Pagi itu seorang gadis bangun seperti biasanya jam 5 pagi! Ia membantu ibunya membereskan rumah, halaman kemudian menyiapkan sarapan. Di rumah sederhana itu, sang gadis tinggal bersama ibu dan saudari kembarnya.
Gadis itu bernama Alana Jihania, ia baru genap tujuh belas tahun seminggu yang lalu dan saat ini ia tengah duduk di bangku sekolah menengah atas, kelas sebelas. Dan saudari kembarnya bernama Alena delissa.
Rumah yang mereka tinggali hanya memilih dua kamar tidur, satu kamar mandi, dapur dan ruang untuk menerima tamu sekaligus ruang keluarga. " Kemarin dagangan ibu hanya laku sedikit dan hanya cukup buat beli beras dan lauk untuk makan kita semalam. Dan sisanya untuk keperluan Alena. Kamu bisa-kan ke sekolah bawa air minum dan bekal sisa sarapan kita." Tanya sang ibu kepada Alana saat ketiganya sarapan bersama di meja makan.
Alena tersenyum menyeringai kemudian menimpali ucapan sang ibu. " Kenapa tidak Bu! Lagian di sekolah dia mempunyai teman yang selalu mentraktirnya! Jadi ibu tidak perlu khawatir dia akan baik-baik saja."
Alana tersenyum kepada sang ibu dan saudari kembarnya seraya berkata." Iya Bu. " Iya pun segera menyelesaikan sarapannya. Kemudian beranjak dari tempat duduknya, mengambil botol air minum kemudian mengisinya setelah itu mengisi nasi goreng buatannya kedalam kotak makannya dan menyimpannya kedalam tasnya.
Di perlakukan tidak adil oleh sang ibu, tidak membuat Alana menjadi anak yang pemberontak ia justru mengerti dan tetap menyayangi ibunya, sementara Alena selalu di manja. Ibunya selalu menuruti apapun permintaan Alena! Tapi saudari kembarnya itu tidak pernah merasa cukup dan selalu iri kepadanya ia pun sering mengadu Alana untuk alasan yang tidak jelas. " Aku berangkat ya Bu." Alana mencium punggung tangan ibunya kemudian berangkat ke sekolah.
Seperti biasa, pagi itu Alana berangkat ke sekolah seorang diri sambil mengayunkan sepeda-nya! Alena yang merupakan saudara kembarnya tidak suka berangkat ke sekolah bersamanya karena menurut Alena, Alana hanya akan membawa masalah untuk dirinya.
Alana dan Alena adalah kembar identik! Mulai dari ujung rambut sampai ujung kaki tidak ada yang dapat membedakan keduanya.
Hanya saja Sifat keduanya jauh berbeda. Alena mungkin sedikit lebih beruntung dari segi penampilan. Tapi Alana jauh lebih unggul dari segi kepintaran dari pada Alena. Alana juga baik hati sementara Alena suka iri dan sedikit sombong.
Hari itu! Entah mengapa Alana merasa begitu malas ke sekolah. Ia merasa khawatir tapi tidak tahu khawatir untuk apa. Di tambah sahabatnya izin tidak masuk sekolah beberapa hari kedepan karena ada acara keluarga di luar kota membuat Alana semakin malas saja.
Tapi ia tidak ingin membuat ibunya kecewa dengan mengetahui ia bolos sekolah hari ini. Jadi Alana memutuskan untuk tetap masuk sekolah.
Saat di perjalanan, sebuah motor menyerempetnya dari belakang membuat Alana terjatuh dan lututnya berdarah, " Hahahaha, lemah begitu saja sudah jatuh." Alana melihat kearah orang yang menertawakannya. Di belakang kang ojek itu Alena duduk sambil menertawakannya.
