NovelToon NovelToon

RUMAH BEKAS PESUGIHAN BUTA IJo

Bab 1 pindahan rumah

Aku anak ke tiga dari enam bersaudara, saat itu pertama kali orang tua ku membeli rumah, dan ternyata rumah yang di beli orang tua ku, keluarga yang menghuni nya dahulu telah melakukan persugihan.

Waktu itu kami masih empat bersaudara, tiga perempuan, dan satu laki laki, adik ku yg ke lima, dan ke enam bertaut lima belas tahun kmudian baru lahir di rumah itu.

Aku, dan adik laki laki ku anak ke empat, hanya berjarak dua tahun beda usia, karena itu saya tinggal di rumah Kakek dan Nenek di Bogor, bukan orang tua ku yang menitipkan, tapi karena Kakek, dan Nenek merasa kasihan melihat Mamah yang kerepotan mengurus empat balita, waktu itu usia kami hanya selisih dua tahun dua tahun, dan orang tua ku juga belum punya rumah sendiri, sering pindah tempat rumah kontrakan.

Oleh sebab itu aku, dan Kakak ku yang sulung tinggal dengan Kekek dan Nenek di Bogor, tapi setiap bulan orang tua kami selalu mengunjungi ke Bogor, menengok sekalian memberikan biaya bulanan untuk kami.

Waktu itu Mamah dan Papah belum punya rumah, hingga akhir nya saat umur ku lima tahun, aku mendapat kabar baik, orang tua kami membeli rumah yang mewah, masih teringat betapa senang nya aku, aku yg masih kecil merengek ke Kakek untuk mengantar ku ke rumah orang tua ku di Bandung.

Tak sabar ingin melihat rumah mewah seperti apa yang orang tua ku beli, terbayang rumah yang di impikan, waktu itu belum jaman nya Smartphone, yang ada hanya telepon rumah, jadi belum bisa video call, atau kirim gambar, sekitar tahun sembilan puluhan tepatnya tahun 1999-2000.

Berangkat lah aku bersama Kakek, dan Kakak ku ke Bandung, karena aku terus merengek ingin ke rumah orang tua ku, padahal orang tua ku bilang nanti di jemput, tapi aku sudah tidak sabar, karena orang tua ku sibuk mengurus pindahan rumah, maka mereka meminta Kakek ku mengantar kan aku, dan Kakak ku ke Bandung.

"Tidak usah bawa baju banyak, nanti baju, dan yang lain nya menyusul biar gak repot."

Suara Mamah di panggilan telpon, aku yang senang mendengar nya langsung melompat-lompat kegirangan, besok nya kami pun berangkat ke Bandung, naik Bus Rudi, Bus satu-satu nya yang sering lewat depan rumah Kakek, yang mengantarkan kami langsung menuju terminal Leuwi Panjang Bandung.

Singkat cerita, sampai lah aku di rumah orang tua ku di Bandung, dan yah rumah nya memang mewah pada jaman nya, rumah dengan empat kamar tidur, dua kamar mandi, ruang tamu, ruang keluarga, ruang makan, dapur, dan garasi mobil yang cukup untuk dua mobil.

Di tempat garasi mobil ada tangga menuju ke loteng, tapi di loteng tidak ada kamar hanya jemuran, dan tempat duduk, ada satu tempat di dapur, sebuah ruangan sempit satu kamar, mungkin luas nya sebesar toilet umum namanya goah.

Aku tidak tau tempat apa itu, seperti anak lain nya yang selalu penasaran serba ingin tau, aku melihat kedalam goah itu, di sana ada tempat sesajen aku bawa aku tunjukin ke orang tua ku.

"Mah ini apa buat apa, ini buat makanan siapa?, ko ada di tempat sempit itu?"

Celotehan ku waktu itu, Kakek, Papah, dan Mamah ku langsung menoleh, dan tertegun.

"Dapat dari mana itu Liya?" tanya Mamah ku kebingungan.

"Dari sana Mah, di tempat sempit itu ayo aku tunjukin."

Aku berjalan, ingin menunjukkan tempat di mana aku temukan bekas sesaji itu, di ikuti Papah, dan Kakek ku di belakang.

 "Di sini ada goah buat apa?" tanya Kakek sambil mengernyit kan dahi nya, lalu Mamah mengambil tempat sesaji itu, dan membuang nya ke tempat sampah.

Keluarga ku bukan tidak percaya soal gaib, mereka percaya yang gaib itu ada, karena percaya pada yang gaib adalah salah satu rukun iman agama kita.

Maka kita harus percaya, bahkan sang pencipta adalah gaib, yang tidak bisa di lihat, tapi kita mempercayai keberadaan nya, dengan segala ciptaan nya, maka kita juga harus percaya yakin, dan mengimani semua rukun iman nya.

Aku, Papah, Mamah, dan Kakek masih di dapur mengamati goah yang gelap itu, tak ada stop kontak lampu di sana gelap gulita, aku hanya berdiri di balik pintu mengamati, lalu Kakek keluar menggedong ku berjalan menuju ruang keluarga, di susul Papah dan Mamah.

Saudara saudara ku sedang berada di kamar Kakak ku yang sulung, sedang bermain dengan Adik laki-laki ku yang waktu itu masih berumur tiga tahun.

Kangeun sekali karena kami selama ini tinggal terpisah, kami sekarang akhirnya akan berkumpul satu rumah, tidak terpisah-pisah lagi.

Aku duduk di pangkuan Kakek di susul Mamah, dan Papah ku kami duduk bersama di sopa ruang keluarga, sepertinya mereka akan membicarakan soal goah itu.

"Ingat ya, dosa yang tidak bisa di ampuni itu musyrik menyekutukan Allah. Naujubilah jangan pernah tergoda untuk memberikan sesajen, apapun itu alasan nya, demi menghormati atau apapun, karena akan menjadi kebiasaan, dan nanti nya akan ada imbas negatif bila kalian tidak melakukan nya."

Kakek memulai percakapan, Mamah, dan Papah dengan serius mendengar kan dan memperhatikan.

"Penghuni rumah ini yg dulu tinggal di sini memberikan sesajen untuk apa yah Pak?" tanya Manah kepada Kakek.

