INKA Riana wanita yg akrab di panggil Inka tidak menyangka rumah tangganya dengan sang suami Bagas santoso hancur hanya karna belum memberikan keturunan untuk keluarga sang suami.
Bagas lelaki yg di cintai dengan sepenuh hati telah mengkhianatinya dengan menikah lagi diam diam.Dia tidak menyangka rumah tangganya yg terjalin hampir 3 tahun itu di ambang kehancuran dengan penghianatan sang suami.
Bagas ya lelaki itu berani bermain api dengan menikah lagi dengan anak teman dari ibunya sendiri.
Berawal dari mengantar sang ibu ke acara anniversary temannya.Ya dari situ Bagas di perkenalkan dengan anak pemilik pesta Seto Rajasa dengan putri semata wayangnya Clarisa Rajasa.
Bagas tidak menduga bahwa dari perkenalannya dengan Clarisa ternyata sang ibu Monik sudah merencanakannya. Bagas di paksa menikah dengan Clarisa tanpa sepengetahuan sang istri Inka.
"Bu ibu apa apaan aku tidak mau menikah lagi bu. Aku sangat mencintai Inka, kami saling mencintai Bu. Aku tidak mau menghianati nya."
Ya Bagas menolak permintaan sang ibu dengan keras.
"Gas..coba kamu pikirkan sudah hampir tiga tahun kamu menikah dengan Inka...sampai sekarang dia belum juga hamil" Monik bicara dengan nada tinggi.
"Emang kamu ga mau gak pengin punya anak, Ingat Gas kamu sudah hampir tiga puluh tahun. Ibu juga sudah semakin tua ibu pengin punya cucu." Monik bicara sambil memegang dada.
"Bu..kami sudah berusaha bu,. Memang belum di kasih anak aja. Mungkin nanti ada waktunya kami di kasih anak bu. Lagian Inka baru lulus kuliah dia sedang ada interview hari ini."
"Sampai kapan heeh satu tahun lagi, dua tahun lagi, apa sampai ibumu meninggal baru kamu kasih cucu".
Monik masih bicara dengan nada tinggi. Dia tak percaya Bagas akan membela istrinya.
Inka ya .. Monik dari dulu tidak setuju Bagas menikahi wanita yang menurutnya tidak masuk kriteria nya. Monik benci dengan Inka yang menurutnya jika Inka wanita yg membuat Bagas jauh berubah.
"Gas..sudah cukup kamu harus turuti kemauan ibu. Sudah cukup kamu memberikan segalanya buat Inka, sekarang ibu ingin kamu turuti kemauan ibu".
Dari dulu Bagas selalu saja ada buat perempuan itu. Dari sekolah menengah keatas sampai kuliah selalu Bagas. Monik sebal sendiri.
"Bu ibu bicara apa, kalau bukan karna orang tuanya Inka kita sudah jatuh miskin Bu,"
Bagas tak habis pikir ibunya akan berpikiran yang buruk tentang Inka. Dulu perusahaan ayahnya Bagas hampir gulung tikar dan bangkrut. Kalau bukan karna ayahnya Inka perusahaan Ayahnya sekarang ini sudah tinggal nama.
Lagi pula sebelum Harry Santoso memperkenalkannya pada putri sahabatnya. Bagas sudah dulu mengenal nya. Ya Bagas mengenal putrinya Inka dari masih SMP Bagas langsung jatuh cinta kala itu.
"pokoknya ibu gak mau tau kamu harus menikahi Clarisa titik."
Monik pergi meninggalkan Bagas yang masih diam duduk sambil melamun itu. Bagas berjengit dari lamunannya.
,"apa yang harus aku katakan lagi pada ibu kalau aku sangat mencintai istriku," Sambil mengusap wajah nya kasar.
Di kamar Monik sudah tak sabar ingin segera memiliki momongan, yang belum tahu apakah Inka wanita yang tidak terlalu di sukai ya itu akan memberikan nya cucu.
Monik berpikir untuk mencari berbagai macam cara, agar bisa tidak bisa Bagas harus menikahi Clarisa. Perempuan yang sangat di idamkan nya. Selain cantik Clarisa juga pintar karna dia lulusan dari universitas terkemuka di kota Jakarta.
