Wulandari menatap pantulan tubuhnya di sebuah cermin besar wanita 22 tahun itu tersenyum bahagia. Kebaya modern berwarna silver sempurna melekat ditubuhnya yang ramping meskipun make up nya natural, tetap tak mengurangi kecantikannya.
“Sahabatku cantik banget seru Aira yang tiba-tiba masuk ke kamar Wulandari yang sudah dihias kamar pengantin
“Kok kamu baru datang sih?” Tanya Wulandari
Biasalah macet, dua sahabat itu saling berpelukan dan mencium pipi kanan dan kiri
" Yuli dan Anisa juga masih di jalan!"
Wulandari mengajak sahabatnya duduk di tepi ranjang.
" Aira akhirnya gua dan Aliando bakalan menikah. gue senang bangat dan bahagia." ucap Wulandari. Jelas terlihat di wajah wanita keturunan Eropa itu terlihat sangat bahagia.
"Iya gue dan teman-teman yang lain juga senang, Lo dan Aliando udah lama banget pacaran dan cara backstreet sahut Aira.
Tiba-tiba ada yang mengetuk pintu kamar Wulandari.
"Masuk aja!" teriak Wulandari
Ternyata yang mengetuk pintu itu adalah papanya Wulandari.
" Dimana Aliando?" udah jam 11 belum datang juga." ucap tuan Alberto.
Wulandari melihat jam dindingnya. Karena keasikan dandan ya, jadi tak sadar jika ini sudah lewat 1 jam dari waktu yang dijadwalkan. "Sebentar pa biar aku telepon Aliando."
Wulandari menelepon Aliando, tetapi ponselnya tidak aktif. Wulandari menghubungi adiknya Aliando, lalu orangtuanya Aliando hasilnya sama.
"Bagaimana? Tanya tuan Alberto
"Ngak aktif semua pa!" Wulandari tertunduk hatinya tiba-tiba dilanda cemas.
"Duh gimana sih nggak menghargai banget."Ucap tuan Alberto. Tuan Alberto yang sebenarnya belum menyetujui seratus persen pernikahan ini. Ia menginginkan agar Wulandari menyelesaikan kuliahnya lebih dahulu.
"Ehem..... mungkin lagi di jalan Om tadi macet banget soalnya." kata Aira mencoba untuk menenangkan suasana.
"Jalan di Kartanegara semua macet harusnya berangkat lebih awal." sahut Tuan Alberto yang memang terkenal tegas dan disiplin.
Wulandari menghubungi Kembali kekasihnya dan keluarganya. Tapi ponsel mereka tidak aktif.
"Duh Aira gimana dong?" Wulandari panik. apalagi saat ibu tirinya memberitahu jika dalam waktu 15 menit Aliando tidak datang pak penghulu akan pergi ke pernikahan pasangan lain.
Dua sahabat Wulandari yang lain datang. Mereka bingung karena wajah Wulandari, Aira dan keluarga Wulandari tegang
“Ada apa ini Aira?" Tanya Anisa dengan berbisik
“Aliando dan keluarganya belum datang dia dihubungi juga susah." jawab Aira
“Loh kok belum datang Padahal aku melihat mereka udah berangkat dari jam 7 pagi loh" kata Anisa yang rumahnya berdekatan dengan Aliando.
"Terus mereka ke mana?" jarak dari rumahnya ke sini walau macet juga nggak sampai berjam-jam kali” Anisa kembali bergumam membuat Wulandari semakin panik.
Waktu terus berjalan, sudah tak terhitung pesan yang Wulandari kirim dan berpuluh-puluh kali ia menghubungi Aliando dan keluarganya tapi hasilnya nihil.
"Sayang kamu ke mana sih jangan ngerjain dong!" ucap Wulandari dalam hati.
Tuan Alberto memohon kepada Pak penghulu untuk menunggu 10 menit lagi. Tuan Alberto beralasan jika mobil yang ditumpangi mempelai pria rusak dan harus ke bengkel.