"Tidak perlu tau, jangan ingin tau biarkan lah itu urusan mereka, sekarang kalian kunci pintu goah itu, jangan sampe Anak-anak dekat atau masuk kesana. Hawa udara di sana tadi Bapak rasakan tidak nyaman, kalian jangan lupa ibadah solat nya jangan di tinggal, perbanyak baca Al Quran di rumah, biar rumah kalian nyaman tenang, terlindung dari segala marabahaya."

Kakek memberi nasihat seperti biasanya, malam itu setelah makan malam kami menonton TV, bercengkrama, bercanda melepas kangeun, sudah lama tidak bertemu.

Kami berbagi kamar, aku tidur sendiri di kamar tengah, sebelah kiri kamar orang tua ku, sebelah kanan kamar Kakak ku yang ke dua, dan di depan pintu ku kamar Kakak ku yang sulung.

Kakek tidur dengan ku malam itu, karena aku yang paling dekat dengan Kakek, lagian Kakek besok mau pulang, aku agak sedih juga berpisah dengan beliau.

Setelah Kakek pulang, hari-hari berlalu Mamah masih saja sibuk membereskan rumah, mengatur seisi rumah, perabotan, kamar Anak-anak, tidak terasa waktu berlalu begitu cepat tiga minggu sudah kami di sana.

Aku lupa malam itu malam apa, aku terbangun ingin buang air kecil, aku keluar kamar menuju kamar mandi yang bersebelahan dengan dapur, aku liat Mamah sedang berdiri di dapur aku menyapa Mamah.

" Mamah lagi ngapain malam-malam di dapur?"tanya ku.

Tapi Mamah tidak menjawab, aku langsung ke kamar mandi, ketika aku keluar kamar mandi, aku liat di dapur Mamah udah gak ada, aku pikir Mamah udah balik lagi ke kamar, lalu aku pun masuk ke kamar.

Ketika aku mulai menarik selimut, aku mendengar seseorang sedang menyapu ruang keluarga, aku pikir tadi aku mau masuk kamar kan lewat ruang keluarga, tapi gak ada siapa siapa, kenapa sekarang ada suara orang menyapu? Apa Mamah menyapu malam-malam? Iya mungkin Mamah sapu-sapu dulu sebelum tidur.

Pikiran polos ku waktu itu, yang masih berumur lima tahun, tidak perduli lalu kembali tidur, ke esokan harinya seperti biasa  jam lima lebih Mamah bangunin aku untuk solat subuh, kita semua bangun untuk solat subuh.

Kakak-kakak ku  juga akan berangkat ke sekolah SD mereka satu SD, yg satu kelas empat yang satu nya lagi kelas dua, mereka sudah biasa menyiapkan diri sendiri, untuk pergi ke sekolah tanpa bantuan Mamah. Kami memang tidak manja, kami semua mandiri sudah bisa mengurus diri sendiri, tanpa bantuan Mamah.

Mamah juga sibuk menyiapkan sarapan, di bantu Kakak ku yang sulung, aku sudah menunggu di meja makan, sambil memperhatikan Mamah ku, aku bertanya.

"Mamah semalam ngapain di dapur?" tanya ku pada Mamah.

Mamah menoleh dan balik bertanya.

"Semalam apa Liya? Siapa yang di dapur?"

Lalu Mamah melanjutkan memasak nya, aku pun berusaha menjelaskan.

"Semalam aku mau pipis, aku liat Mamah lagi berdiri di dapur, aku tanya Mamah gak jawab." jelas ku.

Mamah, dan Kakak ku saling pandang.

"Semalam yang sapu sapu di ruang TV Mamah juga kan?"

Lanjut ku bertanya lagi.

"Kamu mimpi kali Liya."

Ucap Mamah sambil mengerutkan kening nya, tapi datang Kakak ku yang ke dua.

"Gak ko Mah, aku smalem denger Liya keluar kamar, terus aku denger Liya ngomong, Mamah lagi ngapain kata nya malem malem di dapur, aku juga denger ko Mah, Mamah sapu-sapu."

Ucap Kakak ku yang ke Dua...

(Bersambung)

Bab 2 TEROR MAHLUK GHAIB

Mamah hanya tertegun setelah mendengar pernyataan aku dan Kakak ku Eli, mungkin antara percaya dan tidak percaya, lalu Mamah menyodorkan sepiring nasi goreng untuk aku, dan

Kakak ku Eli yang sudah menunggu di meja makan sambil berkata.

"Ya sudah ini sarapan kalian, Teteh udah sana makan juga bentar lagi kan harus pergi sekolah sama Eli, jangan sampe telat, kalian tunggu Papah di depan." ujar Mamah mengalihkan pembicaraan, dan menyuruh Kakak sulung ku berhenti membantu nya karena akan berangkat sekolah.

Setelah sarapan Kakak-kakak ku berangkat sekolah, di antar Papah yang sekalian berangkat kerja, tinggal aku, Adik ku, dan Mamah di rumah.

Sedangkan aku setelah Kakak-kakak ku pergi sekolah, aku bermain dengan adik ku di ruang keluarga, dan Mamah beres-beres rumah. Adik ku memang tidak bisa diam, umur nya sudah tiga tahun, sudah bisa berjalan, malah berlari kesana ke mari.

Aku yang masih kecil cape harus terus mengejar nya, aku biarkan dia, dan asik menonton film kartun Tom and Jery, naamun tiba-tiba Mamah datang menanyakan Adik ku pada ku.

"Liya adik kamu kemana?"

Aku menggelengkan kepala ku sambil berkata.

"Gak tau Mah".

Polos nya aku menjawab, karena waktu itu aku juga masih berumur 5 tahun, yang belum mengerti untuk menjaga seorang adik kecil.

"Mamah kan suruh kamu jagain Adik kamu, ko gak tau ayo bantu cari Adik kamu!" pinta Mamah, lalu aku, dan Mamah mencari Adik ku ke setiap ruangan, tapi kami tidak menemukan adik ku itu, Mamah sudah mulai panik, Mamah mencari ke garasi mobil, mengecek pintu keluar, semua nya tertutup.

Tidak mungkin Adik ku keluar, pintu garasi, dan pintu keluar rumah semuanya terkunci, berarti Adik ku ada di dalam rumah, namun tiba-tiba hujan turun, Mamah berhenti mencari, lalu pergi ke loteng rumah, untuk mengambil jemuran pakaian.