Setelah puas mengerjai Alana, Alena pun pergi tanpa membantunya. Ia tidak tahu kenapa saudara kembarnya itu selalu bersikap seperti itu kepadanya. Dan setiap dia mengadu kepada ibunya, ibunya akan menganggap dia mengada-ngada dan berakhir memarahinya, sehingga Alana lelah dan tidak pernah mengadu lagi kepada ibunya. Dari sikap keseharian sang ibu, orang buta pun dapat menilai kalau ibu mereka terang-terangan pilih kasih. Contohnya saja, Alana tidak pernah mendapatkan uang jajan, Alana juga kalau berangkat ke sekolah harus mengayung sepeda untuk sampai di sekolahnya yang lumayan jauh, ia juga harus membantu ibunya beres rumah dan masak sebelum dan sepulang sekolah. Sedangkan Alena tidak pernah melakukan itu semua, ia pun di kasih uang jajan dan ongkos buat bayar ojek.
Entah terbuat dari apa hati ibunya sampai memperlakukan Alana seperti itu. Padahal Alana juga anak kandungnya, ia dan Alena lahir di waktu yang bersamaan dan memiliki rupa yang sama! Sayang Alana memiliki bekas luka yang cukup besar. Membuat ia selalu menjadi bahan bullyan sekaligus nyinyiran tetangga sekitarnya. Mungkin hal ini juga yang menjadi alasan dari sikap ibunya dan Alena. kalau bisa memilih Alana juga tidak ingin terlahir dan di perlakukan seperti itu, Tapi dia bisa apa takdirnya memang sudah seperti ini.
Dengan menahan sakit di lututnya Alana kembali mengayung sepedanya ke sekolah. Ia baru tiba di sekolah setengah delapan! Alana tentunya terlambat lima belas menit sehingga ia di hukum untuk memungut sampah di halaman sekolah sebelum masuk kedalam kelas.
Salah satu teman Alana yang melihat hal itu, langsung memberi tahu teman-temannya. Mereka pun mengerjai Alana dengan sengaja menendang dua buah tong sampah, hingga sampah-sampah di dalamnya terjatuh berserakan, tidak hanya sampai di, mereka juga sengaja menendang sampah-sampah itu, membuatnya semakin berserakan di mana-mana.
" Eh jelek! Kerja yang benar dong, masih ada sampah nih." Teriak salah satu siswa yang bernama Rian.
" Kalau udah jelek tuh, jangan suka terlambat, kena hukum kan. Huuffhh syukurin." Teman Rian pun ikut menghina Alana.
"Hahaahahhhaa. Dasar wanita pembawa Sial! Kamu tuh buat sekolah kita malu tahu nggak, punya siswa jelek kaya kamu? Siapa sih yang menerima kamu di sekolah ini."
" Tau nih!" Dan masih banyak kata-kata hinaan lainnya yang keluar dari mulut keempat cowok itu. Mereka adalah Genk yang suka menganggu Alana dan Rian adalah ketuanya.
Alana yang mulai jengah dengan keempat cowok itu, ia pun menatap tajam ke arah mereka kemudian berkata. " Walaupun aku jelek setidaknya aku pintar, tidak seperti kalian yang bodoh. Tapi sok jagoan dengan bersembunyi di bawah ketek Rian.
Mendengar ucapan Alana, Rian dan teman-temannya bertepuk tangan. Salah satu di antara mereka berkata. " Wah sudah mulai berani dia Ian. Kirain dia cuma tau bersembunyi di balik punggung Naya."
" Sepertinya dia harus di berikan pelajaran, agar tidak berani lagi sama kita nih." Salah satu teman Rian lainnya turut angkat bicara sembari menunggu keputusan Rian.
" Hmmm." Rian berdehem, sebagai perintah kepada teman-temannya untuk menyakiti Alana tapi sebelum mereka dapat melakukan itu semua. Guru BK melihat mereka dan memanggil mereka, mengetahui siapa yang memanggil mereka, Rian dan teman-temannya langsung lari dan masuk kedalam kelas mereka.
Sementara guru BK itu menghampiri Alana dan menanyakan Alana kenapa berada di situ bukan berada di dalam kelas, Alana pun memberitahu bahwa dia sedang menjalani hukuman karena terlambat.
" Cepat selesaikan hukuman kamu dan kembali kedalam kelas kamu." Pinta sang guru BK sebelum meninggal Alana.
