NovelToon NovelToon

Menikah Karna Kontrak

Not impossible ( bagian 1 )

Namaku Ayyara Bayuni, yang berarti puisi yang cantik, itu lah harapan kedua orang tua ku saat memberikan nama pada anak gadis semata wayang nya, mereka berharap aku akan selalu menjadi cerita yang indah bagi siapapun yang bersamaku kelak.

Hari ini aku mendatangi sebuah caffe yang terletak tak jauh dari kantor tempatku bekerja, aku menemui seorang produser film yang cukup hebat, beberapa film nya selalu mendapat reting penonton tertinggi, tapi sayang nya produser muda tersebut sedikit tidak menyenangkan bagiku, dia terlalu dingin untuk di ajak bertukar pikiran, tapi ya ini lah dunia kerja, aku juga sudah berjanji tidak akan membeda bedakan siapapun yang menghubungiku untuk sebuah pekerjaan.

pria berkulit putih dan memiliki mata kecil itu terduduk di sebuah kursi dengan americano dingin di atas meja nya. Aku menghela nafas dan segera berjalan menghampiri pria tersebut.

" selamat siang mas Gian, maaf menunggu lama " aku langsung menyapa dan duduk tepat di hadapan nya.

dengan tatapan dingin dia hanya mengangguk memberi jawaban pada sapaan ku.

Giandra pradipta adalah nama lengkapnya, dia memiliki seorang kaka laki laki yang hanya berjarak 2 tahun dengan nya.

" mau minum apa ???? "

tanya Gian dengan wajah datar nya

" hmmm....aku akan memesan nya "

aku melambaikan tangan ku pada seorang pelayan di caffe, dan memesan sebuah minuman favorit ku, seorang pelayan itu berlalu saat aku selsai memesan minuman milikku.

Gian menyodorkan sebuah tablet ke arahku, tablet itu menunjukan sebuah artikel tentang mitos di suatu daerah. aku mengerutkan keningku berusaha mencerna maksud artikel yang Gian berikan padaku.

" jadi aku harus menulis tentang ini untuk film kali ini ??? "

Gian menatap ku dan mengambil sesuatu dari saku celana nya.

" ambil ini jika kamu menyetujui kontrak ini " ucap nya dengan santai

kali ini mataku beralih pada sebuah kotak merah yang baru saja Gian sodorkan padaku.

" a- apa ini ??? " tanyaku dengan perasaan yang mulai terasa aneh.

" kita harus pergi ke tempat itu untuk menganalisa dan mencari cerita yang sebenar nya, dan syarat untuk pergi ke sana adalah sudah menikah " Gian menjelaskan tanpa beban.

sementara itu aku yang masih merasa terkejut hanya diam menatap kotak merah itu, otak ku tak bisa berpikir dengan baik, dadaku berdegup lebih kencang dari biasa nya, dan kali ini wajahku pun menjadi terasa hangat.

" tapi ini pernikahan pak, sesuatu yang sakral dan ngg bisa main main " aku meyakinkan Gian yang terlihat sngat santai.

" aku tau, dan aku tidak main main " jawab Gian yang masih sangat santai.

dia benar benar menyebalkan pikirku, bagaimana bisa dia memintaku menikah dengan nya hanya karna sebuah pekerjaan.

tiba tiba seorang pelayan menyadarkan ku dan menyodorkan minuman yang tadi ku pesan, aku meraih capuccino pesanan ku dan langsung menyeruput nya sesaat setelah mengucapkan terimakasih.

" jika kamu bersedia kita akan menikah 3 bulan lagi " Gian menambahkan penjelasan nya yang sontak membuatku tersedak.

" ukhu ukhu...... " aku menepuk nepuk dadaku, mataku tak berani menatap mata Gian yang hampir saja menghampiri ku, aku yang langsung mengangkat kan tangan memberi isyarat bahwa aku baik baik saja membuat Gian kembali terduduk.

" apa secepat itu pak ????? " aku berusaha berbicara dengan suara yang tak bergetar karna masih terkejut.

" kamu hanya tinggal memberi jawaban setuju atau ngg " Gian menegaskan tujuan nya saat ini padaku.

aku hanya terdiam tanpa mengatakan apapun sambil terus menyeruput capuccino di hadapanku.

" apa ini pernikahan kontrak??? yang berakhir jika kontrak kerja juga berakhir ??? " pertanyaanku sedikit konyol tapi itu lah yang aku pikirkan saat ini.

" tidak, tapi jika kamu menginginkan seperti itu ...... "

" tidak tidak pak.......ah maaf.....saya hanya ingin meyakinkan saja maafkan aku pak " aku tertunduk setelah memotong kata kata Gian.

" bagus, kalau begitu aku anggap kamu setuju, jadi berhenti memanggilku pak !!!! "

" hah......Iyah pak....eh mksd ku.... " aku sedikit canggung sekarang, entahlah perasaanku masih sangat campur aduk saat ini.

" panggil saja Gian, atau mas Gian....karna aku 2tahun lebih tua dari mu bukan " Gian benar benar tak merasa terbebani apapun saat membicarakan hal seserius ini.

" i- Iyah mas.... " wajahku kembali terasa hangat dan merasa geli dengan yang baru saja aku ucapkan.

 

ku letakkan kepalaku di atas meja kerjaku yang di penuhi kertas, aku meraih salah satu kertas dan kembali melihat nya, sebuah kontrak kerja sama antara penulis dan produser.

aku menghela nafas panjang dan bergumam.

" huuuuuft.......apa aku benar benar akan menikah dengan cara seperti ini ??? "

aku membolak balik kertas yang ku pegang, dan mengangkat kotak merah berisi cincin yang sejak tadi tak berani ku buka.

Rena yang melihat kotak cincin di tangan ku segera menghampiri ku.