"Liya coba cari di kolong-kolong kursi, atau ranjang tempat tidur, mungkin Adik mu di sana, Mamah angkatin jemuran pakaian dulu di loteng."

Setalah berkata seperti itu Mamah lalu pergi ke loteng, tapi ketika Mamah turun dari loteng, yang ku lihat bukan nya bawa pakaian, tapi Mamah turun dengan Adik ku yang berada di gendongan nya.

"Astaghfirullah gimana bisa sampe di loteng, Adik mu naik ke loteng sendirian, masih untung gak jatuh, gimana klo jatuh mana loteng nya tangga nya tinggi." ujar Mamah dengan wajah kebingungan, dan sekaligus kaget bercampur senang adik ku sudah di temukan.

"Nanti kita bikin pagar di bawah tangga, biar Adik mu gak bisa naik tangga." ujar Mamah lagilagi.

Aku menoleh ke arah tangga, ku lihat tangga itu yang menurut ku waktu itu, yang masih kecil tangga itu terlihat tinggi sekali, aku gak berani naik ke sana takut jatuh, kalo gak Kakak ku yang bawa aku ke loteng, gak pernah orang tua ku ijini kan aku naik ke loteng sendirian.

Di loteng sana hanya ada jemuran, dan tempat duduk yang sengaja di buat, mungkin untuk duduk-duduk di kala sore hari, melihat pemandangan lampu kota di sore atau malam hari, dan ketika kedua Kakak ku pulang Mamah menceritakan kejadian Adik ku, yang tiba-tiba ada di loteng ke pada mereka.

"Sekarang kalian harus lebih hati hati jagain Adik kalian ya, nanti kalo Papah pulang Mamah mu minta Papah bikin pagar di bawah tangga".

Kata Mamah ke Kakak-kakak ku, kakak-kakak ku sangat terkejut, tapi tak bisa menyalah kan ku, yang waktu itu usia ku juga memang masih kecil.

"Untung aja Adik gak jatoh yah Mah".

Kata Teteh, Kakak sulung ku, sambil melihat pada ku, aku tertunduk merasa bersalah, Kakak sulung ku menghampiri ku lalu mengusap rambut ku, mengisyaratkan tidak apa-apa bukan salah mu, walaupun dia tidak mengatakan nya tapi sentuhan tangan nya di kepala membuat ku tenang.

Setelah itu kami makan siang lalu tidur siang, sekitar jam dua aku bangun, aku membuka pintu kamar ku dan melangkah kan kaki ku menuju ke ruang ke ruang keluarga, Kakak ku Eli sudah bangun duluan, ku lihat Kakak ku teh Eli dia sedang berada di ruang garasi, memegang sepedah nya, seperti nya dia mu keluar bermain sepedah, lalu aku menghampiri nya.

"Teh Eli mu main sepedah yah aku ikut" Rengek ku.

"Ya udah bilang dulu sama Mamah sana".

Kata Kakak ku, Aku pun menghampiri Mamah yang sedang duduk di ruang keluarga sambil membaca buku.

"Mah aku mau main sepedah ma Teh Eli yah?".

Kata ku, meminta ijin pada Mamah yang sedang asik membaca buku, Mamah memang suka membaca, banyak koleksi buku dan majalah nya, yang tersimpan rapi di rak buku di kamar nya.

"Hmm...iya udah hati hati jangan lama lama yaa, harus pulang sebelum Papah pulang."

Kata Mamah tanpa menoleh, mengijin kan ku, masih membaca buku, aku senang sekali, lalu aku pergi setengah berlari menghampiri Kakak ku, yang sedang berada di ruang garasi.

"Kata Mamah boleh".

Kata ku, sambil tersenyum senang.

"Iya ayo aku bonceng ".

Teh Eli yang sedang memegang sepedah nya melirik pada ku dan tersenyum, dan mengajak ku menaiki sepedah nya, Aku pun naik ke sepedah di belakang di boncengin Kakak ku, kami jalan jalan di sekitar kota Lembang Bandung, waktu dulu jalanan Lembang Bandung tidak macet seperti sekarang.

Masih sejuk juga belum banyak bangunan-bangunan seperti sekarang, kami sangat menikmati bersepedah sore itu, karena keasikan kami merasa sudah jauh dari rumah, aku teringat pesan Mamah yang mengatakan harus pulang sebelum Papah pulang, lalu aku meminta Kakak ku untuk pulang.

"Ayo Teh pulang nanti keduluan Papah loh pulang nya, ntar di marahin".

Kata ku mengingat kan.

"Iya ayo".

Kakak ku menyetujui nya, tapi ketika setengah jalan pulang ke rumah, rantai sepedah yang kami tumpangi lepas entah patah, karena Kakak ku teh Eli tak bisa memperbaiki nya, kami pun bingung bagimana memperbaiki nya, jadi kami tidak bisa menaiki nya.

Kami terpaksa berjalan dengan mendorong sepedah, padahal lumayan jauh, dengan terengah-engah kecapean akhirnya nya sampe juga kami pulang kerumah, walau pun ketika sampai di rumah kami sudah kesorean pulang ke rumah, mobil Papah sudah ada di garasi, kami masuk melalui pintu garasi.

Karena dari garasi ada pintu yg langsung menuju ke ruang keluarga, kami melihat Papah sedang duduk menonton TV membelakangi kami, lalu kami bicara meminta maap ke Papah, karena sudah pulang telat dan menjelaskan kenapa pulang telat.

"Pah maap pulang nya telat, tadi rantai sepedah nya putus jadi pulang nya jalan, sepedah nya kami dorong sampe rumah".

Sebelum kami meneruskan memberi alasan dari belakang kami, ..terdengar suara Papah.

"Ya sudah cepet pada mandi sana".

Kami mendengar suara Papah dari belakang, trus ini yg di depan kami siapa.... kami menoleh ke belakang Papah yang baru beres mandi, menggosokan handuk ke rambut nya.

