Hey say, ketemu lagi dengan Author receh ini. untuk Cover Author lagi nyari jadi pakai apa adanya aja dulu ya say.. hihi nggak sempet soalnya.
Cuss lanjut...
...........
Siapa yang tak kenal Alaska? Kota dengan tindak Kejahatan tertinggi yang banyak mengundang Kriminalitas setiap harinya. Kota tua yang minim penghuni Masyarakat biasa tapi memiliki jejak Misterius yang kuat.
Suasanan yang menyeramkan tanpa aroma kehidupan, tempat bersemayamnya Gerbong Narkoba dan Pemberontak bersenjata yang membuat Markas ditempat itu menjadi Tempat paling berbahaya dan ditakuti oleh Masyarakat Negara Venuz yang berbatasan dengannya. tapi pertanyaannya, Kenapa tak seorangpun mampu kesana? kenapa Anggota Militer Negara tak menghancurkan kota itu?
Jawabannya hanya ada satu Nama. LUCIFER ...
Nama yang menyeramkan yang terjejak setiap melakukan Kejahatan besar tapi menghilang begitu saja seakan menjadi Penguasa Alaska yang paling ditakuti.
Perbatasan Alaska dan Negara Venuz menjadi Tabir pembatas yang kuat seakan membentengi antara Manusia buangan dengan Negara maju seperti Venuz yang selalu bersinar melebihi Alaska yang lebih dikenal Tanah Berdarah Iblis.
pembunuhan seorang pria paruh baya tanpa identitas di dalam Bar Apple Milik Tuan Gery terjadi pada Pukul 2 Tadi malam, dinyatakan Korban terkena luka sayatan dibagian leher dengan mulut penuh busa hingga mereggang nyawa ditempat Kejadian..
"Siall!!"
Gumam seorang wanita dengan rambut pirang kecoklatan sebahu yang tengah duduk didepan layar LED didalam kamarnya, netra coklat terang menyala tajam itu seakan menelan si pembicara didalam benda kotak tipis itu dengan kedua tangan mengetuk-ngetuk peggangan kursinya.
"Lagi dan Lagi!"
Yah, dialah Athena Hathwey seorang Agen Rahasia Milik Negara yang masih melihat bagaimana kasus pembunuhan terjadi dimana-mana. sebagian besar Aparat Kepolisian tak mampu menyelidiki sampai tuntas Kematian secara Misterius ini.
"Hena!!!"
"Sebentar, Nenek!!!"
Athena lansung mematikan Televisinya dan berlari keluar kamar yang sangat padat ini, ia melangkah menuju Dapur dimana aroma masakan sudah menguar sepertinya Wanita dengan kulit penuh keriput itu telah mematangkan Energi untuknya.
"Nek, kenapa memasak? aku bisa mengurus diriku sendiri."
"Ayolah, apa yang kau bisa, ha? mengurus rambutmu saja kau tak bisa, Cihh! sekarang makan-makananmu dan berangkatlah Kuliah."
Tak mau membantah Nenek Nuseta yang menjadi keluarga satu-satunya, akhirnya Athena pasrah memakan-makanan berbahan Sefood ini dengan sangat imut dan bergaya Feminim dari Hot-pants dan Tengtop berwarna hitam yang menutupi dada sekang dan perut datar dengan lengan tegapnya.
Athena selalu dimanjakan oleh Nenek Nuseta karna Cucu satu-satunya, tapi bukan berarti Athena akan manja dan sangat tak berguna seperti Gadis seumurannya. ia hanya berperilaku seperti ini didepan sang Nenek seorang.
"Bagaimana Kuliahmu?"
"Baik!"
"Hanya baik?" Nenek Nuseta yang mencoba memancing kalimat baru seraya mencuci piring.
"Baik, Nek! semuanya berjalan dengan baik."
"Tak ada yang sangat baik?"
