Seperti berdiri di ujung tebing yang curam, tidak ada jalan lain lagi yang akan menyelamtakan hidupnya selain berbalik arah kembali ke jalan semula. Itu yang dirasakan Aura saat mendengar keputusan Jasmin, ibu kandungnya sendiri.
Seolah tidak peduli dengan apa yang di rasakan anaknya, Jasmin membuat keputusan untuk hidup anak kandung yang baru lima tahun tinggal bersamanya.
"Apa kamu sudah siap sayang? ingat, kamu melakukan ini semua demi mama." Ucap jasmin dengan nada sedikit mengancam.
Ingin rasanya berteriak meminta pertolongan untuk membawanya lari dari pernikahan ini. Menikah dengan seorang pria yang Aura sendiri belum pernah menemuinya, hanya sebuah nama dan selembar photo yang pernah di tunjukan jasmin.
"Aku tidak akan mengecewakan mama." Ucap Aura berusaha menahan air matanya, jika tidak air mata akan membanjiri wajahnya yang sudah tebal dengan riasan.
"Bagus, sudah sepatutnya kamu berbakti kepada mama." Ucap jasmin menepuk-nepuk bahu Aura.
Setelah cukup berbicara dengan anaknya, jasmin pun meninggalkan Aura, setelah memberitahu waktu untuk Aura turun menampakan diri sebagai pengantin wanita.
Suasana hening yang Aura rasakan, seolah dirinya hanya sendirian di dunai ini.
"Ibu, bapak, Aura merindukan kalian." Dalam hatinya aura terus saja menyebutkan nama kedua orang tua angkatnya, yang sudah membesarkannya.
Mereka adalah kakak dari ayah Aura. Karena mereka tidak memiliki anak, akhirnya menganggap Aura sebagai anaknya setelah ayahnya meninggal dunia.
...※※※※...
Di kamar lainnya sudah ada keluarga hartanto yang sedang bersiap-siap untuk pernikahan antara Kenzo dan juga Aura.
"Ken, kamu tahu kan apa yang harus kamu lakukan disana?" Tanya mamanya memastikan, Siska tidak ingin anaknya menujukan ekspersi dingin yang biasa di tunjukannya saat dia tidak menginginkan sesuatu.
"Ya, buang ekspresi kamu yang seperti itu!" Ucap papanya menimpal.
Sebagai orang tua, siska dan Rian mengingatkan anaknya, karena ini adalah pernikhan penting antara dua keluarga. Pernikahan ini adalah keinginan mendiang papanya Rian, kakek dari Kenzo.
"Iya pah, mah, peringatan kalian melekat di kepala ini." Ucap Kenzo yang kesal karena terus di ingati maslah ekspresinya. Sebenarnya Kenzo adalah pribadi yang ramah dan santun, namun dia tidak bisa di paksa untuk menyukai seseorang bahkan berteman dengan seseorang. Kenzo sangat jujur dalam bersikap, itu yang membuat Rian sebagai ayah sangat mengandalkannya di kantor.
"Tentu, karena yang akan menjadi istri kamu itu keluarga winston."
"Mama tenang saja, aku akan ikuti semua keinginan mama!"
Kenzo adalah sosok pria yang sangat penurut, dari dulu sampai sekarang dia tidak pernah menolak keinginan orang tuanya. Berbeda dengan sang adik yang selalu bertindak atas kehendaknya sendiri, bahkan dia pernah di usir dari rumah karena tidak patuh kepada orang tuanya.
"Selamat kak, akhirnya loe nikah juga!" Ucapan selamat terlontar dari pasangan yang baru saja tiba di kamar hotel dimana Kenzo berada.
"Thanks Nu!" Ucap Kenzo memeluk sang adik.
"Keanu, Diana akhirnya kalian sampai juga, mama dan papa semalaman nunggu kalian."
"Maaf mah, semalam kita langusng masuk kamar." Ucap Diana meminta maaf, sambil memeluk mertuanya.