"Halo Tante" Ya Monik menelpon Clarisa,
"Risa kamu yang sabar ya sayang sebentar lagi Bagas pasti akan menikahi mu sayang. Bagas sedang mencari cara untuk membuat istrinya mau di madu. Tenang ya sayang Bagas pasti mau menikahi mu. Tunggu saja Tante juga sudah menyuruh Bagas untuk menceraikan istrinya."
Senyum manis yang terkembang di seberang telpon. Tentu saja sudah sejak lama Clarisa juga menaruh hatinya pada Bagas, lelaki yang di kenalnya waktu kuliah dulu.
Dulu waktu baru pertama ospek saat kuliah Bagas yang jadi senior nya. Clarisa sudah jatuh hati pada Bagas.
"Ga papa tante, lagi pula aku juga tidak mau mas Bagas buru buru tante," Monik tersenyum
"Ya sayang tante sudah gak sabar pengen jadi kan km menantu tante. Ya udh tante tutup dulu ya telponnya Risa,"
"Ya tante selamat sore tante"
Risa bahagia akhirnya penantian nya selama ini tidak akan sia-sia. Dari dulu Clarisa sangat terobsesi dengan Bagas selain tampan Bagas juga pria pekerja keras.
Clarisa tidak menyangka kalau Bagas dulu menolak cintanya. Ya dulu Clarisa pernah menyatakan cintanya pada Bagas tapi lelaki itu langsung menolak nya tanpa memberinya kesempatan.
"Ah..ga lama lagi mas Bagas akan menjadi suamiku," Sambil tersenyum, Clarisa melempar kan ponselnya kesamping kiri.
Itu adalah impiannya menjadikan Bagas milik nya. Meskipun begitu ia rela menjadi istri simpanan. Clarisa tak perduli yg penting Bagas jadi miliknya.
Benar kata orang kalau cinta memang buta dia tak peduli.
Mau menjadi istri siri atau simpanan sekalipun ia tidak peduli.
Di mobil lelaki yang beberapa bulan lagi memasuki usia tiga puluh tahun itu mengacak-acak rambut nya. Bagas tidak tahu lagi harus bagaimana lagi untuk membuat keluarganya mengerti. Bahwa dia tidak bisa untuk menikahi wanita itu, Bagas sangat mencintai istrinya Inka.
Selain ayahnya, memang tidak ada yang akrab dengan istrinya. Semua orang tidak menyukai Inka, di tambah lagi dengan pernikahannya yang sudah hampir tiga tahun itu Inka belum hamil. Tambah lah keluarganya tidak menyukainya.
Sebelumnya Bagas dan Inka sudah pernah bahkan sering cek ke dokter kandungan. Apakah ada yg salah dengan mereka berdua.
"Semua sehat pak Bagas hanya nyonya Inka kelihatannya stress jadi mungkin ini kendalanya,apa nyonya Inka capek atau berpikiran yg berlebihan nyonya,"
"Gak dok mungkin karna istri saya fokus sama kuliahnya"
"Oh bisa jadi pak Bagas karna hasil dr pemeriksaan tadi sel telur sehat"
Bagas Masih ingat dengan jelas perkataan dokter. Bahwa tidak ada masalah kesehatan Bagas dan Inka. Karna bukan sekali atau dua kali mereka cek kesehatan, bahkan dokter nya pun berbeda-beda.
Ah...mungkin memang belum di kasih tuhan dengan anak. Harus lebih banyak lagi bersabar nya.
Tok.. Tok.. Tok...Bagas kaget.
"Om mau beli bunga gak om" Anak sekitar umur sembilan tahun membuyarkan lamunannya.
"Berapa dek"
"Enam puluh lima ribu aja om"
Bagas langsung mengambilnya dan memberinya selembar uang.
"Ambil aja kembalinya Dek".
"Makasih om" Bocah laki laki itu senang lalu dia pergi menjauh.
Bagas melangkahkan kakinya dengan lesu.
Tanpa menoleh Kiri dan kanan ia pergi menuju kamar.