"Baik saya tunggu 10 menit lagi jika tidak datang Saya tinggal." ucap pak penghulu dengan tegas.
Tuan Alberto Kembali ke kamar Wulandari. "Wulandari Bagaimana udah?
Wulandari menggeleng lemah.
Tuan Alberto mengusap wajahnya dengan kasar. lalu melepas peci dan melemparnya ke tempat tidur.
Firasat papa benar!" Aliando memang orang yang tidak bertanggung, menyesal papa izinin kamu nikah sama dia. Ucap tuan Alberto
Wulandari tak kuasa menahan air matanya ia menangis di pelukan sahabat-sahabatnya. Aira dan Anisa berusaha menghibur dan menenangkan Wulandari.
Namun hati Maya Wulandari semakin sedih dan kwatir saat melihat ayahnya memohon kepada Pak penghulu untuk menunggu sebentar lagi.
" lima menit lagi saya mohon pak !" ucap tuan Alberto menangkap kedua tangan di dada.
"Maaf banyak pasangan yang mau saya nikahkan bukan anak Bapak saja ketus Pak penghulu.
Tuan Alberto tak bisa berbuat apa-apa lagi.Ia duduk di sofa panjang dengan lemas. satu-persatu saudara dan sahabat dekat keluarga yang diundang berpamitan dan menyampaikan rasa prihatinnya pada Tuan Alberto dan Wulandari.
" Lihat apa yang kamu perbuat bikin malu keluarga hardik Maria merupakan ibu sambung Wulandari.
Siska adik tiri Wulandari, menuruni anak tangga dengan tergesa-gesa.
"Jangan lari-lari saat menuruni tangga nanti jatuh." kata Bu Siska
Napas Siska tersenggal-senggal gadis berambut ikal itu menunjukkan sesuatu pada ibunya.
Mata Maria terbelalak.
"Kamu hamil siska? Tangan wanita 40 tahun itu gemetar
Siska menggeleng” tespek itu bukan punya aku bu."
“Terus punya siapa?” tanya Bu Maria dengan mendesak.
Siska melirik Wulandari.
"Ini punya kak Wulandari, saat ini kak Wulandari sedang hamil Makanya dia minta nikah buru-buru sama Aliando.
Perkataan Siska bagaikan petir di siang bolong yang semakin memporak-porandakan hati Tuan Alberto. Pria 52 tahun berdiri dan mendekati Wulandari yang menunduk. Tuan Alberto mengangkat dagu putrinya kedua mata mereka saling menatap.
"Katakan bahwa yang dikatakan Siska itu tidak benar Wulandari!” Tuan Alberto mengguncang tubuh Putri semata wayangnya.
tidak ada jawaban yang keluar dari bibir tipis berwarna merah jambu itu. Yang ada hanya air mata yang mengalir semakin deras dan itu membuat Tuan Alberto cemas.
"Katakan bahwa itu tidak benar Wulandari." Bentak Tuan Alberto.
Wulandari bersujud di lengan kaki papanya.
” Maafin Wulandari pa....Maafkan Aku.”
Jadi itu benar? Tanya Tuan Alberto yang semakin lemas. Maria dan Siska buru-buru membantunya untuk duduk.
“Aku mohon maaf kan aku pa!" Wulandari bersujud di kaki Tuan Alberto.
Tuan Alberto mendorong tubuh Wulandari hingga ia tersungkur.
"Teganya Kamu membohongi papa!”
"Memalukan!” timpal Bu Maria
Tuan Alberto memegangi kepalanya yang terasa pusing. Bu Maria mengajaknya ke kamar untuk istirahat.
“Papa pasti akan mengusir kamu dari rumah cibir Siska yang merasa menang. Karna sejak awal tidak menyukai Wulandari dan selalu bersaing dengannya.
“Is kamu nggak punya hati banget sih Siska!" sungut Aira
Siska mengibaskan rambutnya dan berjalan dengan angkuh ke kamarnya.
“Amit-amit punya saudara kayak dia." ucap siska sembari mengusap-usap perutnya
"Apa yang harus aku lakukan?” tanya Wulandari.
