"Veeeeelllll... ck..kemana saja anak badung ini," kesal seorang wanita paruh baya yang melihat tokonya tak dijaga oleh siapapun.
"VELVEEEEETTTTTT....!!!" teriak kembali wanita itu.
"YAAAAA....... I'M COMIIIINGGGGGG," teriak Velvet dari arah luar.
Velvet terlihat masuk dengan nafas ngos ngosan karena tadi berlari dari luar.
"Dari mana saja kau???!!! Apa kau ingin kupecat???" teriak wanita pemilik toko itu.
"Sorry aunty Heidi. Ada hal yang harus kuselesaikan diluar barusan..dan ini demi keberlangsungan toko aunty," jawab Velvet santai.
"Apa maksudmu?" tanya Heidi dengan wajah yang masih kesal.
"Anak Paman Wallie baru saja lewat..aku meminta dia membayar hutang ayahnya," jawab Velvet yang menuju meja belakang kasir.
"Apa dia membayar?" tanya Heidi.
"Tentu saja, jika tidak, akan kupatahkan hidungnya," jawab Velvet dan menunjukkan uangnya sembari memamerkan senyum cantiknya.
"Good job. Kau akan mendapatkan kenaikan gaji bulan ini," kata Heidi dan menuju ke atas toko lagi dimana dia tinggal disana.
Heidi memang terkenal galak. Maka dari itu, hanya Velvet yang sanggup kerja lumayan lama dengannya.
Velvet suka bekerja dengan Heidi karena dia sangat disiplin dan tegas. Heidi bahkan mendukung Velvet menghajar pelanggan tokonya jika berbuat onar atau tak membayar hutang pada Heidi.
Heidi tak punya keluarga dan hidup sendirian sejak suami dan anaknya meninggal karena kecelakaan 10 tahun yang lalu.
Meskipun galak, tetapi Heidi sangat menjaga Velvet yang masih remaja itu.
Velvet hanya bekerja di siang hari sesudah pulang dari sekolahnya.
Velvet bukanlah dari keluarga tidak mampu, tetapi dia justru dari keluarga yang sangat berkecukupan dan ayahnya termasuk orang yang kaya raya.
Tetapi, Velvet hanya terlahir dari istri kedua ayahnya yang membuatnya tak pernah merasakan kasih sayang dari keluarga besar ayahnya.
Ibu Velvet adalah sekretaris ayahnya dulu. Mereka terlibat dalam hubungan singkat terlarang hingga ibu Velvet hamil dan mau tidak mau, ayahnya harus bertanggung jawab kepada ibunya meskipun itu ditentang oleh keluarga besar ayahnya.
Hubungan Velvet dan ayahnya renggang tetapi tidaklah terlalu buruk karena ayahnya masih memperhatikan dan menyayangi Velvet meskipun itu dilakukannya dari jarah jauh.
Setahun yang lalu, istri pertama ayahnya meninggal dan kini ayahnya tinggal sendiri di usia tuanya yang kini genap 60 tahun.
Sedangkan ibu Velvet sudah menikah lagi dengan laki laki biasa saja tetapi sangat menyayangi ibunya. Ibu Velvet masih terbilang sangat muda karena usianya baru 40 tahun.
Kebutuhan Velvet sangat terpenuhi dari segi materi. Ayahnya selalu menyekolahkannya di sekolah yang terbaik dan Velvet mendapatkan uang bulanan yang besar dari ayahnya.
Bekerja di toko milik Heidi membuatnya senang karena dia hanya anak tunggal yang kesepian.
Ibunya masih aktif bekerja di salah satu perusahaan yang cukup besar begitu juga dengan ayah tirinya.
Velvet akan pulang kerumahnya jika sudah menjelang malam. Heidi akan menutup tokonya jika Velvet sudah pulang.
Heidi tak pernah keluar dari rukonya. Dia bahkan tak pernah keluar ke halaman tokonya.
Semua urusan luarnya di tangani oleh asistennya yang bernama tuan Norman dan juga Velvet.
Velvet sedikit heran dengan hal itu karena Heidi memiliki asisten yang terbilang cukup mapan karena Norman memiliki rumah dan mobil yang lumayan bagus.
