NovelToon NovelToon

Gairah Cinta Saudara Kembar

Part 01 Terkejut

Sembilan belas tahun ada di Eropa. Melvin dan keluarga kecilnya berlabuh lagi di negara tercinta. Mama Maya yang sudah sepuh sedang jatuh sakit. Ia harus melakukan operasi tulang sum-sum belakang dan membutuhkan support dari keluarga tercinta.

Penyebab itulah seorang anak yang kini menjelma menjadi pemuda tampan juga harus pindah sekolah mengikuti jejak kedua orang tuanya.

Dialah Aga Pramudian Melvin Wijaya memulai hari pertama di sekolah barunya putih abu-abu bukanlah sesuatu yang menyenangkan perasaannya.

Baru saja sampai dan hendak menemui putra dari Dafa dan Rindy yang bernama Samuel, tamparan keras dari seorang gadis yang meng muhampirinya mengejutkan dirinya.

Plak!

Urat wajah Aga mendadak berdenyut dan memerah. Ia tidak menduga langkahnya pertama kali di sekolah itu di sambut dengan sesuatu yang sangat menyakitkan.

"Sialan, semalam kamu sudah berani kurang ajar padaku. Maka hari ini kau harus mendapatkan ini," ketus gadis itu melotot tajam tanpa sebab musabab dihadapan Aga.

Aga memandang dalam dingin. Pertanyaan aneh menyeruak memenuhi otak kecilnya. Ia tidak paham maksud dari gadis itu.

"Maksud anda apa, Nona? Bahkan saya baru bertemu dengan anda di tempat ini?" Aga butuh penjelasan akan tindakan gadis itu.

"Huh." Gadis itu memandang picik sambil melipat tangan. Ia dorong lagi dada Aga karena kekesalannya belum usai.

"Hey, Nona! Anda sudah bersikap tidak sopan terhadap ku. Apa masalah anda padaku?" Tentu saja Aga tak terima karena Ia memang merasa tak punya salah sedikit pun.

"Apa? Kau melupakan kejadian konyol mu semalam. Kau pikir, kau bisa mengelabuhi aku, Tuan yang terhormat?" Kata-kata gadis itu memekik nyaring.

Aga memperhatikan penampilan gadis itu dari atas sampai bawah. Tak ada yang spesial dari gadis itu hanya seorang gadis biasa yang mengenakan baju murahan. Rambutnya di kepang dua juga kaca mata merah yang melekat di kedua bola matanya.

"Heh, kau bukan tipe ku, Nona. Lalu kesalahan apa yang sudah ku perbuat pada mu hingga kau berani menyentuh wajah tampan ku ini?" Tanya Aga lagi menunjuk bekas tamparan yang masih pedas menempel di pipinya.

Sekejap tempat itu di penuhi oleh mahasiswa lainnya. Keributan itu mengundang perkumpulan yang sangat menghebohkan.

"Anda semalem telah mencium bibirku dengan lancang dan bilang aku ini cewek murahan di simpang sana. Cuih.. lalu sekarang kau mengelak. Ngomong saja kalau kau itu sebenarnya suka sama aku 'Kan?" ketus gadis itu lagi masih dengan nada marahnya.

Aga terkekeh mendengar penuturan gadis itu. Ia menganggap gadis itu sedikit tidak waras.

"Anda pasti salah orang, saya merasa tidak pernah ingin menyentuh anda. Permisi!" Aga menabrak kecil pundak gadis itu.

"Hey, tunggu!"

Gadis itu melompat dan menendang punggung Aga hingga Aga hampir terjatuh untunglah Samuel datang dan menahan tubuh Aga.

"Ada apa, Ga?" Samuel sudah tahu kalau Aga adalah putra Melvin dan Hana. Hari itu memang suasana yang baru bagi Aga bertemu orang-orang yang belum dikenal nya.

"Dia sudah gila, Sam. Dia bilang aku melecehkan dia. Kamu kan tahu baru kemaren aku tiba di sini. Bahkan jalan-jalan dikota ini saja belum," jawab Aga. Tatapan liar ia tujukan pada gadis itu.

"Benar, Nona. Mungkin kau sudah dalam pengaruh ngantuk hingga salah melihat orang," tukas Samuel menjelaskan. Samuel sedikit lebih muda dari Aga karena memang Dafa dan Rindy menikah setelah Hana melahirkan.

