NovelToon NovelToon

Genius Bride Duda Depresi

BAB 01 | Penolakan Apel

"Aku tidak mau Van, kau pikir aku gadis macam apa? Aku adalah seorang Dosen yang menjunjung martabat dan wibawa, aku kesini bertemu denganmu untuk sebatas liburan dan melepas rindu," ujar Apel pada tunangannya itu.

Apel Diandra Andrews, seorang Dosen sastra prancis di Indonesia, pergi menemui tunangannya yang sedang mendapat masa kerja di Luzern, Swiss.

Awalnya tunangannya hanya meminta dirinya datang sebagai bentuk liburan, namun bukannya sesuai kalimat, Apel malah mendapatkan kalimat kurang ajar, saat Tunangannya meminta dirinya melayani nafsu-nya.

Padahal Apel sendiri sudah berjanji, bahwa biarlah itu menjadi kado pernikahan mereka nantinya, tapi tetap saja Tunangannya selalu bersikeras akan hal ini.

"Tapi kita sudah bertunangan, aku berjanji tidak akan meninggalkanmu, lagipula aku akan menikahmu, aku akan bertanggung jawab," ujar pria yang kini memgenggam tangan Apel.

Evan Davivo, seorang General Manager salah satu perusahaan swasta terkemuka di Indonesia mendapat tugas di Luzern, Swiss yang berlaku selama enam bulan lamanya sehingga membuat Apel menyusulnya kemari atas permintaannya sendiri.

"Jika kau berbicara tentang bertanggung jawab, bahkan semut sekalipun bisa bertanggung jawab atas kesalahannya, namun kita harus memikirkan tentang resiko, aib dan masalah kedepannya," jelas Apel yang membuat Evan benar-benar muak.

Dia sudah menahan dirinya selama masa pacaran sampai tunangan untuk tidak melakukan hal itu kepada Apel bahkan wanita malam sekalipun dia tolak.

Dan saat Evan meminta, ia malah mendapatkan sebuah penolakan yang membuatnya benar-benar frustrasi.

"Kalau kau tidak mau, bilang saja! Tidak usah bersembunyi dalam topeng kemunafikan dirimu sendiri," lantang Evan yang membuat Apel membalikkan badannya menatap Evan.

Apel berjalan ke arah Evan, semilir angin malam dikota Luzern, membuat suasana panas yang terjadi diantara pasangan ini malah semakin menjadi.

"Bukan begitu," ujar Apel menjelaskan.

Evan menepis tangan Apel yang hendak menggenggam tangannya, Evan membuang muka saking kesalnnya dan melepas cincin pertunangan mereka.

"Kalau kau tidak mau menerimaku untuk meminta hal itu padamu, jadi jangan harap aku masih mau menjadi tunanganmu, kita selesai!" Evan melemparkan cincin pertunangan itu kepada Apel.

Deg!

Bagai disambar petir, Apel benar-benar terguncang seketika, bayangannya untuk menghabiskan liburan berdua dengan Evan hancur seketika.

Evan berjalan meninggalkan Apel disana, membuat Apel berdiri kelu dengan mengenggam cincin pertunangan mereka, niatnya mengejar Evan terhenti saat Evan sudah berlalu dengan mobilnya meninggalkan dirinya dipinggir jalab.

Keindahan kota Luzern yang dia sangka akan menyambutnya dengan bahagia malah membawakannya duka, sesuatu yang berawal luka malah berakhir duka mendalam.

Bukan begitu maksudnya, namun apa yang Evan lakukan seolah-olah dia tidak mau, Apel sebenarnya mau asalkan mereka sudah sah dalam ikatan pernikahan yang pas bukan dalam status belum sah.

Kini Apel hanya bisa berdiri dengan tatapan bingung, apa yang akan ia lakukan lagi di Kota Luzern ini, semuanya sudah hancur, bahkan dia masih bingung apa yang akan dia katakan pada keluarganya kalau dia tahu hubungannya dengan Evan sudah kandas di kota yang seharusnya menjadi tempat memadu kasih dan melepas rindu mereka.