Athena menghentikan suapannya dengan bibir merah delima dan mata berubah datar tapi seketika ia menarik sudut bibirnya kecil tak ingin membuat wanita rentan ini sakit.
"Aku belum punya pacar, tapi akan ku usahakan."
"Ayolah, Hena! umurmu bukan gadis lagi."
"22 itu sangat muda!" Acuh Athena masa bodoh tapi Nenek Nuseta ingin Athena seperti gadis-gadis luar yang bergandengan dengan laki-laki agar terlihat normal karna lingkungan tempat mereka tinggal itu dipenuhi dengan kebebasan.
"Nak, kau ingin selalu digunjingkan para tetanggamu?"
Athena berdiri meminum segelas Susu diatas mejanya lalu mengelap bibir seperti busur panah itu dengan sarbet dan lansung memeluk wanita senja dengan rambut hampir semuanya memutih ini.
"Nek, biarkan saja mereka berkata apa. Wanita tak Normal, ****** atau apapaun. asalkan tak menganggu Nenek, hm?"
"Tapi Nenek tak suka dia mereka mengatai Cucuku tak Normal, lihat saja bagaimana bentukanmu mengalah anak gadis mereka yang tak berguna itu."
Athena hanya menjawab dengan kekehan seraya melangkah menuju Sofa didepan Televisi ruang tamu sana, rumah ini tak terlalu besar hanya cukup untuk mereka berdua saja.
Drett..
Ponsel Athena berbunyi hingga tangan lentik tanpa hiasan itu mengambilnya seraya menatap kebelakang dimana Nenek Nuseta masih asik dengan kegiatan rutinnya.
"Hm."
"Jendral menyuruhmu datang ke Gedung."
"15 menit."
"Jangan terlam.."
Tutt..
Athena mematikan sambungannya asal lalu melangkah masuk menuju kamar, Ranjang minimalis kecil hanya muat untuk satu orang dengan perabotan tak berguna seperti buku-buku lama dan mesin mainan robot anak-anak itu memenuhi kamarnya, tapi ia hanya acuh membuka lemari yang menggantungkan semua jenis pakaian.
Tapi jelas tak ada Rok didalam sini. ia meraih Jeans hitam, Jaket, Masker dan Topi. pakaian yang sangat tak digemari kaun wanita jaman sekarang karna membosankan tapi begitulah Athena, ia tak suka Dunia Feminim yang membuang waktu.
"Hena!!! jangan keluar dulu."
"Kenapa, Nek?"
Tanya Athena seraya cepat memakai Celana dan Jaketnya hingga dalam beberapa menit ia selesai tanpa ber Make-up atau Lipstik karna wajahnya memang sudah cantik tak perlu dipermak banyak.
"Jangan keluar kalau tak mencari pacar!!"
"Akan ku bunuh semua laki-laki di sekitar sini karna kau, Nenek."
Umpat Athena menyambar Ransel Hitam miliknya yang sudah siaga barang-barangnya disana dan bergegas keluar berlari kecil menghampiri Neneknya yang menyusun Piring bersih.
"Aku pergi!" seraya mencium pipi keriput itu.
"Mencari pacar?"
"Hm, akan Hena bawakan satu ekor untuk Nenek."
Nenek Nuseta lansung membelo jengah mendengarnya hingga memandangi Athena keluar dari pintu kayu itu dan menghilang dimatanya.
Dan disinilah tempat pengujian iman. disepanjang jalan Athena dipandang aneh oleh para Tetangga dan Ibu-Ibu yang biasa berkumpul didekat persimpangan jalan menuju jalan raya. ia hanya acuh seakan mata dan telinganya sudah tebal digunjingi setiap hari.
"Hey, Wanita tak Normal. mau kemana?"
"Putriku baru saja dibawa oleh laki-laki yang sangat tampan, dan kau kapan?"
"Putrimu dibawa Unta Tua!!"
