NovelToon NovelToon

Rahasia Istri Culunku

Awal kisah

Di ruangan luas kantor, ada dua pria berbeda generasi yang sedang membicarakan sesuatu, dan sepertinya sangat penting.

"Bagaimana, Apa kau mau menikah dengan putriku?" ucap pria paruh baya itu pada pemuda yang duduk di depannya.

"Tapi, kenapa saya, Tuan? Saya hanya seorang karyawan biasa di kantor ini. Saya tidak pantas menikah dengan putri tunggal Tuan Haris," jawab pemuda itu.

"Aku tidak menerima penolakan Ali, putriku mencintai kamu. Apa lagi yang akan menjadi alasan kamu untuk menolaknya? Dia putriku satu-satunya, otomatis semua harta yang ku punya adalah miliknya! Jika kamu mau menikah dengannya, akan ku berikan jabatan Direktur Utama untukmu. Tentu saja kalau kau memang sudah berusaha, memantaskan diri untuk menjadi suaminya," ucap Tuan Haris dengan tegas.

"Memantaskan diri apanya? Putrimu hanya wanita Culun dan tidak ada apa-apanya di bandingkan Clarissaku," cibir Ali meremehkan.

Karena Ali malah diam melamun, Tuan Haris pun merasa jengkel.

"Kenapa kau diam saja Ali, apa tawaranku sama sekali tidak menguntungkan untukmu? tanya Tuan Haris pada Ali.

"Ayahmu bahkan sudah menerima lamaran dariku untuk melamarmu." lanjut Tuan Haris semakin menekan Ali.

"Beri saya waktu, untuk memikirkannya, Tuan," pinta Ali agar bisa mempertimbangkan keputusannya.

"Baik, saya beri kamu waktu satu hari. Besok, temui saya disini!" Tuan Haris berucap dan mengibaskan tangannya sebagai tanda Ali boleh pergi.

Ali segera beranjak dari hadapan Bos besarnya, untuk kembali bekerja. Walaupun putri dari Tuan Haris menyukainya, hal itu tidak membuat Ali menjadi malas dalam pekerjaannya.

Sepeninggal Ali, tiba-tiba Ponsel Tuan Haris berdering. Tuan Haris segera menerima panggilan dari putri tunggalnya.

"Hallo, Ada apa Ara?" tanya Tuan Haris begitu sambungan telfon tersambung.

"Bagaimana, Daddy, apa Danish mau menikah denganku?" desak putri tunggal Tuan Haris.

"Dia meminta waktu untuk mengambil keputusan, Ara. Bersabarlah!" tegas Tuan Haris pada Ara. Tuan Haris memijit keningnya, pusing menghadapi putrinya yang justru tergila-gila pada seorang karyawan biasa.

"Baiklah, Daddy, terima kasih sudah membantuku. Sudah dulu ya Dad, Ara masih ada urusan,"

Ara segera mematikan sambungan telfonnya.

*****

Sedangkan di ruangan lain, masih di kantor yang sama. Ali sedang memikirkan bagaimana caranya untuk mengatakan pada Clarissa, bahwa dia di jodohkan dengan Wanita lain oleh ayahnya.

"Kenapa Ayah justru menerima dia dengan Mudah? Sedangkan aku membawa Clarissa kerumah malah di tolak mentah-mentah," gumam Ali merutuki sikap orang tuanya pada Clarissa.

Ponsel Ali bergetar, ketika Ali mengeceknya. Ada pesan masuk dari Clarissa.

"Baby, nanti kesini yah. Temani aku belanja, ada tas keluaran terbaru. Kamu bisa 'kan Baby!" Kalimat yang di kirim Clarissa bukan berisi ajakan, melainkan perintah yang harus Ali turuti.

Ali hanya mendesahkan nafasnya frustasi.

"Huft, lagi-lagi belanja barang branded," gumam Ali jengah dengan kebiasaan buruk kekasihnya itu.

"Minggu kemarin, 'kan, sudah beb. Ngapain sih belanja terus?" balasan dari Ali justru membuat Clarissa meradang.

"Oke, kalo kamu gak bolehin aku belanja. Kita PUTUS !" ancam Clarissa.