Berbeda dengan Heidi yang rukonya sangat sederhana begitu juga dengan gaya hidupnya.
"Aunty, aku pulang," teriak Velvet dari bawah tangga.
"Ya, tunggu dulu," jawab Heidi dari atas.
5 menit kemudian, Heidi turun dan berjalan dibelakang Velvet.
"Apakah besok aunty ingin titip makanan lagi?" tanya Velvet.
"Hmm, terserah kau saja," jawab Heidi dengan nada datarnya seperti biasa.
"Baiklah..bye auntyyyy... have a sweet dream," teriak Velvet.
"Kenapa kau teriak teriak? aku didepanmu Vel," ketus Heidi.
Velvet tertawa dan segera pergi dari sana lalu melambaikan tangannya pada Heidi.
Heidi segera menutup tokoknya lalu menguncinya dari dalam kemudian naik ke atas kamarnya.
Velvet (rambutnya masih coklat yaa..ini versi remaja)
FOLLOW IG AUTHOR @ZARIN.VIOLETTA
JANGAN LUPA LIKE KOMEN VITE FAVORIT DAN HADIAH YAA❤❤❤
"Kau sudah menghubungi orang tuanya?" tanya seorang polisi pada temannya.
"Sudah, tuan Rey akan kemari sebentar lagi," jawab polisi itu.
"Kenapa dia selalu membuat masalah? Dan selalu keluar dengan mudahnya..dasar anak orang kaya," gumam polisi itu dengan suara pelan.
"Aku mendengarmu paman, bagaimana dia? Apakah masih di rumah sakit?" tanya Damon sembari tertawa pelan.
"Ya, tubuhnya penuh luka karena kau menyeretnya dengan motormu," jawab polisi itu.
Damon berdiri dan menuju teralis besi dimana dia dipenjara di balik sana.
"Dia pantas menerimanya, seharusnya aku melemparnya ke sungai dari jembatan itu, tapi kalian datang terlebih dulu," kata Damon.
"Seharusnya kau melaporkannya pada kami, kau cukup fokus pada kuliahmu saja anak muda, jangan berbuat seenaknya seperti itu. Kau membuat kegaduhan antar gengmu dan gengnya," ucap polisi itu.
"Mereka tak akan menang melawanku karena aku adalah Damon Riley Robert," kata Damon tersenyum.
Satu jam kemudian, Rey, daddy Damon tampak masuk ke ruangan kantor polisi dimana Damon di penjara disana.
Rey datang bersama pengacaranya seperti biasa.
"Lepaskan dia," kata Rey datar.
Setelah membaca berkas yang diberikan pengacara Rey, polisi membebaskan Damon.
"Thanks dad," kata Damon dan kemudian pergi bersama Rey keluar dari kantor polisi.
Sedangkan pengacaranya masih disana karena mengurusi berkas Damon dan beberapa temannya yang lain yang terlibat dalam kasua ini.
Damon menyetir mobil Rey, sedangkan Rey duduk di bangku penumpang.
"Bagaimana kuliahmu, son?" tanya Rey santai.
Rey tak pernah memarahi Damon karena dia sangat mempercayai sang putra yang mempunyai alasan yang kuat mengapa melakukan hal itu.
Berbeda dengan sang mommy, Galy, yang semakin pusing denga kelakuan brutal Damon.
"Nilai kuliahku selalu bagus dad, jangan khawatir," jawab Damon.
"Good job, lain kali lakukan dengan bersih tanpa campur tangan polisi, hingga kau tak perlu bermasalah dengan mereka," kata Rey.
"Yes dad," jawab Damon.
"Kau sudah menyiapkan semua persyaratanmu untuk ke Oxford?" tanya Rey.
"Ya, aku sudah menyiapkannya sejak lama bersama Dillon juga," jawab Damon.
"Dillon akan pulang dari Boston besok.. jadi kau jangan kemana mana dulu," kata Rey.
Dillon dan Damon berkuliah di universitas yang berbeda. Dillon kuliah di Harvard University sedangkan Damon kuliah di Stanford University.