Ketus Athena hanya acuh, memang di Negara ini tradisi aneh yang kental terjadi. setiap orang tua akan bangga jika anak gadisnya dibawa laki-laki keluar asalkan Tampan dan Dompet cukup rasanya sudah sangat dibanggakan.
"Dasar Wanita sombong!!"
"Kau mau bukti?"
Athena menghentikan langkahnya membuat para Ibu-Ibu itu saling pandang sinis.
"Cih, bukti apa?"
"Anak kalian dijajahkan!"
"Kauu!!"
"Pergi dari sini!!"
Geram Athena hingga beberapa wanita paruh baya itu melangkah pergi saat Athena sudah jengah mendengarnya. tinggal satu wanita lagi yang menghuni rumah tepat disamping tempat kecilnya.
"Dan kau!! urus kehidupanmu sendiri!"
"Cihh, merusak suasana pagiku!" ia menutup pintu kasar membuat Athena menggeleng tapi masih ada umpatan didalam sana.
"Dasar Sombong!!!"
Athena membatu tetap melangkah terus sesekali melihat Jam dipergelangan tangannya. sepatu yang ia pakai sudah berdetak lama meninggalkan pemungkiman terlarang yang sangat ia musuhi itu, apalagi mereka semua selalu menganggapnya Sampah karna hanya Rumahnya yang masih tua di Kompleks ini. sedangkan yang lain sudah memakai Beton.
"Sangat bangga, padahal Putrinya dijajahkan di berbagai tempat."
Gumam Athena sinis melihat ke tepi jalan dimana banyak kaum remaja yang berpacaran, Negara ini memang maju dan berkembang pesat. tapi budaya *** bebas dan Kemesuman ini sudah mendarah dagging mengiringi Kemajuan dalam segala bidang.
Vote and Like Sayang..
Langkah tegas Athena masih menyusuri jalan-jalan sempit di Kota ini. dibalik kacamatanya ia menatap Intens setiap orang yang berlalu-lalang didekatnya dengan berbagai bentuk dan keadaan.
Tak hayal ia melihat ada beberapa Pejalan kaki yang merokok ditempat Umum padahal sudah terdapat aturan bawah disampingnya ada Rumah Sakit dan itu sangat dilarang merokok sembarangan.
Karna merasa sangat jengkel, Athena melangkah keluar dari Jalan sempit setapak yang ia lalui ke jalan besar dekat Post Rumah Sakit yang sangat ramai dipadati semua orang yang berkeperluan.
"Ehm!"
Athena berdehem kecil, ia duduk dengan santainya didekat Pria yang terlihat dipenuhi dengan tato dan gambar Gagak Hitam dengan rambut Plontos disertai tindik mengelilingi daun telinga dan bibirnya, terlihat sangat menyeramkan.
"Mau Rokok?"
Pria berambut Plontos dengan asap rokok menggumpal dihidungnya itu mengulur satu batang Rokok ke hadapan Athena yang hanya diam menatap kesekelilingnya yang banyak orang memperhatikan mereka, apalagi tampilannya yang aneh bersama pria ini.
"Ini bukan tempat merokok."
"Hey, Ayolah! tak ada yang bisa melarang ku merokok disini, ini wilayahku." Ucapnya dengan percaya diri membuka Kaos tipis berwarna putih itu hingga menunjukan tubuh tegap dan berototnya yang membuat semua orang ngeri.
"Namamu?"
"Igor. memangnya kenapa? kau menyukaiku?"
Si Pria menjijikan itu ingin menyentuh tangan Athena hingga ia lansung berdiri menatapnya datar seraya melirik ke jalan sepi dibelakang Gedung Rumah Sakit ini.
"Ikut aku!"
"Ouhh, kau suka tempat sepi, hm?"
Igor membuang sisa puntung rokoknya kesembarang arah dengan langkah kecil mengikuti Athena yang menjahui Keramaian tak ingin memicu keributan, ia melihat tempat dibelakang Rumah Sakit yang sangat sepi dan tak terawat.