Ketiga sahabatnya membawa Wulandari ke kamarnya.
”Huumm usia kandungan lo udah berapa bulan?" tanya Aira
"Kemarin gue periksa udah 5 minggu." jawab Wulandari sambil terisak-isak
“Aliando tahu lo hamil?"tanya Anisa
Wulandari mengangguk
“Saran gue lo gugurin janin itu mumpung masih muda. Gue ada kenalan dokter dan yang bisa menggugurkan kandungan.
Aira mencittakan jarinya. Setuju gue!" Aliando juga nggak tanggung jawab kan,?”
"Jangan buru-buru ambil keputusan pasti ada sesuatu yang terjadi sama Aliando dan keluarga ujar Yuli yang tidak setuju dengan pendapat dua sahabatnya membuat Wulandari bertambah bingung.
“Bagaimana kalau kita ke rumah Aliando ajak Anisa kemudian mereka setuju pergi ke rumah Aliando
“Ayo!" kata Wulandari sembari menghapus air matanya.
Keempat Gadis itu pergi ke rumah Aliando setelah 45 menit berkendaraan Wulandari dan ketiga sahabatnya tiba di depan rumah Aliando yang dalam keadaan sepi dan gelap dengan pintu gerbang terkunci.
"Aliando ..... Aliando....."buka pintunya dan jelaskan semuanya sama aku!" panggil Wulandari Sambil bergoyang-goyang pintu gerbang.
“Aliando.....Aliando....." buka pintunya!" Air mata Wulandari kembali mengalir membasahi wajah cantik Wulandari.
"Ngak ada orang deh!" percuma teriak-teriak juga!" kata Aira
“Terus gue harus gimana Aira harus bagaimana? Maya menangis dalam pelukan Aira.
Bersambung.....
hai hai redears dukung terus karya author agar outhor lebih semangat untuk berkarya trimakasih 🙏🙏🙏🙏🙏🙏🙏
Tiba-tiba terdengar suara pintu bergeser tetapi bukan dari rumah Aliando melainkan dari rumah sebelahnya. Seorang wanita berusia 50 tahunan keluar dari rumah itu.
”Nak Wulandari!" Panggil wanita itu
Wulandari kenal dengan wanita itu karena pernah bertemu sewaktu ia main ke rumah Aliando. Gumamnya dalam hati
"Bu....."Aliando dan keluarganya ke mana ya?" Tanya Aira
"Saya juga nggak tahu mereka ke mana?" awalnya kami udah bersiap untuk berangkat ke rumah kamu, Tiba-tiba Pak Wira menerima telepon, terus mereka semua panik dan membatalkan pernikahan. Lalu pergi begitu saja. Jelas tetangga Aliando panjang lebar dan memberikan selembar kertas pada Wulandari. Aliando menitipkan itu untuk kamu." ucap wanita itu.
Wulandari membuka dan membaca isi dalam kertas itu, tubuh Wulandari lemas, tandasnya semakin kencang. Karena penasaran Anisa ikut membaca, Ia meremas dan melempar kertas itu ke tempat sampah. Karena kesal surat itu hanya berisi maaf dan janji akan kembali suatu hari nanti. Tanpa apa ada penjelasan apa dan mengapa Pergi di hari pernikahannya.
”Benar-benar nggak jelas banget sih Si Aliando."
"Terimakasih banyak atas penjelasannya Bu, Kami permisi dulu." ucap Wulandari
Nak Wulandari yang sabar ya!" insya Allah nanti dapat pengganti yang jauh lebih baik ujar Wanita paruh baya itu. Wulandari hanya menanggapinya dengan anggukan kepala.
"Aku belum siap balik ke rumah Aira!" ucap ucap Wulandari ketika mereka sudah berada di dalam mobil.
"Pada nginep di rumah gue yuk bokap sama nyokap lagi di luar kota nih." ajak Anisa yang langsung disetujui ketiga sahabatnya.
****
Wulandari memandangi wajahnya yang sudah bersih dan make-up ya juga sudah berganti pakaian. Matanya sembab karena seharian menangis.