" ooooh......apa ini???? kata nya jomblo tapi ternyata.....waaah "

Rena teman sekantorku yang berprofesi sebagai editor terus menggodaku dengan suara cempreng nya.

" sssssttt......kecilkan suara mu " aku menutup mulut Rena dengan tanganku.

" jadi ini benar???? siapa yang melamarmu Ra ???? " Rena yang selalu antusias dengan hal apapun, menggoyangkan pundakku agar aku menceritakan siapa orang yang baru saja melamarku.

aku melirik jam tangan ku dan segera bangkit dari tempat duduk ku.

" berhentilah bertanya, aku tidak akan memberi tau mu, dah aku pulang duluan ya " aku berlalu meninggalkan Rena yang masih saja merengek memintaku menceritakan tentang yang baru saja terjadi dengan ku.

 

tiga hari berlalu dari pertemuanku bersama Gian tempo hari, pagi ini Gian menghubungiku dan mengajak ku untuk menemui keluarga nya, dengan langkah yang terasa sedikit berat aku keluar dari kamar ku untuk menemui Gian yang menunggu di ruang tamu bersama mama ku.

" mah .... aku pergi dulu ya " aku meraih tangan mama untuk bersalaman.

Gian bangun dari duduk nya dan juga menghampiri mama untuk ikut berpamitan.

" tanteu, aku bawa Yara dulu sebentar "

mama mengangguk memberikan ijin pada Gian.

aku dan Gian saling berdiam selama di perjalanan, semua nya terasa canggung untuk ku.

Gian yang merasakan hal yang sama mencoba membuka percakapan antara aku dan diri nya.

" aku tidak terbiasa berbicara lebih dulu untuk memulai obrolan, jadi kamu bisa bercerita apa saja saat dengan ku "

aku hanya menjawab dengan sebuah anggukan, bagai mana mungkin aku bercerita banyak hal, bahkan untuk sekedar melihat mata nya saja aku tidak sanggup, gumam ku dalam hati.

 

sementara itu di rumah Gian terlihat beberapa orang sibuk di dapur, Geri yang baru saja bangun dan turun dari kamar nya berjalan menghampiri bunda nya yang ikut memasak bersama kedua asisten rumah mereka. Geri adalah Kaka laki laki Gian yang sekarang sudah memiliki beberapa cabang tempat makan dan cafe.

Geri memasukan sebuah makanan ke dalam mulut nya dan mengecup kening ibu nya yang tampak sedang fokus memasak.

" selamat pagi Bun "

bunda Vera ibu dari Geri dan Gian itu menoleh ke arah anak pertama nya dan tersenyum.

" mandi sana, sebentar lagi adik mu datang "

Geri terus mengunyah dan mengambil beberapa makanan lagi di hadapan nya.

" kenapa aku harus mandi, bukan nya setiap hari jg Gian melihatku seperti ini "

bunda tersenyum pada Geri, kali ini bunda mendekatkan wajah nya pada laki laki tinggi dan sedikit berisi di hadapan nya, mata kecil yang persis seperti mata Gian sedikit terbuka lebar melihat bunda yang mulai mengerutkan dahi nya dan menutup hidung.

" hmmmm .... pantas saja kamu keduluan Gian "

bunda kembali berbalik membelakangi Geri yang masih asyik dengan makanan nya.

" keduluan????? keduluan apa Bun???? "

bunda tersenyum tanpa melihat Geri yang sekarang terduduk di kursi makan.

" Gian sudah melamar seorang gadis, dan gadis itu sekarang sedang menuju ke sini, jadi sebaik nya kamu mandi sekarang!!! ngg mau kan calon adik ipar mu mencium bau acem ketek mu "

Geri meraih segelas air, dia meminum air itu sekaligus dan bergegas menghampiri bunda.

" jadi bunda masak banyak sekarang buat acara Gian ??? "

bunda mengangguk sambil tersenyum, di ikuti senyuman dari kedua asisten rumah mereka.

Gian bergegas meninggalkan bunda yang masih sibuk mengaduk masakan nya.

" aaaisssht......bibi ngg boleh ketawa kaya gitu.....aaaaah "

Geri berlalu setengah berlari kembali menuju kamar nya di lantai atas, Arya ayah dari Gian dan Geri yang melihat sikaf anak pertama nya itu tersenyum sambil menghampiri bunda.

"jadi dia baru tau Bun??????"

ayah Arya duduk di kursi makan sambil terus tersenyum melihat tingkah anak pertama nya.

" hmmmm....." bunda hanya menjawab ayah dengan anggukan, bundapun menghampiri ayah dan menuangkan segelas air putih untuk ayah.

" kapan mereka tiba Bun??? ayah ngg sabar melihat calon mantu ayah "

bunda tersenyum mendengar ucapan ayah.

" tau ngg yah, bunda sampe ngg bisa berhenti senyum semenjak Gian meminta ijin untuk menikah tempo hari, bunda jadi berpikir apa sebenar nya Gian adalah Kaka nya Geri ya "

ayah tertawa mendengar kata kata bunda, sebenar nya bunda juga tidak salah, bahwasan nya Geri dan Gian memang lah berbeda, Gian yang tidak terlalu banyak bicara dan selalu lebih peka terhadap apapun sehingga memberi kesan bahwa Gian lebih dewasa dari pada Geri yang masih sering bertingkah konyol dan iseng pada orang orang rumah termasuk bunda dan Gian.

 

Gian menghentikan mobil nya tepat di depan rumah besar, rumah yang mewah namun terlihat begitu asri dengan taman yang di penuhi tumbuhan hijau.

entah karna gugup atau apa tiba tiba aku kesulitan untuk membuka sabuk pengamanku, Gian yang menyadari itu langsung mendekat dan membuka sabuk pengamanku, ini membuat wajah Gian mendekat pada wajah ku bahkan aku bisa mendengar hembusan nafas Gian dengan jelas.

