Azalea Nuraini seorang gadis sebatang kara, dia memiliki seorang kekasih yang kadang sifat dan karakternya berubah-ubah, seolah ada tiga orang yang berbeda di dalam diri kekasihnya itu, bagaimana perjuangan Lea mengungkap keanehan dalan diri kekasihnya dan siapa sebenarnya pujaan hatinya, dan bagaimana ia bisa lepas dari semuanya? Dan meraih kebahagiaan yang ia inginkan?
***
Jam kerjanya sudah berakhir, Lea pun sudah aplusan dengan temannya, jam tangannya menunjukan pukul 9 malam, ia menghembuskan nafas kasar.
'Telat 30 menit.' batinnya.
Tak lama datang lah kekasihnya dengan terburu-buru.
"Maaf sayang, aku harus mengantar klienku dulu."
"Hhmmm..."
"Ayo pulang."
"Hhhmm..."
Kekasihnya mengandeng tangannya untuk masuk mobil.
"Jangan cemberut gitu dong sayang, aku benar-benar sibuk tadi."
"Ya harusnya kamu bilang mas, aku bisa pulang duluan tanpa menunggumu."
"Tidak, tidak boleh, kamu cantik kalau kamu di bawa orang yang bertanggung jawab gimana? aku bisa gila."
"Huh dasar posesif."
"Biar yang penting aku sayang kamu, hehehe..senyum dong."
Lea pun memaksakan senyumnya.
"Sayang akhir pekan nanti jalan-jalan yuk?"
"Yakin??"
"Yakin lah, mulai sekarang aku akan selalu ada untukmu." kata kekasihnya itu seolah mengerti kalau dia selalu saja sibuk dan selalu membatalkan janjinya.
"Kalau batal lagi gimana?"
"Kau boleh menghukum ku."
"Selalu!!"
"Aku yakin kali ini sayang."
"Oke, kalau kamu batalin lagi, maka aku akan nikah dengan orang lain, aku tak akan menunggumu!"
"Tidak....tidak boleh...tidak bisa begitu, cari hukuman lain lah sayang, mati aku kalau kamu nikah dengan orang lain."
"Harus begitu, supaya kamu tak main batal-batalin janji terus."
"Oke aku janji kali ini tak akan batalin janji lagi." sambil menunjukan tautan jarinya seperti orang yang bersumpah.
"Hhhhmmm."
Saking asyiknya berbincang tak terasa sampailah mereka di rumah Lea.
Rumah minimalis yang Lea beli dari hasil keringat dia sendiri.
"Sudah malam mas, Lea tidak ajak mas masuk ya, mas langsung pulang saja."
"Baiklah, aku pamit sayang, assalamu alaikum."
"Wa alaikumsalam."
Kekasihnya pun melajukan mobilnya menuju ke rumahnya.
Melihat kepergian kekasihnya Lea tersenyum, kekasihnya memang memperlihatkan kasih sayang padanya, kecuali suka main batalin janji sesukanya.
Sambil masuk ke dalam rumahnya dia berdo'a semoga janji kali ini kekasihnya itu tak membatalkannya lagi.
Untung dia sudah makan malam bersama teman-teman tadi di rumah sakit kalau tidak dia akan kelaparan malam ini, dia pun langsung mandi dan berganti pakaian tidur, dan langsung tidur.
***
Keesokan harinya, hari ini dia dinas malam, jadi pagi sampai siang dia gunakan untuk membersihkan rumahnya.
Kemudian memasak untuk sarapannya sendiri.
Lea memang anak yang mandiri, dia hidup sebatang kara semenjak kepergian orang tuanya sewaktu dia tengah menjalani pendidikannya sebagai seorang perawat, ayah ibunya mengalami kecelakaan, dan hanya meninggalkan harta rumah dan sebuah toko obat milik ayahnya, dengan hasil dari toko obat itulah dia melanjutkan hidupnya, hingga ketika lulus dari sekolah perawat itu dia bertemu dengan kekasihnya .
Setelah selesai masak, dia mendengar pintu rumahnya di ketuk seseorang.
Segera ia berjalan ke depan dan membukakan pintu.
"Assalamualaikum sayang."
"Wa alaikumsalam mas, ada apa pagi-pagi sudah kemari?"
"Ih kamu ini kok tanya begitu, aku kangen laaaah sama kamu, hmm bau wangi masakan, kamu sedang masak.?" tanya kekasihnya main nyelonong saja ke dapur tanpa di persilahkan.
"Mas ih, ijin dulu kek, main nyelonong aja!"
"Iiiish kamu kelamaan, aku laper, aku sarapan di sini ya pleeeeease." jawab kekasihnya itu memelas.
"Ya sudah, ayo, untung aku masak agak banyak, kalau tidak bisa-bisa kurang kalau cuma buat makan kamu." kata Lea sambil mengambilkan piring untuk kekasihnya.
"Setelah ini kamu ada acara gak sayang, kita jalan-jalan sebentar yuk? Kamu kan dinas malam."
"Gak ada sih, tapi kayaknya aku mau ngecek toko ayah dulu, habis tu bisa jalan-jalan."
"Oke aku temani, aku janji akan selalu ada di dekatmu."
"Janji teruuuuuuus, Hayati lelah baaaang." sahut Lea bercanda.
"Ah kamu, dua rius aku niiih....ayo cepat makannya."
"He ehm.."sahut Lea sambil mengunyah makanan nya.
Mereka pun menyelesaikan sarapan paginya.
Selesai sarapan Lea membersihkan bekas makan mereka setelah menyuruh kekasihnya untuk menunggunya di ruang tamu.
Samar-samar ia mendengar kekasihnya berbicara dengan seseorang di telpon genggamnya.
Setelah selesai membersihkan ruang makan, ia ke ruang tamu karena penasaran.
"Bicara dengan siapa mas?"
"Ya?? oh dengan kakakku."