Begitu guru BK itu tidak terlihat lagi, Alana pun bergegas membersihkan sampah-sampah itu, setelahnya ia kembali ke dalam kelas, bertepatan dengan bel tanda istirahat pertama berbunyi, Alhasil Alana tidak mengikuti mata pelajaran pertama hari ini. Dan Alena terpaksa meminjam catatan dari salah satu temannya kemudian menyalin catatan itu sambil menunggu waktu istirahat pertama berakhir.
.......
.......
.......
.......
...Bersambung....
...Happy reading..💝💝...
Selesai mencatat! Alana mengembalikan buku temannya kemudian ia pergi ke ruangan UKS, untuk mengobati lututnya yang semakin terasa perih.
Selesai mengobati lututnya, ia berjalan kembali ke kelasnya! Saat berjalan di koridor sekolah, ia di kerjain beberapa siswa laki-laki dan perempuan yang berada di sana, dengan meletakan salah satu kaki mereka, sehingga Alana tersandung dan tersungkur ke lantai. Lututnya yang telah di obati kembali berdarah.
Sementara para siswa yang berada di koridor itu hanya menertawai Alana tanpa berniat membantunya. Mereka terus membuat Alana menjadi bahan candaan dengan terus mengejeknya." Gini nih kalau matanya cuma satu! Bawaan pengen jatuh terus_"
" Tunggu jangan sampai dia hanya ingin mencari perhatian kita! Biar kita simpatik dan naksir sama dia! Dengan berpura-pura jatuh."
"Iiuuuyyuuk menjijikkan dasar wanita licik, murahan! Udah jelek tapi nggak nyadar." Salah satu wanita di sana pun ikut-ikutan ngebully Alana dan sementara teman-temannya menertawai Alana sambil menyebut mata satu! Anak Dhaj*l sembari mengelilinginya. Mereka baru berhenti saat bel tanda jam istirahat pertama telah selesai. Kemudian berlari ke kelas mereka masing-masing.
Sementara Alana yang di tinggal sendiri, dengan perlahan berdiri dan berjalan menuju kelasnya! Tapi belum sempat ia tiba di depan kelasnya Rian And Genk. Langsung menghentikannya."Hai mau kemana! Buru-buru amat! Urusan kamu dengan kita belum selesai Santai dulu dong! Nggak ada ngaruhnya juga kamu pintar." Rian kemudian memberi kode kepada, kedua wanita yang sengaja mereka ajak untuk menyeret Alana ke gudang.
Sesampainya di gudang, Alana di dorong kedalam hingga terjatuh, kemudian dua orang teman Rian datang membawa air dan menyiram alana hingga basah kuyup. Setelah itu mereka meninggalkan Alana dan menguncinya pintu gudang. Alana terus berteriak minta tolong tetapi mereka tidak menghiraukan suara teriakannya, bahkan sampai suara Alana serak pun tidak ada yang datang untuk membantunya.
Pintu gudang itu baru terbuka saat jam pulang sekolah, Alana di dalam sana mulai pucat karena kedinginan, lapar sekaligus sakit di perut bagian bawahnya karena terlalu lama menahan Kantong kemihnya yang ingin segera di keluarkan. " Terima kasih pak." Alana mengucapkan terima kasih kepada penjaga sekolah yang membukakan pintu untuknya. Dan segera berlari menuju toilet.
Penjaga sekolah itu, sudah bekerja cukup lama di sekolah itu. Pembullyan dan kekerasan yang terjadi antara siswa bukanlah hal yang baru baginya dan melihat siswa yang lemah terkurung di gudang, toilet, kelas atau ruang lainnya yang ada di sekolah itu sudah menjadi hal biasa baginya. Untuk itu setiap jam pulang sekolah ia akan memeriksa setiap ruangan di sekolah itu untuk memastikan tidak ada siswa yang terlambat pulang ke rumah, hanya karena terkurung.
Selesai dengan urusannya di toilet, Alana berjalan menuju kelasnya, ia begitu bersyukur karena tasnya masih berada di sana. Alana duduk di bangkunya. Ia mengeluarkan kotak makan dan botol air minumnya. Membuka penutup botol itu, untuk membasahi tenggorokannya yang kering juga sakit karena terlalu lama berteriak meminta tolong.