" sudah terbuka "

Gian membuat aku tersadar dan segera memalingkan mataku yang tadi memandangi wajah tampan Gian.

apa yang aku pikirkan sekarang, gumamku sambil berusaha merapihkan rambuku yang sebenar nya tidak berantakan.

aku berjalan tepat di belakang Gian, baru saja aku melangkahkan satu kaki ku ke dalam rumah Gian, bunda dan ayah Gian sudah berhambur menyambutku dengan hangat.

" hallo sayang ..... wah ternyata Gian pinter cari cewe yah "

bunda memeluk ku dengan pelukan yang jujur sedikit menenangkan ku, semua pikiran ku tentang bagaimana dingin nya keluarga Gian hilang sudah setelah melihat senyuman bunda dan ayah Gian.

ayah Gian jg menghampiriku, dia menepuk lembut pundak ku.

" benar Bun, cantik nya calon mantu kita, ayo masuk kita ngobrol di dalam saja "

aku mengangguk lalu berjalan mengikuti ayah, sementara itu bunda terus menatapku sambil menggandengku. tiba tiba Geri turun dari lantai atas bergegas menghampiriku yang berjalan menuju taman belakang.

" wo wo wo....apa bunda tidak akan mengenalkan calon mantu bunda pada Kaka ipar nya hah "

mata ku langsung mencari sumber suara yang datang, ku liat seorang laki laki yang lebih tinggi dari Gian namun memiliki mata yang sama dengan Gian. Geri yang hanya memakai kaos pendek dan celana pendek itu sekarang berdiri tepat di hadapanku, dia langsung menyodorkan tangan nya pada ku.

" aku Geri, calon Kaka ipar mu "

aku tersenyum pada nya dan meraih tangan nya untuk berjabatan tangan.

" aku Yara, senang bertemu dengan mu ka "

Geri mengangguk sambil tersenyum, dia berlalu meninggalkan aku dan bunda setelah selsai menyapaku.

aku dan Bunda tiba di taman belakang, terlihat sebuah gajebo yang lumayan besar di sebrang kolam renang, dan terlihat juga Gian yang duduk santai dengan sebuah laptop di atas kaki nya yang menyilang.

" iiiisht bisa bisa nya dia duduk santai seperti itu dan meninggalkan ku bersama orang tuanya " gumam ku yang sedikit kesal karna Gian yang bersikap tak peduli padaku.

" baik lah kamu bisa duduk di sana juga bersama mereka, bunda akan menyiapkan daging untuk d bakar " bunda menunjuk ke arah gajebo tempat Gian, Geri dan ayah bersntai.

" ah, sebaik nya aku membantu bunda saja "

lagi lagi bunda tersenyum pada ku, jujur senyuman bunda terlihat sangat manis dan menenangkan bagiku.

bunda pun akhir nya mengajakku mendekati sebuah pemanggang yang terletak di pinggir kolam.

" kalau begitu kamu tunggu di sini saja, bunda mau mengambil sesuatu di dalam "

aku hanya mengangguk, aku menghampiri pemanggang itu untuk mencoba menyalakan nya, tapi ini tampk berbeda dengan milikku jadi aku sedikit kebingungan, tiba tiba seorang wanita separuh baya menghampiriku dan bertanya dengan ramah.

" maaf non, biar bibi saja yang nyalain "

aku sedikit terkejut dan segera mundur menjauh sedikit dari alat itu.

" maafkan aku, ini berbeda dengan milik ku jadi aku tidak tau bagaimana menyalakan nya "

wanita paruh baya itu tersenyum padaku.

" non duduk saja di sana biar bibi yang menyiapkan semua nya "

" ah tidak Bu saya di sini saja membantu "

wanita paruh baya itu menepuk tangan ku pelan lalu menatapku.

" panggil saja saya bibi non, saya art di sini " wanita paruh baya itu kembali menyalakan pemanggang dan menyiapkan semua yang di butuhkan.

" oooh begitu ya....." aku menggaruk kepala ku yang sebenar nya tak terasa gatal sama sekali, aku menundukan kepalaku dan mulai memperhatikan bi Inah.

 

sementara di gondola ketiga laki laki yang duduk bersamaan tampak sibuk dengan kegiatan nya masing masing, ayah yang sedang menerima telpon dari teman nya berdiri meninggalkan kedua anak laki laki nya yang masih saling berdiam.

Geri meletak kan ponsel yang sejak tadi dia mainkan dan menggeser tempat duduk nya hingga menjadi lebih dekat dengan Gian.

" heh., lu bawa cewe ke rumah tapi lu masih sibuk dengan kerjaan lu, cowo macem apa lu " Geri menggoda Gian dengan suara yang berbisik.

" kalau lu mau ngajak dia ngobrol panggil ajah " jawab Gian dengan wajah cuek nya.

" alah ngg asyik lu, kasian cewe lu tau, dia kan baru di sini, walaupun orang orang rumah welcome sama ce lu, tetep ajah kalau lu cuekin cewe lu dia akan ngerasa ngg enak "

kali ini Gian berhenti menatap layar laptop nya dan melirik ku yang mulai sibuk membantu bunda dan bi Inah.

" dia baik baik saja " jawab Gian dengan santai, kali ini Gian meletak kan laptop nya yang sudah ia matikan, lalu di merebahkan tubuh nya dan menendang Geri yang menghalangi kaki milik nya.

" gue curiga lu di jidohin sama bunda jadi nya " Geri masih berusaha menggoda Gian yang tak terpancing sama sekali.