Kemudian siska membawa dua pakaian yang akan di pakai Keanu dan juga Diana.
"Kalian cepat ganti baju, acara akan segera di mulai." Siska memberikan pakaian itu untuk segera di pakai anak, menantunya itu.
"Setelah selesai kalian cepat turun, mama tunggu di bawah." Ucap Siska kemudian, lalu meningalkan anak-anaknya.
Kenzo dan Keanu saling mengobrol sementara Diana sedang berganti pakaian dan siap untuk di rias.
"kapan loe pacaran kak, tau-tau udah mau nikah aja." Tanya Keanu yang mendadak mendapt kabar pernikahan dari kakanya.
"Loe aja yang kelamaan di jerman." Kenzo tidak ingin Keanu tahu tentang kisah cintanya. kisah cintanya tidak seindah seperti yang di miliki Keanu.
"Iya sayang, sejak kita menikah kita belum pernah pulang." Ucap Diana menimpal.
"Papa minta kalian tinggal di sini kan?" Kenzo berusaha merubah topik pembicaraannya, dia tidak ingin membicarakan tentang dirinya.
"Iya, dan kita lagi cari rumah." Jawab Keanu pasarah. Sudah sering papanya meminta keanu untuk segera pulang, dan itu membuat keanu risih dan akhirnya mengikuti keinginan papanya.
"Gak jadi sayang, aku kan sudah bilang, mama minta kita tinggal di rumahnya." Keanu terkejut mendengar ucapan istrinya. Sebenarnya dia tidak masalah tinggal dengan orang tuannya, namun dia khawatir dengan Diana.
"Apa kamu mau tinggal bareng mama?" Tanya Keanu menatap istrinya.
"Apa salahnya, kita juga belum pernah tinggal bareng mama!" Ucap Diana santai,seolah itu bukan hal yang berat.
Mendengar obrolan sepasang suami istri yang harmonis membuat Kenzo gerah, dan dia mungkin tidak akan meraskannya, karena pernikahan ini tidak seperti pernikahan Keanu dan Diana yang di dasari rasa cinta.
"Dduuhh... kamu cepat ganti baju sana!" Kenzo mendorong Keanu menyudahi drama rumah tangganya dan segera berganti pakaian.
Sebagai saudara, Kenzo dan Keanu sangat dekat, meskipun ada persaingan di antara mereka, persaingan untuk mendaptkan posisi di perusahaan, namun persaudaraan mereka masih terjaga. Kenzo tahu dimana saatnya mengalah dan juga Keanu paham jika dia harus kalah.
...※※※※...
"Non, sudah waktunya!" Seru pelayan mengingatkan bahwa sudah saatnya Aura keluar dari kamar.
Dengan di dampingi dua orang pengiring pengantin, yang Aura sendiripun tidak mengenalnya. Berjalan perlahan memasuki ballroom sebuah hotel. Aura mencoba menarik bibirnya untuk tersenyum, menatap lurus, mencari sosok yang akan menjadi pendamping hidupnya, hanya dengan bermodalkan photo yang pernah aura lihat. Aura tidak memperdulikan tatapan semua orang yang hanya tertuju kepada dirinya, yang dia perdulikan hanya ingin segera menemukan pria tersebut.
"Keanu, apa yang di lakukannya disini?"
Bukannya Kenzo justru seseorang dari masa lalu yang Aura lihat. Aura membelakan mata terkejut melihat kehadian Keanu di pesta pernikahannya.
"Jika ada Keanu, pasti Diana pun ada" Mata Aura kembali menyisiri kesetiap tempat dan dia menemukannya, tampak seorang wanita mirip Diana tengah mengobrol dengan seorang wanita yang mungkin kenalannya.
" tapi mengapa mereka ada disini?" Aura sangat terkejut, hatinya sesak melihat pemandangan itu.
"Aura, jalan terus!" Tegur pengiring pengantin berbisik di telinganya. Aura tidak sadar bahwa dia menghentikan langkahnya.