Damon memilih di Stanford karena dia memiliki banyak teman disana. Galy dan Rey juga sudah lama menetap di California sejak Damon dan Dillon masih dibangku sekolah Senior high school.
"Oke dad," jawab Damon.
Lalu merekapun tiba di mansion. Begitu masuk ke mansion, Damon sudah dicegat oleh Galy di pintu masuk.
"Apa lagi ini?" tanya Galy melipat tangannya di depan dada dengan tatapan mata hijaunya yang tajam.
"Come on mom, aku hanya ingin menikmati masa mudaku saja," jawab Damon dan mencium kedua pipi Galy.
"Sudahlah baby, ayo kita ke kamar saja," Rey menarik tangan Galy menuju ke kamar.
"Thanks dad," teriak Damon yang sudah berlari naik tangga.
"Kau terlalu memanjakannya, Rey. Dia akan semakin brutal jika kau selalu membelanya seperti itu," marah Galy pada Rey.
"Dia sudah mengerti apa yang dilakukannya, baby. Damon akan bertindak jika dia di pihak yang benar, dan aku percaya padanya. Aku sangat mengenalnya, sayang, tenanglah," jawab Rey dan membuka kemejanya.
"Kau tak melayaniku?" tanya Rey merentangkan tangannya tanda bahwa dirinya ingin bajunya dilepaskan oleh sang istri.
"Ck, kalian sama sama menyebalkan, mudah mudahan Dillon tak mengikuti jejak gila kakaknya", kata Galy pasrah senbari melepas kancing kemeja Rey.
"Kurasa Thea punya bakat soperti Damon. Bukankah kau sudah kewalahan menanganinya?" Rey tertawa pelan dan kemudian mengecup bibir Galy.
"Huuuuffftttt," Galy mendengus pasrah.
JANGAN LUPA LIKE KOMEN VOTE FAVORIT DAN HADIAH YAA❤❤❤
Velvet menuju ke sebuah restoran cepat saji sebelum dia pulang ke rumahnya. Ibunya tak pernah memasak karena terlalu sibuk bekerja. Biasanya ibunya akan makan malam bersama ayah tirinya di luar karena kantor mereka berdekatan.
Ibunya menikah dengan ayah tirinya 2 tahun yang lalu. Dan Velvet menyetujui hal itu karena menurutnya, ibunya berhak untuk bahagia. Meskipun hubungannya dengan ayah tirinya tak terlalu dekat.
Velvet menikmati makanannya sembari melihat keluar jendela melihat lalu lalang orang yang lewat di depan restoran.
Tak lama kemudian, segerombolan motor besar nan mewah tampak berhenti di depan restoran.
Velvet menyantap burgernya sambil melihat pria pria tampan yang turun dari motor besarnya dan itu sedikit membuat matanya segar.
Karena dibalik Jendela itu hanya Velvet yang terlihat, membuat beberapa pria itu melihat ke arah Velvet dan melambai padanya.
Velvet tak menunduk malu, dia justru melihat ke arah segerombolan pria tampan itu dengan tetap mengunyah burgernya.
Lalu segerombolan yang sekitar ada 10 pria itu masuk ke dalam restoran dan seketika membuat restoran kecil itu menjadi penuh.
"Dimana Damon?" tanya salah satu pria.
"Ada Dillon datang, jadi dia tak bisa ikut bersama kita," jawab pria lainnya sambil menghisap rokoknya.
Velvet merasa teeganggu dengan asap rokok itu karena disana adalah ruangan ber AC.
"Maaf, bisakah kau mematikan rokokmu? ini ruangan berAC kalau kau lupa," kata Velvet dengan mulut yang masih penuh dengan rotinya.
Tak pelak, hal itu membuat 10 pria menoleh ke arah gadis muda yang cantik itu.
"Ah maaf sayang, kau terganggu dengan hal ini ya?" jawab pria yang memegang rokok itu dan segera mematikannya.
"Thank you," senyum Velvet.
"Oh God, aku meleleh melihat senyummu," kata pria yang lainnya yang disambut tawa oleh teman temannya.
