Seorang pembunuh nomor 1 di dunia modern bereinkarnasi ke dunia dimana zaman peperangan kerajaan terjadi. Pembunuh tersebut mati karena ditipu oleh organisasi nya untuk melakukan tugas pembunuhanan. Dalam informasi yang dia dapat, target pembunuhannya merupakan seorang pengusaha yang sekarang dalam keadaan mabuk berat di sebuah hotel ternama bersama para gadis. Dia yang percaya pada organisasinya langsung masuk kedalam hotel itu, tanpa mengecek keaslian informasi itu. Dia masuk kedalam hotel dengan menyamar sebagai pegawai yang akan menservis kamarnya. Tanpa berselang lama, dia masuk kedalam kamar sesuai dengan yang tercatat dalam informasi. Setelah dia masuk, betapa dikejutkannya dia oleh keadaan yang berada dalam kamar.
“Haha akhirnya muncul juga Shin sang pembunuh nomor 1 dunia.” ucap pengusaha itu.
“Silahkan, silahkan cicipi dulu anggur ini, anggur ini merupakan kualitas terbaik yang hotel ini rekomendasikan.” Lanjutnya.
Shin yang dikejutkan dengan suasana dalam ruangan hanya bisa terdiam dan tidak bisa melakukan tugas pembunuhannya. Dia sebenarnya masih sanggup melakukan pembunuhan namun dia juga teliti, keadaannya sungguh tak menguntungkan. Shin berpikir jika ia memaksakan melakukan tugasnya, dia bisa bisa kembali hanya dengan kematian. Shin melihat sekitar yang sudah banyak pembunuh top dunia, termasuk temannya sendiri yang menempati nomor 2.
“Silahkan duduk didepanku dan cicipi anggur ini.” ucap pengusaha.
Merasa keadaan sangat tidak mendukung, Shin hanya bisa menuruti keinginan pengusaha itu. Dia berjalan ke arah tempat duduk yang disediakan sambil melihat rekan rekan pembunuhnya.
“Nahhh begitulah seharusnya.” Ucap pengusaha itu.
“Minumlah minumlah!” lanjutnya.
Shin tau bahwa di dalam minumannya terdapat obat tidur, dia tidak mau ditipu lagi.
“Santai saja, tidak ada obat yang kutaruh dalam anggur itu, aku bersumpah.” Ucap nya sambil tersenyum dan mengangkat kedua jarinya membentuk huruf V.
Shin yang mendengar itu lalu menuruti perkataannya dan meminumnya. Dia tidak merasakan efek apapun hanya rasa anggur yang sangat manis dan berkadar alkohol tinggi.
“Sudahku minum, sekarang apa maumu Tuan pengusaha?” ucap Shin.
“Hahaha santai, aku mengundangmu kemari karena aku ingin membuat penawaran.” jawab si pengusaha.
“Penawaran seperti apa?” tanya Shin.
“Aku ingin kau tidak menerima tugas lagi yang nantinya akan bersangkutan denganku. Kau lihat sekarang, aset asetku sudah mencapai ratusan milyar bahkan akan mencapai triliunan. Aku tidak ingin kerja kerasku hancur karena seorang pembunuh sepertimu.” ucap si pengusaha.
“Bagaimana? Kalo kau tidak mau, kau bisa memilih. Mau bunuh diri atau dibunuh oleh rekan rekanmu yang ada didepanmu ini?” lanjutnya.
Shin yang mendengar itu sungguh merasa jijik kepada pengusaha itu dan rekan rekannya.
Mereka malah tunduk pada kekuasaan dan uang. Aku melakukan pembunuhan karena aku melakukan balas budi pada pemimpin organisasi yang telah menyelamatkanku dari jurang kelaparan, rekanku pun juga sama sepertiku tapi mereka malah tunduk pada hal sepele dan melupakan balas budi. Shin yang merasa bahwa pemimpinnya telah berhianat padanya juga telah membuang rasa simpati nya. Sekarang dia hanya harus memilih pilihan yang ditawarkan. Shin yang masih berpikir keras itu menatap pengusaha itu.