"Heh, munafik. Aku tidak percaya akan hal itu. Kau itu lelaki hidung belang, dasar bad boy!" Gadis itu menunjuk lagi wajah Aga dengan tatapan tajam.

Aga kian dongkol dan berusaha menurunkan tangan gadis itu agar berhenti menuduhnya. Rupanya gadis itu bukan gadis biasa. Tenaganya cukup kuat untuk menahan tangan Aga.

Aga terus menekannya kebawah dan tak akan rela bila kalah dari yang namanya perempuan. Cukup sulit menekan tangan gadis itu. Gadis itu malah memelintir tangan Aga kebelakang hingga Aga meraung kesakitan.

"Aw, hey Nona. Kau bisa mematahkan tulang ku, Nona." Aga meringis menerima cekalan gadis itu.

Samuel dan yang lainnya saling tatap. Mereka tidak mengerti akan tindakan gadis itu.

"Jangan mencoba mengecoh ku, Tuan. Aku bisa meremukkan tulang belulang mu hingga berubah menjadi debu," ancam gadis itu.

Seorang teman wanita gadis itu datang. Ia mendapat kabar dari salah seorang teman lainnya kalau sahabatnya sedang berbuat onar.

"Jangan Mel, kau bisa mencelakai pemuda itu!" Mentari tahu betul jika Melati sangat pandai bela diri.

"Biarin, Ri. Biar dia gak bisa melecehkan perempuan lagi," timbal Melati. Tak sudi rasanya Ia melepaskan Aga.

"Aw, Nona. Tolong lepaskan aku! Anda akan menyesal jika tangan ku sampai cidera," ancam Aga, Ia tak punya pilihan lain.

Gadis itu menertawakan Aga. Sepertinya Melati hanya menganggap itu ancaman basi.

"Heh, Kau pikir aku takut, hah?" ujarnya tersenyum miring.

Gadis itu melepaskan Aga secara sadis, lalu meninggalkan tempat itu dengan percaya diri. Ia merasa puas telah mempermalukan Aga di depan orang banyak.

"Siapa gadis itu, Sam? Tanganku sampai membiru seperti ini?" Aga memberikan pijitan sedikit di pergelangan tangannya.

"Dia hanya gadis beruntung yang kuliah karena bea siswa, Ga," jawab Samuel jujur.

"Dasar gila, awas saja dia. Dia belum tahu sedang berhadapan sama siapa?"

Part_02 Tak Di Sangka

Samuel membawa Aga ke kantin dan memesankan beberapa camilan ringan. Semua itu sangat berguna untuk mendinginkan pikiran Aga yang sedang gerah akibat ulah cewek lugu itu.

"Makan saja dulu agar pikiran mu tenang, Ga. Gadis itu pasti salah paham pada mu." Samuel menyodorkan sebotol air kemasan yang langsung di terima oleh Aga dan di teguk nya hampir separo.

"Dasar aneh, baru kali ini aku ketemu cewek strees kaya dia. Emang dia pikir, dia cantik apa ya?" Aga terus menggerutu pada sosok gadis menyebalkan itu.

"Sudahlah, jangan di pikirkan. O ya, apa Eyang Maya sudah membaik?" Samuel sengaja mengalihkan pembicaraan agar Aga tak mengungkit persoalan yang baru saja Ia alami.

"Alhamdulilah, sudah. Kemaren operasinya berjalan lancar," jawab Aga tenang. Tak bisa di pungkiri Ia masih sedikit kesal.

"Ga, aku harap kau betah ya tinggal disini. Aku sangat senang bisa mendapat teman baru." jujur saja selama masa berteman, Samuel tidak terlalu suka pada mereka karena mereka suka berhura-hura.

"Iya, Sam. Rencananya Papa emang mau ngajak pindah dan menetap disini tapi aku belum tahu sih kelanjutannya," jawab Aga. Mulut itu di penuhi roti hingga membuat suaranya berubah besar.

"Asyik..." Samuel girang. "O ya nanti sore ada balap motor di sirkuit. Mau lihat gak?" Samuel mengusap bintik-bintik keringat yang bertebaran di keningnya.

"Ini masih pagi, Sobat. Cepet banget kepanasan," ejek Aga di sertai kekehan culas.