Inka mengernyitkan keningnya. kenapa mas Bagas?
Ia lalu mematikan kompornya menyusul Bagas ke kamar mereka.
clek.....
Dilihatnya pintu kamar mandi tertutup, tandanya suaminya sedang mandi. Inka pergi ke sudut kamar, di mana ada lemari pakaian. Dia langsung mengambil baju ganti untuk suaminya.
Didalam kamar mandi, Bagas frustasi dia tidak mau menghianati Inka wanita itu.
Wanita yang sangat di cintai meskipun sampai saat ini belum ada tanda tanda kehamilan. Tapi Bagas tidak mau menyakiti wanita itu. Tak lama ia menyudahi mandinya.
Clek....
"Sayang gimana rame pestanya?"
Inka bertanya pada Bagas, tapi lelaki itu hanya menatap wajah cantik alami tanpa polesan make up.
"Mas...ih bengong aja, kenapa aku cantik ya mas",
Bagas langsung meraih pinggang ramping Inka ******* bibir nya. Tentu saja
aksi Bagas tersebut membuat istrinya tertawa kecil, melihat tingkah laku suami nya.
" Mas kaget aku, kamu main sambar aja,"
Lelaki itu masih diam saja.
"Sayang kamu mau ga liburan?"
Bagas mencoba untuk melupakan kejadian yang terjadi dalam kehidupan nya. Dia tidak mau menghianati Inka wanita yang sangat di cintai dengan sepenuh hati.
Bagas anggap permintaan sang ibu Monik adalah angin lalu.
"Beneran mas kamu mau ngajak aku liburan, kamu ga bohong kan mas"
"Emang kapan aku bohong sama kamu, hmm"
"Iya sih"
Sambil nyengir kuda, Inka maju mencium pipi Bagas.
"Emang nya mas Bagas gak banyak pekerjaan di kantor apa,?"
Sambil mengambil handuk untuk mengusap rambut bagas.
"Ga sayang, nanti mas Bagas bilang sama Romi. Suruh atur jadwal meeting ulang mas lagi. Lagian buat Minggu ke depan kayaknya ga ada yang sangat mendesak. Investor dari Jerman juga kayaknya masih lama datangnya. Tadi Romi bilang di undur."
" Bener nih mas aku tau kayaknya sih ini bau sogokan nih,"
Bagas kaget dia tidak menyangka kalau Inka bisa membaca pikiran nya.
"Ga sayang, ya udah deh kalo ga mau, mas ga masalah. Kan lumayan uang nya ga berkurang biar tambah banyak deh dompetnya mas. Karna ga ada yang ngabisin."
"Ih.. ko gitu sih mas jelas mau dong. Tapi aku mau yang tentukan pilihan ya mas,"
"Terserah kamu sayang",
"Ye.."
Inka berjingkrak senang. Bagas hanya menggeleng lucu dengan Inka wanita yang menurutnya sangat di cintai nya.
"Ya udh kita makan yu mas lapar nih," Dengan manja Inka bergelayut di lengan Bagas.
,"Ya udah ayo mas juga lapar," Meraih pinggang ramping Inka untuk di ajak ke dapur.
"Loh sayang katanya mau makan belum ada makanan sih,"
"He..He..He.. Tadi pas mas Bagas belum pulang, tadinya mau goreng telur mas,"
"Terus"
" Ya ga jadi keburu mas pulang",
"Mas tunggu dulu ya duduk gih aku goreng telur dulu,"
"Ga usah sayang, kita makan di luar aja yuk".
"Ya udah aku ganti baju dulu ya mas"
Bagas mengangguk.
"Sekalian ambil kunci sama dompet mas sayang"
"Ok"
Wanita itu sebenarnya sudah melihat bahwa ada yg di sembunyikan dengan suaminya. Tapi Inka tidak ambil pusing, mungkin nanti saat tidur dia akan bertanya dengan Bagas. Biasa nya setiap ada masalah dengan pekerjaan. Bagas pasti langsung ngajak Inka baring baring sambil curhat. Lain dengan sekarang semenjak pulang dari mengantar ibunya. Bagas lebih banyak diam.