Lalu kami liat lagi ke depan, Papah sudah tidak ada, sudah tidak duduk di sopa menonton TV lagi, kami tertegun kami bingung, kalau Papah sedang berdiri di belakang kami, lalu siapa tadi yang duduk di sopa menonton tivi?, dan sekarang menghilang ketika Papah muncul, kami liat lagi ke belakang lalu ke depan beberapa kali memastikan.

"Kalian itu kenapa?".

Kata Papah yang kebingung melihat tingkah laku kami, kami hanya diam dengan muka kami terlihat jelas shock dan terkejut.

"Tadi itu siapa?".

Kata ku menujukan ke kursi yg menghadap ke TV.

"Kenapa Papah di belakang kami, tadi Papah lg duduk di kursi".

Kata Kakak ku, Papah kebingungan, mengerutkan kening nya, dan menghampiri kami.

"Kalian ngomong apaan sih".

Lalu Mamah yang mendengar keributan pun datang.

"Ada apa Pah?".

Tanya mamah, lalu menoleh pada ku dan kakak ku yang sedang berdiri mematung dengan wajah yang masih shock.

"Gak tau nih Anak-anak."

Kata Papah sambil menggeleng kepala nya menjawab pertanyaan kami, Papah yang sama kebingungan nya seperti kami.

" Mah tadi tuh kami pulang kami liat Papah duduk di sini ".

Kata Kakak ku menunjukkan ke kursi, Mamah menautkan kedua alis matanya ketika mendengar perkataan Kakak ku.

"Tapi kenapa ada di belakang ?pas kami denger Papah ngomong dari belakang, kami menoleh ke belakang Papah yang di kursi ini udah menghilang".

Lanjut Teh Eli, Mamah dan Papah saling melirik satu sama lain tak mengerti apa yang kami katakan, dengan wajah kebingungan Mamah pun berkata.

"Td pagi juga Liya cerita ke Mamah Pah, katanya smalam liat Mamah di dapur, padahal Mamah gak ke dapur loh Pah, terus katanya Mamah sapu sapu rumah tengah malam".

Kata Mamah menceritakan kembali kejadian yg ku cerita kan padanya tadi pagi, pada Papah, Papah dan Mamah pun tertegun, mereka merasa ada yang tidak beres di rumah ini.

"Iya sudah-sudah kalian mandi sana ".

Kata papah mengalihkan pembicaraan, lalu aku dan Kakak ku pergi mandi dan berwudhu karena sebentar lagi adzan magrib, kami solat maghrib bersama di teruskan mengaji satu persatu di ajari Papah ku.

Mamah menyiapkan kan makan malam sembil menggendong adik ku, setelah solat isya kami makan malam lalu pindah ke ruang keluarga menonton TV.

"Besok kan hari minggu siapa yg mau main".

Kata Papah tentu saja kami langsung mengacung kan tangan.

"Mau mau Pah.. ".

Kata kami serentak

"Main kemana yah kita".

Kata Papah lagi.

" Aku mau berenang air panas Papah".

Kata ku merengek.

" Ok besok kita ke Ci ater berenang air panas".

Kata Papah menyetujui, kami semua senang malam itu, kami tidur cepat karena besok akan pergi berenang ke Ci ater, besok nya seperti biasa kami bangun subuh solat subuh, mandi sarapan, beres beres buat pergi ke Ci ater.

Papah di garasi sedang mengecek mobil nya, Papah memeriksa bawah mobil, entah memperbaiki apa lalu Papah manggil manggil Mamah.

"Mah... Mahhh ini Julian kenapa di biarin ke sini... Mah ambil nih Julian nya".

Julian itu adik laki laki ku, Aku mendengar Papah berteriak teriak, tapi aku aneh ambil Julian dari sini...? Lah kan Julian nya di gendong Mamah.....

Mamah menghampiri Papah yang sedang berbicara sendiri.

"Sini nak sini jangan ke sana..bahaya..sayang kamu kenapa ke sana?".

Kata Papah masih d kolong mobil

"Pah ngomong ma siapa kenapa manggil manggil Mamah"

Kata Mamah sambil menggedong Adik ku Julian.

" Ini loh Mah Julian di kolong mobil ".

Kata Papah sembari keluar dari kolong mobil, dan alangkah terkejutnya Papah ketika keluar dari kalong mobil Papah melihat Mamah menggedong Adik ku Julian, Papah menengok lagi ke kolong mobil lalu berdiri beranjak menghampiri Mamah.

"Apa sih Papah ini Julian Mamah gendong".

Kata Mamah kebingungan, Papah gak kalah bingung sambil menghampiri Mamah dan menunjuk kolong mobil menunjuk lagi ke Julian yang sedang di gendong Mamah.

"Tapi itu itu itu mah... Tadi.. Papah liat Julian masuk kolong mobil Mah... ".

Mamah dan Papah saling pandang, dengan muka pucat shock aneh kebingungan..

" Astaghfirullah apa ini Pah ada apa dengan rumah ini?".

Kata Mamah khawatir kecemasan terlihat jelas di wajah nya, tidak di ragukan lagi smua perkataan Anak- anak nya selama ini ada yang aneh dengan rumah ini.

" Ya sudah Mah kita bicarakan nanti, kita siap siap Anak-anak sudah menunggu kita butuh jalan jalan"

Kata Papah, yang menganggap mungkin ini smua karena kami kecapean karena pindahan rumah yang menguras tenaga dan pikiran, kami sekeluarga akhirnya pergi.

Di perjalanan Mamah membahas smua kejadian yang kami alami, walaupun Mamah belum pernah mengalami tapi dia tau semua yg di ceritkan Papah, dan Anak-anak nya adalah kenyataan bahwa ada yg tak beres di rumah kami.

"Pa kita harus gimana? Menurut Papah ada apa dengan rumah kita? apa ada mahluk gaib nya? lalu kita harus gimana? Mamah gak mau pindah Pah, sudah lama kita ingin punya rumah, sekarang kita punya rumah, Mamah suka rumah nya Pah Mamah gak mau pindah".

Kata Mamah dengan kecemasan di mukanya, Papah yang sedang menyetir sesekali melirik Mamah, dan hanya terdiam tapi terlihat jelas dia sedang memikirkan sesuatu.