"Kamu tak pernah kenalkan aku dengan saudara-saudara mu mas, hanya orang tuamu saja yang kau kenalkan, memang mereka dimana?"
Mereka di luar pulau jadi belum bisa aku kenalkan padamu, sudah ah ayo siap-siap."
"Iya mas sebentar."
Lea pun masuk kamar dan bersiap-siap, tak berapa lama diapun keluar kamarnya.
Kekasihnya takjub pada penampilan sederhana Lea.
"Ada apa mas? apa penampilanku buruk?"
"Enggak kamu memang cantik alami Lea, mas suka dengan penampilan mu yang apa adanya."
"Terimakasih mas." sahut Lea tersenyum.
Kekasihnya tetap memandangnya tak bergerak.
"Jadi gak mas?"
"Ah iya, aduh....hehehe..." sahutnya sambil garuk-garuk kepalanya yang gak gatal.
Merekapun pergi dengan menaiki mobil menuju toko obat milik ayah Lea.
Setibanya disana Lea langsung turun dan menemui paman Sabri penanggung jawab toko ayahnya, paman Sabri dulunya sopir pribadi ayahnya, kecelakaan itu hanya merenggut nyawa orang tuanya, sedang paman Sabri harus kehilangan sebelah kakinya, istri paman Sabri pun bekerja sebagai Art di rumah mereka, tapi karena Lea hanya sendirian dia rasa tak perlu menggunakan Art, akhirnya paman Sabri dan istrinya dia pekerjakan di toko obat saja.
Toko itu berlantai dua, jadi bagian atas bisa di pakai paman Sabri dan istrinya untuk di jadikan tempat tinggal, jadi mereka bisa membuka toko selama 24 jam.
"Assalamualaikum paman."
"Wa alaikumsalam non Lea."
"Bagaimana kabarnya paman, sehat?"
"Alhamdulillah non, toko juga sangat maju, oh ya non, kemarin ada dokter yang mau bekerja sama, jadi kalau ada resep dari dia kita yang melayani."
"Oh gapapa paman, paman terima saja."
"Kemarin paman juga terima anak SMK untuk praktek di sini non, yah tak mahal sesuai aturan dari sekolah mereka saja."
"Oooh atur lah paman, tak apa kita bantu mereka, kalau bisa uang dari sekolah mereka di pisahkan, nanti kita sumbangkan aja ke panti asuhan."
"Oh iya non, alhamdulilah."
"Bibi mana, paman?"
"Bibi ke pasar belanja kebutuhan bulanan."
"Oh ya udah paman, Lea cuma sebentar mau jalan lagi dengar mas Farhan."
"Iya non, oh ya laporan bulan ini sudah non cek di email kan?"
"Sudah paman, terimakasih, paman atur lagi apa saja yang di butuhkan di toko ya."
"Iya non, ini langsung mau pergi? Gak nunggu bibi dulu?"
"Enggak paman besok saja, Lea kangen masakan bibi, nanti malam Lea dinas malam, nanti pulang dinas Lea mampir kesini."
"Oh iya kalau begitu nanti paman bilang ke bibi buat memasak makanan kesukaanmu."
"Terimakasih paman, Lea pamit, assalamu alaikum."
"Wa alaikumsalam."
Lea pun kembali ke mobil kekasihnya, dan kekasihnya melajukan mobil ke tempat tujuan mereka di pesisir pantai.
Begitu tiba di tempat tujuan kekasihnya memarkirkan mobil di area parkir, mereka berdua pun turun dari mobil dan berjalan ke bawah pohon yang rindang.
"Cuacanya cerah." kata Lea.
"Iya benar, kamu mau minuman dingin?"
"Iya mas."
Kekasihnya pun pergi ke sebuah warung di ujung parkiran, ia berjalan sambil menerima telpon dari seseorang.
Melihatnya Lea hanya mengangkat bahunya saja, walaupun sedang bersama kekasihnya tetap sibuk dengan telpon genggamnya.
Agak lumayan lama menunggu akhirnya kekasihnya kembali.
"Kok lama mas?"
"Itu....nunggu yang jualan nyari uang pecahan, gak ada kembalian katanya."
"Eh celana mu kok beda warna dengan yang tadi?"
"Hah, oh tadi ada anak kecil lari-lari sedang bawa gelas minuman, dia terjatuh nah airnya tumpah mengenai aku, karena warnanya merah jadi aku ganti celana aja, daripada di kira yang enggak-enggak." jawab kekasihnya sambil garuk-garuk kepala.
"Hahahaha....apaan sih.."
"Ya udah aku mau minum, sini minumannya."
Mereka menikmati suasana di bawah pohon itu, kemudian kekasihnya mengajak berjalan pasir, Lea pun menuruti ajakan kekasihnya.
"Kamu cantik Lea, mas suka dengan penampilan mu yang apa adanya."
"Ish mas kan sudah bilang begitu tadi."
"Hahaha, gak puas aku ngomong kayak gitu, kamu memang cantik."
Tak berapa lama berjalan-jalan kekasihnya menerima telpon lagi.
"Sebentar ya."
"Hhmm..."sahut Lea, selalu begitu fikirnya.
"Aku cari toilet dulu ya sayang." kata kekasihnya masih menerima sambungan telpon.
Lea hanya mengangguk.
Tak berapa lama kekasihnya kembali tapi ada yang aneh.
"Kamu ganti celana lagi mas?"
"Hahaha, celanaku kesiram air, keran airnya rusak jadi lah kena celanaku, apes banget ya."
"Kamu selalu begitu, aneh banget."
"Ya namanya juga apes mana bisa di hindari, ayo kita makan siang aku sudah lapar sebentar lagi kita harus kembali, aku takut kamu kurang tenaga nanti pas dinas malam."
"Iya deh, ayo."
Merekapun memilih salah satu warung yang ada di sana, Lea senang karena kekasihnya itu tak pernah memilih-milih kalau makan, padahal ia orang berkecukupan.