Inka tau dari dulu keluarga suaminya itu tidak menyukai nya kecuali ayahnya Bagas.
"Mas kita makan baso yuk yang dekat kampus aku. Udah lama gak makan bakso ya mang Ujang, kangen deh.."
"Hem pasti kangen mang Ujang ya bukan karna baksonya".
"Haha ha iya kangen mang Ujang, biasanya mang Ujang suka kasih bonus pentolan,"
Mereka cekikikan di dalam mobil sambil sesekali mengingat kebiasaan mereka yang menurutnya sangat lucu.
Bagaimana tidak biasa nya setiap makan bakso di tempat nya mang Ujang suka sekali mereka berdua ngajak mang Ujang main tebak-tebakan.
"Kalau mang Ujang kalah tambahin pentolan nya ya mang"
" Iya iya"
Mereka sudah sangat mengenal mang Ujang sangat lama. Meskipun acara tebak tebakan hanya alibi untuk membantu mang Ujang. Ya anggap saja begitu karna mereka berdua sering sekali memberikan uang kepada pemilik warung bakso tersebut. Mang Ujang kala itu tidak mau menerima uang pemberian mereka. Dia bilang masih sanggup cari uang buat keluarga nya jadi gak mau meminta. Itulah alasannya kenapa mereka berdua ngajak mang Ujang main tebak-tebakan.
"Mang Ujang "
"Sayang ga usah teriak ganggu yang lainnya"
Wanita itu hanya nyengir.
"Eh neng cantik Inka. Kemana saja neng cantik udah lama gak makan bakso di tempat mang Ujang?"
"Sibuk mang Ujang lagi ngajuin berkas lamaran di mana mana"
" Kenapa begitu, kan suaminya neng punya pabrik. Ko sibuk nyari di mana mana sih. Tinggal masuk aja atuh neng,"
"Ga bisa dong mang,"
"Sayang ni mau makan apa ngobrol nih,"
"Eh iya lupa, baksonya mang kayak biasa ya mang,"
"Siap neng,"
Inka sesekali melirik ke arah Bagas.
Suaminya itu gak biasa nya tampak gelisah.
Nampaknya memang ada yg di sembunyikannya, tidak biasa nya dia tak fokus. Makan bakso dengan saos, Bagas tidak Suka dengan yang namanya saos. Ada apa dengan mas Bagas?
"Mas km yakin mau makan bakso dengan saos?,"
Bagas kaget lalu menoleh.
,"Eh iya sayang, mas lupa kirain kecap. Tapi ga papa deh sayang, mas mau coba kaya kamu."
Inka tambah yakin dengan suaminya sendiri, bahwa ada yg di sembunyikan dengan suaminya. Tapi ia tak mau langsung bertanya, nanti sajalah di rumah.
"Mas..Mas yakin mau ngajak aku liburan"
"Iya"
Inka tersenyum masam, dia tau suaminya itu tidak menyukai saos. Tapi Bagas mencoba untuk memakan nya. Demi menghilangkan kecurigaan nya.
"Mas apa ada yang mas pikir kan,?"
"Ga sayang.. mas capek banget. Udah tidur yah dah malam".
Setelah pulang dari sana, mereka berdua langsung menuju kamar. Ya Inka sengaja bertanya biasanya suaminya akan jujur jika ada yang di pikir kan.
Inka yakin ini ada hubungannya dengan mertua nya. Tapi Inka tidak mau berburuk sangka kepada mertuanya. Ada apa?
Apa yang membuat mas Bagas tidak mau berbagi? Apa alasannya!
Inka mencoba untuk berpikir positif bagi nya. Selama Bagas tidak menghianati nya, masalah apapun itu pasti ada jalan keluarnya.
Bagas tau Inka curiga padanya. Tapi Bagas tidak mau bercerita tentang sang ibu yang meminta nya untuk menikah lagi. Bagas tidak mau menyakiti hati wanita yang sangat di cintai nya.
Pagi yang cerah sepasang suami istri yang masih belum beranjak dari meja makan itu sesekali mencoba untuk melupakan kejadian yang terjadi di dalam kehidupan nya.