Sebisa mungkin Aura mengontrol kembali dirinya, menarik nafas dalam memfokuskan pandangannya mencari kembali pria yang bernama Kenzo.
Semakin dekat menuju pelaminan, semakin jelas terlihat sosok yang ia cari sedari tadi. Kenzo hartanto pria dengan perawakan tinggi dan juga berkulit putih, berwajah rupawan dengan hidung mancung dan bermata tajam. diantara semua yang ada di ruangan ini hanya dia seorang yang tidak menatap kearah datangnya Aura.
Kenzo bersikap acuh, dia bahkan tidak melirik saat calon istrinya datang dan duduk di sebelahnya. Dia hanya ingin segera menyelsaikan acara hari ini.
Janji pernikahan sudah terlontar dari bibir Kenzo, tanpa beban dan tanpa rasa gugup sedikitpun, mungkin karena dia mengucapkannya tidak sungguh-sunggu sehinga tidak memberi kesan apapun.
saat ini Kenzo sedang menyematkan cincin pernikahannya di jari manis Aura, menatap wajah istrinya sekilas kemudian mendekatkan bibirnya, berbisik.
"Ternyata tidak jauh dengan fhoto yang aku lihat." Seketika Aura menutup mata, menyelami pikirannya untuk mencari maksud dari ucapan Kenzo.
"Jika tidak bisa memuji lebih baik diam saja!" Ucap keksalannya dalam hati.
Kenzo berusaha tersenyum menghadapi tamu yang kebanyakan rekan dari papa, mamanya, ada juga beberapa teman-temanya yang juga turut hadir memberikan selamat.
Sedangakan Aura masih berusaha tenang dan menghindari tatapan yang Keanu berikan. dia berusaha menutupi wajahnya dengan berada di balik punggung Kenzo.
"Siapa yang sedang kamu hindari?" Aura terperanjat mendengar perkataan Kenzo, rupanya Kenzo menyadari bahwa Aura sedang berusaha bersembunyi di balik punggungnya.
"A-akkku hanya..., ada sesuatu di punggung kamu." Aura mengibaskan tangannya seolah sesuatu menempel di pakaian belakang kenzo.
Kenzo hanya menyeringai menanggapi jawaban Aura. dan dia kembali mengalihkan pandangannya ke arah lain.
Tiba-tiba kenzo melambaikan tangannya kepada seseorang pria yang sedari tadi menatap kearahnya. Seketika tubub Aura menegang, jantungnya seakan berhenti tatakala Pria itu melangkah maju, menuju kerahnya.
Lima tahun yang lalu....
"Ibu..., bapak...!" Teriak Aura saat pulang sekolah, sudah jadi kebiasaan bagi Aura berteriak memanggil orang tuanya saat datang sekolah.
"Aduh nak, jangan teriak begitu, malu!" Ucap Ratmi memukul pelan bibir anaknya. sembari mengisyaratkan bahwa saat ini ada orang lain di rumahnya.
"Siapa bu?" Bisik Aura, mencuri-curi pandangan dengan laki-laki yang saat ini sedang duduk bersama Bapaknya.
"Tadi bapak gak sengaja nyenggol nak Keanu di jalan." Jawab Agus menjelaskan.
"Jadi,Keanu namanya!" seru Aura dengan mata yang tak lepas dari memandagi Keanu.
"Kamu ganti baju dulu sana, nanti kita makan siang!" Ucapan ibunya yang membuat Aura tersadar dari lamunannya.
Aura yang sedari tadi melamunkan Keanu tersipu malu saat Keanu menatap dan tersenyum kearahnya.
"Iya bu, aku ke kamar dulu!" Dengan langkah cepat Aura menghilang dari hadapan keanu dan juga orang tuanya.
Bukannya segera mengganti seragamnya, justru Aura melanjutkan lamunan yang belum selesai tadi.