Tentu saja kami tidak ingin pergi dari rumah itu, kami sudah lama menginginkan rumah dan akhir nya kami mendapatkan rumah yang sesuai rumah yang mewah, ruangan, kamar, smuanya ideal untuk keluarga kami, mempunyai kamar masing masing dan bangunan nya pun mewah, dan harga nya...memang Papah membelinya dengan murah.

Ya itulah kenapa rumah itu di jual murah karena memang rumah nya bermasalah, keheranan Papah terjawab kenapa pemilik rumah ini menjualnya murah.

"Pantes aja yah mah harga nya kemarin kita beli murah, tapi kita gak akan pindah dari rumah itu kalo ada yang harus pergi makhluk ghoib itu yang harus pergi dari rumah kita".

Kata Papah dengan wajah yakin.

"Iya Pah nanti Mamah mau telepon Bapak kita cerita dan minta solusi nya".

Kata Mamah mendukung Papah, kami Anak-anak hanya mendengar kan lalu Teh Eli Kakak ku yang kedua meyela pembicaraan orang tua kami.

"Di rumah kita ada hantu nya yah Pah..Mah.., ".

Kata Teh Eli membuat Mamah dan Papah saling pandang mereka bingung menjelaskan nya kepada kami, tapi mereka harus memberitahu yang sebenarnya agar kami bisa menghadapi nya.

"Kalian jangan takut yah.. Kita mahluk sempurna yang di ciptakan Allah, kita lebih kuat dari mereka kalian harus jadi Anak pemberani ingat kalian suka solat suka ngaji, harus lebih di tingkatkan lagi mendekat kan diri kepada Allah, kita jangan kalah dengan mahluk halus mereka juga sama ciptaan Allah, ingat Allah kita punya Allah yang lebih dari segala nya kita serah kan semua nya sama Allah, tidak ada pertolongan selain dari pertolongan Allah. ".

Kata Papah meyakin kan kami, dan memberi semangat kepada kami agar bisa menghadapi smuanya.

"Iya Pah kita gak takut ko".

Kata Teteh, Kakak ku yang pertama di ikuti oleh aku dan Teh Eli mengiyakan dan menganggukan kepala, kami memang anak anak yang mandiri dan pemberani, sejak kecil kami di ajari dan didik agama dengan baik.

Orang tua kami selalu menekan kan agama no satu dari segalanya, solat berjamaah dan mengaji sudah suatu kebiasaan buat kami, apalagi aku yg dulu tinggal dengan Kakek yang agama nya sangat kuat, setiap saat yang Kakek ajarkan adalah soal kebaikan, Agama, dan mendekatkan diri kepada Allah.

walaupun waktu itu aku masih kecil, Kakek selalu mengajak dan mengingatkan ku untuk solat pada saat nya tiba, Kakek akan menunggu ku untuk solat berjamaah, ketika dia mengajak solat dia akan menunggu sampe aku datang menghampiri untuk solat, baru kami solat berjemaah.

Kami pulang dari Ci ater malam sekitar jam 9 malam, datang ke rumah kami langsung masuk kamar, karena sudah makan malam tadi di perjalanan, maka kami langsung masuk kamar masing masing dan tidur pulas.

Subuh seperti biasa kami bangun solat subuh bersama, dan ritunitas seperti biasanya, hari hari berlalu tak ada gangguan, kami pun lupa dengan kejadian kejadian yang sudah terjadi.

Sampai suatu malam kami di teror lagi pada malam jumat itu, malam itu malam yang tidak akan aku lupakan sampai sekarang aku masih ingat.

Malam itu setelah solat isya, lalu kami makan malam, seperti biasanya setelah makan malam kami berkumpul di ruang keluarga menonton TV, bercerita kejadian di sekolah atau hanya sekedar bermain bercanda dengan adik ku.

Kakak- kakak ku sedang memijit kaki Mamah, Papah dan aku bermain dengan Adikku, tiba tiba Papah menyuruh ku mengambil kan air minum ke dapur aku dengan sigap pergi ke dapur.

Dari ruang keluarga ke dapur, aku melewati kamar ku, pintu kamar ku terbuka setengah nya, selintas ku lihat di kamar ku ada yang duduk, aku memperhatikan dan menghampiri, pelan pelan aku menghampiri, sambil mataku trus menyelidik apa itu?, siapa? pikir ku karena aku tau semua nya sedang ada d ruang keluarga.

Semakin dekat aku semakin menghampiri, sampai aku ada di depan pintu, ketika aku mau mendorong pintu kamar yang sedikit terbuka,.. Sebuah tangan..besar..hitam... Menghampiri tepat ke wajah ku.

Telapak tangan itu sangat besar, yang aku rasakan hawa panas ke wajah ku, Seketika aku berteriak

" Aaahhhhhhhkkkkk....... "

Aku berteriak.

"Liya kenapa...".

Papah ku kaget beranjak dari duduk nya, dan berlari menghampiri ku, Kakak-kakak ku juga, Mamah sambil menggendong Adik ku, semua menghampiri ku.

Saat itu aku hanya diam terpaku tidak bisa berkata apa apa, belum habis ke kagetan kami suara pintu garasi ada yang membuka.

"kreeekkkk... ".

Suara pintu garasi terdengar terbuka, lalu bruuukkkh suara pintu garasi seperti di banting...Dan terdengar suara langkah yang berat seperti suara langkah raksasa yang sering aku liat di film bruukh.. Bruukh... Bruukh.., dan seketika itu tercium bau busuk entah bau apa.

Papah dan Mamah langsung beristighfar, melantunkan ayat ayat suci Al-Quran, di ikuti oleh Kakak-kakak ku, waktu itu aku masih belum bisa begerak aku di peluk oleh Kakak ku Eli, sambil dia membacakan ayat kursi.

Mamah menggedong Adik ku, sambil membaca Ayat kursi, begitu pun Kakak sulung ku dan Papah....

(Bersambung)

Bab 3 Papah dimana? pulang Pah pulang...

Bau busuk itu sangat menyengat, aku yang terpaku tidak bisa berkata-kata, hanya bisa menyaksikan semua kejadian aneh itu, tapi hanya suara dan bau tidak ada wujudnya, perlahan bau busuk menyengat itu menghilang.

Papah mengendong ku ke ruang keluarga, semua mengikuti Papah dengan masih melantunkan ayat ayat suci Al-Quran, Papah mendudukan aku di sopa sambil berkata.