" berisik gue mau tidur " Gian memejamkan kedua mata nya, dan tertidur begitu saja.

semua orang sibuk dengan tugas nya masing masing, termasuk aku yang masih sibuk membolak balik kan beberapa potong daging di atas panggangan. Geri yang di tinggal tidur oleh adik nya beranjak dari gondola dan menghampiriku yang memang sendirian.

" mau aku bantu ???? "

aku menoleh ke arah nya sebentar dan kembali fokus pada panggangan di depan ku.

" tidak perlu ka, aku bisa ko...."

Geri tersenyum dan meraih penjepit daging di tangan ku.

" kamu ngg bisa masak kan ??? " sepertinya aku memang tidak bisa berpura pura bisa memasak di depan orang yang memang bekerja di bidang kuliner.

aku hanya bisa pasrah, tampak nya rasa malu ku juga ngg bisa menyelamatkan aku saat ini.

Geri melirik ku yang memperhatikan cara dia memasak.

" sana temenin Gian, nanti dia di gigit nyamuk loh " Geri terkekeh setelah menggoda ku

pandanganku kini berpindah pada Gian yang masih terbaring dengan posisi meringkuk.

" Gian benar benar tidur ka???? "

" hmmm.....dia tuh tukang molor, di mana pun bisa tidur kaya gitu tuh, udah sana temenin dia " Geri mendorongku perlahan memaksaku untuk meninggalkan nya dan segera menghampiri Gian.

aku yang tak punya pilihan lain, berjalan perlahan menuju gondola, aku duduk perlahan di samping Gian yang masih tertidur, aku perhatikan wajah nya yang memang tampan itu, ada sedikit rasa yang tak biasa saat aku menatap nya. dulu aku tak ingin berlama lama bertatapan dengan nya hanya karna sikaf dingin nya yang tak pernah berubah, tapi kali ini aku merasa ingin terus memandangi wajah nya sedekat ini.

" orang aneh, kenapa kamu memintaku menikah??aaah aku juga sama aneh nya, kenapa juga aku setuju!!! " aku bergumam dengan suara pelan.

" tapi usia ku hampir 24 tahun, jadi wajar jika aku menerima laki laki yang melamarku, tapi..... memang nya dia benar benar melamarku ya?? bahkan cincin nya saja belum dia pakein ke aku kaya di film film romantis gtu " kali ini aku memalingkan wajahku dari wajah Gian, tiba tiba Gian terbangun dan bergeser untuk duduk tepat di sebelahku.

Gian menyodorkan tangan nya meminta cincin yang tempo hari dia berikan padaku.

" mana cincin nya??? "

nafasku berhenti untuk beberapa detik karna terkejut, aku merogok tas yang ku selempang kan sejak tadi dan mengeluarkan kotak merah yang berisi cincin pemberian Gian.

perlahan Gian memakaikan nya tepat di jari manis sebelah kiri, cincin itu benar benar pas di jariku, entah bagaimana Gian bisa membeli sesuatu yang memang pas denganku.

Gian memandangi jari manisku yang sudah ia pasangkan cincin, dia menghela nafas lalu bersandar pada tiang gondola di sampingku, lengan nya bersentuhan dengan lengan kecil ku karna memang kita duduk berdampingan.

" ada yang ingin kamu tanyakan padaku ??? " Gian bertanya tanpa menolehku.

" hah???? tidak, " aku benar benar merasa gugup sekarang, telapak tangan dan kaki ku sudah mulai terasa berkeringat. aku menoleh ke arah Gian yang memandang lurus ke depan, aku berusaha memulai obrolan dengan Gian agar suasana nya tak terasa canggung.

" hmmmm......mas Gian, apa tadi mas Gian mendengar ucapan ku ??? "

dengan perasaan cemas aku menoleh lagi ke arah Gian.

" kamu pikir aku benar benar tidur??? "

sial, kenapa dia bertanya seperti itu, pikirku. aku hanya mengangguk perlahan, dan kecanggungan itu pun masih terasa untuk ku.

--------

45 menit berlalu, bunda memanggilku untuk membantunya menyiapkan makanan di meja makan, aku bergegas menghampiri bunda dan meletakkan tas ku di gondola sebelah Gian terduduk. semua makanan sudah siap kami pun makan bersama dengan suasana yang terasa sangat hangat berkat Geri yang tak henti nya bercerita tentang cerita cerita lucu yang dia alami, di balas dengan cerita ayah yang begitu antusias menceritakan pengalaman pertama nya saat menjadi ayah. mataku sesekali mencuri pandang pada Gian yang hanya fokus menyantap makanan yang ada di meja, dia sesekali terlihat sedikit tersenyum lalu kembali fokus pada makanan nya.

setelah makan bersama selsai dan aku juga selsai membereskan semua piring kotor, aku menghampiri Gian yang duduk di depan tv menonton acara olah raga basket.

" aku di suruh bunda duduk di sini " dengan canggung aku mulai duduk di salah satu sofa setengah lingkaran itu, jarak aku dan Gian memang agak jauh.

" apa bunda menyuruhmu untuk menjaga jarak dengan ku juga???? "

dengan pandangan yang masih fokus pada tv Gian memberi pertanyaan yang sudah jelas dia juga tau jawaban nya.

" aku hanya merasa kurang nyaman kalau harus mendekat lebih dulu " seperti nya wajahku memerah lagi sekarang.

Gian bergeser dan mendekat, hingga bahu kita kembali saling bersentuhan.

" kamu suka acara ini ??? " tanya Gian padaku

" aku jarang menonton tv, aku lebih senang berada di kamarku dengan laptop atau kanvas "

" oooh, berarti kamu bisa melukis ??? " Gian menoleh ke arah ku sebelum kembali menatap layar tv.