Dia menjatuhkan tubuhnya di atas kasur yang sudah tidak empuk lagi. namun masih terasa nyaman untuk bermimpi indah.
Membayangkan betapa gantengnya pria tadi, kulitnya yang putih, bahkan dirinya tidak seputih keanu, dengan hidung yang mancung menambah pesona yang dimilikinya.
"Oh...ciptaan tuhan yang begitu sempurna!"
...※※※※...
"Sekali lagi maaf ya nak Keanu!" Ucap Agus, ia cukup bersalah karena tidak sengaja menyeggol Keanu yang sedang berjalan.
"Nggak apa-apa pak, justru saya yang berterima kasih atas makan siangnya tadi."
"Iya, karena Aura yang ketiduran, kamu jadi menunggu tadi." Ada sedikit drama saat akan makan siang tadi. Aura yang masuk kedalam kamar untuk berganti pakaian justru tidur dan membuat bu Ratmi harus membangunkannya terlebih dahulu.
Keanu tersenyum mengingat betapa sulitnya Aura saat di bangunkan tadi.
"Tidak masalah bu. Ya sudah, saya permisi dulu pak, bu." Ucap Keanu berpamitan.
Meski sudah di tawari untuk diantar pulang, Namun Keanu menolak dengan alasan dia akan menemui temannya.
Keanu merasakan kehangatan berada di tengah-tengah keluarga Aura, sudah lama dia tidak menghabiskan waktu bersama dengan keluarganya, terakhir kali dia merasakan berkumpul dengan keluarganya adalah sesaat sebelum kakaknya berangkat ke luar negri untuk menekuni pendidikannya.
Sedangkan Keanu masih saja menolak keinginan papanya untuk mengikuti jejak sang kakak, alhasil dirinya masih belum meneruskan pendidikannya ke kampus manapun.
Membuka buku jurnal pribadinya, Keanu mulai menulis kata demi kata sesuai dengan perasaannya saat ini, mengingat kembali saat bertemu Aura, si gadis polos yang mencuri perhatiannya tadi, gadis ceria dan penuh semangat, seakan tidak memiliki masalah dalam hidupnya sangat membuat iri, mungkin jika bisa dekat dengannya, ia akan tertularkan energi positifnya itu.
tok...tok...tok...
Suara pintu di ketuk dari luar kamar, segera keanu menyembunyikan buku jurnalnya dan berjalan dengan langkah malas untuk membuka pintu kamarnya.
"Ada apa mah?" Tanya Keanu.
"Kamu di panggil papa!" Ternyata Siska datang dengan membawa titah dari suaminya.
"Papa...?, mau ngapain lagi sih mah?" Tanya Keanu kembali, karena Keanu dan Rian sedang perang dingin, setelah terakhir kali bicara dengan papanya di akhiri dengan saling mengeluarkan urat.
"Sepertinya papa akan bicara penting."
"Pasti masalah kuliah lagi, aku gak mau kuliah di luar seperti kakak, mamah kan tahu aku susah untuk bersosialisasi."
Rian memang sudah mempunyai rencana untuk setiap anaknya. Seperti Kenzo, sang kakak yang sudah terlebih dahulu kuliah di luar negri, kini giliran Keanu. Ada kesamaan dari begitu banyak berbedaan antara kakak beradik ini, mereka memang sulit untuk bersosialisasi, membuka pertemanan baru dan berbaur dengan sesamanya. Mereka lebih memilih sibuk dengan dunainya sendiri.
"Mama ngerti, tapi kamu tahu sendiri papa seperti apa. lebih baik temui papa dulu, sebelum papa semakin marah."
"Iya mah!" Jawab Keanu pasrah. Percuma terus membujuk Siska, karena Siska sama tak berdaya seperti Keanu jika di depan suaminya.
Dengan langkah gontai Keanu berjalan menuju ruang kerja papanya.
Memang benar kata pepatah, buah jatuh tak jauh dari pohonya, sekeras apapun Rian meminta Keanu untuk mengikuti keinginannya, sekeras itu pula Keanu menolaknya.