"Kalian jagain Liya, Papah mu ngambil dulu air minum".

Papah kembali cepat dengan segelas air, Papah duduk, dan membacakan ayat suci Al-Quran ke dalam gelas, lalu menyuruh ku untuk meminum nya.

"Minum nak ".

Katanya sambil mengelus rambut ku, malam itu kami tidur bersama di ruang keluarga, sampai subuh kami terbangun, dan lalu pergi wudhu untuk solat subuh berjamaah, dan pagi itu seperti biasanya kami mengerjakan rutinitas seperti biasa.

Aneh kan selalu begitu seolah tak pernah terjadi apa apa, seingat ku sampai sekarang belasan tahun kami tinggal di rumah itu, hampir Dua belas thn sampe umur ku menginjak Tujuh belas - Delapan belas thn kami tinggal di rumah itu.

Tak pernah sekali pun kami mengadakan acara pengajian atau pun tawasulan, untuk mengusir makhluk halus yang menempati rumah itu, padahal teror teror yang kami alami begitu nyata.

jangan kan untuk mengadakan pengajian, Mamah ingin bercerita kepada Kakek ku saja selalu lupa, tapi kalo kami di luar rumah itu, smuanya teringat kembali tapi klo kami di rumah, seperti tidak pernah terjadi apa apa, dan teror horor pun datang lagi, dan lagi mengganggu kami.

Sampai pada suatu hari Adik ku menangis tidak berhenti, tapi tidak mengeluarkan air mata, sampe berjam jam dia menangis, setelah itu dia tertidur.

Tapi tidur nya dari jam Sebelas siang sampe jam Empat dia belum bangun juga, biasa nya dia cuman tidur selama Dua jam.

Mamah berpikir mungkin Adik ku kecapean karena menangis dari pagi sampai siang tidak berhenti, tapi ketika Mamah mencoba membangun kan nya karena khawatir, dari berhenti menangis sampe tertidur Adik ku belum makan apa apa.

Mamah membangun kan Adik ku, tapi Adik ku tidak bergeming, ketika Mamah membangun kan Adik ku menggoyang kan tubuh nya, seluruh tubuh nya bergerak, dan mukanya tidak ada expresi gerakan sedikit pun seperti meninggal.

Mamah terus menggoyang goyangkan tubuh Adik ku dengan segala cara, berusaha membangun kan Adik ku, tapi tidak bangun juga, Mamah panik lalu beranjak pergi menelpon Papah yang masih di kantor, biasanya Papah pulang jam 5 sore.

" Pah Julian Pah.. Julian gak bangun bangun Pah, dari tadi dia tidur dari jam sebelas siang sampe sekarang belum bangun Pah...Mamah udah coba bangunin tapi gak bangun bangun, mana dia belum makan dari pagi menangis Pah, Papah pulang Pah...Mamah khawatir juliaan seperti.... ".

Mamah berhenti berkata, yang ada air matanya keluar menangis sesegrukan.

" Sabar Mah tenang Mah... Kita harus usir makhluk halus itu dari rumah kita, Papah akan membawa Pa Ustad dari Subang ke rumah, Mamah tunggu yah tenang..paling dua jam lagi Papah sampe rumah, bawa Pa Ustad dan murid murid nya untuk mengusir mahluk itu".

Kata Papah di sebrang telepon lalu menutup teleponnya, lalu Mamah kembali ke kamar menghampiri Adik ku, aku, dan Kakak-kakak ku hanya bisa menangis karena kami takut Adik ku tidak bangun lagi Mamah menenangkan kami.

"Sudah kalian jangan menangis, kalian bantu dengan mengaji berdo'a minta pertolongan sama Allah yaa".

Sudah dua jam berlalu tapi Papah belum pulang juga.. Tiga jam berlalu aku sudah tidak sabar menunggu Papah, aku keluar sambil menangis aku mau nunggu Papah di luar pikir ku.

Aku keluar rumah sambil sesegukan menahan tangis, aku memperhatikan ke jalan setiap mobil yang melintas aku berharap itu Papah, sampai melintas lah sebuah delman.

Di Lembang Bandung banyak delman atau andong atau kereta kusir sampe sekarang masih ada, kusir delman waktu itu seorang Kakek- kakek, dia melihat ku menangis di pinggir jalan, dia memberhentikan delman nya dan turun menghampiri ku.

" Kunaoan neng?".

Dia bertanya pada ku dengan bahasa Sunda (kenapa neng), aku bukan nya menjawab malah menangis makin menjadi.

" Kunaon nangis tos wengi, kunaon di jalan?bumi na dimana?".

(Kenapa menangis? udah malam rumah nya dimana?).

Kata kakek itu khawatir,aku menunjukkan rumah ku yang tidak jauh dari jalan, hanya Lima ratus meteran dari jalan karena rumah ku memang deket jalan depan jalan raya.

"Eta bumi na? Sok atuh lebet ka bumi tong di jalan kunaon nangis?".

( Itu rumahnya nya sok masuk ke rumah jangan di jalan kenapa menangis) kata Kakek itu menyuruh ku masuk ke rumah.

"Tolong Kek Adik ku gak bangun bangun kata ku".

Untung nya Kakek itu mengerti yang aku ucapkan.

"Orang tuanya ada di rumah?".

Kata Kakek itu bertanya.

"Ada Mamah".

Kata ku sambil masih menangis.

"Ya udah ayo kita masuk".

Kata kakek itu sambil menungtun ku masuk ke rumah.

"Asalamu alaikum...".

Kakek itu memberi salam ketika masuk, Kakak-kakak ku keluar dari kamar melihat siapa yang datang, lalu terdengar suara Mamah dari kamar.

"Siapa Teh?".

Kata Mamah masih dari dalam kamar, lalu Kakak ku menghampiri Mamah ke kamar, dan memberitahu Mamah.

"Gak tau mah, itu liya bawa Kakek-kakek".

Kata Kakak ku, lalu Mamah keluar sambil menggedong Adik ku yang masih tidur.

"Ini Bu anak nya menagis tadi di luar, saya khawatir ada apa mungkin saya bisa bantu?".