Pengusaha yang melihat Shin berpikir keras tersenyum lebar karena dia merasa bangga, dia bisa membuat pembunuh nomor 1 dunia begitu menyedihkan. Ketika merasa bosan dan menunggu lama keputusan Shin, pengusaha itu mengangkat tangan dan melambaikan tangannya. Seketika Shin tiba tiba pingsan, dia dipukul dari belakang menggunakan pemukul baseball.
Shin yang sekarang tak sadarkan diri, diikat oleh para rekannya atas perintah pengusaha itu. 15 menit kemudian, Shin tersadar dari pingsannya. Lalu dia melihat sekitar, dia masih ditempat yang sama seperti sebelum dia tak sadarkan diri. Shin menatap pengusaha itu dengan tatapan tajam, karena dia merasa diremehkan. Shin yang diikat dan ditelanjangi hanya menyisakan sebuah boxer itu menggelengkan kepalanya, dia merasa sangat muak dengan keadaannya.
“Bagaimana? Kuberi kau 5 detik untuk menjawab atas tawaranku. Jika dalam 5 detik tidak menjawab, kematian yang menjemputmu.” ucapnya si pengusaha.
Karena merasa tertekan, Shin lebih baik diam dan mati daripada menanggung malu di masa depan. Pengusaha yang sudah melihat bahwa waktu yang diberikan telah lewat menyuruh para pembunuh itu mengeksekusinya.
“Lakukan!” perintahnya.
Segera para pembunuh itu menebaskan pedang mereka, pisaunya dan juga menyiksanya. Pengusaha itu menyuruh untuk melakukan pembunuhan dengan pelan pelan.
“Haha terima nasibmu Shin. Kau sudah terlalu banyak membunuh orang, sekarang inilah balasannya.” Ucapnya sambil tersenyum.
Shin yang mendengar itu dengan mata yang sudah mulai buram pun berpikir dan bergumam:
“Haha, inilah akhirku. Memang aku sudah banyak membunuh, mungkin ini balasannya. Baiklah kuterima, semoga para roh dari orang yang kubunuh itu tersenyum dan menjadi tenang disana.” Gumamnya sambil tersenyum.
Pandangan Shin sudah mulai sangat gelap, dia mati di dunia modern itu.
Ditempat lain, di zaman peperangan kerajaan sedang terjadi. Seorang pemuda sedang mengikuti peperangan karena dia merupakan seorang prajurit. Dia dan prajurit lainnya sedang berperang dengan kerajaan musuhnya. Mereka sekarang sedang digempur habis habisan oleh prajurit lawan. Dia yang merasa bahwa dirinya akan mati pun segera berlari ke arah belakang karena dia sudah terkena banyak tebasan dan mengeluarkan banyak darah. Dia berlari ke arah hutan yang lebat agar dia selamat dari kejaran dan pencarian pihak lawan. Dia sekarang memasuki sebuah gua yang terdapat di hutan itu.
“Huuh..huhh…” helaan nafas si pemuda.
Dia bernafas terengah engah karena berlari tanpa henti, dia juga menahan rasa sakit dari luka lukanya.
“Aku akan mati kalau terus begini, aku harus segera menutupi luka luka ini.”ucapnya.
Pandangan prajurit itu mulai kabur dan semakin gelap karena banyaknya darah yang keluar. Dia akhirnya menutup matanya dan mati. Disisi lain, Shin yang sudah terbunuh di dunia modern, jiwanya melayang dan memasuki ruang hampa yang sangat gelap. Di ruang hampa yang sangat gelap, Shin melihat setitik cahaya kecil, lalu dia menghampirinya.
“Keturunanku, kau sangat kotor dan kau membawa banyak mayat tak bersalah di setiap langkah kakimu.” ucap seseorang.
Shin yang telah sampai di dekat cahaya kecil itu mendengar seseorang berkata, dia merasa ini tidak mungkin dan tidak percaya.
“Siapa kamu?” tanya Shin.
“Aku leluhurmu, kau sungguh sungguh kotor keturunanku. Apakah kau senang membunuh?” ucapnya.
Shin bingung harus menjawab apa pertanyaan itu, dia selama ini hanya melakukan dan memenuhi tugasnya karena ingin membalas budi. Dia tidak tau apakah dia senang melakukan pembunuhan atau tidak.