"Bocah seperti kamu bisa apa? selama ini kamu hanya mengandalkan orang tua saja, bukakah sudah wajar jika papa menentukan masa depan kamu?"
"Masa depan aku tetap di tanganku, papa tidak bisa menentukannya hanya dengan kehendak papa sendri." Jawaban tegas terlontar dari bibir Keanu, jawabannya akan tetap sama walau berkali-kali pun pertanyaan itu terlontar.
"Baiklah, jika menurut kamu masa depan bisa kamu tentukan sendiri, silahkan pergi cari masa depan kamu sendiri." Ancam Rian kepada anaknya .
Siska yang juga ada diruangan itu terkejut mendengar suaminya mengeluarkan ancaman untuk anak bungsunya.
"Apa maksud kamu mas? kamu tidak akan mengusir anak kita kan?" Tanya Siska mengelus dada suaminya.
"Biarkan bocah ini merasakan keputusannya sendiri."
Rahang yang mengeras menahan setiap kata yang tak bisa terucapkan, mata yang memerah menahan airmata yang akan terjatu. Mata yang terpejam berharap tidak pernah mendengar kalimat itu. Namun ego di dalam diri yang memaksa Keanu mengambil jalan yang berbeda dari apa yang sudah di arahkan orang tuanya. Menerima setiap ancaman yang lontarkan papanya demi sebuah harga diri.
Siska yang melihat keanu keluar dari ruang kerja suaminya langsung berlari mengejar anak bungsunya. dia sangat tahu anaknya.
"Nu, tunggu mama!"
"Nu, papa tidak bermaksud begitu, saat ini papa sedang marah, papa seperti itu karena sayang kamu Nu." Sebagai ibu, siska terus membujuk anaknya, memberi pengertian mengapa suaminya berbuay demikian.
"Ma, maafkan Keanu...!" hanya kata itu yang bisa keanu ucapkan, memang berat untuk meninggalkan keluarganya, namun dia harus melakukan itu untuk menujukan
Siska kembali lagi keruang kerja suaminya, meminta agar suaminya merubah keputusan dan menurunkan egonya, mengalah dengan mengikuti apa kemauan Keanu.
"Mas, keanu benaran pergi, dia sedang mengepak pakaiannya." Ucap Siska gusar.
"Biarkan saja, kita lihat berapa lama dia akan bertahan di luar sana, memangnya mudah membiayai hidup sendiri."
"Mas, kamu tega sekali. bagaimana jika dia tidak pernah kembali?"
"Tidak mungkin, dia tidak akan bertahan lama." Rian yakin dia akan menang melawan anaknya. Keanu pasti kembali dan mengikuti apa keinginannya.
Siska berteriak dalam hatinya dan memang hanya itu keberaniannya. Meluapkan kekesalan untuk dua pria yang sangat keras kepala, anak dan papa tidak ada yang mau mengalah.
...※※※※...
Berjalan menyusuri jalanan kota dengan tas penuh berisi barang pribadinya, tak banyak yang keanu bawa, hanya beberapa pakaian, dan uang yang sengaja dia tabung dari sisa-sisa uang sakunya.
Sudah satu tahun Keanu menganggur, tidak memiliki aktivitas, hanya pergi dengan teman-temanya menghabiskan waktu percuma.
"Keanu ya?" Tanya seseorang yang juga melintas di jalan yang sama dengannya, Keanu langsung saja mengakat kepalanya melihat siapa yang sedang mengajaknya berbicara.
"Kenapa harus kamu yang melihat kondisiku saat ini?" Tanyanya dalam hati, Merasa malu dengan dirinya sendiri
"H-aai....!" Jawab keanu canggung.
"Mau kemana bawa tas itu? kabur ya?" Bukan Aura namanya jika tidak jahil dengan ucapannya. sekalipun itu dengan orang yang baru ia kenal.