” Kenapa Kamu ninggalin aku di saat aku membutuhkanmu Do.” Ratap Wulandari sambil mengelus perut yang masih rata. Bagaimana dengan janin yang ada di rahim ku apa yang harus aku lakukan?”
Ke tiga sahabat datang, buru-buru Wulandari mengusap matanya dengan tisu. Wulan makan dulu nih, ada mie rebus soto favorit kamu." kata Anisa.
Aroma mie kuah soto yang segar menyapa indra penciuman Wulandari, tetapi Gadis itu sama sekali tidak berselera. Aira menarik tangan Wulandari.
” Kamu belum makan seharian ini!" nanti kamu sakit.”
"Aku sama sekali gak selera Ra." sahut Wulandari.
“Makan sedikit aja, ntar sisanya gue yang ngabisin tugas Anisa sembari tersenyum.
“Ingat lo lagi program diet kan? ceplos Aira.”ih pake d ingatin sih” Anisa cemberut ekspresinya yang menggemaskan membuat Wulandari tersenyum dan akhirnya mau makan.
“Kenapa ya nasib gue sial banget?" ucap Wulandari? setelah mereka selesai makan
“Sial gimana?” bokap lu tajir apa yang lo mau bisa diturutin dengan mudah. lah gue!" pengen ini dan itu kudu kerja keras dulu." ujar Aira. Aira berasal dari Sumatra dia kuliah sambil bekerja sebagai staff admin di sebuah online shop.
"Nyokap gue meninggal saat gue masih kecil punya ibu dan saudara tiri yang nyebelin. Terus sekarang pria yang gue cintai tega ninggalin gue." ujar Wulandari
"Namanya juga perjalanan hidup nggak ada yang mulus kayak jalan tol kan?” kata Anisa
“Apapun yang terjadi kita tetap Sahabat saling membantu dalam suka dan duka timbang Anisa
Sahabat-sahabatnya adalah salah satu hal yang Paling berharga bagi Maya Wulandari. Maya Wulandari beruntung bisa memiliki sahabat baik dan pengertian seperti mereka.
Di tempat lain
"Dimana Wulandari?” tanya Pak Alberto
"Dia pergi sama teman-temannya." jawab Bu Maria. Benar-benar keterlaluan udah bikin sekeluarga malu, masih sempat-sempatnya keluyuran." gaya Bu Maria baik secara persis tokoh antagonis dalam sinetron.
Pak Alberto mengembuskan napas kesal. ia duduk di sofa single berwarna kuning terang. "Saya nggak nyangka dan merasa bersalah karena lalai menjaga Wulandari."
Siska bersimpuh di depan ayah tiri dan menggenggam tangan pria yang sudah 15 tahun menjadi ayah sambungnya.
”Jangan menyalahkan diri sendiri Ayah!" sebagai orang tua Ayah sudah melakukan yang terbaik, aku aja merasa beruntung memiliki sosok Ayah sepertimu. Kak Wulandari yang sudah termakan rayuan pria brengsek itu.
Pak Alberto mengusap puncak kepala Siska. "Terima kasih kamu benar-benar dewasa sekali.”
"Bu Maria yang berdiri di belakang Pak Alberto senyum-senyum. "Siska sudah mewarisi bakat akting ku, sebentar lagi dia yang akan menjadi pusat perhatian di keluarga Bapak Alberto ." ucapnya dalam hati.
Sementara Wulandari bersama Tiga sahabatnya mencari keberadaan Aliando dan mendatangi rumah teman-temannya, serta tempat biasa Ia menongkrong bahkan sampai ke kantor tempat kakak, dan kakak iparnya Aliando bekerja. Wulandari bertemu Kak Nori kakak ipar Aliando. Kak Nori bilang jika Aliando saat ini berada di luar negeri untuk melanjutkan studinya.
"Dia sebenarnya tidak ingin menikah dulu orangtuanya juga ingin Ia meneruskan S2 ucap Kak Nori
“Kok dia dan keluarganya egois banget ya?" "Kakak tahu kalau sekarang aku sedang hamil anaknya Aliando?" saut Wulandari berapi-api.