Kata Kakek itu langsung menjelaskan, Mamah tidak bisa menahan air matanya, lalu menjelaskan yang terjadi, lalu Kakek itu meminta ijin untuk mengobati Adik ku.

"Coba saya lihat, boleh saya pangku anak nya yah Bu?".

Kata Kakek itu, lalu Mamah membuka gendongan nya dan, menyerah kan Adik ku kepada Kakek- kakek itu, lalu Kakek itu menyerah kan lagi Adik ku ke Mamah.

" Sebentar Bu saya mau wudhu dulu dimana yah kamar mandi nya?".

Kata nya lagi, Kakek itu menanyakan kamar mandi untuk berwudhu, lalu Kakak ku mengantarkan Kakek itu ke kamar mandi.

"Ayo Kek aku antar ".

Kata Kakak ku sambil mengantarkan Kakek itu ke kamar mandi, setelah berwudhu lalu Kakek itu solat dua rokaat di ruang tamu, lalu dia meminta segelas air.

Lama sekali dia berdoa di depan segelas air itu, lalu Kakek mengambil sebuah sendok meminum kan air ke Adik ku memakai sendok, menumpahkan air ke telapak tangan nya dan mengusapkan nya ke wajah Adik ku lalu dia berkata,.

" Aku tidak akan pulang sebelum anak ini kembali".

Entah Kakek itu berbicara dengan siapa, setelah itu selang setengah jam kami tidak tau apa yg dilakukan Kakek itu kepada Adik ku, akhirnya Adik ku terbangun.

" Bu ini anak nya bangun kasih susu atau makanan dia pasti lapar".

Kata Kakek itu.

" Alhamdulillah Terima kasih Pak...".

Sambil menangis Mamah memeluk Adik ku, Kakak ku langsung membuat kan segelas susu untuk Adik ku.

"Jangan berterima kasih sama saya Bu, saya hanya pelantara semua pertolongan dari Allah , saya pulang yah Bu, hati hati yah Bu".

Kata Kakek itu berpamitan.

"Pa tunggu ini ada sekedar nya untuk beli kopi".

Kata Mamah menawarkan beberapa uang kepada Kakek itu.

" Gak usah Bu, kalian lebih membutuhkan nya saya ikhlas ko, klo saya di bayar saya gak dapet pahala nya dong Bu".

Kata Kakek itu sambil tersenyum lalu berpamitan pulang, sampe ke esokan harinya Papah belum juga pulang... Kemana Papah....

Udah dua hari Papah gak pulang... bilang nya tunggu dua jam lagi Papah nyampe rumah bawa Ustad, tapi udah dua hari Papah belum pulang juga

"Gak usah bawa Ustad Pah.., Adik udah sembuh pulang Pah... Aku kangeun Papah.. Aku butuh Papah.. gak ada yang imamin kita solat Pah.. gak ada yang ngajarin kita ngaji".

Batin ku kala itu.., setiap hari aku diam mematung di jendela, menunggu Papah pulang.

Mamah mau lapor Polisi tapi, Mamah gak bisa ninggalin rumah ninggalin kami, masa harus di bawa ke kantor polisi, waktu itu kami tinggal di Lembang Bandung tidak punya sanak keluarga, tetangga pun tak ada.

Yang aku ingat, yang aku lihat ada Empat rumah besar dekat rumah kami, rumah yang pertama mungkin dekat nya sekitar Lima ratus meteran, tapi rumah itu besar, di benteng, gerbang nya besar, berpagar teraris seperti memberi jarak kepada kami agar tidak mendekat.

Kami tidak bertetangga, kami hidup masing masing, tidak pernah tahu dan tidak ingin tau kehidupan tetangga kami, beberapa hari kemudian, Mamah menelpon Kakek ku yang di Bogor, menceritakan bahwa Papah ku tidak pulang sudah berhari hari.

Kakek menyuruh Paman ku Adik nya Mamah untuk mengunjungi kami, dan membantu membereskan masalah kami.

Pergilah Paman ku dari bogor mengendarai motor ke rumah kami di Bandung, singkat cerita sampai lah Paman ku di Bandung, sesampainya di rumah, Paman turun dari motor membuka pagar memasukan motor ke halaman rumah.

Rumah terlihat begitu sepi, tak ada suara anak-anak padahal kan Mamah Kakaknya punya anak empat, bahkan masih punya balita Adik ku, seharusnya ramai setidak nya ada suara anak-anak, tpi rumah saat itu katanya sepi sekali.

Paman mengucapkan salam berkali kali, menekan bel pintu mengetuk pintu, mengetuk pintu garasi, tapi tidak ada jawaban dari dalam rumah, Paman kemudian mengintip lah dari jendela ruang tamu, ingin melihat kedalam memastikan apa benar tidak ada siapa pun.

Di dalam jendela memang ada tirai nya, tapi kalo kita melihat dari luar dengan mendekat ke jendela, menempelkan wajah ke jendela bisa terlihat keadaan di dalam rumah.

Ketika Paman mulai menyelidik dengan mendekatkan wajah nya ke jendela, tiba tiba Paman melihat ada badan besar sekali, dia melihat nya dari perut ke atas sampai ke kepala, paman melihat mata makhluk itu merah menyorot menantap tajam kepada nya.

Paman ku badan nya tinggi besar dia pemain voli, tpi dia melihat makhluk itu sampai menengadahkan kepala, kata Paman makhluk itu tinggi melebihi pintu dan besar sekali, hitam legam ada tanduk di kepala nya, matanya merah.

Seketika Paman terpaku terkejut shock, dan ketika sadar yang ada dalam pikiran nya lari secepat nya meninggal kan rumah, untung dia masih ingat motor nya, dia masih berpikir dengan motor lari nya akan lebih cepat.

Tanpa sadar dia udah sampai di padalarang dengan sepedah motor nya, lalu Paman berhenti dulu di warung nasi pinggir jalan.

Paman baru sadar kalo dia udah nyampe di padalarang, dia memesan air putih lalu meminum nya, dan menerus kan perjalanan pulang ke Bogor ke rumah Kakek ku.

Sesampainya di rumah Kakek, Paman menyampaikan kejadian yang dia alami, lalu Kakek mengajak nya untuk kembali ke Bandung ke rumah Mamah ku bersama Kakek, tapi Paman tidak mau, karena masih shock dan dia bilang.