"Baiklah, aku kesana setelah pulang kantor,"

Ali mengalah, karena Clarissa memang selalu mengancam, akan mengakhiri hubungan mereka. Jika tak di turuti keinginannya.

Setelah jam pulang Kantor, Ali bergegas menuju mobilnya. Dia masuk dan menyalakan mesin mobil, Ali segera menginjak pedal Gas. Mobil melaju dengan kencang menembus jalan. Hingga tiba di lampu merah, Ali terjebak Macet. Mobilnya bahkan tak bergerak hingga tiga puluh menit.

"Sial, Clarissa pasti sudah mengomel karna aku tak kunjung datang !" geram Ali memukul stir mobilnya.

Ali melihat spion mobilnya, ternyata ada ojek yang akan melintas.

"Aku naik ojek aja lah, biar cepet sampai. Kalo ojek pasti lebih bisa di andalkan, untuk membelah kemacetan seperti ini." guman Ali. Dia segera membuka pintu mobil dan mencegat pengendara ojek yang akan melintas.

"Pak saya mau ngojek, tapi tunggu saya pinggirin mobil ini dulu ya." pinta Ali pada tukang ojek dan di angguki oleh bapak ojek tersebut.

Setelah memarkirkan mobilnya, di parkiran Minimarket, Ali segera menemui Clarissa dengan di antar ojek tersebut.

Sampai di tempat tujuan, Ali turun dan memberikan uang seratus ribuan pada tukang ojek. Ali segera berlari menuju Apartemen sang kekasih.

"Mas, ini uangnya kelebihan ...." teriak tukang ojek tapi Ali tidak mendengar teriakannya.

Ali menaiki lift menuju lantai tujuh, tempat Clarissa berada. Beberapa saat kemudian, pintu lift terbuka, Ali keluar dan berjalan ke unit Apartemen kekasihnya itu. Sampai di depan pintu, Ali segera memencet code Apartemen, dan pintu terbuka. Ali tahu code Apartemen Clarissa karena Apartemen itu Ali yang membelinya atas permintaan Clarissa.

"Beb, kamu dimana?" teriak Ali sembari memeriksa seluruh ruangan di Apartemen. Karena tak menemukan Clarissa di manapun, akhirnya Ali memutuskan untuk menelfon kekasihnya itu. Baru saja Ali menekan tombol Call, sudah ada suara yang membuat dia mengurungkan niatnya

"Baby, aku disini." Clarissa muncul dari arah pintu masuk.

"Kamu, dari mana beb?" tanya Ali seraya memasukkan kembali ponselnya dalam kantong celananya.

"Keluar, bentar doang, abisnya kamu lama sih." jawab Clarissa merajuk.

"Macet tadi, Beb. Sorry, kita jadi belanja tas baru buat kamu gak, nih?" bujuk Ali, mendengar kata belanja wajah Clarissa langsung happy.

"Jadi dong, Baby" timpal Clarissa antusias.

"Ya udah, ayok berangkat. Pakai mobil kamu ya? Mobilku tadi kena macet, jadi aku tinggal di depan minimarket deket lampu merah sana."

"Oke, ayok Baby." Clarissa menggandeng lengan Ali, mereka berjalan menuju lift yang sedang terbuka. Ada dua orang yang keluar dari lift, setelah itu mereka berdua masuk. Ali menekan tombol satu, lift turun ke bawah dan beberapa saat kemudian lift terbuka. Mereka berjalan menuju bastman Apartemen.

Kini Ali dan Clarissa sudah ada di dalam mobil.

Ali mengendarai mobil Clarissa dengan santai, karena tangan kirinya menggenggam tangan Clarissa, sedangkan tangan kanannya tetap pada stir mobil.

"Beb, Ada yang mau aku omongin sama kamu. Tapi kamu jangan marah ya?" Suara Ali memecah keheningan di dalam mobil. Clarissa menoleh dan menatap Ali dengan pandangan heran. Tidak biasanya Ali meminta izin hanya untuk mengatakan sesuatu.

"Mau ngomong apa, Baby?" tanya Clarissa masih menatap Ali di sampingnya.

"Aku di jodohkan oleh Ayah, dengan anak tunggal Bosku." Ali bersuara dengan lirih karena takut Clarissa akan marah padanya.