Bagas pria yang beberapa bulan lagi berusia tiga puluh tahun itu, sesekali mencoba untuk merayu wanita yang sangat di cintai nya.
"Ga ada yang mas pikir kan sayang ga ada juga yang mas sembunyikan dari mu,...
Mas hanya capek sayang"
Bagas berusaha membujuk istri nya agar tidak ngambek lagi dan curiga padanya.
"Bener mas gak ada yg di sembunyikan dari ku"
"Bener dong sayang,"
"Ya udah deh mas mau berangkat ke kantor ntar keburu siang"
"Mas katanya mau ngajak aku liburan, terus gimana dengan lamaran kerja aku. Kalau tiba tiba ada panggilan interview gimana?"
"Emang kamu kemana aja ngajuin berkas lamaran"
"Ada tiga mas, tapi yang satu di tolak. Bukan di tolak tepat nya karna CEO nya belum datang kayanya. Heran kalau belum ada lowongan pekerjaan kenapa kemarin di terima coba"
"Maksudnya"
"Ya itu kasih lowongan kerja tapi ga ada kejelasan padahal perusahaan besar,"
"Cuman karena CEO nya belum datang pada di gantung tuh pelamar...
Gak niat mungkin, cari sekertaris."
Inka menggerutu seperti nya sangat kesal dengan perusahaan tersebut.
"Ya udah mungkin memang ada kendalanya tuh Ceo-nya makanya di cancel,....
Mas berangkat ke kantor dulu sayang"
"Iya mas...Terus liburan nya gimana mas?"
"Ya liburan aja, kan belum tentu kapan kamu harus interview nya,"
"Iya juga sih,"
"Ya udah mas berangkat ke kantor dulu".
"Iya,"
"Hati hati mas jangan ngebut bawa mobil nya"
"Ok sayang"
Setelah kepergian suaminya Inka masuk ke dapur untuk mencuci piring yang kotor.
"Ah ntar kalau pas masih liburan ada panggilan interview, gimana ?....Ah lagi-lagi bingung".
"Tapi kalau ga? Kapan lagi ada lowongan pekerjaan ..huh kalau bukan perusahaan besar males."
Inka menggerutu seperti nya memang untuk saat ini berat mau liburan.
Ah kalau aku tolak ga banget, kemarin aja banyak banget yang lamar. Masa iya aku yang diterima nolak sih. Lagian sesibuk apa sih tuh ceo-nya.?
*****
Di belahan bumi yang lain, Sean William pria yang sangat dingin, angkuh, serta bengis itu tidak mengalihkan pandangan nya dari lelaki di hadapannya.
Sean menatap Kenzo, sekertaris sekaligus orang kepercayaan nya.
"Aku tidak mau tahu cara nya, berita itu harus kau hapus dalam waktu satu jam dari sekarang"
"Baik tuan"
"Pergi"
Sekertaris Kenzo pun membungkuk kan badan nya dan berbalik pergi.
Kenzo tidak habis pikir kenapa masih ada yg berani bermain dengan bos nya tersebut.
Bella Shofie, model sekaligus artis cantik bertubuh molek itu. Tidak tahu apa yang dilakukan nya bisa saja membuat karir nya hancur tanpa sisa.
Bella wanita yang rela melempar kan tubuh nya demi mendapatkan karir yang cemerlang?
Bella adalah salah satu dari sekian banyak wanita, yang menjadi teman ranjang Sean William. Ya Bosnya itu memang di kenal sebagai Casanova sejati.
Baginya wanita adalah makhluk yang sangat menjijikan? Rela melepaskan keperawanan nya demi mendapatkan uang.
Kenzo sudah tahu semua teman ranjang Sean. William itu hanya ingin mendapatkan karir dan uang semata.
Sebelum menyerahkan pelacur pelacur itu. Kenzo lebih dulu memeriksa nya apakah wanita itu sehat atau tidak.
Sekarang dia tak habis pikir dengan apa yang Bella lakukan sudah sangat membuat majikan nya berang. Bisa bisanya membuat singa itu bangun.Ya Bella membuat pernyataan nya di depan kamera. Bahwa ia dan Sean memiliki hubungan yang serius.