Setelah tenggorokannya sedikit lebih baik Alana membuka kotak makannya. Nasi goreng yang dia bawa sudah berkeringat dan mulai sedikit asam, wajar saja waktu telah menunjukkan pukul tiga sore, nasi goreng yang dia buat itu dari sisa nasi mereka semalam. tapi Alana tetap memakannya, sebab ia membutuhkan tenaga untuk mengayung sepedanya pulang ke rumah.
Selesai menghabiskan bekalnya Alana langsung bergegas untuk pulang ke rumah. Sesampainya di rumah! Alena merasa lega karena ibunya belum pulang! Ia tidak akan kena marah karena pulang terlambat, Sementara Alena saudara kembarnya, sedang tidur di kamar.
Alana segera berganti pakaian seragamnya dengan celana pendek dan kaos. Ia membawa seragamnya ke kamar mandi untuk di cuci setelah itu ia menjemurnya agar besok dapat ia gunakan lagi. Setelah itu alana beberes rumah dan masak untuk makan malam mereka begitu ibunya pulang, membawa bahan makanan.
\=\=\=\=\=\=\=
Hari- hari berikutnya ia masih juga di bully, ada yang sengaja menumpahkan minuman berwarna ke seragamnya, menguncinya di toilet dan masih banyak hal kejam lainnya. Mereka berani melakukan itu bukan karena dia yang tidak melawan! Justru karena perlawanannya yang membuat ia sering ditindas.
Siang itu saat jam istirahat tiba, Rian dan Genk-nya pergi ke kelas Alana, mereka kembali mengerjai Alana. Dengan mengatainya mata satu! Wanita licik, jelek sampai wanita murahan dan hal jelek lain. Tapi Alana tidak menghiraukan ucapan mereka seolah kata mereka hanyalah bisikan setan yang tidak dapat di dengar. Hal itu membuat Rian marah dan mengebrak meja Alana. Wanita itu juga masih tidak peduli dengan keberadaan mereka.
Disisi lain Alena yang melewati depan kelas Alana! Melihat keberadaan Rian di sana ia pun menghentikan langkahnya dan berbelok masuk kedalam kelas Alana sambil melipat tangan didada, Gadis itu sudah lama menaruh hati kepada Rian dan ia ingin memanfaatkan situasi ini untuk mendapatkan perhatian pria itu.
" Hai gaes... Mau tahu sesuatu nggak." Teriak Alena, perhatian seluruh siswa yang ada di kelas itu, kini tertuju kepada Alena." Wajah Alana tuh ternyata seperti ini." Alena langsung mengangkat poni Alana keatas memperlihatkan berkas luka di pelipisnya.
Tidak hanya sampai di situ Alena juga menarik Alana dari tempat duduknya dan mendorongnya ke depan kelas dengan Poni yang terangkat membuat kelas alana menjadi ricuh, banyak dari mereka menatap jijik kepadanya, mereka juga meneriakinya monster, monster mata satu dan masih banyak lainnya, sambil mendorong tubuh Alana kesana-kemari, dari teman satu ke teman yang lain. Dari depan kelas sampai koridor kelas. Alana tidak menghentikan mereka atau menolak di perlakukan seperti itu. Ia hanya menatap Alena dengan tatapan kecewa. Dan tatapan Alana mampu membuat hati Alena sakit! Ia seakan bisa merasakan apa yang di rasakan saudari kembarnya saat itu.
" Cukup hentikan semua ini." Alena berlari ke tengah-tengah mereka untuk menarik tubuh Alana.
Tapi sebelum dia sempat melakukan hal itu salah satu teman Rian mencegahnya. " Apa-apaan sih kamu sana jangan ganggu kita dengan sikap sok peduli kamu itu, bukankah kamu yakin memulainya. Enyahlah." Teman Rian langsung mendorong Alena dengan sekuat tenaga! Tubuh Alena mundur beberapa langkah kebelakang sebelum membentur beton pembatas. Karena Alena tidak memiliki keseimbangan ia pun terjatuh dari lantai dua gedung sekolah mereka. Sebab kelas Alana berada di lantai dua.