Keanu hanya diam tidak bisa menjawab. melihat ekspresi Keanu, Aura terkekeh,
"Bercanda...!" Ucap Aura memukul lengan Keanu.
Mata berbinar terpesona dengan tawa Aura yang begitu lepas. Seakan mengartikan bahwa masalah nya saat ini bukan masalah berat, tergantung bagaimana kita menjalankannya.
"Kamu benar, aku meninggalkan rumah!" Jawab Keanu kemudian, enah kenapa dia sangat ingin jujur kepada Aura. sebelumnya sulit bagi Keanu untuk terbuka, apalagi terhadap orang baru.
"Terus, sekarang kamu mau kemana? Tanya Aura yang hanya di jawab dengan gelengan kepala.
"Aku tahu...! ayo ikut aku!" Aura menarik tangan Keanu, sontak saja jantung keanu berdetak kencang mendaptakan sentuhan yang tiba-tiba.
Sampailah mereka di kontrakan yang tak jauh dari rumah Bela.
"Kamu bisa tinggal di sini, kebetulan kontrakan ini kosong."
"Ini kontrakan milik orang tua kamu?" Tanya Keanu saat melihat kontrakan yang berjejer.
"Hahaha... jika saja begitu, tapi sayangnya, bukan. kami juga mengontrak." Jawab Aura tanpa ada perasaan malu dengan kondisi keluarganya.
Keanu semakin mengagumi keperibadian yang Aura miliki. meskipun dengan kekurangan ekonomi, ia tidak menjadikan itu beban.
"Baiklah, aku akan tinggal disini!"
Keanu sudah menetapkan diri untuk memulai kehidupan barunya di kontrakan ini dan bersama gadis manis yang ada di depannya saat ini.
Sudah jadi kebiasan baru bagi Keanu untuk menjemput Aura, dengan bermodalkan sepeda motor bekas yang ia Beli. Keanu menyembunyikan identitas aslinya, dia sengaja tidak menceritakan tentang orang tua kayanya, justru ia ingin terlihat sederhana agar mendaptkan seorang wanita yang bisa menerima dia apa adanya.
Hubungannya dengan Aura semakin dekat. Bahkan mereka sudah saling menyatakan perasaanya. Keanu sudah jatuh cinta pada pandangan pertama, begitupun jiga Aura yang jatuh cinta pada saat pertama kali bertemu Keanu.
Selain fokus bekerja Keanu juga ingin fokus menjalani hubungannya, Banyak waktu yang sudah dilewati bersama Aura, bahkan Keanu sempat menjadi guru pribadi untuk aura, saat ia menghadapi Ujian Nasional. Dan benar seperti dugaan Keanu sebelumnya, dia sudah tertular energi posotif yang Aura miliki.
"Hai,maaf ya jadi nunggu lama, soalnya aku harus nunggu temanku dulu." Ucap aura dengan sisa nafasnya, karena dia harus berlari untuk segera menghampiri Keanu.
Keanu mengerutkan keningnya, dia tidak melihat teman yang Aura maksud.
"Teman? kamu cuma sendirian!"
"Itu dia!" Tunjuk Aura ketika temannya yang bernama Diana muncul dan mulai mendekat.
Diana adalah teman sebangku Aura dikelas, Mereka mulai dekat saat menginjak kelas Tiga, karena kebetulan mereka ada di kelas yang sama.
"Nu, boleh kan Diana ikut kita?"Tanya Aura kemudian.
"Bonceng tiga? di tilang polisi dong Ra!" Ucap keanu pelan, karena tidak ingin terdengar Diana yang semakin mendekat.
"Sebentar kok, cuma sampe depan sana, sebelum lampu merah, pokoknya aman deh!" Aura memaksa dan Keanu tidak bisa menolanya.
"Oke, ayo naik!"
Akhirnya dengan terpaksa karena Aura yang memintanya, Keanu mengajak Diana untuk ikut bersmanya. Padahal Keanu sudah berencana akan mengajak Aura ke suatu tempat, nampaknya itu bukan waktu yang pas.