Seolah kegeniusan yang dimiliki dosen berdarah indonesia-jerman ini hilang seketika, hatinya terguncang, benar-benar menyakitkan,

Seuntai senyum yang dia harapkan akan menjadi penyambut paginya bersama Oppo dikota ini lebur seketika, mempertahankan harga dirinya justru membuat dia kehilangan sesuatu yang membuat hatinya semakin kalut.

Disaat Apel sedang menangis tersedu-sedu dipinggir jalan itu, sebuah alphard berwarna hitam tiba-tiba saja terparkir disampingnya.

Apel menatap mobil tersebut dan melihat seorang pria yang berumur sekitar 40 tahunan namun masih maskulin dan gagah membuka kaca mobilnya sehingga kedua Manik mata mereka saling bertemu.

"Kau butuh tumpangan?"

Apel mengangguk, semudah itu baginya, memang jika manusia sudah dalam keadaan kalut dan terguncang, semua akal sehatnya sudah tidak berfungsi lagi, dan inilah yang terjadi pada Apel.

Apel masuk kedalam mobil tersebut sesaat seringai mengerikan tercetus dan tergurat jelas dari wajah pria yang menawarinya tumpangan.

"Kau butuh air?" tanya pria tersebut menyodorkan sebotol air kepada Apel.

Apel yang masih sesenggukkan dengan tangisnya, menerima air tersebut dan meminumnya sampai habis, sesaat kemudian ia merasakan pusing dan jatuh tak sadarkan diri ditempat itu.

"Kau sangat bodoh, just play the game, Baby," bisik pria tersebut menyeringai.

TBC

BAB 02 | Pengacara Yang Depresi

Srtttt!

Suara deru mobil yang memacu dijalan kota Luzern terdengar halus ditengah pekatnya malam itu, pria yang mengendarai mobil tersebut tengah menikmati malam sembari mencari wanita malam untuk dia nikmati.

Yah! Dia adalah seorang Casanova.

Adsense Andromeda, atau akrab disapa Andro, nama yang sangat menggambarkan kegeniusannya yah dia adalah seorang pengacara terkenal juga di kota paris.

Ia mengambil cuti tiga hari dan memilih menghabiskan masa liburannya di kota Luzern, dia sudah berumur hampir kepala empat, namun body, wajah dan permainan ranjangnya mampu membuat kaum hawa terpikat.

Bagaimana tidak, body atletis dan wajah maskulin yang menggetarkan jiwa itu sulit dia tolak, ia sebenarnya adalah seorang duda juga, dia menikah diumur dua puluh tahun yang berakhir perceraian yang membuatnya depresi selama beberapa tahun belakangan dan melampiaskannya menjadi seorang casanova.

Selain itu juga kejadian perceraian yang dia alami sendiri membuat dia merasakan trauma akan komitmen terlebih lagi dia merupakan seorang pengacara yang kerap menangani kasus perceraian kliennya dan membuatnya semakin trauma akan apa itu pernikahan.

Ia melanjutkan penjelajahannya mencari wanita malam yang dia ingin jadikan bahan pelampiasan malam ini, namun bukannya mendapatkan gadis malam yang dia maksud, dia malah melihat sebuah pemandangan yang membuat dirinya menghentikan mobilnya sejenak dan memilih menikmati hal tersebut.

Tampak dua orang pasangan muda terlibat pertengkaran dan yang membuat Andro tertarik adalah sang gadis yang sangat sesuai dengan seleranya dan dengan segala kegeniusannya dia siap menjadikan gadis tersebut partner ranjang-nya malam ini.

Ia memilih menunggu dimobilnya dan melihat dan menyimpulkan hasil analisi nantinya dari pertengkaran yang terjadi tidak jauh dari mobilnya dan sesuatu dengan prediksinya, pertengkaran itu berakhir dengan perginya sang pria meninggalkan sang gadis yang membuat sang gadis dalam kondisi tertekan dan inilah waktu yang pas bagi Andro untuk menyerang titik mental karena sang gadis kini berada dalam titik terendah.

Andro menjalankan alphard-nya lebih dekat dengan gadis tersebut dan sampai pada saat alphard-nya tiba disamping gadis itu, membuat sang gadis menatap alphard milik Andro, yang membuat Andro membuka kaca mobilnya.