"Ayo, aku pasrahkan padamu!"
"Kau yakin?"
Gumam Athena melenturkan jari-jari tangannya membelakangi Pria plontos yang sangat bernafsu melihat lekuk tubuhnya dari Jeans yang ketat membentuk Body ini.
"Yah, aku sangat suka caramu bermain di dalam sepi begini."
"Memang harusnya begitu!"
Bughh..
Tanpa banyak bicara Athena melempar Ransel hitan ditangannya ke wajah pria itu hingga membuat Igor terkejut saat kaki jenjang yang ia sangka akan menari ditubuhnya tadi malah menari menghujami dadanya.
"Wanita sialan!!!"
Igor yang memeggangi dadanya itu, lansung menyerang balik Athena yang menagkap tinjuan kekarnya dengan sekali pelintir kebelakang tubuh kekar Igor yang lansung menjerit karna suara retakan ditulang lengannya.
Krekk..
"Aaasss!!!"
"Ini bukan wilayahmu."
Geram Athena mengunci pergerakan pria ini dengan kedua lututnya menekan betis dan tangannya memelintir dengan satu lagi menarik dagu pria itu dengan kuat.
Matanya sudah menyala dengan sangat geram melihat sampah Negara tak berguna ini merusak pemandangannya.
"M..Maaf, aku..aku tak akan mengulangi ini lagi."
"Berapa banyak orang yang kau bohongi!"
Krekk..
Athena lansung memutar kuncian dagu dan leher itu hingga pria itu lansung tewas dengan sendirinya, ia menatap kearah sekitar yang tak ada orang dengan CCTV yang minim disini.
Athena tak pernah memberi kesempatan melebihi kesabaranya, dari tatapan Masyarakat tadi ia mengambil kesimpulan kalau pria ini sudah beberapa kali ditegur tapi tak akan pernah berubah.
"Sampah sepertimu, tak akan dicari orang."
Gumam Athena memberi pesan pada Teman-Temannya untuk membereskan ini, ia harus cepat ke Gedung besar CIA untuk menemui Jendral yang memanggilnya tadi.
"Nona!"
Seorang Penjaga Rumah Sakit yang datang dari depan mendekati Athena yang lansung menendang Mayat pria ini kebelakang Tong sampah sana lalu ia kembali seperti biasa seakan tak terjadi apapun.
"Iya, Pak?"
"Kau siapa?"
Petugas Keamanan itu mencurigai Athena yang tadi dilaporkan salah satu Staf Rumah Sakit yang melihat Seorang wanita berpakaian gelap mencurigakan membawa seorang Pria berandalan biasa didepan Post Rumah sakit.
"Mahasiswi!"
"Kenapa kau kesini? dan dimana pria itu?"
Wajah Athena dibalik masker sana bertambah geram, petugas tak berguna ini sama sekali tak ada artinya hanya menambah beban Negara saja.
Dengan cepat Athena menunjukan Kartu Pelajar Mahasiswinya hingga pria paruh baya itu membaca dengan cermat lalu memberikannya dengan wajah biasa seakan tak ada kejanggalan. padahal Kartu ini adalah Kartu palsu yang ia gunakan untuk berbagai penyamaran.
"Baik, lain kali jangan bersamanya. dia Berandal di sini."
"Seharusnya itu tugasmu, menjaga keamanan Masyarakat disini! bukan hanya memeriksa, tapi melakukan tindakan. PAHAM!"
Pria itu terkejut mendengar suara Athena terdengar sangat tegas sesuai dengan gesturnya yang penuh kewaspadaan, dari penampilannya memang wanita ini terlihat biasa tapi ia mulai ragu dengan pengamatannya.
"Baik, saya akan lebih waspada."
"Sudah terjadi baru kau Waspada!"
Umpat Athena kasar lalu melangkah pergi, sungguh entah apa yang terjadi pada Negara ini sekarang. semuanya hanya berfikir tentang jabatan tanpa melaksanakan kewajiban.