Velvet hanya mengedikkan bahunya cuek dan kembali melihat ke arah luar. Dia sudah terbiasa dengan situasi seperti itu.
Lalu salah satu pria tampak menghampiri Velvet dan duduk di sebelahnya.
"Hai, aku Francis. Bolehkah aku mengenalmu?" tanya pria bernama Francis itu.
Velvet mengangguk dan meminum minuman sodanya.
"Aku Velvet," jawab Velvet.
"Nama yang unik dan cantik secantik orangnya," kata Francis menggombal.
"Hei, jenalkan kami juga , Fran," panggil temannya di belakang.
"Kau mau berkenalan dengan teman temanku, gadis cantik?" tanya Francis.
"Hmm," jawab Velvet dan menoleh ke belakang.
Lalu Francis mengenalkan satu persatu temannya pada Velvet. Dan Velvet hanya mengangguk saja.
"Aku bisa mengantarmu pulang jika kau mau," kata Francis.
"Tidak perlu," jawab Velvet santai dan menuju kasir karena akan membeli roti untuk ibu dan ayah tirinya.
Ketika akan menuju meja kasir yang letaknya dekat pintu masuk, tubuh kecilnya tiba tiba ditabrak oleh seorang pria jangkung yang baru masuk. Dan itu membuat Velvet terjengkang ke belakang.
"Sorry..aku tak melihatmu," kata pria itu dengan suara bassnya dan mengulurkan tangannya untuk membantu Velvet berdiri.
"Damon?? kukira kau tak datang," kata Midas, salah satu pria yang berkenalan dengan Velvet tadi.
"Hmm, Dillon tak jadi datang hari ini," jawab Damon dan tetap melihat ke arah Velvet yang berdiri sendiri tanpa menyambut uluran tangan Damon.
"Ck, seharusnya kau membuka kaca mata hitammu dulu sebelum masuk ke dalam," kesal Velvet.
"Aku sudah minta maaf bukan?" kata Damon.
"Kau membuat bokongku sakit," kata Velvet memegang bokongnya.
Damon membuka kacamatanya dan melihat Velvet.
"Apakah aku perlu memijatnya agar tak sakit lagi?" goda Damon sembari tersenyum smirk.
Velvet semakin kesal dengan jawaban pria didepannya itu.
Velvet kemudian menginjak sepatu Damon dengan sangat keras lalu berlari.
"Aawww... shiittt!!!" umpat Damon dan menarik tangan Velvet.
Damon menatap mata biru ke abu abuan milik Velvet dengan pandangan tajam.
"Kau benar benar nakal, nona," kata Damon kesal.
"Sudahlah Damon.. lepaskan Velvet", kata Francis.
"Kau mengenalnya?", tanya Damon pada Francis.
"Hmm..kami baru saja berkenalan. Dia gadis yang manis, Damon," timpal Huxley.
"Manis? aku tak yakin dengan hal itu," Damon memandang kembali ke mata Velvet yang sama sekali tak ada ketakutan disana.
"Aku masih remaja 16 tahun..kau berani menindas anak dibawah umur?" tantang Velvet dengan wajah menyebalkannya.
Damon tersenyum miring mendengar ucapan Velvet yang dianggapnya telah membangunkan kemarahan Damon.
Francis sangat mengenal Damon jadi dia segera menghampirinya dan melepaskan tangan Damon dari lengan Velvet.
"Pergilah," kata Francis pada Velvet.
Lalu Velvet menjulurkan lidahnya pada Damon dan melenggang santai keluar dari restoran itu.
"Dia benar benar gadis yang menyebalkan," kata Damon dan menuju kursinya untuk duduk.
"Dia hanya gadis remaja yang manis, Damon..dia bukan tandinganmu..mengapa kau menggubrisnya?" kata Huxley tertawa pelan.
"Aku sedang kesal saja, ah sudahlah, kita bahas yang lain daripada hal yang tak penting ini," kata Damon meminum soda yang tersedia di meja.
JANGAN LUPA LIKE KOMEN VOTE FAVORIT DAN HADIAH YAA❤❤❤
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!