"Terimakasih, sudah antar kita berdua!" Ucap Aura tersenyum.
"Sama-sama, selesai jam berapa? aku jempu!" Keanu ingin sekali menjadi lelaki yang di andalkan oleh Aura, menjadi lelaki yang selalu ada di saat Aura butuh.
"Gak usah, kamu kan harus berangkat kerja!" Ucap Aura menolak tawaran keanu, itu berarti aura akan lama berada di rumah Diana, entah apa yang akan mereka lakukan, Keanu tidak menanyakan lebih jauh.
"sampai ketemu besok ya!" Ucap Keanu melambaikan tangannya, sebelum melajukan motor meninggalkan Aura.
"Ra, kamu yakin dia yang tinggal di kontrakan itu?" Tanya Diana saat Keanu sudah meninggalkan mereka.
"Iya, emang kenapa?" Tanya Aura aneh melihat Diana seperti sedang berfikir keras.
"kamu tau jaket yang dia pake, harganya mahal banget, jadi gak mungkin kalau dia tinggal di kontrakan!"
Rupanya Diana sedari tadi memperhatikan jaket kulit yang Keanu gunakan, dan dia bahkan tahu merek jaket tersebut. Aura merasa kesal karena ada wanita lain yang memperhatikan kekasihnya, bahakan dirinya sendiri tidak tahu merek jaket kekasihnya.
"Masa aku bohong sih, Keanu memang tinggal di kontrakan dekat rumahku dan jaket itu mungkin kw, jadi dia bisa beli. Tapi kok kamu tahu banget tentang barang-barang bermerek?" Tanya Aura menaikan sebelah alisnya, menangkap gelagat mencurigakan dari Diana.
"Ah...Itu karena..., aku cuma tahu aja!" Dan benar dugaan Aura ada yang mencurigakan dari Diana, terlihat dari jawabannya yang terbata-bata.
Aura tidak mengenl Diana secara pribadi, dia hanya bertemu saat di sekolah saja. bahakan hari ini pun mereka bersama karena suatu alasan. mereka akan mendiskusikan tentang acara kelulusan bersama teman-teman yang lain di rumah Diana.
...※※※※...
sebuah mobol mewah terparkir di depan rumah Aura, mobil yang biasa ada di khayalannya, kini tepat berada di depan matanya.
"Waahh....Mobil siapa ini? apa tamunya bapak sama ibu?" Tanya Aura yang masih memandangi mobil itu, bahkan Aura sempat mengusapnya pelan. Memang konyol apa yang di lakukan Aura, namun dia bahagia, walaupun hanya menyentuhnya saja.
Aura pun bergegas karena penasaran dengan tamu yang datang kerumahnya. Begitu Aura akan masuk kedalam rumah, dari dalam keluar seorang wanita cantik, meskipun usianya sudah tidak muda lagi, memakai pakaian modis dan sudah pasti dengan merek asli. Aura terpana melihatnya dan berharap dia pun bisa sepeti wanita itu.
"Aura, kapan kamu datang?" Tanya Ratmi yang terkejut melihat anaknya sudah di depan pintu memandangi wanita yang baru saja lewat di depannya.
"Dia Siapa bu?" Suara ibunya membuyarkan semua lamunan Aura, dan dia tidak mendengar pertanyaan ibunya, justru ia balik bertanya karena rasa penasarannya.
"D-dia adalah...." Jawab agus yang di potong oleh istrinya.
"Dia tamu ibu, kamu mandi dulu sana, sudah sore!" Ratmi langsung mengalihkan pemibicaraannya, dia belum siap jika Aura tahu siapa ibu kandungnya.
Aura pun menganggukkan kepala dan pergi menuju kamarnya.