“Jika kau senang dan suka membunuh, aku leluhurmu akan memberikan hukuman padamu dan membuatmu bereinkarnasi ke tempat dimana pembunuhan dan pembantaian sering terjadi.” ucap leluhur.
“Dimana memangnya?” Shin menjawab dengan penuh semangat karena spontan, dia juga tidak tau kenapa dia tiba tiba menjawab.
Leluhurnya yang melihat bahwa Shin benar benar menyukai pembunuhan pun menggelengkan kepalanya karena keturunannya sungguh kotor dan penuh dengan dosa. Karena merasa bahwa keturunannya penuh dosa, dia langsung menjawab pertanyaan Shin dan segera memberikan hukumannya.
Untuk para pembaca yang terhormat dan berbudi luhur, mohon berikan sarannya dikolom komentar dan jika suka dengan cerita tolong di like, vote dan tekan tombol favorit supaya ketika saya update kalian tidak ketinggalan.
Saya meminta sarannya dikomen supaya saya bisa mengoreksi karya saya. Saya meminta like dan vote supaya saya tambah semangat dalam melanjutkan ceritanya.
Saya tidak bermaksud memaksa, hanya saja saya masih pemula yang masih memerlukan dukungan penuh kalian dalam memperbaiki diri.
Semoga para pembaca yang terhormat dan berbudi luhur ini menikmati karya saya.
Maaf bila banyak kesalahan, nanti akan saya betulkan supaya enak dibaca lagi. Terima kasih juga buat kalian yang sudah mendukung karya saya.
Salam hormat.
-cain-
Chapter 2
Leluhurnya yang melihat bahwa Shin benar benar menyukai pembunuhan pun menggelengkan kepalanya karena keturunannya sungguh kotor dan penuh dengan dosa. Karena merasa bahwa keturunannya penuh dosa, dia langsung menjawab pertanyaan Shin dan segera memberikan hukumannya.
“Di sebuah dunia, dimana zaman peperangan kerajaan masih terjadi. Kau bisa membunuh banyak disana dan jika kau sudah selesai membunuh dan menghentikan peperangan kerajaan terjadi, dosa dosamu akan kuanggap bersih.” ucap leluhur.
“Terus aku bakal mati lagi, jika sudah membersihkan dosa dosaku?” tanya Shin.
“Tidak, kau mempunyai kehidupan baru.” jawabnya leluhur.
Shin lalu berpikir keras.
“Izinkan aku bertanya terlebih dahulu leluhur.” Ucap Shin.
“Silahkan akan kudengar, dan kujawab.” jawab leluhur.
“Kenapa aku bisa berada disini? Kenapa aku bisa bertemu denganmu?” tanya Shin.
“Itu karena kau memakai kalung keturunan keluarga. Walaupun kau hidup sendiri di dunia itu, kau tetap memakainya, itu adalah kalung turun temurun. Setiap keluarga kita yang memakai kalung itu mati, mereka akan bertemu denganku.” jawab leluhur.
“Aku meninggalkan pecahan jiwaku dan sisa sisa kekuatanku disana.” jelas leluhur.
“Sekarang kau berada dimana?” tanya Shin.
“Aku? Ditempat yang jauh yang tak mungkin kau bisa gapai.” balas sang leluhur.
“Terus mereka yang memakai kalung itu dan mati lalu bertemu denganmu, kau kemanakan mereka?” tanya Shin penasaran.
“Mereka berada ditempatku yang sekarang, mereka aman. Hanya yang berdosa sepertimu yang akan kuhukum dan kureinkarnasikan.” jawabnya dengan kecut.
“Terus, apakah ada dari keluargaku yang direinkarnasikan selain aku?” tanya Shin.
“TIdak ada, kau satu satunya.” jawabnya leluhur.
Mendengar itu Shin merasa malu atas keluarganya dan merasa sangat bersalah karena merusak darah keluarga.
“Baiklah aku sudah mendengar jawabanmu, aku siap dihukum.” ucap Shin.
“Kemarilah lebih dekat!” perintah leluhur.
Shin lalu mendekat, dan cahaya kecil itu berubah menjadi bentuk seorang pria tua yang terlihat mengerikan dan bijaksana. Pria tua itu adalah leluhurnya. Setelah Shin mendekat, pria tua itu menempelkan kedua jarinya pada matanya.