"Di jodohkan, dengan anak bos kamu? berarti orang kaya dong, Baby!" pekik Clarissa kaget.

"Iya Beb, Ayahnya bilang kalau aku mau menikah dengan putrinya. Aku akan di angkat menjadi Direktur utama di perusahaan," ujar Ali mengatakan tawaran dari Tuan Haris.

"Yaudah, terima aja Baby!" jawab Clarissa dengan senyum liciknya.

Clarissa tahu, Ali bekerja di perusahaan ternama P.T Gunawan Sentosa. Perusahaan maju yang berpusat di Ibu kota. Kekayaannya pasti tidak bisa di ragukan lagi.

Kaget dengan jawaban Clarissa, Ali menginjak rem mobil mendadak. Beruntung tidak ada pengendara di belakang, jika ada sudah di pastikan akan terjadi kecelakaan.

"Hah, kamu mau aku terima, perjodohan konyol ini?" tanya Ali heran, dia mengira Clarissa akan mengamuk dan memutuskan hubungan mereka. Tapi di luar dugaannya, Clarissa justru menyuruhnya menerima perjodohan itu.

"Iya, 'kan kamu bilang, kalo kamu mau nikah sama anaknya. Kamu akan di angkat jadi Direktur, dengan begitu kita bisa manfaatin harta mereka 'kan?" ucapnya dengan santai.

"Aku nggak mau beb, aku cuman cinta sama kamu !" berang Ali.

"Jalan, aku gak nyuruh kamu cinta sama dia. Aku cuman nyuruh kamu, buat nikahin dia," jawab Clarissa tanpa rasa bersalah sedikitpun.

"Aku tetep enggak mau," kekeh Ali dengan pendiriannya.

"Oke, kalo kamu gak mau nurutin perintah aku.

Mending kita PUTUS!!" ancam Clarissa. Dia sengaja menekan kata putus, agar Ali menuruti ide konyolnya. Clarissa berpura-pura melepas seatbell, membuka pintu mobil dan segera turun. Ali ikut membuka pintu mobilnya dan mengejar langkah Clarissa. Dia menarik tangan Clarissa kedalam pelukannya.

"Oke, aku terima perjodohan ini. Karena kamu yang minta," akhirnya Ali membuat keputusan.

BERSAMBUNG...

Thanks for reading.

_Nurmahalicious_

Visual dan Bertemu

Aracelia Daneen Gunawan. Seorang gadis berusia 24 Tahun, anak tunggal dari pengusaha ternama di negaranya, Haris Alvaro Gunawan. Ibunya meninggal dunia saat Ara masih kecil. Dia jatuh Cinta kepada Seorang pria karena janji pada sang Sahabat.

Ali Danish Mahendra, Seorang Pria berusia 25 Tahun, anak pertama. Dia berasal dari keluarga sederhana. Ayahnya yang seorang kontraktor di perusahaan besar di negaranya. Ibunya hanya seorang ibu rumah tangga. Dan Ali juga bekerja di tempat yang sama dengan sang ayah. Dia seorang Karyawan biasa yang kebetulan justru mendapat kesempatan menjadi suami dari Anak tunggal sang Bos.

Clarissa Indria Jaya, 28 Tahun. Kekasih Ali yang matre. Dia seorang bintang iklan yang sedang naik daun. Walaupun umurnya lebih tua dari Ali, entah kenapa Ali begitu mencintainya.

Alvino Maladeva 25 Tahun, Seorang pewaris Tunggal kerajaan bisnis sang ayah, Dia seorang pria yang Ambisius. Teman Ara sejak kecil, memiliki rasa cinta begitu dalam pada Ara, tapi Ara tidak pernah menyukainya. Justru menjauhi Aldev saat mengetahui perasaan Pria tersebut.

"Oke, aku terima perjodohan ini. Karena kamu yang minta," akhirnya Ali membuat keputusan.

Clarissa menyunggingkan senyum licik di belakang punggung Ali.

"Kalo Ali jadi kaya raya, hidupku pasti akan jauh lebih enak," batin Clarissa bersorak.

Mereka melanjutkan rencana mereka, untuk berbelanja barang incaran Clarissa. Walaupun Ali belum memiliki gaji yang besar, tapi Ali selalu menuruti permintaan Clarissa yang terkadang di luar batas.