"Kau butuh tumpangan?" tanya Andro dengan senyum yang seakan-akan ingin menerkam gadis itu.

Dan yang paling buruk dari itu adalah sang gadis malah mengangguk yang tidak akan dia sangka bahwa anggukan itu adalah jungkir balik dari titik dia akan semakin terendah.

"Yah! Faster Baby!" lenguh Andro saat Apel yang dalam kondisi obat perangsang menaik turunkan tubuhnya yang sudah tertanam rudal milik Android.

Dalam kondisi begini Apel semakin semangat menggoyangkan tubuhnya, terlebih lenguhan semangat dan rangsangan dari Andro untuknya benar-benar meningkatkan libido-nya.

Sangat mudah bagi Andro mendapatkan keperawanan Apel yang bahkan Apel sendiri menolak memberikannya keperawanannya kepada tunangannya dan tanpa dia sadari dia malah memberikannya kepada Andro yang sudah menjebaknya.

"Aku hanya bermain pintar, siapa suruh tunangannya tidak bisa bermain lebih licik lagi?" pikir Andro.

Andro kemudian menggenggam kedua buah kembar milik Apel dan meremasnya perlahan sembari Apel menggoyangkan tubuhnya.

Setelah puas dengan gaya itu membuat Andro mendorong tubuh Apel dan menindihnya, dia yang kali ini ingin menguasai permainan dengan gaya cool dalam permainan ranjangnya, ia mulai menggenjot tubuh Apel saat benda panjang miliknya menembus dinding rahim Apel yang membuat Apple melenguh tak karuan.

Dan dengan sekali hentakan, akhirnya Andro menumpahkan semua bibitnya kedalam rahim Apel karena memang mereka main tanpa pengaman, sesaat setelahnya Andro mencium bibir Apel yang sudah lemas tak sadarkan diri.

Entah apa yang akan dirasakan Apel besok setelah tahu bahwa dirinya sudah kehilangan keperawanan miliknya yang dia pertahankan sekian lamanya, toh Andro tidak peduli ini hari terakhirnya di Luzern dan besok dia sudah pulang ke paris.

Andro bangkit dan mengambil tas milik Apel kemudian membaca kartu pengenal tersebut sembari mengangguk-anggukan kepalanya.

"Apel Diandra, seorang dosen muda dari Indonesia, wow aku terkejut jarak usia kami dua puluh tahun, namun dia begitu hebat dan sudah pasti aku berhasil memuaskan nya malam ini," seringai Andro memilih tidur disamping Apel menanti kejutan esok pagi untuknya.

Dia bisa saja kabur sekarang, namun dirinya ingin saja melihat ekspresi keterkejutan sang dosen genius tersebut.

TBC

BAB 03 | Baris Baru Balas Dendam

"Astaga! Apa yang terjadi!?"

Teriakan Apel didalam kamar hotel itu terdengar kencang namun tidak dapat membangunkan Andro dari mimpi indahnya.

Apel membuka matanya saat bias cahaya matahari yang merasuk masuk melalui sela-sela horden jendela kamar hotel tersebut menerpa wajahnya, awalnya dia tidak mengingat apapun sebelum ia menyadari bahwa ia tengah tertidur dalam kondisi telanjang bersama seorang pria yang jauh lebih tua dari nya di kamar hotel tersebut.

Apel menarik selimut untuk menutupi dirinya sebelum rasa ngilu yang berasal dari lobang sensitifnya membuat pikirannya terbang kemana-mana.

"Darah?"

Apel menatap segumpal tissu putih yang berbercak darah membuat pikirannya kembali terbang kemana-mana, air matanya perlahan menetes saat ia menyimpulkan kejadian semalam dengan hasil analisis-nya.

"Tidak! Ini tidak boleh terjadi," Apel bangkit dan mengusap air matanya.

Ia melihat pakaiannya tercecer dan segera memakai pakaian tersebut, setelah berpikir cukup lama ia sadar betul bahwa dirinya telah dilecehkan oleh pria yang memberinya tumpangan.