Kesederhanaan kekasihnya itu lah yang membuat ia jatuh cinta padanya.
Tiap kali ia menanyakan alasannya selalu di jawab 'makan di manapun yang penting ada kamu'. Bagaimana tidak berbunga-bunga hatinya mendengar kata-kata itu.
Selesai makan siang mereka berdua pun langsung berjalan menuju area parkir, dan menaiki mobil untuk kembali pulang.
Setibanya di rumah Lea, Lea langsung turun dari mobil.
Kekasihnya pun turun sambil membawa kantong kertas dan memberikan nya pada Lea.
"Sayang ini untukmu, terimalah."
"Apa ini mas."
"Nanti kau lihat sendiri, semoga kamu suka."
"Terimakasih mas, mas aku mau istirahat, mas gapapa kan kalau langsung pulang aja? Maaf aku mengusir."
"Haha tak apa sayang, aku pulang ya, kamu cantik hari ini sayang, aku suka dengan penampilanmu yang apa adanya."
"Mas!! kamu sudah bilang tadi!! apa kamu gak bosan selalu mengulang kalimat sampai tiga kali?"
"Ya gapapa supaya kamu gak merubah penampilan mu, hahaha." kata kekasihnya sambil melangkah pergi.
Lea bingung kenapa kekasihnya suka sekali memujinya dengan kalimat yang sama sampai tiga kali, memang dia suka di puji tapi gak berulang-ulang begitu, lama-lama bisa bosan fikirnya.
Mobil kekasihnya pun lama-lama menghilang dari pandangannya.
Ia masuk rumah dan beristirahat mengisi tenaga untuk malam nanti.
Bersambung yaaaa....
Malam tiba Lea bersiap-siap untuk berangkat dinas malam, dia sudah siap dengan sepeda motornya, fikirnya dia tak mungkin selalu minta antar jemput kekasihnya.
Namun begitu hendak mengeluarkan sepedanya dari garasi, terdengar suara klakson mobil.
" Assalamualaikum sayaaaaang... sudah siap? ayo aku antar."
Mendengar suara kekasihnya tak mungkin ia menolak, perhatian yang berlebihan dari kekasihnya sudah menjadi kebiasaan baginya.
Yang ia takutkan adalah dia akan terbiasa dengan perhatian seperti itu dan akan menjadikan dia ketergantungan.
Seperti dulu ketika orang tuanya masih hidup, semua kebutuhannya di penuhi, akhirnya begitu orang tuanya meninggal dia jadi kebingungan bahkan untuk mengurus kebutuhannya sendiri.
Untungnya ada paman Sabri dan bibi Ika, pelan-pelan akhirnya diapun mandiri, saat dia hendak berbelanja kebutuhannya itulah dia bertemu dengan kekasihnya, yang tak sengaja sama-sama mengambil barang yang sama.
Dari pertemuan itu kemudian lanjut berkenalan lebih dekat.
" Ayo sayang kok malah ngelamun?"
" E eh iya mas, tunggu, mau masukin sepeda dulu." kata Lea sudah kadung keluar dari garasinya tadi.
Sepeda sudah masuk garasi, garasi pun ia tutup dan segera menuju mobil kekasihnya.
" Besok pulang di jam yang sama seperti sebelumnya kan?"
" Iya mas, kenapa?"
" Gapapa, besok aku jemput yah, mulai sekarang aku akan ada di samping mu."
" Ih mas ini, nanti aku jadi ketergantungan mas layani terus."
" Ya gapapa kan tergantungnya sama kekasih mu sendiri, aku mau belajar jadi suami SIAGA, SIap Antar JAga....hehe..!"
" Hhhhmmmm, belajar doank, tapi gak ngelamar- ngelamar juga....Ih!"
" Yaaaaa sedang proses....hahaha...."
" Apa yang di proses??"
" Ya pendewasaan diri lah, biar tambah perfect...hohoho...."
" Idih, nanti di balap Valentino Rossi baru tau rasa..."
" Oh tidak bisa....makanya aku jagain terus mulai sekarang!!"
Sambil bercanda yang tak penting tak terasa mobil telah sampai di depan rumah sakit, Lea pun turun dari mobil.
" Aku langsung pulang ya sayang, hati-hati kerjanya, assalamu alaikum."
" Wa alaikumsalam, hati-hati di jalan mas."
Lea melambaikan tangannya kemudian memasuki rumah sakit, di pintu lift temannya sudah menunggu nya.
" Duh tumben dinas malam di antar ayang beb say?"
" Entah mulai sekarang nganter jemput terus katanya." jawab Lea sambil mengangkat bahunya.
" Andai aku belum punya suami pasti aku ngiri banget sama kamu Lea....hahaha."
" Ish gak kebalik, biar si ayang super perhatian kalau gak berani ngelamar sama ja bohong kan?"
Pintu lift pun terbuka dan mereka masuk ke dalamnya untuk naik ke lantai 3.
Pintu lift mau tertutup namun tertahan karena ada yang mau masuk.
Dia adalah si dokter paling populer di rumah sakit.
Lea dan temannya spontan menyapa.
" Selamat malam dokter." sapa keduanya serentak.
" Malam." sahut dokter itu singkat.
Lea yang tipe cuek hanya fokus pada telpon genggamnya.
Sedang Anya melihat sekilas dari pantulan dinding lift kalau dokter Vian sedang memperhatikan Lea dari bayang pantulan lift juga.
Dokter Vian adalah anak dari direktur rumah sakit itu, rumah sakit itu memang didirikan dari kakek buyut dokter Vian, jadi lah rumah sakit di pimpin turun temurun.
Kalau Anya menebak dokter Vian tertarik pada Lea, tapi Lea tak menggubris siapa pun yang mendekatinya di rumah sakit itu.