" ya lumayan lah....."

aku dan Gian pun tanpa sadar mengobrol cukup lama, itu membuatku sedikit lega karna tampak nya kecanggungan antara aku dan Gian sedikit demi sedikit sudah hilang.

tepat pukul 19.30 aku berpamitan untuk pulang pada bunda dan ayah, saat ini Geri sudah tak ada di rumah karna harus mengurus salah satu cafe milik nya.

Gian mulai menjalan kan mobil nya meninggalkan rumah tempat kedua orang tua nya tinggal.

----------

MEnandatangani kontrak

entah apa yang ada di pikiran ku saat itu, dengan kesadaran penuh aku menerima sebuah kontrak yang tidak masuk akal.

siang itu Arga datang ke kantor tempatku bekerja bersama seorang rekan nya, mereka memintaku untuk menuliskan sebuah buku yang akan mereka angkat menjadi sebuah film.

Arga seorang produser film yang tidak bisa di anggap remeh, karya karya film nya selalu mendapat penghargaan dari beberapa acara award. Arga dengan santai mengatakan bahwa dia harus menikahi ku jika aku menerima kontrak ini, itu karena sebuah syarat tempat dimana kami akan berobserpasi untuk cerita ini.

" apa benar benar harus menikah??? " tanyaku meyakinkan sebelum aku benar benar menandatangi kontrak tersebut.

" ini hanya jika kamu mau menerima nya " jawab Dirly rekan kerja Arga.

" aku ngg punya waktu lama, lagian ngg bakal ada yang di rugikan di sini " Arga dengan santai nya mengatakan itu seolah olah aku dan dia saling menyukai.

aku meraih tumpukan kertas di atas meja dan menandatangani sebuah kontrak kerja itu, saat itu aku hanya memikirkan takdir, jodoh, rejeki dan maut memang sudah di tentukan.

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...

acara akad aku dan Arga berjalan dengan lancar, tak banyak tamu undangan yang hadir, karna aku dan Arga hanya melangsungkan akad sederhana yang di saksikan oleh keluarga dan kerabat dekat saja.

jujur, aku masih sangat canggung pada Arga, meski sudah beberapa kali bertemu dan melakukan kontrak kerja bareng, tetap saja ini terasa aneh.

aku yang baru selsai mandi, perlahan menghampiri Arga yang berbaring di atas tempat tidur, satu tangan nya di jadikan alas kepala dan satu tangan nya lagi sibuk dengan ponsel nya.

" mas Arga ngg mandi ??? " tanyaku sambil menarik bantal di sebelah Arga.

" kamu mau kemana??? aku tidak akan melakukan nya sekarang, jadi kamu bisa tidur "

tatapan Arga yang datar membuatku semakin salah tingkah.

" maaf mas, aku cuma ngg biasa ajah, rasa nya aneh, tiba tiba aku harus satu tempat tidur sama laki laki "

" ya udh, aku tidur di sofa ajah kalo gitu "

aku dan Arga memang sengaja standby di hotel tempat kami menikah, karna lokasi nya dekat dengan bandara, jadi besok pagi bisa lebih cepat untuk sampai di bandara. penerbangan kami pukul 05.00, jadi hanya punya waktu sebentar untuk beristirahat.

Arga keluar dari kamar mandi dan menghampiriku yang sudah merebahkan tubuhku di atas tempat tidur, Arga mengambil bantal untuk tidur di sofa seperti yang dia katakan.

" mas, tidur di sini saja gpp ko " suara ku sedikit bergetar.

Arga hanya menatapku datar, dan memasukan tubuh nya pada selimut yang juga aku gunakan, tubuh nya meringkuk di sebelahku.

aku berusaha memejamkan kedua mataku, tapi tetap saja aku ngg bisa tidur, aku melirik pada Arga yang sudah tertidur, mata nya yang kecil sudah tertutup rapat, kulit nya yang putih membuat dia terkesan bersih. dada ku bergemuruh saat melihat bibir tipis nya sedikit terbuka.

" apa ini?? " aku menepuk nepuk dada ku pelan, dan berbalik membelakangi Arga.

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...

alarm yang ku pasang berdering membuatku terbangun, aku meraih ikat rambut yang ku letak kan di atas meja dekat tempat tidur, saat ku ikat rambut panjangku tiba tiba Arga keluar dari kamar mandi dengan hanya menggunakan sehelai handuk. wajahku memerah dan mulai terasa hangat melihat dada nya yang terbuka, aku memalingkan wajahku dari Arga. aku berjalan menuju kamar mandi dengan berjalan miring dan tetap tak menoleh pada Arga yang sibuk memakai baju nya.

kali ini aku yang lupa membawa pakaianku ke kamar mandi, aku membuka sedikit pintu kamar mandi untuk mengintip, ku lihat Arga yang baru saja menyelesaikan shalat subuh.

" aaah.....bodoh bodoh bodoh, bisa bisa nya aku lupa bawa baju ke kamar mandi "

aku kembali mengintip ke arah luar, dan aku tak lagi melihat Arga di sekitar tempat tidur dan lemari, dengan cepat aku keluar kamar mandi dan segera mengambil pakaian yang akan ku pakai, satu persatu aku pakai, dan hanya tinggal mengenakan atasan ku.

suara pintu terbuka, reflex aku menoleh ke arah pintu, Arga masuk ke kamar tanpa merasa bersalah, aku yang belum sempat memakai baju segera menutupi bagian dadaku dengan baju yang ku pegang.

" hey, kenapa tiba tiba masuk kaya gitu, aku kan belum selsai pakai baju "

" aku barusan ketemu orang, dia menelpon dan minta aku turun, tadi nya aku mau ngajak kamu tapi kamu lama, jadi aku pergi sendiri "

Arga sibuk dengan barang barang nya, dengan cepat aku pakai atasanku.

" apaan sih ni orang, di tanya apa jawab nya apa " gumam ku pelan

setelah selsai shalat, aku bergegas membereskan barang barang ku dan mulai bersiap untuk pergi.