Kejadian itu membuat Mereka langsung melepas Alana dan berlari menuruni anak tangga untuk melihat keadaan Alena begitu juga dengan Alana.
Siapa sangka, dari keisengan mereka akan berakibat fatal seperti. Sekarang sudah seperti ini siapa yang akan bertanggung jawab.
Alana membeku di tempatnya, menatap tubuh Alena yang tergeletak di atas bebatuan kecil yang sengaja disusun untuk menghias taman. Wajah pucat, rambutnya yang hitam telah bercampur dengan darahnya, ia tidak sadarkan.
" Telpon Ambulans jangan diam saja." Teriak Rian dengan begitu paniknya.
" Sebaiknya kita laporkan kejadian ini kepada guru." Ucap salah satu siswa yang berada di antara mereka.
" Apa dia mati?" Tanya orang yang mendorong Alena.
Dan masih banyak kepanikan yang di tunjukkan teman-temannya saat melihat Alena yang terjatuh dari lantai dua gedung sekolah mereka.
Tak lama guru-guru pun datang, seluruh siswa dan siswi semakin banyak yang mengelilingi mereka untuk melihat kondisi Alena. Sementara Alana masih membeku di tempatnya. Tubuhnya seakan tak bernyawa melihat kondisi saudara kembarnya.
Dan begitu Ambulans yang mereka hubungi datang, Alena langsung di larikan ke rumah sakit di temani orang guru dan Alana.
.......
.......
.......
.......
...Bersambung....
...Happy reading...💝💝...
Setibanya di rumah Sakit Alena langsung di tangani tim medis! Guru yang mengantar Alena ke rumah sakit telah menghubungi orang tuanya, sementara Alana sendiri masih shock dengan apa yang terjadi kepada saudara kembarnya. Iya marah kepada Alena tapi ia tidak ingin hal buruk seperti ini terjadi kepada saudarinya.
" Ada apa ini! Kenapa dengan putri saya? Apa yang terjadi kepadanya." Suara ibunya Alana, terdengar begitu nyaring sambil berlari ke arah ruang UGD.
" Ibu yang sabar ya bu! Ibu harus tenang. Dokter Akan menangani Alana dengan baik ." Guru yang menghubungi ibu Alana, mencoba menenangkan wanita paruh baya itu. " Sebaiknya ibu duduk dulu, kita tunggu sampai dokter keluar." Lanjutnya lagi.
" Tenang! Bagaimana saya bisa tenang! Anak saya tadi pagi masih baik-baik saja dan Sekarang tiba-tiba dia sudah di larikan ke rumah sakit! Ada apa ini! Saya butuh penjelasan bukan kalimat penenang dari kalian." Teriak Ibu Alana dengan histerisnya, wanita paruh baya itu seakan lupa dimana ia berada saat ini.
"Sebaiknya ibu duduk dulu! Biar Alana yang menjelaskan semuanya." Guru itu, melemparkan tanggung jawabnya kepada Alana, sebab ia tidak tahu dengan pasti apa yang terjadi kepada Alena, saat mereka tiba di tempat Alena jatuh! Sudah banyak siswa yang mengerumuninya Alena pun sudah tidak sadarkan diri dan berlumpur darah.
Ibu Alana, menghampiri Alana yang tengah duduk di bangku besi yang sengaja di letakkan di depan ruang UGD itu untuk keluarga pasien menunggu. Wanita paruh baya itu menggenggam kedua lengan putrinya dan memaksanya untuk berdiri. " Ale-alena tadi mau menolong aku yang di bully teman-teman, tapi mereka justru mendorongnya hingga Alena terjatuh Bu." Jelas Alana dengan suara gemetaran dan terbata-bata, " Ak_"
Plak.. plak...
"Dasar anak pembawa Sial, kenapa tidak kamu saja yang jatuh! Kamu memang selalu menyusahkan dan buat malu aku dan Alena. Kalau sampai terjadi sesuatu kepada Alena, aku tidak akan memaafkan kamu." Teriak ibunya, setelah menampar kedua pipi Alana hingga merah.