Sampai di lantai 3, Lea dan Anya keluar dan langsung belok kiri menuju ruangan rawat yang mereka jaga, tak lupa mereka permisi dulu pada dokter Vian ketika keluar lift, sedangkan dokter Vian masih naik ke lantai 5.
" Lea, kamu lihat gak tadi dokter Vian melirik kamu."
" Lihat, tapi biarin aja emang aku siapa?" jawab Lea cuek.
" Ish kamu mah gak asyik." kata Anya.
" Dah ah, kerja....kerja...banyak jadwal suntikan tuh...awas kalau gak tepat waktu nyuntiknya, hati-hati ketuker obatnya."
" Siapa ibu kepala ruangan...hahaha!"
Mereka pun tertawa bareng.
Sebelum memulai pekerjaan mereka, Lea selalu membaca terlebih dahulu buku laporan pasien, ada instruksi bersambung dari perawat yang jaga sebelum mereka, supaya tidak ada kesalahan dalam melanjutkan perawatan.
Telpon genggamnya bergetar, saat kerja ia memang menyetel mode getar pada telpon genggamnya, ada pesan dari kekasihnya.
[ Selamat bekerja sayang.]
[ Iya mas, selamat tidur ya.]
[ Oke, besok aku akan menjemputmu.]
[ Gak usah mas, mas kan harus kerja besok.]
[ Ah bentar doang jemput kamu, pokoknya mulai sekarang aku akan ada di sampingmu.]
[ Mas itu suka banget sih ngulang kata-kata ih , sudah tidur aja mas, aku mau mengecek pasien dulu.]
[ Iya deh, aku tidur ya... assalamualaikum.]
[ Wa alaikumsalam.]
'Aneh tadi kan sudah bilang kalau mau selalu ada di samping ku, lah kok kirim pesan begitu lagi kata-katanya.' bathin Lea.
" Ada apa Lea? Dapat pesan mencurigakan? " tanya Anya karena melihat dari Lea yang mengkerut.
" Enggak, eh menurutmu orang yang suka mengulang kata-kata itu kenapa ya, kok kayak ada kelainan jiwa gitu ya?"
" Lah tu kamu jawab sendiri pertanyaan mu, menurutku juga gitu, siapa memang?"
" Mas Farhan, suka banget mengulang kalimat yang sama sampe 3 kali, hampir di hari yang sama."
" Kok aneh!!?"
" Lha kan, kamu aja aneh apalagi aku yang mendengar langsung."
" Ya sudah ah, aku mau siapin obat suntik dulu, setengah jam lagi ada tiga pasien yang harus di suntik."
" Iya." kata Lea, dia melanjutkan membaca laporan pasien.
Tak lama teman jaga malamnya bertambah lagi datang 2 orang.
"Sorry kami telat, angkot malam ini jarang banget yang lewat, ck makin repot aja."
" Eh kalian kan sejurus dengan rumah ku, ke rumah lah nanti ambil sepeda motorku, pakai aja, aku jarang pake soalnya, kasian dia nganggur gak di ajak jalan-jalan, hehe." kata Lea.
" Serius Lea?"
" Serius banget laaah."
" Aaaaaa....terimakasiiiih." sahut Irma terharu. Irma dan Inggrit ngekost bersama, tempat kostnya masih bersaudara dengan Inggrit walau agak jauh dari rumah sakit tak apa karena merasa aman kalau di tempat saudara sendiri, lumayan juga dapat korting sewa kost-kostan.
" Kalian sudah datang?" tanya Anya pada Irma dan Inggrit.
" Ho oh, biasa masalah angkot, suntikan banyak Nyak?"
" Nyak....nyak....emang aku enyak loe...!!"
" Hehe....jangan sewot to Nyaaaak...."
" Tuh sudah ku aplus obatnya tinggal di suntikan 15 menit lagi, kalian cek buku suntikan dulu biar gak salah coblos."
" Iya Nyaaaaaah...."
" Tadi nyak sekarang nyah, maksooood????"
" Aduh Nyak kalau ngantuk bilang deh, biar gak stress, eh nih ada kuaci enak lho..."
" Kamu kalau ngomong suka banget banting setir gitu ya Ir...ckck...gak takut nabrak?
" Haha, au deh."
Mereka jaga malam sambil bercanda ringan, waktunya menyuntik pasien pun bergantian, untuk menghilangkan rasa ngantuk pun mereka bergantian jaga, walau begadang mereka tetap harus jaga stamina.
***
Pagi harinya rumah sakit kembali sibuk dengan aktivitas pagi hari, Lea pun sibuk menulis laporan pasien untuk dia serahkan nanti ketika aplusan.
Jam jaga malamnya selesai, Lea dan teman-temannya keluar dari ruangan, turun kelantai bawah untuk keluar dari rumah sakit.
Dan kembali lagi di dalam lift mereka berempat bertemu dengan dokter Vian.
" Pagi dokter." sapa ke empatnya.
" Pagi." jawab dokter Vian masuk ke lift dan berdiri membelakangi Lea dan tiga temannya.
Anya penasaran dengan apa yang dia lihat pada malam sebelumnya, dia pun pura-pura menghadap ke lain tapi matanya memperhatikan gerak-gerik dokter Vian.
Terlihat dengan jelas dokter Vian yang memegang telpon genggamnya, sedang mengarahkan kamera telponnya ke Lea dari balik bahunya.
Melihat itu Anya memutar badannya lagu ke arah Lea, dan memberi kode.
Dibalas oleh Lea dengan lirikan kemudian menundukkan wajahnya.
Ting.
Pintu lift terbuka mereka sudah sampai di lantai bawah dan langsung saja berjalan keluar rumah sakit, sedang dokter Vian berjalan belok ke arah IGD sambil memperhatikan kepergian Lea.
Di luar rumah sakit, sudah ada mobil kekasihnya menunggu, Lea pun tersenyum dan langsung menuju mobil lalu masuk.
" Assalamualaikum sayang."
" Wa alaikumsalam mas, sudah standby aja."