Kak Nori tampak terkejut. aku tidak tahu menahu, seperti keluarga juga nggak tahu karena Aliando ngak pernah cerita.”
Wulandari menangis beberapa orang yang melintas melirik kearah mereka.
“Hummm Kakak nggak bisa bantu apa-apa?" Maaf Kaka tidak bisa berbuat apa apa kata Kak Nori.
Wulandari menarik nafas dalam-dalam dan mengusap air matanya. Aku minta alamat orang tua Aliando.
Ka Nori yang memberikan alamat rumah orangtua Aliando yang baru. Akan tetapi setelah didatangi rumah itu telah sepi menurut tetangganya mereka pindah ke luar negeri. Keesokan harinya Wulandari kembali mendatangi Kak Nori dikantornya. Tetapi Wanita berjilbab itu sudah resign.
Setelah Tiga hari menginap di rumah Anisa, Wulandari akhirnya kembali ke rumah.Ia disambut dengan tatapan sinis dari ibu dan saudara tirinya.
Tangan Bu Maria berkedap.
" Loh kirain udah ngak bakalan pulang."
"Ini rumahku Jadi terserah aku mau pulang atau tidak." sahut Wulandari.
"Ih dasar tak tahu malu!" hamil diluar nikah eh ditinggalin gitu aja kasihan!" Siska terkekeh
Bu Maria ingin menimpali perkataan putrinya tetapi ia mengurungkan, begitu melihat kedatangan suami keduanya.
"Oh akhirnya kamu pulang juga Wulandari!"
Wulandari berbalik badan.
"Aku nginap di rumah Anisa. Dia nggak kasih kabar Karena aku belum siap bicara sama ayah Wulandari menunduk.
"Papa dapat kabar dari anak buah yang papa tugaskan mencari keberadaan Aliando dan keluarganya. Pak Alberto menyilang tangan di dada.
Maya Wulandari menatap ayahnya
"Mereka semua pergi ke luar negeri dan sudah menjual seluruh aset mereka, yang ada di sini. "Apa kamu tahu apa penyebab dia pergi?” Pak Alberto menatap mata Maya dengan sorot mata yang tajam.
Maya Wulandari menggeleng kepala pelan.
"Dia pergi karena hendak menikah dengan seorang wanita pengusaha ternama di luar negeri."
Maya Wulandari mundur tiga langkah hingga tubuhnya mengenai pintu ia menutup mulutnya dengan kedua tangan
”Ini nggak mungkin." ucapnya.
"Itulah yang terjadi, dia tidak hanya menghamili kamu tapi juga wanita itu." lanjut pak Alberto dengan penuh emosi.
"Jadi Aliando lebih memilih wanita itu ketimbang Wulandari Yah?" tanya Bu Maria
"Iya!" jawab Pak Alberto dengan tegas
"Sebab wanita itu jauh lebih kaya dari keluarga kita."ucap pak Alberto
"Itu nggak mungkin Aliando bukan pria seperti itu." ucap Wulandari.
Kening Pak Alberto mengerut.
"Bisanya kamu masih membela dia!" ucap pak Alberto penuh dengan emosi.
"Terus gimana sama kehamilannya Wulandari?" tanya Bu Maria
“Gugurkan janin itu!" ucap pak Alberto dengan tegas dan penuh penekanan
"Tapi yah!" ucap Wulandari berhenti karena Pak Alberto langsung menyala.
"Kalau kamu masih ingin tinggal di sini, gugurkan janin itu lalu melanjutkan kuliah di Singapura." Tegas pak Alberto.
"Aku ngak mau menggugurkan kandungan ini yah." kata Wulandari dengan nada memohon.
"Kalau kamu berkeras mempertahankan kandungan itu, silakan pergi dari rumah ini."
Wulandari tidak menyangka ayahnya yang biasanya pengertian, tega menyuruhnya menggugurkan kandungannya. Bu Maria dan Siska sama-sama tersenyum. Mereka tidak sabar melihat Wulandari pergi dari rumah.