" Bu, sudah Bu! Ini bukan salah Alana. Dia juga korban disini." Guru Alana mencoba menenangkan ibunya Alana. " Alana sebaiknya kamu pulang dulu, biarkan ibu kamu tenang, baru kamu kesini lagi. " Untuk meredam situasi, Alana pun mengangguk kemudian meninggalkan guru dan ibunya menunggu Alena.
" Dasar anak pembawa Sial, harusnya kamu saja yang celaka. Bukan putriku! Aku menyesal telah melahirkan kamu! Harusnya aku biarkan dokter mengambil sebagian wajah kamu dan biarkan kamu mati, kalau aku tahu kamu hanya akan menyusahkan aku." Ucap-nya dengan begitu kejam kepada Alana.
Sementara gadis yang berjalan menjauh itu! Hanya bisa meremas baju di bagian dadanya untuk menghalau rasa sakitnya. Dengan sesekali mengusap air mata yang membasahi kedua pipinya. Di kata-katai dan di sumpahi ibunya sendiri. Sudah menjadi hal biasa, telinga Alana pun telah kebal tetapi entah mengapa yang kali ini terasa begitu sakit. Mungkin karena Ini kali pertamanya Alana di perlakukan oleh ibunya seperti itu di depan umum.
Alana tiba di parkiran rumah sakit dan berhenti di samping sebuah mobil dengan kaca yang begitu berkilau sehingga dapat memantulkan bayangan dirinya. " Alana menatap wajahnya melalui kaca mobil itu. Ia sesungguhnya adalah gadis yang cantik, tapi bekas luka. Operasi pemisahan yang di lakukan dirinya dan Alena enam belas tahun yang lalu. Sungguh sangat berpengaruh untuk hidup Alana. Keduanya adalah kembar Siam dengan keadaan sebagian kepala sampai pelipis menempel! Bersyukurnya itu hanya di kulit sehingga dokter dapat melakukan operasi pemisahan begitu mereka genap satu tahun.
Alena sebenarnya juga mendapatkan bekas luka! Tapi tidak separah Alana. Karena Bekas Luka di pelipis Alana melebar dan menonjol dari permukaan kulit dan sedikit panjang. Bahasa medis untuk luka Alana di sebut keloid.
Untuk menutupi bekas luka di wajahnya, ia menurunkan poninya sampai menutup satu matanya, sehingga penampilan Alana terlihat aneh, hal itu membuat dia sering di katai mata satu.
...\=\=\=\=\=\=\=\=...
Satu Minggu setelah Insiden jatuhnya Alena, Ibunya masih marah kepada alana! Apalagi saat tahu benturan di kepalanya begitu keras hingga menyebabkan Alena koma dan harus bertahan hidup dibantu alat-alat medis. Hal itu Membuat rasa benci ibunya semakin menjadi.
Dan orang tua dari siswa yang mendorong Alena juga siap bertanggung jawab atas biaya perawatan Alena tapi mereka hanya menyanggupi setengah dari biaya rumah sakit alena. Setengahnya lagi menjadi tanggung ibunya Alena! Awalnya ibunya ingin menolak dan protes tapi setelah di pikir-pikir Ibunya pun menerimanya karena dia membutuhkan bantuan mereka agar Alena dapat bertahan hidup dan masalah itupun di selesaikan secara kekeluargaan.
" Ibu tidak peduli, bagaimana pun caranya kamu harus mencari biaya rumah sakit Alena, sampai dia sembuh seperti dulu lagi. Ingat ini adalah tanggung jawab kamu, karena kamu Alena menjadi seperti ini." Kata-kata itu selalu terngiang-ngiang di kepala Alana dan Sebagai anak yang berbakti, Alana pun mencari pekerjaan untuk membantu ibunya, ia sampai tidak pergi ke sekolah.
Setiap harinya Alana ke pasar, ia membantu membawakan belanjaan ibu-ibu di pasar kemudian di berikan upah lima ribu, jika mereka kasihan kepadanya mereka akan memberikan upah lebih. Kecil sih tapi Alana masih bisa bersyukur setidaknya ia bisa membantu ibunya.