" Iya dooong, harus siap antar jaga, pokoknya mulai sekarang aku akan ada di sampingmu."
" Maaaas....ih."
Kata itu lagi yang di ucapkan oleh kekasihnya, entah kenapa 1 bulan ini kekasihnya selalu mengulang kata-kata nya, membuat Lea jadi risih.
Kekasihnya hanya tersenyum dan melajukan mobilnya.
" Kamu sudah sarapan? Mau sarapan dimana aku antarkan."
" Aku janji sama bibi Ika mau sarapan di toko, bibi sudah bilang kalau bibi sudah masak, kasian kalau aku gak datang."
" Oh iya aku lupa, kamu janjian kemarin, ya udah aku antar kesana, tapi aku gak bisa nungguin kamu sayang, aku harus pergi, sudah ada janji."
" Iya mas, nanti aku pulang di antar paman Sabri, ada yang mau paman ambil di rumahku."
" Baiklah."
Tak berselang lama, mobil sampai di toko obat milik Lea.
" Aku langsung pergi ya sayang." kata kekasihnya setelah membukakan pintu mobil untuk Lea.
" Iya mas hati-hati."
" Iya, assalamu alaikum."
" Wa alaikumsalam." Kekasihnya pun melajukan mobil meninggalkannya.
Lea menghela nafas melihat mobil kekasihnya menjauh.
Entah kenapa dia masih kefikiran kata-kata kekasihnya yang selalu di ulang-ulang.
" Kenapa masih berdiri di situ non?" tanya bibi Ika.
" Eh bibi, enggak....gak ada apa-apa." Lea pun berjalan menyusul mantan artnya itu.
" Waaaah kelihatannya enak semua niiiih, bi anak-anak SMK ajak makan sekalian ya." kata Lea melihat banyaknya masakan yang di sajikan dan semua makanan favoritnya.
" Iya non sebentar bibi panggil."
Tak lama bibi Ika datang bersama dua anak-anak SMK yang menjaga toko pada malam hari.
" Kalian temani aku makan ya dik." ajak Lea.
" Iya kak, terimakasih."
" Mana paman bi?"
" Paman mengantar obat ke dokter Rita, di butuhkan cepat katanya, paman udah sarapan kok, ini semua buat non."
" Ih bibi ah selalu begitu, tetap harus utamakan paman dong bi.."
"Iya non, sudah tadi."
" Adik-adik yang jaga giliran pagi kemana? Gak di ajak?"
" Gantian katanya non, mereka soalnya sudah pada sarapan di rumah tadi, jadi gak seberapa lapar."
" Oooh ya udah, yuk dik kita makan, bibi ayo..."
" Iya..."
" Iya kak." kata anak-anak SMK serentak.
Mereka pun sarapan tanpa ada yang berkata-kata.
Selesai sarapan Lea hendak membantu membersihkan meja namun di larang oleh bi Ika.
Lea pun pergi ke depan untuk melihat pekerjaan anak-anak SMK.
" Kalian kelas berapa?"
" Kelas dua kak."
" Oooh, belajar yang rajin yah."
" Iya kak, terimakasih."
" Kak kami pamit pulang ya, takut ngantuk di jalan." kata yang habis jaga malam di tokonya.
" Oh iya, pulang lah, hati-hati ya."
" Iya kak, assalamu alaikum."
" Wa alaikumsalam."
Tak berapa lama, paman Sabri pun datang.
" Assalamualaikum."
" Wa alaikumsalam."
" Sudah lama non?"
" Gak juga paman, dari sebelum sarapan tadi, maaf paman bisa langsung antar Lea pulang gak, dah mulai ngantuk nih, mau ganti baju juga, bau alkohol bajuku."
" Iya sudah paman antarkan, buuu....aku antar pulang non Lea dulu ya." kata paman Sabri sambil pamit pada isterinya.
" Iya pak, hati-hati."
" Lea pamit bi, makasih sarapannya assalamu alaikum."
"Iya non, sama-sama, wa alaikumsalam."
Lea menaiki mobil miliknya yang memang dia titipkan pada paman Sabri untuk membantu paman Sabri mengantar pesanan obat dari para dokter klinik relasi ayahnya dulu.
Paman Sabri pun naik mobil dan mulai melajukan mobilnya ke rumah majikannya.
" Paman Lea mau tanya." sambil menikmati perjalanan.
" Apa itu non?"
" Menurut paman aneh gak kalau orang suka mengulang-ulang kalimat dalam 1 hari?"
" Seperti apa itu?"
" Mas Farhan suka sekali mengulang kata-kata nya sampai 3 kali, contohnya tadi malam dan pagi tadi, walaupun waktunya berbeda tapi aku jadi risih karena kalimatnya itu lagi dan sama persis."
" Ah paman jadi ingat almarhum ayah bunda non, seolah-olah mau pamitan gitu, selalu mengulang perintahnya dan berulang kali berpesan agar paman tidak meninggalkan non walau apapun yang terjadi."
" Hah??! nauzubillah...ya Allah jangan sampai." sahut Lean sambil membelai dadanya yang tiba-tiba sesak.
" Berdo'a saja non, semua sehat-sehat gak kurang satu apapun."
" Aaamiiin."
Tak lama ngobrol tibalah mereka di rumah Lea.
" Paman jadi bawa printer nya sekarang?"
" Iya non, printer di toko sudah paman bawa ke tukang servis soalnya."
" Ya paman, paman ambil lah di ruang kerja ayah.
" Iya non."
Mereka berdua keluar dari mobil, dan masuk ke dalam rumah.
Tak lama paman Sabri keluar rumah lagi dengan membawa printer bekas almarhum dulu.
Paman Sabri pun berpamitan pada Lea kembali pulang ke toko.
Lea masuk rumah dan mengunci pintunya, karena lelah dan mengantuk dia pun segera membersihkan diri dam berganti pakaian, lalu rebahan.