" Ra, kamu denger aku ???? " Arga melirik ku yang sudah mulai memakai sepatu ku.

" denger ko, kenapa emang ??? "

" kamu percaya aku apa ngg ??? " kali ini Arga mendekatiku dan memegang tangan ku

" apaan sih mas Arga ini, aku ngg ngerti yang mas Arga omongin "

Arga Menuntunku keluar, Arga mengajakku turun lewat tangga alih alih pake lift.

saat tiba di parkiran, Arga berjalan sedikit lebih cepat, dia juga tidak melepaskan tangan ku sama sekali. Arga membukakan aku pintu mobil dan memintaku cepat masuk, aku yang ngg tau apa apa hanya menuruti perintah Arga.

samar samar aku dengar suara wanita berteriak memanggil Arga sesaat setelah aku masuk ke dalam mobil. tapi Arga tak menghiraukan panggilan itu dan dengan cepat menjalankan mobil nya.

" mas Arga kenapa sih??? punya utang atau apa ??? aneh banget " aku mengerutkan jidat ku

" kita kan lagi buru buru, jadi ngg ada waktu buat ladenin orang kaya dia "

" emng siapa sih dia??? " aku melirik Arga, mencari tau sesuatu pad nya.

" mantan "

deg, dadaku seketika merasa sesak saat mendengar Arga mengatakan itu, pandanganku kini hanya tertuju pada jalanan yang masih gelap, lampu lampu jalanan yang bergantian memberi cahaya yang berbeda setiap mobil yang ku naik Ki melewati nya, penglihatan ku menjadi buram karna air mata yang hampir menetes, aku ngg ngerti kenapa tiba tiba air mata ku keluar setelah aku merasakan dada yang sesak..

tak perlu waktu lama aku dan Arga tiba di bandara, kita mengurus semua keperluan penerbangan kita masing masing, dan aku belum mengatakan apapun lagi pada Arga setelah kata terakhir Arga.

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...

aku dan Arga duduk bersebelahan di pesawat, tapi baik aku atau Arga tak ada yang membuka suara untuk sebuah obrolan.

aku sibuk dengn laptop ku, melanjutkan cerita yang aku tulis untuk buku yang akan di terbitkan.

Arga juga seperti nya ngg ada niatan buat ngobrol, dia menutupi kedua telinga nya dengan airpods.

satu jam lebih 20 menit aku dan Arga menghabiskan waktu di pesawat tanpa bicara. setelah mengambil koper kita masing masing Arga memesan taxi untuk melanjutkan perjalan kita.

" kamu mau sarapan apa Ra ???? " tanya Arga dengan wajah datar

" terserah mas Arga, tapi aku ngg mau makan makanan berat ya "

Arga mengangguk, taxi online yang Arga pesan datang, aku dan Arga Menuju pusat kota untuk mencari tempat makan yang sudah buka, di jam sepagi ini memang masih jarang restoran yang sudah buka, akhir nya kita menepi di pinggir jalan yang berjejer gerobak gerobak penjual makanan.

" kita makan di sini saja " ajak Arga padaku, dia memilih tempat dengan seorang nenek yang menjual beberapa gorengan dan nasi uduk khas kota ini.

" hmmmmm......tapi aku ngg makan makanan berat "

" kamu ngg harus makan batu Ra " dengan wajah datar dia berjalan meninggalkanku dan menghampiri nenek penjual itu.

Arga tersenyum lembut pada nenek itu dan berbicara dengan sopan, gummy smile nya beberapa kali dia keluarkan di sela sela obrolan bersama nenek penjual itu.

aku menghampiri Arga dan mulai mengambil beberapa gorengan dan lontong. nenek penjual itu melihat tajam ke arahku, tatapan nya sedikit aneh dan membuat aku merinding.

" kamu memiliki warna aura yang langka "

nenek tersebut perlahan menghampiriku dan memegang pundak ku.

" hati hati kamu harus hati hati, tapi kamu punya prisai kuat " nenek penjual itu menambahkan, wajah nya mendekat pada wajahku sehingga membuat aku semakin merinding.

" nek, makanan saya mana ya??? "

Arga yang menyadari ketidak nyamanan ku langsung berusaha mengalihkan pembicaraan. nenek penjual itu berbalik pada Arga dan kembali menyiapkan makanan yang Arga pesan.

" kalian akan pergi ke tempat itu bukan??? "

kali ini nenek itu bertanya pada Arga.

" tempat itu???? nenek bisa tau akan kemana kita pergi??? "

Arga mengerutkan kening nya, dan menatap nenek itu.

" iyaah ..... jaga istri mu, jaga dia baik baik, satu lagi, sebentar lagi dia akan merasa kecewa oleh mu, tapi itu tidak akan lama "

kali ini nenek itu sedikit mengecilkan suara nya, sampai aku tak bisa mendengar dengan jelas. Arga mengangguk setelah mendengar nenek tersebut, akhir nya aku pun menyelesaikan sarapan pertamaku di kota ini dengan suasana yang kurang nyaman.

setelah selsai, aku dan Arga kembali melanjutkan perjalanan kami, di awali dengan menggunakan taxi online kami sampai di salah satu terminal bis, kami menaiki bis yang sudah terlihat usang, setelah sampai pada pemberhentian teakhir, aku dan Arga melanjutkan perjalanan menggunakan angkutan umum, karna angkutan umum ini hanya beroperasi sampai jam 5 sore saja, jadi banyak sekali penumpak yang baik sehingga kita harus duduk berdempetan, belum lagi para pedagang yang membawa masuk dagangan nya ke dalam mobil.