Ia menyandang Ranselnya melangkah keluar dari wilayah Rumah Sakit untuk kembali ke tujuannya, ia beberapa kali melihat Jam dipergelangan tangannya agar tak terlambat dalam beberapa menit saja.
Mata Athena selalu tertuju pada anak-anak yang melewatinya dengan digandeng kedua orang tuanya, rasanya ia ingin seperti itu tapi sangat disayangkan ia hanyalah yatim, piatu sejak lahir.
"Kehidupan yang sangat gelap."
Gumam Athena menggeleng terus melangkah sendiri sampai ia bingung tujuan hidupnya kemana. yang jelas ia hanya ingin tugasnya selesai lalu pulang bertemu Neneknya. hal sederhana yang selalu ia lakukan tak bisa berjalan atau berpacaran dengan sembarang lelaki.
Namun, ia tersigap saat mendengar jeritan didekat lorong sempit yang sangat sunyi karna ini sudah memasuki Wilayah tepi Kota.
"T..Tolong."
Athena menghentikan langkahnya, ia menatap disekitar sini sudah tak ada orang melainkan ada Lorong gelap tempat pembuangan sampah Kota yang terbengkalai cukup jauh dari Rumah Sakit.
"T..Tolong."
"Kau dimana?"
Tanya Athena menatap waspada kesemua tempat ini, ada banyak tempat sampah yang memenuhi area kotor yang ia jadikan jalan pintas menuju Gedung CIA-nya.
"T..Tolong!"
Athena menyibak kecil Tong sampah disampingnya hjngga matanya terbelalak melihat tangan penuh darah yang dibungkus didalam Plastik beserta ada tubuh yang juga ditimbun botol-botol plastik.
"T..Tolong."
"Kau.."
Athena lansung menarik tubuh pria tanpa tangan ini keluar dari gulungan sampah hingga Tubuh plos tanpa busanan ini digerogoti Serangga dan binatang pengerat seperti tikus membuat Athena sedikit menahan nafas akan baunya.
"T..Tolong."
"Kau bisa mendengarku? kau jangan banyak bergerak aku akan.."
"D..Dia.. Dia L..Lucifer, dia.."
"A..Apa maksudmu?"
Sayangnya pertanyaan Athena hanya dijawab hembusan nafas terakhir dari pria paruh baya yang dipenuhi luka sayatan, mata Athena menajam saat membaca ukiran di paha pria ini dan itu nama yang selalu di sebutkan setiap ada Kematian misterius di Negara ini.
"LUCIFER! siapa?"
Athena mengumpat beberapa kali merasa sangat pusing, ia banyak menemui segala tindak Kriminal tapi kali seakan semuanya berhubungan dan memiliki dendam.
"Kapten!!!!"
.......
Vote and Like Sayang..
Gedung tinggi menjulang berwarna Biru tua dengan Bendera Negara Venuz berbintang obor itu lansung berdiri megah dengan penjagaan ketat oleh para Pria berseragam Tentara berwarna Coklat tua, pandangan mereka menajam disetiap orang yang masuk kedalam Wilayah Kekuasaan Negara ini dibawah Kepemimpinan Jendral Guinter sebagai Dapartemen Intelegen Negara ini.
"Kau duluan!"
"Siap, Kapten!"
Tegas Dames si pria berbadan agak pendek dengan perut buncit yang sebenarnya tak layak menjadi Anggota CIA. tapi Ayahnya menjadi Mentri di Negara ini hingga cita-cita anaknya pun dijabarkan secara rahasia.
Athena lewat dari pintu khusus yang selalu ia lewati agar tak ada yang mengetahui kedatangannya, pergerakannya yang sigap dan penuh kewaspadaan mengantarkan Athena ke lantai 11 tempat Tersembunyi rundingan Teamnya.