*****

Keesokan harinya, Ali menemui Tuan Haris di ruangannya.

"Pak Agam, apa Tuan Haris ada di dalam?" tanya Ali pada sekretaris Tuan Haris.

"Ada, di dalam. Beliau sudah menunggumu," jawab Pak Agam "mari iku saya," Pak Agam beranjak dari duduknya untuk mengantar Ali ke ruangan Tuan Haris. Ali mengikuti Pak Agam di belakang.

Suara pintu di ketuk dari luar, mengalihkan perhatian Tuan Haris yang sedang fokus bekerja.

"Tuan, boleh saya masuk?" Pak Agam meminta izin untuk masuk ke dalam ruangan CEO.

"Masuk," jawab Tuan Haris singkat.

Setelah membuka pintu, Pak Agam segera masuk, di ikuti Ali di belakangnya.

"Tuan, Ali sudah datang," ucap Pak Agam memberi tahu Tuan Haris bahwa orang yang di tunggu sudah ada di sana.

Tuan Haris yang semula sedang memeriksa berkas-berkas penting, segera menghentikan pekerjaannya dan menutup berkas yang di periksa nya.

"Agam, kau boleh keluar," perintah Tuan Haris pada sekertaris pribadi nya.

Sekretaris bernama Agam itu, menuruti perintah atasannya. Dia segera keluar ruangan untuk melanjutkan pekerjaannya.

"Duduk Ali, apa Kau sudah mengambil keputusan, tentang tawaranku? Jangan beri aku, kabar buruk !" ancam Tuan Haris.

Ali tersenyum tipis "Saya, sudah mengambil keputusan Tuan. Saya akan menerima perjodohan ini, tapi, saya ingin bertemu dulu dengan putri anda," pinta Ali pada atasannya.

"Baiklah, kau boleh bertemu dulu dengannya. Tapi jangan membuat dia, sakit hati !" Tuan Haris memberi peringatan pada Ali. "nanti ku beri kabar. Jika putriku sudah bisa kau temui," lanjut nya.

Ali menganggukkan kepala dan segera pamit untuk bekerja kembali. "Saya permisi, Tuan,"

Tuan Haris mengibaskan tangannya pertanda Ali boleh keluar. Setelah kepergian Ali Tuan Haris segera menghubungi Ara.

Baru dering pertama, Ara sudah menjawab telfon dari ayahnya.

"Iya, Daddy, ada apa?" Sapa Ara setelah sambungan telfon tersambung.

"Kau siap, untuk bertemu dengan pria pujaanmu itu?" Tuan Haris segera melayangkan pertanyaan pada Ara.

"Kapanpun, Ara siap, Daddy !" pekik Ara girang.

"Siapkan dirimu, Ara, Nanti siang bertemulah dengannya. Di cafe favoritmu," perintah Tuan Haris pada Ara.

"Baik, Daddy, sudah dulu ya. Ara akan bersiap," Pamit Ara pada sang ayah.

"Hm," jawab Tuan Haris singkat.

Ara memutuskan sambungan telfon, dengan ayahnya, dan segera melanjutkan pekerjaannya. Setelah selesai, Ara beranjak menuju tempat pertemuan dengan sang pangeran impian.

*****

Di tempat lain. "Kau sudah mengambilkan semua barangku, Dina? tanya seseorang pada orang kepercayaannya.

"Sudah Nona, Semua sudah ada di mobil," jawab Dina.

"Baiklah, kau urus Kantor. Aku masih ada urusan penting," perintah seseorang itu.

*****

Kantor P.T Gunawan Sentosa.

"Agam, Kau sampaikan pada Ali. Ara sudah bisa dia temui di Cafe Favoritnya," perintah Tuan Haris pada Asisten kepercayaannya.

"Baik, Tuan, saya akan segera menyampaikan pesan anda," jawab Pak Agam dengan patuh.

Pak Agam segera beranjak, menuju ruangan Ali. Begitu sampai di ruangan Ali, Pak Agam segera menyampaikan pesan dari Sang Bos, untuk Ali.

"Ali, Nona Ara sudah bisa di temui, di Andria Cafe. Sekarang !" ucap Pak Agam tegas.