Bersambung......
hai hai redears dukung terus karya author agar outhor lebih semangat untuk berkarya trimakasih 🙏🙏🙏🙏🙏🙏🙏
Kata-kata papanya masih terus bernyanyi di telinga Maya Wulandari. Ia bingung apakah harus menuruti keinginan sang papa atau mempertahankan janinnya. Wulandari mengusap perutnya. Janin itu kini sudah berusia tiga bulan, Hati kecilnya ingin mempertahankan. Tetapi bagaimana ia bisa hidup tanpa sokongan dana dan fasilitas dari ayahnya.
"Apa yang harus aku lakukan? Maya Wulandari duduk dengan memeluk kedua lututnya. Sahabatnya pun menyarankan hal yang sama, menggugurkan kandungannya sehingga hidupnya bisa kembali normal.
Tiba-tiba ada yang mengetuk pintu kamarnya, dengan malas Maya Wulandari berdiri dan membukakan pintu!" ternyata papanya yang datang. Sejak papanya mengetahui kehamilan Maya Wulandari, hubungannya dengan papanya itu menjadi dingin. Wulandari merasa papanya seperti menjaga jarak. Tak ada senyuman atau pelukan hangat lagi. Wulandari rindu. Tetapi Maya Wulandari sadar diri bahwa semua memang kesalahannya.
Tiga bulan yang lalu, Wulandari, Aliando dan sahabat-sahabat mereka pergi berlibur ke pulau Dewata Bali. Mereka menyewa sebuah villa yang cukup besar. Kamar pria dan wanita terpisah. Mereka semua hendak menghadiri acara musik yang digelar di pantai. Tiba-tiba saja kepala Maya Wulandari terasa pusing dan tubuhnya lemas.
Aliando pun merasakan hal yang sama, akhirnya Maya Wulandari dan Aliando pulang lebih dahulu ke Villa dengan diantar Leo salah satu sahabat Aliando. Setelah sampai di villa Leo kembali ke pantai.
“Ingat jangan macam-macam Kalian ya!” kata Leo sebelum pergi.
Entah siapa yang memulai, terjadilah malam pertama yang penuh gairah. Maya Wulandari telah menyerahkan kesuciannya pada Aliando. Menyesal? Itu pasti!” setelah melakukannya ia menangis histeris. Namun Aliando berhasil menenangkan dan meyakinkannya.
"Aku akan bertanggung jawab!” kita akan menikah dan bersama selamanya." ucap Aliando. Namun sekarang Itu semua hanyalah omong kosong.
"Papa sudah menemukan dokter yang bersedia menggugurkan janin!” perkataan ayahnya membuat Maya Wulandari tersentak dari lamunannya.
“Besok malam kita akan ke sana."
“Besok?"
“lebih cepat lebih baik!”
“Tapi apa tidak ada cara lain pa?”
“Cara apalagi?” apa kamu berniat mempertahankan anak haram itu?” Pak Alberto mengarahkan jari telunjuknya ke arah perut Maya Wulandari.
"Papa tidak Sudi kalau kamu mempertahankan anak itu, silahkan pergi dari sini jangan membawa apapun.
Setelah mengatakan itu Pak Alberto, kembali ke kamarnya, yang terletak tepat di depan kamar maya Wulandari. Wulandari menutup pintunya dan membenturkan kepalanya di pintu.
”Apa yang harus aku lakukan?”
Maya Wulandari duduk di meja rias, Ia hiraukan luka dihatinya. Ia menata pigura berwarna merah muda dengan hiasan gambar hati di pinggirannya yang berisi foto Aliando.
" Kamu sudah berhasil membuat aku hancur Aliando.” Maya Wulandari membanting figura itu hingga hancur berkeping-keping seperti hatinya.
Maya Wulandari menghubungi sahabatnya Aira untuk mengabarkan bahwa malam ini ia akan menggugurkan kandungannya.
“Itu bagus gue dukung!” kata Aira
“Gue gue nggak begitu yakin dengan keputusan ini Aira."