“Akan kuberi kau sedikit kekuatan mata, supaya kau bisa memilih milih rekan dan tidak dikhianati lagi.” ucap leluhur tiba tiba.
“Gunakan ini dengan baik!” lanjutnya.
Lalu setelah memberikannya kekuatan, leluhur itu menunjukkan sebuah lorong yang diujungnya terdapat cahaya.
“Kesanalah, disana ada sebuah tubuh yang jiwa nya sudah mati. Dia baru saja mati, masuklah ketubuhnya dan gunakan menjadi tubuhmu!” perintah leluhur Shin.
Setelah mendengar perintah itu, Shin pun langsung menuju lorong itu. Setelah dekat dengan cahaya itu Shin membalikan badannya dan membungkuk.
“Terima kasih leluhur, telah memberiku kesempatan kedua.” ungkap Shin.
Leluhur itu pun tersenyum lalu cahaya yang asalnya membentuk pria tua itu menghilang secara perlahan, Shin yang melihat itu segera membalikan badannya dan masuk kecahaya itu.
Didalam gua, Shin yang sudah masuk ketubuh orang yang mati tadipun langsung meraba raba tubuhnya.
“Huhh, ternyata benar aku bisa hidup kembali.” ucap Shin.
“Tapi apa apaan dengan tubuh ini? Luka dimana mana, pantas saja pemilik sebelumnya mati.” lanjutnya.
Shin yang melihat tubuhnya sudah penuh luka pun merobek baju baju yang dipakai tubuhnya. Dia lalu membalut luka lukanya dengan kain hasil dari robekan bajunya. Setelah menutupi semua lukanya, Shin teringat dengan warisan kekuatannya, dia diberi kekuatan mata.
Dia lalu keluar dari gua dan mencari orang orang untuk mengecek kekuatan matanya. Tak berselang lama, Shin sampai dipintu masuk hutan itu. Dia melihat banyak mayat didepannya, dia lalu melirik kekiri dan kanan untuk mencari yang masih hidup. Tapi sayang mereka sudah mati dan tidak ada yang selamat.
Shin lalu bergegas menuju ke desa terdekat. 5 menit kemudian, Shin sampai disebuah desa. Dia melihat pembantaian, dia lalu bersenyembunyi dan naik ke atas pohon. Shin berpikir bahwa desa yang sedang dibantai itu merupakan desa dari kerajaan yang dia tinggali.
Shin lalu mengendap ngendap mendekat ke arah desa itu melalui semak semak, layaknya tentara. Shin melihat ada seorang prajurit yang tertinggal, dia lalu mendekatinya dan menggunakan kekuatan matanya. Alangkah terkejutnya, di atas kepala itu tertulis sebuah nama dan sifatnya. Setelah mengetahui kebenaran tentang kekuatan matanya, Shin langsung menyerang prajurit itu dari belakang dan membunuhnya dengan cepat. Dia menggunakan keterampilan membunuhnya dari dunia modern.
Setelah membunuh 1 prajurit itu, Shin mengambil senjatanya yang merupakan sebuah pedang. Dia lalu bergegas masuk kerumah-rumah untuk mengendap ngendap dan menyerang prajurit yang beranggotakan sendiri. Tak butuh lama, Shin yang merupakan seorang pembunuh top itu melakukan pembantaian secara diam-diam. Walaupun masih banyak prajurit yang tersisa, setidaknya dia berhasil mengurangi pihak musuh dan tinggal menunggu bala bantuan. Saat menunggu bala bantuan tiba, Shin juga mencoba mengurangi pihak lawan dengan cara yang sama. Berselang 10 menit, karena merasa lelah, dia lalu beristirahat di sebuah atap rumah sambil melirik ke arah kanan, kiri, belakang dan depan. Dia melakukan itu supaya tau kapan tibanya bala bantuan.
Tak sampai 1 jam dari istirahatnya Shin, Shin melihat banyak pasukan dengan berpakaian zirah yang sama dengannya. Dia berpikir bahwa itu bala bantuan, dia bergegas berdiri dan tersenyum.
“Sambil menunggu bala bantuan itu sampai, lebih baik aku menggunakan waktu yang kosong ini untuk mengurangi pasukan lawan.” Gumamnya.