Pak Agam segera beranjak untuk kembali bekerja setelah memastikan Ali mendengar perintahnya.

"Awas kau, Wanita sialan, berani sekali ingin menjadi Istriku !" batin Ali. Dia segera beranjak untuk memenuhi perintah dari Tuan Haris.

Ali mengemudikan mobilnya menuju Cafe, yang di sebutkan Pak Agam tadi. Sampai di Cafe yang di maksud, Ali di sambut oleh pelayan dengan senyum ramah, di depan pintu Cafe.

"Ada yang bisa saya bantu, Tuan?" sapa sang pelayan dengan ramah.

"Reservasi atas nama Ara dimana Mbak?" tanya Ali pada pelayan yang menyambutnya.

Pelayan tersebut tersenyum. "Mari ikut saya, Tuan,"

Pelayan berjalan di depan, di ikuti Ali dari belakang. Hingga pelayan berhenti, di Ruangan prifat nomor 8. "Ini ruangan atas nama Nona Ara, tuan," ucap pelayan dan hanya di angguki oleh Ali. Pelayan segera membukakan ruangan itu untuk Ali masuk.

"Saya permisi, Tuan," pamit pelayan itu setelah Ali masuk ke dalam.

"Sudah Culun, Lelet pula !" gerutu Ali saat melihat ke dalam, ternyata Ara belum ada di ruangan itu.

Ali segera mendudukan diri di kursi, dan mengambil Ponselnya untuk menghubungi Clarissa.

Setelah berulang kali, Ali menelfon dan tak ada jawaban. Akhirnya di tersambung juga.

"Ada apa? Baby, Agh ...." Sapa Clarissa dengan suara tertahan.

"Aku akan bertemu gadis Culun itu, sekarang. Kau, sedang apa Beb?" Ali bertanya karena mendengar ada suara desahaan Clarissa.

"Oh, iya . Aku sedang bekerja Beb, sudah dulu ya? Aku sibuk," Clarissa mematikan sambungan telfon, tanpa menunggu jawaban Ali, membuat Ali semakin meradang.

"Ini gadis sialan, nyasar kemana sih !" gerutu Ali ketika sudah menunggu lama tapi Ara belum juga menampakan diri.

Setelah beberapa saat, pintu terbuka, muncul sosok gadis berkacamata, dan rambut yang di kepang dua.

"Maaf, aku terlambat. Tadi macet," ucap gadis culun tersebut. Sebenarnya walaupun berpenampilan Culun, tapi Ara masih tampak cantik dan imut. Hanya saja, Ali yang sudah terlalu Bucin pada Clarissa, tidak bisa melihat sisi itu pada Ara. Ara segera mendudukan diri di kursi yang berhadapan dengan Ali.

"Kau itu niat tidak, bertemu denganku? Membuang Waktuku Saja !" bentak Ali pada gadis culun di hadapannya.

"Maaf," hanya kata itu yang di ucapkan Ara. Dia masih tidak percaya bisa bertemu dan memandang sedekat ini pada pangeran nya.

"Huh ... Apa alasanmu memintaku menjadi Suamimu?" tanya Ali, ketika Ara hanya terdiam, dengan pandangan tertuju pada wajah tampan nya.

"Aku ...." Ara diam lagi, bingung bagaimana mengutarakan perasaannya pada Ali.

"Aku, apa? ngomong yang jelas !" bentak Ali karena Ara justru terdiam dan menunduk.

"Aku mencintai Kamu," jawab Ara dengan lantang.

BERSAMBUNG...

Thanks For Reading..

_Nurmahalicious_

Pertemuan dan Perjanjian pernikahan

"Aku apa? ngomong yang jelas !" bentak Ali karena Ara justru diam.

"Aku mencintai Kamu.!" jawab Ara dengan lantang.

"Ha-ha-ha, lelucon macam apa itu? Jelas saja banyak wanita yang mencintai aku. Aku tampan, gagah dan juga berkarisma," Ali menjawab serta menertawakan gadis culun yang mengaku mencintai nya.

"sedangkan, Kau? Aku yakin, tidak ada yang sudi dengan gadis culun sepertimu. Seharusnya kau berkaca dulu, Nona Gunawan !" lanjut Ali semakin menghina Ara. ucapannya sangat menusuk hati Ara.