Mungkin tadi malam dia berada dalam titik terendah dari hidupnya, namun tidak pagi ini, dihancurkan oleh seorang pria berstatus tunangannya kemarin sudah sangat buruk, dan kali ini dia pastikan dirinya tidak akan diam.

"Harusnya kuberikan saja kepada Evan semalam, ini benar-benar tidak bisa dimaafkan, dia mencoba bermain-main denganku, dia belum tahu siapa diriku," monolog Apel berjalan ke celana Andro yang tercecer juga.

Ia mengangkat celana tersebut dan mengambil dompet milik Andro, ia mencari kartu pengenal dari sosok yang menodainya itu.

Berada dalam Titik terendah itu menyakitkan namun terpuruk bukanlah pilihan, setidaknya begitulah prinsip Apel sekarang.

Apel yang sudah mendapatkan kartu pengenal milik Android segera memasukkan benda tersebut kedalam tas-nya dan sekarang tinggal menyelesaikan sisa-nya.

Plak!

Sebuah tamparan dari Apel di wajah Android membuat pria berdarah Amerika-Prancis ini bangkit saat Apel memberikan tamparan diwajahnya.

"Apa yang kau lakukan?" tanya Andro kesal saat melihat Apel berdiri melipat kedua tangannya.

"Pakai pakaianmu, Tuan Pengacara, kau tidak malu dalam kondisi telanjang begitu?" Apel melemparkan pakaian Andro ke Andro sendiri.

Andro menatap gadis yang baru saja dia nikmati tadi malam itu sembari memakai bokser, celana dan kemejanya.

"Rupanya kau sudah bangun, bagaimana rasanya semalam?" tanya Andro mengancing tiga kancing atas kemejanya.

Apel membuang muka dia menarik kerah Andro dan menatap tajam pria yang hampir berusia empat puluh tahun itu.

"Aku tidak ingin bertele-tele, Nikahi aku," ujar Apel yang membuat Andro mendorong tubuh Apel menjauh darinya.

"Tidak akan," jawab Andro mengambil kacamata dari atas nakas.

"Kalau aku memaksa, kau bisa apa Tuan? Kau sudah merebut apa yang berharga dari diriku yang sudah ku pertahankan dan itu tidak gratis," ujar Apel menggerai rambutnya dan menodong Andro dengan tatapan tajam.

"Kalau kau memaksa, aku akan menyebarkan video kita semalam dan tenang saja yang terlihat jelas disana hanya wajahmu," jawab Andro melirik handycam diatas meja tepat didepan ranjang.

Apel menggelengkan kepalanya dan berjalan ke arah meja handycam tersebut kemudian melemparkannya ke lantai.

"Handycam, ini, mati bodoh, jika kau punya rencana sebaiknya kau siapkan baik-baik, lagi pula tidak Ada memori didalam handycammu, itu," ujar Apel yang membuat Andro menelan ludahnya. "Kau salah bermain-main denganku, Tuan,"

Andro terdiam, dia benar-benar salah lawan, Apel bukanlah wanita sembarangan, Andro memutar kepala agar tidak terjebak dalam situasi ini.

"Aku tidak mau, aku membenci pernikahan, aku lebih suka bermain satu malam, dan aku tidak akan bertanggung jawab," ujar Andro mengambil dompet dan mengeluarkan beberapa lembar dollar kepada Apel.

Apel yang melihat itu mengambil tas-nya dan merogoh isinya. "Uangmu banyak, tapi orang kaya tidak hanya dirimu,"

Apel melemparkan uangnya kepada Android yang membuat Andro berpikir keras bahwa Apel akan benar-benar meminta pertanggungjawaban dari nya.

"Dengarkan aku! Aku tidak akan bertanggungjawab!" kesal Andro berjalan keluar dari kamar hotel tersebut meninggalkan Apel yang masih berdiri di dalamnya.

Apel terdiam dan mengeluarkan kartu pengenal Andro, ia membaca kartu tersebut dan menyeringai sinis. "Kau Singa sudah masuk ke perangkap tikus, bagaimana kalau aku yang menjebakmu dalam belenggu pernikahan?"

"Baris baru balas dendam ku, Tuan Andromeda," lanjut Apel sinis.

TBC

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!