Shin langsung turun dan membunuh prajurit lawan menggunakan keterampilannya. Dia menyerang prajurit prajurit yang bekelompok sedikit. Setelah sekian lama menunggu, pasukan bantuan tiba, Shin yang melihat itu langsung berteriak dan bergegas ke ara prajurit lawan yang sedang berhadapan dengan pasukan bantuan.
Prajurit bantuan yang dipimpin oleh seorang pria tua itu pun tercengang melihat tingkah Shin yang merupakan prajurit biasa.
“Apakah dia pasukan kita yang tersisa?” gumam si pria tua.
Lalu si pria tua itu melirik ke arah kanan dan kiri, dia menyuruh satu anggotanya untuk mengecek apakah ada yang selamat lagi atau tidak.
5 menit kemudian, prajurit yang mengecek itu kembali dan melaporkan hasil laporannya.
“Lapor, didaerah desa ini tidak ada pihak kita yang selamat, tapi aku menemukan banyak mayat pihak lawan yang terbunuh secara terpisah dan berbeda beda tempat.” ucap seorang prajurit.
Pria tua yang mendengar laporan prajuritnya, langsung melirik ke arah Shin yang sedang melakukan penyerangan. Dia lalu tersenyum melihat penyerangan Shin yang membabi buta.
“SERANGGG!” ucap pria tua itu.
Para prajurit bantuan langsung menyerang dan menyerbu pihak lawan, Shin yang melihat para bantuan sudah bertindak pun segera keluar dari keramaian itu dan mundur. Dia lalu menghampiri si pria tua yang sedang duduk diatas kuda. Shin berjalan sambil terhuyung huyung karena kelelahan ditambah luka yang diciptakan tadi semakin melebar. Saat sudah dekat dengan pria tua itu, Shin terjatuh dan menabrak kudanya. Pria tua itu langsung turun dari kudanya, dan menaikkannya keatas kuda.
“Pemuda yang berani, bertalenta dan gagah.” Ucap si pria tua.
Shin yang sudah tak sadarkan diri pun tak bisa mendengar ucapan si kakek tua. Berselang 1 jam, prajurit lawan berhasil dibersihkan oleh pasukan bantuan.
Untuk para pembaca yang terhormat dan berbudi luhur, mohon berikan sarannya dikolom komentar dan jika suka dengan cerita tolong di like, vote dan tekan tombol favorit supaya ketika saya update kalian tidak ketinggalan.
Saya meminta sarannya dikomen supaya saya bisa mengoreksi karya saya. Saya meminta like dan vote supaya saya tambah semangat dalam melanjutkan ceritanya.
Saya tidak bermaksud memaksa, hanya saja saya masih pemula yang masih memerlukan dukungan penuh kalian dalam memperbaiki diri.
Semoga para pembaca yang terhormat dan berbudi luhur ini menikmati karya saya.
Maaf bila banyak kesalahan, nanti akan saya betulkan supaya enak dibaca lagi. Terima kasih juga buat kalian yang sudah mendukung karya saya.
Salam hormat.
-cain-
Chapter 3
Shin yang sudah tak sadarkan diri pun tak bisa mendengar ucapan si kakek tua. Berselang 1 jam, prajurit lawan berhasil dibersihkan oleh pasukan bantuan. Prajurit bantuan itu membantu para warga yang masih hidup walaupun mereka terluka, mereka membawa para warga itu kesebuah rumah yang cukup besar yang bisa menampung warga terluka itu.
Shin yang dibawa kesana oleh pria tua itu pun segera dirawat dan diobati oleh pasukan bantuan, mereka membersihkan luka luka Shin dan membalutnya dengan kain baru. Prajurit bantuan itu merobek pakaian para warga yang ditinggalkan rumahnya dan mengambil baju bajunya.
2 Jam kemudian, Shin mulai tersadar dari pingsannya. Dia melirik ke bagian tubuhnya yang tidak memakai baju namun banyak kain yang menutupi luka lukanya. Dia lalu melirik kanan dan kiri dan melihat banyak warga yang sedang di obati. Shin lalu berdiri dan melangkah keluar rumah, di luar sana pria tua itu sedang duduk di atas mayat pihak lawan.