"Is, kau ini sungguh terlalu," jengah Sam setengah mencibir.

"Sam, I Love You!" teriakan seorang gadis mengagetkan keduanya hingga menoleh kearah sumber suara.

"Hadeh, kacau ni si biang kerok." Samuel memukul keningnya. Ia paling dongkol akan keunikan gadis itu.

Aga hanya mengernyit heran, pasti ada sesuatu yang aneh dalam hubungan Samuel dan gadis itu, menimbulkan senyum tipis nan manis di sudut bibirnya.

Gadis itu merangkul Samuel tanpa malu di hadapan Aga.

"Yang, aku kangen," ucap gadis itu. Dia adalah Ana anak seorang Dokter di rumah sakit jiwa yang di dirikan oleh Melvin Prabu Wijaya.

"Ehk, Sayang. Kamu makin cantik aja deh." Samuel mencubit keras wajah Ana dengan gemas.

"Aduh, sakit. Kok keras banget sih," protes gadis itu manyun.

"Abis kamu bikin aku gemas tauk." Begitulah cara Samuel berkilah pada sosok Ana.

Dulu Ia mencintai Ana, karena Ia pikir Ana adalah seorang perempuan mandiri dan tidak manja. Tak disangkanya Ana sangatlah manja hingga Samuel Ilfil karena tingkah lakunya.

Di lain tempat...

Melati masih di buru amarah. Ia belum ridho jika Aga telah mencuri ciuman pertama darinya. Ia sangat mencintai Zein seorang pemuda yang pandai merangkai puisi cinta di hadapan cewek-cewek cantik.

"Aduh, aku belum bisa terima, Ri. Enak saja dia mengelak atas perlakuannya semalam," rutuk Melati seraya menghentak-hentakkan kakinya.

Mentari yang sangat dekat dengan Melati mencoba menenangkan sahabatnya. Di usapnya punggung Melati agar Melati tidak marah lagi.

"Sudah dong, Mel. Mungkin Pemuda itu gak sengaja. Kamu gak tertarik ya ma dia," goda Mentari di ujung kalimatnya.

"Ha? tertarik? yang bener aja kamu? gantengan juga Zein kalik," pekik Melati di telinga Mentari.

"Aduh, Mel. Bisa budek telingaku kalau begitu caranya," omel Mentari kemudian.

"Biarin aja, abis kamu belain cowok ngeres kayak pemuda itu. Awas aja dia. Masalah ini belum kelar." Melati perempuan yang cerdas dan berani. Ia tak akan gentar jika harus meladeni Pria berotot sekali pun.

"Awas aja kamu suka, entar. Jangan curhat ke aku ya," canda Mentari lagi.

"Ck, mana ada kayak gitu. Meski jelek, aku liat-liat juga orangnya kalau mau cari pasangan hidup," ucap Melati yakin.

"Oke deh, kita liat aja dulu. Biasanya benci sama cinta itu cuma di batasi sehelai benang," tukas Mentari yakin.

"Ga akan," jawabnya tentang kemustahilan itu.

Melati adalah perempuan yang memiliki jiwa yang super besar, Ia adalah sosok perempuan tangguh meski Ia sudah hidup kekurangan sejak dilahirkan.

Walau demikian, Ia tetap murah hati dan suka berbagi. Ia akan selalu melakukan apa pun untuk membantu yang membutuhkan.

Ilmu bela diri yang Ia dapat adalah hasil dari perkenalan dirinya dengan seorang atlet taekwondo. Dia adalah seorang perempuan yang hampir mati tenggelam di danau tak jauh dari hutan.

Kejadian itu bermula ketika mereka berkemah. Melati dan teman-temannya sedang mencari kayu bakar dan mendengar suara meminta tolong.

Berkat dirinya yang pandai berenang. Melati berhasil menyelamatkan perempuan itu.

"Mel, nanti sore ada balap motor. Kita nonton yuk!" ajak Mentari antusias. "Pasti banyak cowok cakep disana, Siapa tau dapet kenalan 'kan? jadi kita gak jomblo lagi," ujarnya merayu.

Melati memandang Mentari dalam diam lalu beranjak dari posisi duduknya.

"Gak ahk, males," tolaknya sembari melangkah pergi.