Tentu saja membuat majikan nya berang. Baginya wanita hanya lah tisu tidak lebih sekali pakai langsung buang. Itulah Sean William.
"Berani sekali dengan ku lihat lah aku akan memberikan hadiah yang tidak pernah kau bayangkan."
Seringai licik di bibirnya.
****
Bella Shofie model sekaligus artis cantik itu, tidak mengetahui apa yang baru saja di buat nya akan menjadi bumerang bagi nya.
"Bella apa benar kau menjalin hubungan dengan Sean William? ,"
"Orang nomor satu di dunia itu apa aku tidak salah dengar Bel,"
"Tidak, asal kamu tau Sean sendiri yang mengatakan nya. Bahkan aku sudah pernah merasakan bagaimana hebatnya dia di atas ranjang."
"Waow kau pernah salah satu dari mereka,"
"Tentu saja, bahkan dia tidak akan pernah menolak permintaan ku. Kalian semua tahu dia menjanjikan Mension untuk ku."
"Benar kah"
Bella menggunakan kepalanya bangga.
Kenzo sekertaris sekaligus orang kepercayaan Sean William itu sudah menyelesaikan tugasnya.
Tinggal menunggu waktu, model sekaligus artis cantik itu akan menerima balasan dari semua yang dilakukan oleh nya.
Dert... Dert.. Dert
" Ya Halo,?
"..Apa?"
Wajah cantik itu langsung pucat. Mendengar suara di seberang telfon genggam milik nya.
"Kenapa bisa...,bagaimana mungkin..?
Karir yang selama ini di banggakan tiba-tiba semua agensi mendepak nya dari agensi.
"Li.. Li.. Bagaimana bisa, apa yang terjadi?".
"Aku tidak tahu, semua agensi bilang kau sudah tidak menarik lagi Bel... Mereka bilang akan menggantikan posisi mu dengan yang lebih muda."
Livi sang manajer nya Bella memberikan pernyataan nya.
Dia sendiri juga bingung bagaimana mana bisa semua agensi memboikot Bella. Padahal baru baru ini Bella Shofie menandatangani kontrak kerjasama dengan pihak agensi.
Bagaimana jika Bella tak bekerja di agensi lagi. Sudah di pastikan bahwa Bella akan jatuh miskin.
Livi tau bagaimana mana royal nya Bella. Bella hampir setiap malam wanita itu menghabiskan waktu nya di BAR untuk bermain judi.
Bahkan wanita itu tidak segan segan berhutang kepada pemilik BAR untuk memuaskan hasrat nya di meja judi.
***
" Siapkan dirimu kita akan terbang ke Indonesia."
"Ya tuan,"
"Aku akan berlibur dulu. Sebelum mengambil alih perusahaan kakek."
"Ya tuan,"
"Pergilah persiapkan semua nya,"
"Baik tuan,"
Kenzo membungkuk undur diri,
Sean William pria yang saat ini berumur tiga puluh dua tahun itu nampak nya ingin segera mengunjungi Indonesia. Sudah hampir sepuluh tahun lamanya dia tidak ke sana.
Semenjak kematian sang kakek dari mendiang ibunya yang dulu mendahului sang kakeknya.
Semenjak kematian sang ibu, kakek lah yang merawat nya. Bahkan Sean dulu pernah sekolah menengah pertama di Indonesia. Ya ibu Sean meninggalkan nya saat usia nya baru menginjak sepuluh tahun
Ayahnya Albert William saat itu sangat terpukul atas kepergian sang ibu.
Albert sering mengurung dirinya di kamar. Hingga akhirnya Rudi sang kakek membawanya ke Indonesia.
Kakeknya sangat mencintai nya. Karna mendiang ibunya adalah anak satu satunya. Sehingga Rudi sang kakek berinisiatif membawanya ke sana. Demi menghilangkan rasa rindunya dengan sang ibu.
Tentu saja Albert mengijinkan dengan syarat hanya sebentar. Karna Albert sendiri adalah anak tunggal, dan semua warisan ada di pundak nya. Mau tidak mau Albert sudah memberikan
tanggung jawab pada nya sejak dini.
.
.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!