" aw......!!! "

sebuah gerobak tanggung kecil milik penjual jajanan mengenai lututku, ternyata beberapa kawat yang menempel pada gerobak itu menggores tepat di lutut ku.

dengan cepat Arga menarik kedua lutut ku, itu membuat posisiku persis menghadap Arga, dia mengecek lututku yang terkena kawat tersebut.

" maaf de, bapak ngg sengaja "

saut seorang bapak pemilik gerobak tersebut.

" gpp pak, ini kegores kecil ajah ko " aku tersenyum pada bapak itu sambil menahan perih.

luka nya sepertinya memang kecil, tapi rasa nya lumayan perih.

seorang ibu yang duduk persis di hadapanku menyodorkan sebuah plaster dari dompet nya.

" pake ini neng biar ngg infeksi "

" ooh makasih Bu, biar nanti saya pakai kalau sudah sampai "

ibu itu tersenyum, dia melihatku dan Arga yang masih memegangi kaki ku.

" kalian suami istri???? ".

pertanyaan itu membuat aku dan Arga Sling bertatapan, sebenar nya aku belum yakin kalau aku seorang istri, tapi buku nikah yang ada di koperku menyadarkan aku bahwa aku memang sudah menikah.

" Iyah Bu " jawab Arga ramah.

jujur, aku cukup terpesona melihat keramahan Arga, apa lagi setiap kali dia tersenyum, sayang nya senyum Arga mahal untuk ku, dia hanya bisa tersenyum saat bersama orang yang lebih tua dari nya termasuk kedua orang tuaku.

aku dan Arga tiba di salah satu rumah warga yang memang sudah bersedia rumah nya kami tempati sementara waktu, langit sudah mulai gelap saat kami tiba, angin di sini jauh lebih dingin dari yang aku pikirkan, jalanan sudah tampak gelap dan sepi di tambah suara binatang yang membuat suasana tempat ini horor.

aku mengganti pakaian ku setelah selsai membersihkan wajahku, ibu Ratih pemilik rumah ini mengajak aku untuk makan bersama, tampak Arga juga duduk bersila di samping pak Anton suami dari Bu Ratih.

" ayo kita makan dulu "

aku mengangguk dan menghampiri mereka yang sudah berkumpul untuk makan.

" heee, suami nya dulu yang di ambilin nasi, abis itu baru kita istrinya boleh ngambil "

Bu Ratih menegurku karna aku mengambil makan untuk ku sendiri, akhir nya ku ambil piring yang Arga pegang dan menyendok kan nasi juga beberapa lauk untuk nya.

perjalanan di mulai

dengan cepat aku menutup mataku saat Arga masuk kamar, aku memang sudah lebih dulu membaring kan tubuhku di atas kasur, dan entah kenapa saat Arga masuk aku langsung pura pura tidur tanpa alasan.

Arga pun membaringkan tubuh nya tepat di sebelahku, tampak nya dia juga belum ingin tertidur, mata nya fokus pada layar ponsel yang sedang ia pegang, tiba tiba Arga terduduk saat ponsel nya bergetar, sepertinya itu sebuah telpon. Arga berjalan menuju sudut kamar dan bicara dengan suara pelan nyaris tak terdengar.

" jangan konyol " ucap nya sesaat setelah mendengar seseorang di sebrang ponsel nya.

aku mulai penasaran dengan siapa dia bicara, aku pasang kedua telingaku supaya aku bisa mendengar percakapan mereka. samar samar aku mendengar suara perempuan dari ponsel Arga.

" itu terjadi setelah kita putus, jadi udh ngg ada hubungan nya sama gue ok !!!!! "

Arga terdengar sedikit kesal meskipun nada nya tidak meninggi sama sekali. sifat itu lah yang membuat aku mempertimbangkan untuk menikah dengan nya.

aku memang sudah lama mengenal Arga, karna memang sudah beberapa kali juga bekerja sama dengan nya dalam pembuatan film, belum lagi mendengar cerita cerita tentang Arga dari Dirly, ya Dirly rekan kerja Arga, tapi dia juga adalah adik sepupuku.

Arga menutup telpon nya dan kembali berbaring di atas tempat tidur, dia berbaring menghadap ke arahku, sial nya aku lupa berbalik lagi setelah berusaha mendengarkan obrolan Arga di telpon tadi, hembusan nafas Arga beberapa kali meniup rambut ku yang menutupi sebagian wajah, dengan lembut Arga mengusap rambut itu hingga terlihat semua wajah ku.

" selamat malam " ucap Arga sedikit lirih.

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...

pagi ini aku dan Arga bersiap untuk pergi ke suatu desa yang terletak di pedalaman hutan, aku mempersiapkan semua peralatan dan baju seadanya, karna memang tidak memungkinkan untuk membawa koper.

Arga memberiku beberapa pakaian nya termasuk pakaian dalam nya padaku untuk aku masuk kan pada sebuah ransel, mata ku terbuka sedikit lebih lebar ketika sebuah CD hitam milik nya terjatuh tepat di tangan ku.

" kenapa??? baru liat CD cowo ??? "

aku yang menyadari Arga memperhatikan ku, dengan cepat memasukan semua nya ke dalam ransel.

" kenapa ngg di umpetin di lipatan baju ajah sih "

" besok besok juga kamu yang nyuci " jawab nya santai

aku dan Arga berangkat setelah menyelesaikan sarapan kami, dengan di antar menggunakan motor aku dan Arga mulai memasuki gerbang hutan, perasaanku mulai merasa tidak nyaman, bulu bulu di tangan ku berdiri saat hembusan angin berhembus sedikit demi sedikit,aku beberapa kali menoleh ke arah belakang, karna merasa ada yang sedang mengikuti kami.

" kenapa mba??? ko saya perhatikan dari tadi mba ngeliat belakang Mulu " tanya seorang laki laki yang membonceng ku.