Terbayang apa yang di katakan paman Sabri tadi, tiba-tiba airmata nya meleleh, tak bisa ia bayangkan andai oran yang dia sayangi pergi meninggalkan lagi, lama kelamaan Lea pun tertidur.
Bersambung lagi yaaaa....
Adzan Dzuhur berkumandang, Lea terbangun dari tidurnya.
Dia pun segera menunaikan kewajibannya.
Selesai sholat, dia raih telpon genggamnya yang ia senyapkan dari tadi.
Ada pesan dari kekasihnya mengatakan ingin mengajaknya makan malam di luar, Lea pun langsung membalas pesan itu.
[ Wa alaikumsalam salam, maaf aku gak bisa makan malam mas, kemarin saja aku nekat makan malam karena telat makan sore, perut jadi gak enak.]
Ada pesan dari Irma, mengatakan kalau dia dan Inggrit akan ke rumahnya nanti sore untuk mengambil sepeda motor milik Lea.
Lea pun mengiyakan lewat membalas pesan temannya itu.
Lea keluar kamarnya dan berniat ingin membersihkan rumah sambil mencuci baju dinasnya di mesin cuci.
Teringat pesan ibunya, ' Biasakan mengerjakan dua kerjaan sekaligus, jadi cepat selesai, karena memakai mesin cuci jadi gak harus di tungguin mesinnya sampai selesai, bisa sambil kerjakan yang lain seperti menyapu, mengepel, memasak.'
Lea tersenyum mengingat nya, sekarang dia tau manfaat nasehat almarhumah, walaupun ada art orang tuanya membiasakannya untuk mandiri.
Sebenarnya Lea punya kakak kandung, dia bekerja sebagai pilot, tapi sayang, kecelakaan pesawat menewaskan nya ,dan meninggalkan istri dan seorang anak.
Sampai sekarang hubungan Lea dan mantan kakak iparnya tetap baik, tapi karena tinggalnya berjauhan jadi mereka jarang bertemu.
Hanya ketika Lea dapat cuti baru ia berkunjung ke tempat kakak iparnya itu, biar berasa mudik katanya.
Kakak iparnya pun senang dengan kunjungan Lea.
Kakak iparnya tak mau menikah lagi dan memilih menetap di desa, Ridho anaknya berumur 6 tahun, tapi memilih menuntut ilmu di pesantren, kebetulan kakak ipar Lea mengajar bahasa Inggris di pesantren itu sebagai guru lepas.
Wajah Ridho yang sangat mirip almarhum kakaknya lah yang menjadikan Lea bisa melepas rindunya pada almarhum kakaknya.
Lea mengenang semua anggota keluarganya baik yang masih hidup maupun yang sudah meninggal, sambil mengerjakan pekerjaan rumah nya. adzan Ashar berkumandang, dia lepaskan semua pekerjaannya untuk menunaikan kewajibannya.
Selesai sholat kembali telpon genggamnya berbunyi.
Ada pesan dari Irma kalau mereka segera datang.
Lea menyiapkan meja makan, ada beberapa masakan yang tadi ia masak, rencananya ia mau makan bersama temannya, bukan kebiasaan menunda makan siang, tapi karena dia terbiasa makan hanya dua kali sehari, jadi lah makan siang dia geser ke sore hari, agar malam dia tidak makan lagi.
Bukan karena kekurangan uang tapi karena dia akan bermasalah dengan perutnya kalau makan lebih dari dua kali, dan itu terjadi sejak dia bayi, hingga dewasa dia tak berani makan tiga kali sehari.
Selesai menyiapkan makanan, tak lama datang teman-temannya.
Teeeet....teeeeet, suara bel di pencet.
Lea pun berlari keluar dan membuka pagar.
" Assalamualaikum. "
" Wa alaikumsalam. "
" Aduh kamu Lea mau dimana pun kondisi apapun, tetep syantik."
" Iya iri aku jadinya." tambah Inggrit, sambil memelototi penampilan Lea.
Padahal tampilan Lea hanya menggunakan jilbab instan.
" Syantik kayak emak-emak maksudnya? Jilbab ibuku memang ini, hahaha, ayo masuk, aku dah siapin makan sore."
"Hahaha.....masih tetap ya Lea kebiasaan mu?"
" Ya daripada masuk rumah sakit bukan karena dinas tapi malah opname akibat perutku error."
Mereka berbincang sambil berjalan ke ruang makan.
" Rumah sebesar ini kamu tinggali sendirian, kamu gak takut Lea?"
" Alhamdulillah enggak, habis kalian aku tawarin tinggal di sini pada gak mau." jawab Lea sambil cemberut.
" Maaaaaaf....kamu tau kan ortunya Inggrit koooooloooooot." kata Irma sambil memonyongkan mulutnya.
" Biyuh mulut Ir....ada karet gak Lea?"
" Haha....gak bisa makan nanti dia, ayo cepat makan aku sudah lapar." kata Lea.
Ke tiga sahabat itu pun makan bersama.
Mereka bertiga memang lulus di tahun yang sama namun di Akademi Perawat yang berbeda, mereka bertemu di rumah sakit tempat mereka bekerja dan menjadi akrab karena sering dinas di hari yang sama.
Selesai makan, mereka saling bantu membersihkan meja dan peralatan makan sambil bercengkrama.
" Lea kami langsung pergi ya, mau beli kebutuhan bulanan dulu soalnya ntar keburu magrib."
" Iya Ir, itu kunci sama STNK ada di bufet tv, bentar aku bukain garasi." kata Lea sambil mengantarkan temannya ke depan rumah,
" Makasih Lea, masakan mu enak, dah siap banget kamu untuk punya suami, hehe." puji Inggrit.
" Ah kalau masak sih aku sudah bisa sejak SMP....cuma belum pandai hehe."
" Yuk Lea kami langsung cabut ya, hati-hati di rumah, assalamu alaikum."