“Kenapa nggak?”
"Menggugurkan kandungan itu sama saja dengan membunuh, dosa gue udah banyak masa mau ditambah lagi."
”Terus lo mau mempertahankan anak itu?” udah bosan jadi anak orang kaya? Ketus Aira
Maya Wulandari mengacak-acak rambutnya bingung gue." Maya Wulandari merebahkan tubuhnya di ranjang, menatap langit-langit kamarnya.
Aira Terus berceloteh mengenai efek buruk jika ia tidak menggugurkan kandungannya.
” Emang bisa Lo ngurus anak? Emang lo bisa kerja? Udah terlanjur berbuat dosa juga kan?”
“Tapi gue....” Maya Wulandari tidak dapat menyelesaikan perkataannya. Sebab ayahnya sudah mengetuk pintu dan menyuruhnya untuk segera berangkat.
"Aira udah dulu ya!" gue mau berangkat ke klinik." Maya mematikan sambungan teleponnya dan bergegas keluar dari kamar.
Bu Maria dan Riska juga ikut menemani Maya Wulandari ke klinik yang juga menyediakan jasa aborsi. Praktik itu dilakukan secara diam-diam makanya dilakukan di malam hari.
Sepanjang perjalanan Maya Wulandari gelisah Ia sering mendengar jika proses pengguguran kandungan itu sangat menyakitkan bahkan banyak wanita yang meregang nyawa.
Maya Wulandari memegang perutnya ia merasakan sesuatu yang sulit untuk dijelaskan. "Mungkinkah ini yang dinamakan ikatan batin antara ibu dan anak?" Pikir Maya.
Mobil berbelok ke sebuah bangunan tiga lantai yang catnya didominasi warna hijau Tua di sekelilingnya juga banyak pepohonan menjadikannya sangat asri.
“Ayo turun kita sudah sampai." kata Pak Alberto.
Maya mengganggu dan menuruti perintah ayahnya.
“Kalau malam gini jadi nyeramin ya Bu!" ucap Riska .
"Iya begitulah!" jawab Bu Maria.
"Makanya kamu jangan macam-macam dan harus jaga diri biar nggak seperti kakakmu itu." Kata Bu Maria menyindir Putri sambungnya.
Maya Wulandari hanya bisa menghela nafas. mengepalkan tangannya ingin membalas ucapan sang ibu tiri tetapi kondisinya tidak memungkinkan.
Mereka masuk lewat pintu samping terdapat tulisan ruang IGD. Seorang wanita memakai baju putih dengan cardigan hitam menemui mereka. Pak Alberto memberikan wanita yang mulutnya ditutupi masker, selembar kertas.
Kemudian wanita itu meminta Pak Alberto Maya Wulandari, Bu Maria dan Riska untuk mengikutinya.
Mereka menuju bagian belakang klinik. Ruangan khusus untuk praktik aborsi terletak di bangunan yang terpisah dari klinik utama. Untuk lebih menyamarkan di bagian pintu tertulis” Gudang”
"Silahkan masuk di dalam dokter Robert sudah menunggu." ucap wanita itu.
Pak Alberto mengetuk pintu. Seorang wanita dengan pakaian yang sama seperti wanita tadi membukakan pintu.
“Maaf yang lain tunggu saja dan luar." ucapnya sedikit ketus.
“Maya Wulandari masuklah!" kata Pak Alberto setelah ini semua akan kembali normal." ucap pak Alberto sambil mengusap pundak Wulandari.
"Ayo jangan buang-buang waktu pasien masih banyak." kata wanita bertubuh sintal itu
Maya Wulandari mengangguk. Jantungnya berdetak semakin kencang. Maya Wulandari masuk ke sebuah ruangan. Di sana terdapat tempat tidur, lampu besar di atasnya lemari 2 meja yang berisi peralatan medis dan tempat tidur.