"Sial, kenapa rasanya sakit sekali. Ketika kau dihina, oleh orang yang kau cintai Ara ! Luka ini bahkan lebih menyakitkan, dari pada Lukamu yang biasa kau dapatkan," batin Ara menahan sakit yang Ali berikan di hati nya.

"Aku mencintai kamu, apa itu tidak cukup Danish? Kau hanya perlu menerima Cinta dariku, dan kau akan jadi orang yang lebih sukses dari sekarang," ucap Ara dengan senyum manisnya.

"Jadi, kau berniat membeli cintaku dengan harta ayahmu !" bentak Ali menatap garang pada gadis yang sebentar lagi akan menjadi istri nya.

"Aku tidak bermaksud seperti itu, Danish. Sungguh, aku mencintaimu. Kamu akan mendapatkan semua yang kamu mau. Aku janji, aku tidak akan berbohong," pinta Ara memohon pada Ali.

Ali menyunggingkan senyum sinisnya. Berani sekali gadis culun ini menawarkan harta, sebagai bayaran atas cinta yang dia minta.

"Baik, aku bersedia, menikah denganmu. Tapi, aku memiliki syarat. Yang harus kau setujui !" Ali menyeringai, menunggu jawaban apa yang akan di berikan gadis culun di hadapan nya.

"Apapun itu, Danish. Aku bersedia," Ara menjawab dengan yakin, tanpa mendengarkan dulu syarat yang di berikan Ali. Bagi Ara, Ali mau menjadi suaminya itu sudah lebih dari cukup.

"Baiklah, kau baca dulu. Kontrak perjanjian kita ini," Ali menyodorkan kertas berisi perjanjian kontrak pernikahan mereka.

Ara menerima kertas yang di berikan Ali dan dengan teliti membaca poin-poin penting dalam perjanjian yang akan mereka setujui.

Perjanjian Pernikahan.

Pihak Pertama.

Ali Danish Mahendra.

Pihak Kedua.

Aracelia Daneen Gunawan.

Pihak Pertama Berhak melakukan apapun, tanpa izin dari pihak Kedua.

2. Tidak Ada Hubungan Badan, jika bukan Pihak Pertama yang menginginkan.

3. Jika pihak Kedua, tidak bisa membuat Pihak Pertama jatuh cinta dalam kurun waktu satu tahun, maka Pihak Pertama akan menceraikan Pihak Kedua.

4. Jika perceraian terjadi, Semua Harta warisan Pihak Kedua. Jatuh pada Pihak Pertama.

5. Pihak Pertama dan Pihak Kedua, tinggal di Rumah yang terpisah dari orang tua pihak Kedua.

TTD.

ALi Danish Mahendra.

TTD.

Aracelia Daneen Gunawan.

"Baik, aku setuju. Tapi aku juga punya syarat untuk kamu Danish," pinta Ara mengajukan syarat yang baginya juga penting dalam pernikahan mereka.

"Apa? Berani sekali kau, mengajukan syarat padaku !" bentak Ali, menunjukkan ekspresi tidak suka dengan permintaan Ara.

"Aku hanya minta, jika kamu punya wanita lain, jangan sampai kamu melakukan hubungan badan dengan wanitamu. Sebelum aku menyerah akan dirimu Danish," Ara tetap menyampaikan syarat yang dia inginkan, walaupun Ali menatap tidak suka pada permintaan yang dia ajukan.

"Tanpa kau minta, juga, aku tidak akan melakukan hubungan semacam itu. Sebelum menikah," jawaban Ali kali ini membuat Ara menghembuskan nafas lega. Setidaknya Ali tidak akan menghianati kesucian pernikahan mereka, Pikir Ara.

"Baik, Danish, aku akan berjuang mendapatkan cintamu. Dalam waktu satu tahun, terhitung dari pernikahan kita," ucap Ara yakin, bahwa dia pasti bisa meluluhkan hati Ali sebelum waktu itu tiba.

"Kau mau, kita menikah kapan?" tanya Ali setelah mereka berdua membubuhkan tanda tangan mereka di atas kertas perjanjian itu.