Sementara Dames si gempal itu masuk duluan dari dalam hingga ia menunggu didepan ruang Jendral Guinter.
"Kapten, apa anda tak apa?"
"Hm, minggir!"
Athena dengan gamblang mendorong bahu Dames dari depan pintu ruangan ini hingga ia masuk diiringi umpatan pria itu. Athena menatap ruangan luas ini dengan tatapan datar seraya membuka Masker yang menutupi separuh wajah cantiknya.
"Jendral!" Athena memberi hormat.
"Kau terlambat!" Sarkas seorang pria dengan seragam lengkap dan Topi tempurnya itu menatap tegas Athena yang berdiri tegap dengan tatapan mata yang siap.
"Ada kendala di perjalanan, Jendral!"
"Iya, tadi ada mayat di dekat pembuangan Kota."
Athena lansung menyikut perut Dames yang lansung terbatuk dibuatnya, wajah Athena mengeras seakan menghisap nyawa Dames si ceroboh yang tak tahu tempat.
"K..Kenapa, Kapten? k..kan tadi memang ada pembunuhan?"
"Kauu!"
"Pembunuhan?"
Dahi Jendral Guinter berkerut menatap Athena yang mau tak mau mengatakan ini, rencananya ia tadi ingin menyelidikinya sendiri tapi sayangnya mulut Anak Gajah ini tak bisa di Rem sama sekali.
"Pukul 10 pagi lewat 6 menit 30 detik. mayat seorang pria tanpa identitas ditumpukan Sampah dengan luka sayatan yang sama dengan Luka Seorang pria yang mati di Bar semalam."
"Sama?"
Athena mengangguk meletakan Ranselnya, ia duduk dikursi didepan Komputer yang terhubung lansung ke Program diseluruh Negara ini, tapi ia sudah mencari dari mana asal mayat-mayat ini dibuang kemari dan mayoritas semuanya penduduk Venuz yang dikirim dari Alaska.
"Setiap jaringan yang Teamku bobol maka akan ada Virus yang menyerang perangkat kami hingga Eror dan kehilangan data, kita tak bisa mencari mereka lewat Jaringan Internet karna aku yakin Pimpinannya sangat cerdas."
"Dan LUCIFER!"
Athena mengangguk, ia menunjukan hasil penelitiannya kalau LUCIFER itu sebuah tanda atau Kode yang selalu dimainkan setiap Penjahat yang seperti sengaja meninggalkan jejak, mereka seakan ingin bahwa Lucifer itu ada.
"Baiklah, jika jaringan tak bisa. maka kita perlu anggota secara lansung."
"Maksud, Jendral?"
Tanya Dames yang duduk disamping Athena. Jendral Guinter mundar-mandir berfikir dengan sangat matang sebenarnya apa yang diinginkan oleh penjahat kelas kakap ini.
"Kirim pasukan ke Alaska!"
"Anda yakin? bukankah Personel yang dulu anda kirim tak pulang lagi ke Markas dan tak ada kabar lanjutan. Jendral!"
Sangga Athena memang benar adanya, Personel yang Jendral Guinter kirim sampai sekarang belum ada kabar setelah memasuki wilayah itu, dan tentu ada rasa khawatir jika terlalu gegabah begini.
"Tak apa, kita bisa melihat sejauh mana mereka bisa menghancurkan Negara ini."
"Apa sekarang, pak?"
Tanya Dames yang diangguki Jendral Guinter hingga ia lansung memberi tahukan pada Anggota Team lain yang selalu siap diturunkan ke daerah lawan.
Tapi kali ini, Athena merasa sangat tak setuju jika Anggota Kepolisian CIA turun tangan lansung ke pusatnya sedangkan anak buah saja belum satupun tertangkap.
"Dan kau, kau pantau 10 Personel yang turun ke sana melalaui alat Komunikasi. lihat bagaimana keadaan disana?"
"Baik!"
