilla dan berlalu dari sana.
❤❤❤❤❤
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!