" Iya kalian hati-hati di jalan, ketemu lagi dinas besok, wa alaikumsalam."
Lea masuk tak lupa mengunci pagar dan ketika hendak masuk rumah tetangga sebelah kiri nya memanggilnya.
"Lea...!"
" Iya mba Aisyah?"
" Sini sebentar mba mau tanya."
" Ada apa mba?" tanya Lea sambil mendekati pagar pembatas rumahnya dengan tetangga sebelah.
" Aku tadi pagi lihat pacar mu si Farhan ketika kerumah sakit kontrol anak ku, sakit apa dia ya?"
Deg.....
" Enggak itu mba, tadi pagi dia jemput aku dia baik-baik saja." Lea mencoba terlihat tenang walaupun dia kaget.
" Ooh, mungkin dia mengantarkan keluarganya kali ya?"
" Bisa jadi mba, soalnya dia tadi bilang ada janji, gitu aja siiih."
"Oh ya sudah Lea, mba cuma tanya itu aja."
" Iya mba, bagaimana perkembangan adik Hanif mba?"
" Ya gitu Lea masih harus rutin kontrol dan berobat."
" Semoga cepat sembuh adik Hanif mba."
"Aamiin."
" Lea masuk ke dalam dulu ya mba."
" Iya Lea."
Lea masuk ke dalam rumahnya dan mengunci pintu.
' Mas Farhan ke rumah sakit khusus jantung? Siapa yang sakit? ya Allah kenapa aku jadi khawatir, tapi kalau aku tanyakan padanya langsung pasti gak ngaku, apa aku harus selidiki ya, hhhmmm siapa temanku yang kerja di rumah sakit itu ya?' fikir Lea.
Dia pun menanyakan pada teman-teman apakah ada yang berdinas di rumah sakit itu.
Ada balasan dari grup, ada satu temannya yang bekerja di sana, tapi sekarang masih cuti.
Lea akhirnya menunggu info dari temannya saja siapa tau ada yang tahu pasien-pasien di sana.
Adzan magrib berkumandang, Lea pun menyegerakan kewajibannya.
Selesai sholat ia cek telpon genggamnya, ada pesan dari kekasihnya.
[ Maaf baru balas, aku masih di luar tadi, ada kesibukan.]
[ Oh aku lupa kalau kamu tak pernah makan malam karena perutmu gampang error.]
[ Terus gimana nih aku ingin jalan sama kamu]
Lea pun membalas pesan dari kekasihnya itu.
[ Sebaiknya kita istirahat aja mas, malam ini hawanya dingin banget.] di baca....mengetik...
[ Yaaaaah, aku kan ingin bersama mu terus sayang.]
[ Kan besok bisa ketemu lagi mas.]
[ Iya deh, aku mau makan malam dulu ya.]
[ Iya mas.]
Lea menutup telpon genggamnya sambil menghela nafas, dan berharap semoga tidak terjadi apa-apa yang tidak ia inginkan.
Lea mengecek lagi bagian dalam rumahnya yang mungkin terlewat saat ia merapikannya, merasa semua pekerjaan dalam rumah sudah selesai ia pun lega, setidak nya tidak ada pekerjaan yang menumpuk fikirnya.
Sembari menunggu waktu sholat Isya dia duduk dan membuka kitab suci lalu membacanya.
Kegundahan di hati bisa ia reda kan dengan membaca Kalam Allah, walau tak terdengar dengan jelas namun sayup suara Lea di dengarkan oleh tetangganya.
" Suara Lea sedang mengaji." kata pak Rahmat tetangga sebelah kanan rumah Lea yang kebetulan ketua RT.
" Merdunya suara Lea." kata mba Aisyah tetangga sebelah kiri rumah Lea.
Mba Aisyah sebenarnya tau persis siapa yang sakit saat dia ke rumah sakit untuk kontrol rutin anaknya, tapi karena tak ingin menjadi penyebab ke khawatiran untuk Lea jadi ia tak ingin menyampaikannya langsung.
Selesai membaca kitab suci, dan sudah saatnya sholat Isya, Lea langsung melaksanakan kewajiban nya.
Karena masih belum ngantuk, Lea pergi ke ruang keluarga, duduk di sofa malas dan menyetel televisi.
Dia menonton berita seorang artis yang meninggal karena serangan jantung.
Deg....
Tiba-tiba ada rasa nyeri di dadanya melihat berita itu, kembali dia menghela nafas dan berdo'a dalam hati agar orang yang dia kasihi sehat-sehat selalu.
Jenuh dengan berita-berita para artis Lea memutuskan untuk pergi keruang kerja almarhum ayahnya.
Menghilangkan rasa rindu pada orangtuanya, sering kali dia lakukan dengan membuka-buka lagi buku-buku koleksi ayahnya.
Lelah membaca beberapa buku, Lea pun pergi ke kamar tidur untuk beristirahat, besok ia dinas pagi jadi harus kembali menyiapkan tenaganya lagi.
Sebelum tidur dia membaca beberapa surat pendek dan do'a mau tidur, agar tidurnya lelap.
***
Adzan subuh berkumandang mata Lea seakan seperti di setel untuk terbuka, ia hendak melaksanakan kewajiban nya namun iya merasakan nyeri di bagian bawah perutnya.
' Hhhhmmmm....tamu bulanan datang.' bathinnya.
Ia tetap bangun dan pergi ke kamar mandi, walau tak bisa sholat namun ia tetap membiasakan untuk mandi subuh, karena ia harus segera memakai pembalut, selesai mandi dan berganti pakaian, ia ke pergi ke dapur untuk mengambil air panas dari dispenser di masukkan ke dalam botol dan sambil duduk ia mengompres perutnya untuk mengurangi rasa nyeri.
Lea tak bisa minum obat pengurang rasa nyeri karena ia belum sarapan.
Rasa nyeri sudah mulai berkurang, dia berdiri dan menyiapkan sarapannya, terpaksa sarapan cepat karena ia ingin minum obat.