Athena lansung memasang Audio Record khusus yang tersambung di Laptopnya, sementara Dames juga melakukan hal yang sama karna ia bertugas didalam Teknologi ini.
Mata indah menajam Athena lansung melihat jalan menuju Alaska, tak ada yang mencurigakan dan seperti Kota tertinggal biasa. tapi dari bangunan-bangunan tua dan gedung-gedung tingginya yang tampak terbengkalai dan rusak itu menguarkan aura darah dan kematian.
"Tak ada apapun di Kota ini, Kapten!"
"Coba periksa kembali."
Titah Jendral Guinter pada Dames yang gemetar melihat bangunan-bangunan ini, walau dari Virtual tapi seakan ia memang ada disana hingga membuat keringat dingin bercucuran dikeningnya.
"Sebelah barat Gedung Nomor 3!"
"A..Apa?"
Tanya Dames gemetar lansung melihat Laptop Athena dimana ia hanya melihat reruntuhan bangunan hingga bibirnya mencemo'oh.
"Ini hal biasa yang.."
Srett..
Athena menarik rambut Dames mendekat hingga mata pria itu terbelalak melihat gelantungan Tubuh manusia diatas gedung sana yang di makan Gagak hitam membuat Jendral Guinter mengepalkan tangannya kuat.
"Hoekkm!"
Dames muntah saat Athena me Zoom layar Laptopnya hingga semuanya terlihat jelas, dan ia yakin itu salah satu Masyarakat Negara Venuz yang tak tahu kenapa bisa disana.
"Sialan, mereka memang meminta perang."
"Perang hanya sia-sia, kita tak tahu siapa pemimpinnya dan bisa saja kita yang akan diserang jika gegabah tanpa informasi."
Gumam Athena berfikir keras membuat Jendral Guinter menghela nafas halus menepuk bahu Athena yang sangat ia harapkan untuk membantunya karna ia sudah tua dan ingin Pensiun tapi kasus ini belum juga selesai.
"Untuk sekarang, aku harap pencarian Personel di Kota Alaska mendapat titik terang. kau pantau terus!"
"Baik!"
.........
Seringaian pria itu lansung meruak saat menatap layar yang berderet didepan kursinya. Sisi Selatan, barat san Timur dari kota ini telah ada di pantauannya.
Jari-Jarinya mengetuk pinggiran kursi kekuasaannya dengan aroma alkohol yang sangat kental yang menusuk hidung diruangan ini, tak lupa asap rokok dari batangan istimewa yang hanya ia yang menghisapnya.
"Ayo, datanglah ke Rumah."
Gumamnya menatap penuh kebahagiaan pasukan Personel tak berguna ini mulai masuk ke Gerbang Kota, tubuh kekarnya yang dibalut Kaos oblong putih dengan celana panjang hitam itu sangat terlihat Cool dengan rambut agak panjang didahi dan Tato Gagak di bahunya menonjolkan kesan misterius yang kental.
Netra coklatnya bergerak liar beberapa kali terkekeh lalu bersiul memainkan pisau yang ia peggang mengukir peggangan kursinya, sungguh ia sangat suka melihat Tikus-tikus liar itu datang sendiri tanpa dijemput ke Wilayahnya.
"Master, apa dihabisi sekarang?"
Tanya seorang wanita berkulit kuning langsat dan rambut emas menyala yang tengah berdiri dibelakang kursi Masternya. asap rokok dari hisapan bibir senual yang tetap Pink segar itu sudah terbiasa ia hirup karna pengabdiannya pada pria bersifat Tempramental ini.
"Hm, tidak! tunggu si tua bangka itu mengirim semua pasukannya barulah di Bummm.."
Ia kembali tertawa kecil seraya meneguk botol minumannya menikmati bagaimana Personel tentara itu sangat bodoh menganggap semua yang ia lihat itu sebagai acuan tapi nyatanya itu hanya pancingan.
.....
Vote and Like Sayang..
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!