Shin yang melihat itupun langsung menghampirinya, pria tua yang sadar akan adanya suara langkah kaki pun membalikan badannya dan melihat bahwa pemuda yang dia tolong menghampirinya.
“Haha, sudah sadar kah kau pemuda pemberani?”ucapnya.
Shin hanya tersenyum dan menganggukkan kepalanya.
“Apakah kau yang melakukan pembunuhan dan pembantaian atas pihak lawan itu?” tanya pria tua.
“Iyaa, aku melakukannya secara diam diam.” jawab Shin dengan tenang.
“Bagus bagus, kau sangat bertalenta.” ucap pria tua.
“Apakah kau sendiri dan tidak ada yang membantu?” lanjutnya.
“Iyaa, aku tadi tertinggal di dekat pintu masuk hutan yang disana, aku sempat pingsan dan tertutupi oleh para mayat pasukan kita makanya aku masih hidup. Setelah sadar bahwa hanya aku yang tersisa, aku langsung menuju desa terdekat karena aku pikir mereka pasti akan melakukan pembantaian.” Ucapnya berbohong.
“Haha baiklah, sekarang sudah aman. Nanti setelah merawat para warga kita akan kembali kekota dan meminta pada para atasan untuk memberikanmu hadiah dan penghargaaan.” ungkap pria tua.
“Baikk.” jawab Shin dengan singkat.
Setelah percakapan berakhir, Shin langsung mencari rumah kosong yang para warganya sudah mati akibat pembantaian itu. Shin masuk kerumah yang dekat dengannya lalu masuk. Dia masuk kerumah orang karena ingin mencari baju. Dia memilih milih baju yang berukuran pas dengan tubuhnya. Dia akhirnya mendapatkan baju yang pas dengan warna hitam polos.
30 menit kemudian
Semua warga telah selesai diobati oleh para pasukan bantuan. Para pasukan telah berkumpul diluar termasuk aku. Aku yang tidak mempunya kuda pun, mengambil kuda dari sisa sisa pasukan bantuan yang telah mati.
“Baiklah semuanya sudah berkumpul, mari kita kembali kekota.” ucap pria tua dengan tegas.
Para warga yang sudah lumayan siuman dari lukanya mengantar kepergian dari para pasukan, mereka mengucapkan banyak banyak terima kasih karena telah menolong dan membantu merawat para warga. Diperjalanan kita menuju kota kita memerlukan waktu sekitar 1 jam setengah. Dalam perjalanan aku berada didepan, disamping pria tua itu.
Awalnya banyak prajurit yang tidak suka denganku karena berjalan bersebelahan dengan si pria tua itu. Aku tidak tau siapa dia, yang kutau seharusnya dia seorang pemimpin kelompok ini. Keelompok ini pun bisa dibilang pasukan yang besar dengan jumlah yang amat banyak.
“Pak tua, kamu ini siapa? Jendral kah?” tanya Shin.
“Haha.” tawa pria tua.
“Coba tebak saja.” jawabnya pria tua.
Aku yang disuruh menebak malah bingung dengan perkataannya, lalu aku menoleh kebelakang tapi tatapan para prajurit membuatku sedikit tak enak.
“Kau pasti Jendral.” ungkap Shin setelah menebak nebak.
“Haaha tepat. Seperti yang kuduga, kau pemuda yang pinta.” jawab pria tua.
“Kau terlalu memuji Jendral.” ucap Shin.
Shin langsung memanggil Jendral karena dia sudah tau identitas sesungguhnya dari si pria tua, tapi dia tidak tau namanya.
“Nama mu siapa Jendral?” tanya Shin.
Mendengar aku menanyakan itu, sontak para prajurit menyorakiku dan berteriak.
“Jaga sopan santunmu didepan Jendral, menanyakan nama seseorang itu tidak sopan apalagi jabatannya lebih tinggi darimu.” ucap seorang prajurit di belakang.
Aku yang mendengar itu hanya bisa tersenyum sambil menoleh kebelakang.
Mendengar para prajurit nya bersorak memarahiku, si pria tua itu malah tertawa dan melihat ke arahku, aku yang sadar diperhatikan langsung menatap balik dengan tatapan aneh.
“Haha, baiklah aku kasian denganmu terkena marah prajuritku. Aku akan bersikap rendah hati sekarang. Perkenalkan namaku Jendral Fei dari keluarga Fei kerajaan Ming.” Ucapnya.