"Ehk, Mel! tunggu! kamu yakin gak mau ikut?" teriakan Mentari hanya seperti angin lalu bagi Melati.

...☘️☘️☘️☘️🍀🍀🍀🍀...

Hai reader...

Jangan lupa dukung terus cerita terbaru ku ya...

Tinggalkan like, komen, vote, gift and bintang limanya untuk penyemangat tanpa batas.

I Love You to reader...

O ya.. untuk yang penasaran kenapa aku lama gak nulis?... Itu karena aku abis sakit ya Kakak dan harus memulihkan kondisi terlebih dahulu itu sebabnya aku memutuskan beristirahat sejenak.

Terima Kasih juga yang sudah mendoakan hingga akhirnya aku bisa menulis lagi. Aku berharap pembacaku masih sudi mengikuti cerita yang aku tulis...

Tiada kata dan Upaya..

Selain kehadiran pembaca Tercinta...

Part_03 Di kerjai

Hari yang masih sama, Aga memasuki sebuah kelas baru. Derap langkah kakinya bersama seorang Guru mendadak memicu keheningan para maha siswa Dua belas A lainnya.

Terutama kaum hawa, mereka takjub akan kegantengan Aga. Seorang putra pengusaha yang sudah di kenal di khalayak ramai.

"Siang, anak-anak!" Pak Guru mulai menyapa.

"Siang, Pak Guru." jawaban serempak terdengar nyaring.

Tak ada yang berani bicara sama sekali kecuali tatapan penuh arti tertuju pada Aga Pramudian. Lain halnya dengan Melati yang terlihat tidak suka.

Masuk sini juga tu cowok, awas aja kalau macem-macem...

"Wah, Mel. Pemuda itu masuk kelas kita," bisik Mentari yang tengah duduk di sebelah Melati.

"Bodo' amat, awas aja kalau dia bikin masalah," jawab Melati semaunya.

Tak jauh dari Melati duduk juga ada seorang gadis yang termangu menatap Aga. Dia adalah Karin. Perempuan paling modis di sekolah itu.

"Is, Pak. Ada cowok cakep kok gak di kasih tau sih Pak?" ucap Karin teramat percaya diri.

Pak Guru tersenyum.

"Dia dadakan mendaftar, Nak. Jadi Bapak tidak sempat memberi kabar. O iya, Aga perkenalkan nama mu pada mereka!" Pak Guru mempersilahkan.

"Ehemz...." Aga menetralkan tenggorokannya yang teras mengering. "Oke, saya Aga Pramudian, panggil saja Aga. Saya pindahan dari Eropa. Pindah kesini sebenarnya bukan suatu keinginan melainkan keterpaksaan semata," ujarnya tegas sembari diliriknya Melati yang hanya duduk menatapnya.

"Saya sekolah kesini, bukan untuk mencari musuh tapi menuntut Ilmu. Jika diantara kalian ingin berteman saya akan terima dengan suka rela," lanjut Aga.

"Sudah?" tanya Pak Guru.

Aga mengangguk.

"Baiklah, silakan duduk dengan Zein di situ!" tunjuk Pak Guru pada sesosok pemuda yang sibuk dengan tulisan di bukunya.

"Baik, Pak." Aga menghampiri pemuda itu dan memutuskan duduk tanpa mau bertanya.

"Semoga betah," tukas pemuda itu namun tidak menoleh.

"Mudah-mudahan, boleh tau namanya?" tanya Aga penasaran dan memperhatikan tulisan indah hasil karya nya.

"Hey, kau sedang menulis puisi ya?" tanya Aga lagi untuk yang kedua kalinya.

"Iya, ini hobi ku sejak kecil, aku Zein Arkas. Panggil saja Zein," jawab Zein masih dengan kesibukannya.

"Oh, iya aku Aga," kata Aga. Di ulurkan nya tangannya pada pemuda itu, Sayangnya Zein menolak.

" Aku sudah tau," tuturnya dingin.

Aga menarik kembali tangan yang mengatung percuma lalu pokus pada Pak Guru yang mulai memberikan materi penting .

Usai lonceng pulang berbunyi. Aga menaiki motor gedenya. Iya ingin secepatnya pulang karena Ia harus pergi bersama Keluarganya untuk mengunjungi Eyang Maya di rumah sakit.