" oh, gpp pak, " aku berusaha untuk tetap tenang.

" untung mba nya udah nikah, kalau belum bahaya mba "

" jadi mitos itu benar ya pak ??? "

" iyh mba, maka nya di sini ngg ada gadis, kalau di antara kita punya anak perempuan, maka hari itu juga kita akan membawa anak tersebut ke tempat sanak sodara kami, setelah menikah baru mereka boleh kembali ke sini "

aku tertegun mendengar ucapan bapak tersebut, setelah di pikir pikir, aku memang tidak melihat seorang pun anak perempuan atau remaja remaja perempuan di tempat ini.

sekarang aku merasa udara nya semakin dingin, hembusan anginnya terasa berbeda seperti angin yang biasa aku rasakan, tiba tiba aku merasa ada yang mengusap kaki ku, itu membuatku sontak menjerit.

" aaaaaaaa!!!!!! "

" kenapa mba???? " bapak yang mengantarku menghentikan motor nya untuk memastikan aku baik baik saja.

begitupun motor yang di naiki Arga yang berjalan di depan ku.

" gpp pak, tadi sepertinya ada rumput di kaki ku, maaf ya pak "

aku sedikit berbohong agar tidak semakin merasa takut, padahal jelas sekali kalau itu sentuhan tangan, lagi pula rumput rumput di pinggir jalan sedikit lebih jauh dan pendek.

" gpp, lanjut " bapak yang membonceng ku berteriak memberi tau bapak yang membonceng Arga.

kitapun melanjutkan lagi perjalanan, aku mulai melihat perkampungan di depan sana, banyak rumah dan ramai orang, tapi pundak ku terasa berat saat aku melihat orang orang yang di lewatiku.

" ternyata di sini juga banyak rumah ya pak "

pak Supri yang mengendarai motorku seperti terkejut mendengar ucapan ku, dia menoleh ke arahku yang mulai berpegangan lebih erat pada pak Supri, rasa berat di pundak ku semakin berat sampai aku harus menyenderkan tubuhku pada pak Supri.

" rumah di mana mba, ngg ada rumah di sini "

jawaban pak Supri membuat aku terkejut, aku memastikan lagi dengan melihat ke kiri dan kanan, rumah rumah besar memang ada di sepanjang jalan, tiba tiba pandangan ku menjadi gelap dan aku tak tau apa yang terjadi selanjut nya.

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...

saat aku membuka mata, terlihat Arga yang terus memegangi tangan ku dengan wajah cemas nya, dan seorang kakek tua berambut putih panjang seperti sedang membaca mantra di hadapan ku.

kemudian kakek tua itu bicara pada Arga, dengan sedikit marah.

" kenapa kamu tidak menjamah dulu istrimu sebelum datang kemari ??? dia masih suci "

aku melihat Arga hanya tertunduk sambil terus memegangi tangan ku, perlahan aku bangun dan terduduk, kepalaku benar benar pusing, aku melihat ke arah kaki ku terasa sakit, ada memar di sana padahal aku tidak merasa kalau aku terbentur atau jatuh.

" maafkan saya pak tua " Arga terlihat benar benar menyesal saat melihat kakek tua berambut panjang yang biasa di panggil pak tua itu

" mas Arga, ada apa ini??? kepala ku pusing banget "

Arga menatapku dan langsung memeluk ku, aku benar benar ngg tau apa yang terjadi, terlihat juga pak Supri terduduk lesu, wajah nya pucat seperti ketakutan.

Arga melepaskan pelukan nya dan berbalik kembali menghadap pak tua.

" apa istri saya akan baik baik saja pak tua??? mengingat dia juga sudah ada di sini "

" dia hebat, keyakinan nya sama kamu bisa jadi perisai dia buat ngelawan jin jin yang menyukainya "

seketika aku mengingat sosok nenek tua penjual makanan tempo hari, dia juga mengatakan aku punya perisai kuat.

" jadi saya masih bisa di sini dengan istri saya melanjutkan observasi kan pak tua??? "

" hmmmm.....tanya istrimu apa dia masih sanggup atau tidak "

Arga menatapku dengan tatapan penuh harap.

" bagaimana bisa dia mikirin kerjaan nya di saat istrinya seperti ini " batin ku saat melihat tatapan Arga yang penuh harap padaku

" kalau kamu mau, aku bakal tetep di sini lanjutin kerjaan kita "

tiba tiba saja aku mengucapkan itu padahal baru saja aku merasa kesal pada nya.

akhir nya observasi kami di mulai dari rumah kecil di samping rumah pak tua, pak Supri dan teman nya pun ikut menemani kami di sini, termasuk beberapa orang yang tinggl di sini bersama pak tua.

malam ini aku dan Arga bermalam di gubuk milik pak tua, sesuai dengan yang kita rencanakan, kita memang akan menginap selama 3 malam di sini.

aku melipat mukenaku setelah selsai shalat isya, saat aku baru saja berjalan ke arah tempat tidur tiba tiba sebuah bayangan hitam melintas di hadapan ku.

" mas argaaaaa!!!!! "

aku berteriak memanggil Arga karna merasa merinding.

" kenapa Ra ????" Arga dengan cepat membuka pintu kamar dan langsung menghampiriku

" tadi ada bayangan hitam di depan ku, aku takut mas "

Arga memeluk ku dan menepuk pelan pundak ku.

" gpp Ra ada mas di sini "

aku dan Arga duduk di sebuah alas yang akan menjadi tempat tidur kami selama tiga malam.

" kamu tidur ajah Ra "

" tapi mas, aku takut "

" aku ngg kemana mana, aku di sini "

Arga terlihat benar benar seperti suami ku di saat seperti ini, lembut perhatian, dan yang paling penting aku merasa kenyamanan di setiap kali Arga memeluk ku.

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!