Sebenarnya Aura sudah tahu jika Ratmi dan Agus bukan orang tua kandungnya, mereka adalah kakak dari ayahnya. Karena aura saat di angkat jadi anak mereka ketika usianya 7 tahun setelah Aura kehilangan papanya. Jadi dia cukup mengerti dengan kondisi keluarganya.
Namun dia tidak mengetahu tentang siapa ibu kandungnya. karena papanya pun tidak pernah menceritakannya.
"Bu, bukankah kita harus segera memberitahukan Aura semuanya, wanita itu sudah datang dua kali, dan tadi mereka sempat bertemu. bapak khawatir jika Aura tahu dari wanita itu!" Ucap Agus ketika Aura sudah masuk kedalam kamarnya.
"Ibu belum siap pak, bapak tahu sendiri, wanita itu akan meminta Aura kembali dan kita akan kehilangan anak kita!" Ratmi sudah menganggap aura seperti anaknya sendiri, dari auralah dia belajar menjadi seorang ibu, meski tidak pernah melahirkan. dia tidak sanggup jika berada jauh dari Aura.
Tanpa sepengetahuan Ratmi dan Agus, Aura mendengarkan pembicaraan mereka saat akan mengambil minum di dapur.
"Siapa yang akan membawaku bu?" Tanya Aura mendekat kepada ibu dan bapaknya.
"Aura, sejak kapan kamu disitu?" Tanya Ratmi terkejut.
"Bu, pak sebenarnya siapa wanita tadi? apa dia yang akan membawa aku? atau jangan-jangan wanita tadi adalah...." Pertanyan-pertanyaan Aura lontarkan meski jawabannya sudah berada jelas di kepalanya, namun dia berharap jawabnnya tidak sama dengan apa yang di pikirkannya.
"Iya, dia ibu kandung kamu!" jawab Ratmi menahan airmatanya.
Aura menegang, seakan jantungnya berhenti mendengar jawaban dari ibunya. air mata sudah terkumpul di pelupuk matanya.
"Apa sekarang di menginginkan aku bu?" Tanya Aura dengan suara bergetar.
Ratmi tidak bisa berkata-kata lagi, dia hanya memberi isyarat dengan kepalanya. dia tahu saat ini Aura sangat terkejut dengan kenyataan ini.
"Tidak bu, aku gak mau, aku mau disini saja, bersama ibu dan bapak. pokoknya tolak saja permintaannya." Ucap Aura berlari mengunci pintu kamarnya dengan berlinangan air mata. Bersandar di balik pintu, memegangi dadanya yang sesak.
Isakan tangis memenuhi kamar Aura, merasakan kekecewaan kepada ibu kandungnya. Dia pernah beradai-andai jika kelak bertemu dengan ibu kandungnya, dan dia mengira bahwa sudah siap dan akan menerima apapun alasan dahulu meninggalkannya. Namun ternyata tidak. Aura tidak siap, dia merasa kekecewaan yang mendalam.
Setelah merasa lebih baik, Aura tiba-tiba penasaran dengan wajah ibu kandungnya. Mengingat tadi sebelum mengetahui semua itu, dia sempat mengangguminya. Aura teringat sesuatu, dia sempat mencuri mendengar tentang asal usul ibu kandungnya itu. Dia bergegas membuka ponselnya dan membuka kolom pencarian dengan mengetikan nama sebuah perusahaan besar. Matanya tertuju kepada photo seorang wanita yang mirip dengan yang tadi di lihatnya saat depan rumah.
"Apa benar kamu ibu kandungku?" Ucapnya mengusap layar ponselnya.
"Kenapa baru sekarang mami datang, dulu aku sangat merindukan mami, tapi sekarang aku tidak tahu. aku tidak marah, karena semakin dewasa aku semakin paham kehidupan orang dewasa, mungkin ada maslah antara mami dan papa yang tidak bisa di selesaikan, aku mengerti itu. Namun aku kecewa, karena mami sekalilpun tidak pernah menujukan diri di depanku, memeluku, bahkan memanggil namaku, mami tidak pernah melakukan itu."
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!