Jam 6 30, kekasihnya datang menjemputnya.
" Assalamualaikum."
" Wa alaikumsalam." Lea keluar dan membuka pagar.
" Kamu belum siap?"
" Sebentar mas, Lea ganti baju dulu."
Keduanya pun berjalan ke arah rumah.
" Kamu siap-siaplah aku tunggu di sini." kata kekasihnya sambil duduk di kursi teras.
" Iya mas."
Selama menjalin hubungan, kekasihnya memang hampir tak pernah masuk rumah dengan kondisi hanya berduaan saja, ia menghargai kehormatan Lea, menjaga nya jadi fitnah yang tak di inginkan, tetangga kiri dan kanan Lea pun senang dengan sikap kekasihnya itu, mereka tidak khawatir apabila kekasih Lea itu datang untuk menjemput Lea.
Lea sudah selesai berpakaian dinas nya, lalu keluar rumah dan menguncinya, kekasihnya pun berdiri dan mereka berjalan menuju mobil.
" Berangkat kerja Lea?" sapa bu Rahmi istri dari pak Rahmat.
" Oh enggeh bu, Lea berangkat dulu ya bu."
" Iya hati-hati ya."
" Enggeh bu, terimakasih."
" Assalamualaikum."
" Wa alaikumsalam."
Lea menaiki mobil dan kekasihnya pun melajukan mobilnya menuju rumah sakit tempat Lea bekerja.
Setibanya di rumah sakit, Lea turun dari mobil dan kekasihnya langsung pamit pergi.
Lea masuk rumah sakit dan menunggu di depan pintu lift yang belum terbuka.
Irma dan Inggrit pun tak lama tiba dan ikut berdiri di samping Lea.
" Hihihi.." Irma ketawa nyengir
" Kenapa kamu ketawa ?"
" Kami gak telat lagi, berkat sepeda motor pinjaman...hihi...."
" Hahaha, aku fikir apaan.." sahut Lea sambil menggeleng.
Tak lama lift terbuka dan mereka pun masuk, ketika masuk lift dokter Vian hendak keluar dari lift dengan terburu-buru jadi lah bahunya menyenggol bahu Lea tak sengaja dan lumayan keras benturannya, sehingga Lea agak terdorong mundur namun sigap dokter Vian menangkap nya agar tak jatuh ke belakang.
" Aduh..." Lea meringis kesakitan.
" Kamu gapapa? maaf saya buru-buru."
" Gapapa dokter, permisi dok." Lea pun segera masuk lift.
Dokter Vian hanya memandang sampai pintu lift tertutup.
" Dokter....!!!" teriak perawat yang jaga di IGD.
" I iya sebentar." sahut dokter Vian segera berjalan ke IGD.
Di dalam lift Lea masih mengelus bahunya.
" Weeeeeew bahumu sudah tidak perawan...!!" seru Inggrit yang suka pakai bahasa usilnya.
" Kamu yaaaa!! Ish !!" sahut Lea.
" Hihihi." Irma malah menertawakan kedua temannya.
Lift sudah sampai di lantai 3, mereka keluar dan menuju ruang rawat tempat mereka bekerja.
Kembali bekerja sampai jam 14.30, waktunya pergantian jam kerja dengan perawat yang dinas sore.
Lea dan tiga temannya pun segera meninggalkan rumah sakit untuk pulang.
Begitu sampai di lantai bawah Lea dan teman-temannya di panggil perawat IGD untuk di mintai tolong merujuk pasien jantung ke rumah sakit khusus jantung, karena di IGD banyak pasien yang tidak bisa mereka tinggalkan.
Anya tidak bisa karena dia sedang hamil muda takut terlalu lelah.
Inggrit dan Irma pun tak bisa karena ada acara keluarga yang tak mungkin mereka batalkan.
Akhirnya Lea bersedia membantu.
' Bisa sekalian mencari info di sana nanti' fikirnya.
Akhirnya Lea ikut masuk ke mobil ambulans untuk merujuk pasien tersebut.
Diperjalanan dia mengabari kekasihnya untuk tak usah menjemputnya karena dia di suruh merujuk pasien hanya saja dia tak bilang mau ke rumah sakit mana.
Kekasihnya pun paham, dan tak jadi menjemputnya.
Setiba di rumah sakit khusus jantung, Lea menyerahkan pasien mengurus segala sesuatunya, sudah selesai sopir ambulans menawarkan untuk mengantar Lea pulang namun Lea tolak, dengan alasan ingin mencari temannya yang dinas di rumah sakit itu.
Sopir ambulans itu pun mengerti dan meninggalkan Lea di rumah sakit itu, kemudian kembali ke rumah sakit mereka.
Sementara Lea diam dan berfikir dimana dia bisa mencari informasi yang ia butuhkan.
Tanpa sengaja dia melihat seorang yang mirip kekasihnya sedang duduk di depan ruangan seorang dokter.
Lea pun duduk agak jauh tapi masih bisa melihat ke arah orang yang mirip kekasihnya itu.
' Mas Farhan ternyata di sini? aku tunggu saja dulu.'
Asyik memperhatikan orang yang ia kira kekasihnya, tak lama orang itu di panggil masuk, tapi Lea kurang jelas namanya.
' Tunggu siapa tadi namanya? apa aku yang kurang jelas mendengar, ah kejauhan duduknya.' fikirnya.
Karena dia menggunakan baju dinas ia jadi pusat perhatian orang-orang yang lewat terutama perawat disana, sadar kalau dia di perhatikan oleh orang-orang, Lea memutuskan untuk keluar dari rumah sakit itu.
' Ck salah baju aku, kenapa tadi gak pake jaket ya, duh hilang deh kesempatan mencari info kali ini, nanti saja lagi ah.' bathinnya.
Lea pun akhirnya memutuskan untuk pulang saja.
Bersambung lagi yaaaa....
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!