Dokter itu mantap Maya Wulandari
" Berbaring jangan tegang santai saja, Saya sudah berpengalaman melakukan ini tidak hanya terjadi gadis biasa seperti kamu. Artis dan model pun pernah saya tangani. Dokter itu tertawa tetapi suara tawanya terdengar menakutkan.
Lagi pula Entah di bagian mananya yang lucu mungkin membunuh janin tak berdosa adalah hal yang menyenangkan untuknya.
"Anak yang ada di dalam kandungan kamu tidak berdosa Maya." Maya terhenyak ia merasa ada seseorang yang membesikkannya. Iya janin ini tak berdosa kenapa dia harus disingkirkan?" tanya Maya pada dirinya sendiri.
"Kamu bilang apa tadi?” tanya dokter itu
"Humm bolehkah saya ke kamar mandi dulu?" kalau tegang perut jadi mules." kata Maya Wulandari
“Ada-ada saja!” gerutu wanita yang merupakan asisten dokter.
“Silahkan saja kamar mandi ada di sana." kata dokter sambil mengarahkan jari telunjuk ke sebuah pintu berwarna putih.
Maya Wulandari membuka pintu itu. Di dalamnya ada dua ruangan satu toilet jongkok dan satu toilet duduk, dan terdapat dua wastafel. Di atas wastafel ada lubang ventilasi yang cukup besar dan tidak tertutup. Maya mengunci pintu dan naik ke wastafel mencoba untuk mengeluarkan tubuhnya lewat lubang ventilasi.
"Bruuk......"
Dengan susah payah akhirnya Wulandari berhasil keluar dan terjatuh perutnya sedikit nyeri, namun ia abaikan dalam pikirannya terpenting menjauh dulu dari tempat terkutuk itu. Maya Wulandari berlari lewat belakang, disana ada tanah kosong tetapi dikelilingi pohon pisang. Bulu kuduk Wulandari merinding.
Wulandari memanjat tembok, lalu perlahan turun Maya Wulandari bernafas lega karena berhasil keluar dari klinik itu. Ia berlari mencari taksi. Sementara itu dokter dan asistennya merasa curiga apalagi saat mengetahui Maya Wulandari mengunci pintunya.
Si asisten menepuk keningnya sendiri "Jangan-jangan dia kabur lewat lubang ventilasi yang ngak ada tutupnya itu dok!”
Dokter tak percaya begitu saja ia akhirnya mendobrak pintu dan benar Maya Wulandari sudah tidak ada di dalam toilet. Dokter dan asistennya keluar dan memberitahu kepada pak Alberto bahwa Maya Wulandari kabur.
Dokter itu kwatir Maya Wulandari akan membongkar kedok klinik itu.
"Jangan sampai dia membuka rahasia klinik ini." kata dokter Robert dengan cemas.
"Dia tidak akan melakukannya Tenang saja." kata Pak Alberto.
Pak Alberto, Bu Maria dan Riska segera menuju mobil.
"Pasti di balik ke rumah dia balik ke rumah Iya." kata Riska.
Maya Wulandari memang kembali ke rumah. Ia memasukkan pakaian ke koper dan tidak lupa membawa dompet. Setelah itu bergegas pergi beruntung tadi, Ia turun di pintu belakang dan meminta taksi untuk menunggu. Bersamaan dengan itu, Pak Alberto tiba di rumah dan mendapat rumah dalam keadaan kosong. Pak Alberto emosi dan langsung menuju kamar maya Wulandari. Kamar maya Wulandari sedikit berantakan. Sebagian isi lemarinya sudah tidak ada.
Pak Alberto menggebrak meja. Kita kalah cepat pria paruh baya dan berkacamata itu menduga putrinya ada di salah satu rumah sahabatnya. Mereka mendatangani Aira, rumah Anisa. Tetapi Disana tidak ada. Malah kedua sahabatnya terkejut. mendengar Maya Wulandari melarikan diri. Kalau tidak dirumah sahabat-sahabatnya? Ke mana dia pergi?"
Bersambung.......
hai hai redears dukung terus karya author agar outhor lebih semangat untuk berkarya trimakasih 🙏🙏🙏🙏🙏🙏
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!