"Aku gak akan pernah mau pergi lagi ke rumah itu walaupun Bapa memaksa".

Katanya kepada Kakek ku, pergilah Kakek bersama Adik Mamah ku yang perempuan, waktu itu Tante ku belum menikah, Kakek naik bus dari Bogor ke Bandung di temani Tante ku.

Singkat cerita sampai lah Kakek dan Tante ku di rumah Mamah, Kakek memasuki gerbang, masuk ke halaman dengan berdoa, lalu mengucapkan salam.

Menekan bel pintu aku yang ada di dalam rumah waktu itu sedang bermain bersama Adik ku di ruang keluarga,aku senang berharap itu Papah, aku memanggil Kakak ku memberitahu Papah pulang.

"Teh bukain pintu itu Papah pulang".

Kata ku kepada Kakak ku, Kakak ku tidak berkata apapun dia langsung menuju pintu ruang tamu untuk melihat siapa yang datang.

Mamah keluar dari kamar nya menyusul Kakak ku ke ruang tamu, ketika pintu di buka Kakek dan Tanteku, Mamah langung mencium tangan Kakek ku, dan memeluk Tante ku sambil menangis.

Mereka masuk ke dalam rumah, Kakek tidak menceritakan apa pun soal kejadian Paman ku, Kakek berencana melaporkan orang hilang ke kantor Polisi dengan harapan Papah di ketemukan keberadaan nya, dan menyarankan kan agar kami pindah dulu ke Bogor sebelum Papah di temukan.

"Sekarang sudah malam besok pagi kita ke kantor Polisi melaporkan orang hilang semoga suami mu di ketemukan secepatnya, sudah berapa hari suami mu tidak pulang?".

Kata Kakek.

"Sudah Lima hari Pak".

Kata Mamah.

"Terakhir dia pergi berangkat ke kantor kan? Kita tidak bisa menceritakan hal hal yang di luar nalar kepada Polisi, mereka hanya akan menanyakan kapan suami mu terkhir kali terlihat dan mau kemana".

Kata Kakek ku menjelaskan.

"Tapi Pak suami ku bilang katanya dia mau ke Subang dulu untuk menemui Ustad, itu harus kita cerita kan".

Kata Mamah ku.

"Ya tentu kita bisa cerita kan itu pada Polisi, jadi Polisi bisa menyelidiki ke tempat Ustad itu, kamu tau alamat ustad itu di Subang tepat nya tempat nya dimana?".

Kata Kakek bertanya.

"Tau pak".

Kata Mamah.

"Untuk sementara ini sebaiknya kamu dan anak-anak ke Bogor dulu sebelum suami kamu di ketemukan".

Kata Kakek sambil melirik ke setiap ruangan rumah.

"Gak bisa Pak, saya dan anak- anak akan tetap di sini menunggu Papah nya anak anak pulang, saya yakin Papah nya anak anak akan cepat pulang, bagaimana kalo dia pulang di rumah gak ada siapa siapa? dan juga Eli ma Kakaknya Herti sekolahnya gimana?".

Dengan alasan itu Kakek terpaksa menyetujui.

"Kamu punya tabungan kan untuk biaya hidup kalian?".

Kata Kakek Mamah tersenyum dan berkata.

"Ada ko Pak gak usah khawatir".

Itulah Mamah, tak pernah bercerita soal masalah ekonomi kepada keluarga nya.

Malam itu Mamah memasak untuk makan malam di bantu Tante ku, sambil bercerita- cerita, tanpa sengaja tante menceritakan smua yang terjadi kepada Paman ku ke Mamah, Mamah kaget mengetahui bahwa Paman ku pernah datang ke rumah.

"Yang bener Ana? Dani ke sini kemarin? Gak ada kok dia gak pernah sampai ke sini".

Kata Mamah ku meyakin kan.

"Tapi Ka, Dani gak mungkin bohong Ka".

Kata Tante ku lagi tak kalah meyakinkan, Mamah tertegun tapi Mamah sudah tau apa yang terjadi ini semua pasti ulah makhluk itu.

Mamah terdiam lalu melanjutkan memasak, setelah makan malam kami ke ruang keluarga menonton tivi, Kakek pergi ke kamar ku untuk beristirahat, Kakek selalu tidur di kamar ku kalo datang ke rumah.

Ketika kami sedang menonton tivi sambit bercerita kenangan bersama Papah, Tante ku yang duduk di sopa memangku Adik ku merasa pusing kepala nya.

" Ka ini tolong Julian nya, kepala ku pusing".

Kata Tante ku, Mamah langsung mengambil Adik ku dari pangkuan Tante ku.

"Kenapa kamu Ana? Minum obat ya, bentar aku ambil kan obat sakit kepala".

Kata Mamah ku sambil beranjak mau pergi mengambil obat.

"Ka gelap ka... Aahhhkkk kaa tolongggg".

Kata Tante ku histeris dan tak sadarkan diri, Mamah terkejut melihat keadaan Tante ku, dan langsung memberi kan Adik ku kepada Teh Eli Kakak ku, sambil berusaha membangun kan Tante ku.

"Ana kenapa Ana,? bangun istighfar Ana".

Kata Mamah ku sembil menggoyang goyang kan tubuh Tante ku, aku waktu itu langsung langsung berlari ke kamar ku membangunkan Kakek yang sedang tidur di kamar ku.

Aku mendengar Tante ku sedang menangis seperti nya sudah bangun, tapi sekarang sedang menangis dan, suara nya seperti bukan suara Tante ku..

" Kek Kakek bangun Kek... ".

Aku berusaha membangun kan Kakek ku, dan Kakek ku terbangun dengan terkejut.

"Ada apa Liya kenapa?".

Kata Kakek ku dengan khawatir.

"Itu kek Tante Ana..... ".

Aku tidak melanjutkan perkataan ku, Kakek ku langsung beranjak dan berlari ke ruang keluarga menghampiri Tante ku, dan semuanya yang ada di sana.

Mamah ku dan, Kakak-kakak ku sedang dalam keadaan kebingungan melihat tingkah tante Ana yang kadang menangis lalu tertawa cekikan menangis lagi....

(Bersambung)

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!