Aku yang tidak tau siapa mereka, tidak tau ini dimana, merasa senang karena nantinya aku akan mendapatkan banyak informasi tentang dunia ini.
“Terima kasih Jendral karena telah bersikap rendah hati pada junior ini yang namanya Shin.” ucap Shin dengan rendah hati.
“Jadi namamu Shin kah?” ucap Jendral.
“Nama yang bagus pemuda.” Lanjutnya.
Aku tidak tau pemilik tubuh ini siapa namanya, siapa keluarganya, tapi aku akan memakai namaku yang sebelumnya biar aku terbiasa.
Jika saja pemilik tubuh ini mempunyai keluarga, aku akan membahagiakan mereka seperti keluargaku sendiri.
“Butuh berapa lama lagi untuk sampai Jendral? Maaf bertanya ini karena aku tidak pernah kekota Jendral.” tanya Shin.
“Sekitar 10 menit lagi kita akan sampai.”
“Pemuda yang baik, punya sopan santun, gagah, berani dan berkharisma sepertinya cocok untuk putriku, haha.” Gumam sang Jendral.
Sekitar 10 menit sudah berlalu mereka menghabiskan sisa 10 menitnya dengan berbincang bincang. Sekarang mereka di depan gerbang kota yang tinggi dan disekitarnya terdapat tembok tembok yang tinggi juga.
“Ini benar benar zaman perang.”gumam Shin setelah melihat benteng kota.
“BUKA GERBANGNYA, AKU SUDAH KEMBALI.” Ucap Jendral.
Sontak dengan suara keras itu membuat penjaga benteng dan penjaga gerbang terkejut, mereka buru buru membuka gerbangnya karena tidak mau membuat Jendral menunggu dan marah.
Kreeeek
“Silahkan Jendral, Selamat atas kemenangannya.” Ucap penjaga gerbang.
Jendral yang mendengar ucapan selamat itu hanya tersenyum dan segera memasuki kota, dan menuju ke kamp militer pusat untuk melapor. Diperjalanan ke kamp mereka disambut para warga dan disoraki.
“Selamat Jendral.”
“Kau memang hebat Jendral.”
“Beri jalan beri jalan.”ucap salah satu warga yang ingin menarik perhatian.
“Siapa pria disamping Jendral itu?” teriak sang warga.
“Iyaa siapa dia? Aku baru melihatnya, dia juga berani berjalan disebelah Jendral.”
“Ahh pria yang disamping Jendral sangat tampan.” Teriak seorang wanita muda
Itulah keramaian yang terjadi dikota setelah berhasil memenangkan peperangan, tiba tiba ada 1 anak kecil yang berlari ke arah Shin.
“Kakak siapa? Ko kakak berani berjalan disamping Jendral?” ucap anak pria berumur 8 tahunan.
“Haha, kakak prajurit juga. Tapi kakak bukan prajurit dari kota ini.”
“Teman teman prajurit kakak sudah mati semuanya hanya tersisa kakak.” Lanjut Shin.
Tiba tiba anak pria itu memasang muka sedih karena kasian dengan Shin. Dia juga tiba tiba menyemangati Shin supaya tidak sedih.
“Semangat kakak, jangan sedih ya.” Ucapnya.
Aku hanya bisa tersenyum sambil bergumam:
Untuk para pembaca yang terhormat dan berbudi luhur, mohon berikan sarannya dikolom komentar dan jika suka dengan cerita tolong di like, vote dan tekan tombol favorit supaya ketika saya update kalian tidak ketinggalan.
Saya meminta sarannya dikomen supaya saya bisa mengoreksi karya saya. Saya meminta like dan vote supaya saya tambah semangat dalam melanjutkan ceritanya.
Saya tidak bermaksud memaksa, hanya saja saya masih pemula yang masih memerlukan dukungan penuh kalian dalam memperbaiki diri.
Semoga para pembaca yang terhormat dan berbudi luhur ini menikmati karya saya.
Maaf bila banyak kesalahan, nanti akan saya betulkan supaya enak dibaca lagi. Terima kasih juga buat kalian yang sudah mendukung karya saya.
Salam hormat.
-cain-
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!