"Sam, aku duluan ya. Aku ada urusan," teriak Aga pada Samuel yang masih sibuk mengobrol dengan Ana.

"Oke, nanti sore aku tunggu di sirkuit," balas Samuel.

"Insya Allah," jawab Aga di barengi menyalanya mesin motornya.

Baru saja sampai gerbang sekolahan, kemunculan Melati mengagetkan dirinya terpaksa nya Ia membanting stir dan jatuh keselokan.

"Berhenti!"

"Eeh, awas! kamu mau bunuh diri ya...?"

Gubrak!

Motor Aga roboh. Kejadian itu cukup membuat lengannya luka-luka.

"Rasain, mampus aja sekalian. Emang enak, hahaha...?" Melati berlari menjauh setelah merasa puas sambil mengejek menjulurkan lidahnya.

"Ya ampun, kok ada ya cewek dinosaurus hidup di dunia ini?" gerutu Aga jengah.

Dengan susah payah, Aga mengangkat lagi motornya yang tergoret di bagian tebeng nya.

"Wah, motor ku jadi rusak deh. Mau cari masalah rupanya tu cewek?" Aga melihat sikunya sambil meniup nya sesaat akibat perih terasa di bagian lukanya.

Aga segera melanjutkan perjalanannya sampai di rumah. Di lihatnya mobil Papanya Melvin sudah terparkir di halaman. Pasti Melvin dan Hana tengah menunggu kedatangannya.

"Assalamualaikum...."

"Wa'allaikumsalam," jawab Hana yang sudah berdiri dengan senyum yang mengembang. Tapi senyuman itu berubah seketika saat melihat Aga meringis kesakitan.

"Aga, Sayang. Kamu kenapa, Nak? Kok luka-luka gini?" Hana memeriksa tangan lengan Aga dan menuntunnya duduk di sofa.

"Tunggu sini, Mama cari obat dulu!" Hana bergegas menuju kekamar dan mengambil obat merah dan kapas.

Baru saja berbalik, Melvin tiba-tiba memeluknya.

"Halo, Hana ku. Kamu lagi ngapain kok buru-buru sih?" Meski usia tak muda lagi Melvin akan terus memperlakukan istrinya seperti ratu.

"Ihk, Mas. Apaan sih, udah tua juga kelakuan masih kayak ABG?" Sindir Hana.

"Biarin aja, yang penting kan, aku cinta," timbal Melvin tak perduli akan ketidak nyamanan sang Istri.

"Ya udah lepas, dong! aku mau ngobatin luka putra mu," pinta Hana tak ingin berlarut-larut.

"Apa?" Melvin melepaskan pelukannya. "Aga kenapa, Sayang?" tanya nya sambil menggaruk pelipisnya.

"Entahlah, aku belum menanyakan itu, ayo kita lihat!"

Hana dan Melvin bergegas menemui Aga yang belum juga berhenti meringis.

Hana secepatnya membersihkan luka Aga dengan kapas kemudian Ia bubuhkan obat merah itu agar sakit Aga berkurang.

"Abis jatuh?" tanya Melvin yang mendaratkan bokongnya di sofa.

"Iya, Pa." Aga menunduk takut. Iya sangat patuh pada Kedua orang tuanya, itu sebabnya Ia tidak pernah berani menatap bola mata Melvin.

"Kok bisa?" tanya Melvin lagi.

"Ada cewek yang godain aku, Pa," jawab Aga singkat.

"Wah, hebat sekali gadis itu sampai membuatmu terluka begini," ujar Melvin sengaja.

"Mas, kok gitu sih nanyanya?" Hana merasa Melvin sedang mendekte sang putra.

"Gak papa, gadis itu bisa menggembleng Aga lebih kuat lagi, Sayang," tegas Melvin dengan raut wajah datar.

"O ya, ini apa?" Melvin menunjukkan vidio di dalam ponselnya yang baru saja di unggah oleh seorang Siswa SMA Anak Bangsa.

Aga dan Hana saling pandang, Aga akhirnya menggeleng pelan.

...🌸🌸🌸🌸🌸...

Aduh, kok aku deg-degan ya bikin cerita ini. Masih ada yang mau baca gak ya kira-kira?"

Lama gak nulis jadi terasa asing Kakak.

Jangan lupa tinggalkan dukungannya ya!

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!