"Kamu, siap menikahi aku kapan Danish? Aku yang akan menyiapkan semuanya," Ara justru menanyakan kesiapan Ali untuk menikahinya.

"Seminggu lagi, saat Kau berulang tahun. Anggap ini kado dariku," ucap Ali. "kau mengajakku kesini, tidak berniat makan?" lanjut Ali karena ini sudah masuk jam makan siang, dan cacing di perutnya pasti sudah berdemo.

"Oh iya, tadi aku sudah pesan, makanan kesukaanmu Danish. Mungkin masih di siapkan," jawab Ara. "Terima kasih Danish, sudah memberiku kado terindah. Dengan menjadi istrimu," lanjut Ara mengucapkan rasa bahagianya. Ara sangat senang, karena ternyata pria yang di cintainya mengerti hari kelahirannya.

Setelah beberapa saat menunggu, pelayan masuk membawa beberapa hidangan kesukaan Ali. Ada Rendang daging, Opor Ayam kampung, juga Sup jagung dan jus buah kesukaan Ali. Pelayan menyajikan makanan di atas meja.

"Silahkan Tuan, Nona. Kami permisi" pamit pelayan setelah melayani pelanggan VVIP kehormatannya.

Ara memang sering datang ke Cafe itu dan selalu reservasi, di ruangan nomor 8. Karena Ara lahir pada tanggal 8 Agustus, menurut Ara, angka 8 adalah angka yang tidak memiliki ujung. Akan selalu menyambung semakin erat. Angka kesukaan Ara ada pada nomor 8.

"Kau tahu semua, makanan Favoritku. Ara?" tanya Ali ketika pelayan sudah tidak ada di ruangan itu lagi.

"Aku mencintai kamu Danish, sudah sewajarnya 'kan, aku tau segalanya tentang kamu?" Ara menjelaskan bahwa Ara berhak atas hal itu.

"Kau, lebay sekali. Jangan-jangan, kau menguntitku selama ini ya?" Ali menatap Ara dengan pandangan menyelidik.

Ara yang di pandang Ali dengan intens, menjadi salah tingkah. Pipinya memerah karena malu, di tatap pangeran yang di cintainya sejak 5 tahun yang lalu, dengan jarak sedekat ini.

"Aku 'kan bertanya pada Ibu, semua tentang kamu. Danish," jawab Ara lirih, setelah bisa menyembunyikan rona merah di pipinya.

"Kau kenal, Ibuku?" Ali merasa heran, kenapa gadis culun ini begitu mengerti tentang dirinya.

"Tentu saja, Daddy mengenalkan aku dengan Ayah, dan Ibu. Danish," jelas Ara menyampaikan, bahwa dia sudah di terima di keluarga Mahendra.

"Kau ... benar-benar wanita aneh," cibir Ali, dia mengalihkan pandangan. Dari gadis culun yang sialnya, adalah calon istrinya.

"Sudahlah, Ali, kamu jadi makan tidak? makananmu akan dingin, jika kamu terus saja mengajakku bicara. Kita akan punya banyak waktu untuk bicara. Sekarang, kamu makan dulu,"

Ali dan Ara makan dalam diam. Setelah selesai makan, Ali mengeluarkan rokok dari sakunya. Ali sudah menyalakan korek api, dan bersiap untuk membakar ujung rokoknya.

"Danish, tolong, jangan merokok saat bersamaku. Aku memiliki Alergi terhadap asap,"

pinta Ara menghentikan kegiatan Ali.

"Kau ini, menyusahkan sekali. Banyak larangan, banyak mau dan banyak sekali mengomel. Hufft," Desah Ali kasar, tapi dia menuruti kata-kata Ara.

"Bagaimana bisa, aku memiliki Calon istri lemah. Seperti dirimu, Ara !" Ali memaki Ara dengan kata-kata yang menyakitkan.

"Aku hanya ingin, kita sehat. Danish," gumam Ara lirih.

Jengkel dengan ucapan Ara, Ali menggebrak meja dengan kasar.

"Kau pikir, selama ini aku penyakitan?? Hah !" bentak Ali, Emosinya sudah tidak bisa di kendalikan, menghadapi gadis culun di hadapannya.

BERSAMBUNG...

Thanks For Reading..

_Nurmahalicious_

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!