" Al, kamu dari mana? Kenapa tidak ke sekolah, aku terus menunggu kamu Al." Naya berlari memeluk sahabatnya itu. setelah kembali ke sekolah Naya tidak pernah bertemu dengan Alana, ia begitu merindukan sahabatnya itu. Naya juga beberapa kali mencari Alana ke rumahnya tapi selalu di usir oleh ibunya Alana tanpa memberi tahu Alana di mana, sehingga Naya memutuskan untuk menunggu sahabatnya itu di depan lorong menuju rumah Alana, saat alana pulang, Naya langsung menghampirinya.
" Aku tidak sekolah lagi, Nay! Aku harus bekerja untuk membantu ibu, mencari uang untuk pengobatan Alena." Ucap Alana.
" Apa al? Kerja?" Alana mengangguk. " Kerja apa, kamu harus tetap sekolah Al! Kalau kamu tidak sekolah, kamu akan semakin di remehkan." bujuk Naya.
" Tapi aku harus mencari uang untuk pengobatan Alena. Kamu tahukan, aku nggak bisa kerja paruh waktu di kafe karena penampilan aku. Aku harus ke pasar untuk mencari pekerjaan di sana. Kalau aku sekolah aku tidak akan bisa melakukannya." Jelas Alana.
" Kamu butuh pekerjaan-kan, kamu bisa menjadi guru les aku! Kalau kamu, kamu juga bisa berkerja di rumah aku! Tapi kamu harus tetap sekolah. Dengan sekolah kamu bisa memastikan masa depan kamu yang lebih baik. Kamu bisa mengobati bekas luka di wajah kamu, kamu bisa mengubah penampilan kamu dan buat mereka yang menghina kamu selama ini menyesal." Bujuk Naya.
" Tapi_"
" Jangan terburu-buru mengambil keputusan Al, sebaiknya kamu pulang dan pikiran kata-kata aku dengan baik! Jika kamu berubah pikiran. Kamu bisa menemui aku di sekolah." Naya kemudian mengeluarkan beberapa lembar uang dari dompetnya dan memberikannya kepada Alana. " Jangan menolak! Gunakan ini untuk pengobatan Alena. Aku pulang dulu." Naya meletakkan uang itu di telapak tangan Alana, setelah itu meninggalkannya.
Setelah Naya pergi, Alana pun meneruskan langkahnya menuju rumahnya. Setibanya di sana. Sang ibu sedang bersiap-siap untuk kembali ke rumah sakit. Alana pun menyerahkan uang hasil kerjanya hari ini dan uang pemberian Naya kepada ibunya.
Begitu menerima uang dari Alana, ibunya langsung pergi ke rumah sakit. Tanpa mengucapkan terima kasih, ia bahkan tidak bertanya dari mana Alana mendapatkan uang-uang itu.
Semalaman Alana memikirkan kata-kata Naya! Dan akhirnya Alana memutuskan untuk kembali ke sekolah. Dengan harapan teman-temannya tidak akan mengganggunya lagi, setelah apa yang terjadi kepada Alena.
Tapi harapan Alana tinggallah harapan semata, karena begitu ia memasuki gerbang sekolah, kantung air langsung terbang ke arah nya untungnya Alana dapat menghindar.
" Apa mereka tidak belajar dari apa yang terjadi dengan Alena." Ucap Naya, wanita itu juga baru datang sehingga ia bisa melihat salah satu temannya berdiri di lantai dua dan melempar Alana dengan kantong plastik kecil yang di isi air berwarna merah itu.
" Entahlah." Jawab Alana sambil menaikkan kedua bahunya. Ia ingin mengabaikan teman-temannya itu tapi, di abaikan mereka semakin besar kepala dan jika ia ladenin mereka semakin berani untuk menyakitinya.
Entah harus dengan cara apa Alana menghentikan perbuatan teman-temannya itu. Naya tersenyum begitu melihat Alana kembali ke sekolah. ia memeluk sahabatnya itu, kemudian keduanya berjalan menuju kelas sambil merangkul satu sama lain.
.......
.......
.......
.......
...Bersambung....
...Happy reading...💝💝...
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!