Seiring berjalannya waktu, semua perubahan dalam diri seseorang semakin terlihat.
Begitupun dengan Wendi Dirham, suami dari Zahra Khoerunis!
Semua nya nampak terlihat apalagi saat mereka pindah ke Rumah Wendi.
Orangtua Wendi, yang terlihat sangat baik dan juga alim ternyata hanya hiasan saja.
Semakin kesini semakin terlihat watak dan sifat nya oleh Zahra.
Bermula saat Wendi menginginkan pindah ke Rumah Orangtua nya, karena tempat nya bekerja lumayan dekat dari sana.
"Jaga dirimu baik-baik, Nak" ucap Aminah sang Ibu Zahra.
"Iya Bu, Ibu juga sama Bapak ya" balas Zahra sendu.
Zahra lalu pergi dari sana bersama sang Suami, Wendi.
Mereka akan pindah ke Kota yang tidak jauh dari Desa tempat tinggal Zahra dulu.
Selama perjalanan, Wendi maupun Zahra diam dengan pikirannya masing-masing.
Entah apa yang mereka pikirkan hingga membuat mereka bungkam.
"Sayang, nanti kita tinggal sama Ayah dan Ibu ku ya sebelum kita punya Rumah sendiri" ucap Wendi dengan lembut.
"Iya Mas, aku ikut kamu saja" balas Zahra tersenyum.
Wendi menggenggam tangan Zahra dengan erat, dan sebelah lagi fokus pada setir mobil.
Wendi sendiri bekerja di perkebunan tetapi bagian kantor nya, gajih nya memang tidak besar tetapi lumayan untuk dia dan Zahra.
Hingga 2 jam kemudian mereka sampai di kota, dan Wendi segera melajukan mobil nya ke arah Rumah kedua orangtua nya.
"Mas, biar aku yang gantian nyetir nya" ucap Zahra lembut.
"Memang nya tidak apa, sayang?" tanya Wendi tak enak.
"Tak apa, ayo pinggirkan" jawab Zahra tersenyum.
Lalu Wendi menghentikan laju mobil nya di pinggir jalan, ia lalu bertukar posisi dengan sang Istri.
Setelah itu, mereka melajukan kembali perjalanannya yang mungkin 1 jam lagi.
Wendi langsung saja terlelap karena memang ia lumayan lelah.
Zahra memang bukan anak kota, tetapi ia sangat pintar dan cepat memahami semuanya.
Bahkan ia menyelesaikan S1 Arsitek nya dengan cepat dan tidak ada yang mengetahui nya kecuali Ibu dan Bapak nya.
Ia sengaja menutupi keahliannya dari semua orang bahkan dari sang Suami pun, ia tidak ingin terlihat sombong dengan hal itu.
Zahra terus saja melajukan mobil nya dengan kecepatan sedang, ia sudah hafal jalanan menuju ke Rumah mertua nya.
"Hah, aku harus siap jika ditanya tentang Anak" gumam Zahra pelan.
"Padahal ini baru 3 tahun pernikahan ku dan Mas Wendi tetapi mertua ku seolah menyudutkan ku bahwa aku bermasalah" gumam nya lagi dengan sendu.
Zahra menarik nafas dalam dan ia menghembuskannya dengan kasar.
Pekerjaan Wendi di pindahkan ke kota yang dekat dengan Rumah mertua nya, jadi mereka ikut pindah demi hemat biaya.
Hingga keheningan itu berlalu saat mobil yang di kendarai oleh Zahra sampai di halaman sang Mertua. Disana terlihat Ayah, Ibu serta Adik ipar ku yang menanti kami.
"Mas, kita sudah sampai" ucap Zahra dengan mengguncang lembut lengan Wendi.
Wendi mengerjap, ia membuka mata nya dengan perlahan.
Hingga manik mata nya menatap kesekeliling nya dan itu adalah Rumah orangtua nya.
"Ayo kita masuk dulu saja, biar nanti barang-barang nya terakhir kita ambil" ucap Zahra tersenyum.
"Iya sayang, ayo" balas Wendi.
Lalu mereka keluar dari mobil, dan mereka langsung saja menuju ke Rumah.
"Nak, kalian sudah sampai" ucap Ibu Wendi tersenyum.
"Iya Bu, bagaimana kabar kalian?" tanya Zahra dengan memeluk sang Ibu mertua dan Adik ipar nya bergantian.
"Kami baik Nak, ayo masuk" jawab Ibu Wendi dan mengajak mereka masuk ke dalam Rumah.
Wendi dan Zahra mengangguk, lalu mereka masuk ke dalam Rumah yang tidak besar namun juga tidak kecil.
Mereka duduk di ruang keluarga dan Fera langsung mengambil air untuk Kakak dan Kakak ipar nya.
"Mau langsung makan apa istirahat dulu, Nak?" tanya Ibu dengan perhatian.
"Kami istirahat dulu Bu, mungkin nanti saja makannya makan malam" jawab Wendi
Ibu mengangguk mengerti, lalu Wendi dan Zahra pergi ke kamar nya untuk istirahat dari perjalanan yang cukup melelahkan.
"Mas, aku akan mandi dulu" ucap Zahra dengan lembut.
"Yasudah, Mas akan langsung tidur masih ngantuk" balas Wendi tertawa kecil.
Zahra ikut tertawa seraya menggelengkan kepala nya, ia lalu mengambil handuk dan masuk ke dalam kamar mandi.
Sedangkan Wendi, ia kembali terlelap setelah merebahkan diri nya di ranjang tersebut.
**
Malam hari tiba, Zahra ikut serta membantu sang Ibu mertua untuk memasak makan malam.
Mereka memang sangat dekat, dan mereka juga sudah seperti Ibu dan Putri nya.
Zahra menata hasil masakannya di meja makan, setelah itu ia memanggil Suami, Ayah dan Adik ipar nya yang sedang menonton televisi.
"Mas, Ayah , Fera ayo makan malam sudah siap" ajak Zahra pada mereka.
"Iya Kak" balas Fera dengan senang.
Langsung saja mereka bangkit dari duduk nya dan berjalan menuju ke dapur yang menyatu dengan ruang makan.
Zahra mengambil makanan untuk Wendi terlebih dahulu, baru setelah itu untuk diri nya sendiri.
Mereka makan dengan hening, tidak ada obrolan apapun disana dan hanya denting sendok yang terdengar.
Setelah selesai makan malam, mereka berkumpul di ruang keluarga terlebih dulu sebelum tidur.
Sedangkan Zahra, ia mengambil barang-barangnya yang ada di mobil dengan di bantu oleh Fera, Adik ipar nya.
"Kak, aku akan tidur ya jadi maaf gak bantu membereskannya" ucap Fera
"Tidak apa Fer, lagian besok kamu sekolah" balas Zahra lembut.
Fera mengangguk, ia lalu pergi dari kamar sang Kakak dan langsung menuju ke kamar nya sendiri.
Zahra merapihkan pakaiannya dan keperluan nya yang lain. Ia menata semua di kamar tersebut hingga hampir jam 11 malam baru selesai, dan bersamaan dengan itu Wendi masuk ke dalam kamar.
"Baru selesai, sayang?" tanya Wendi menghampiri Zahra yang sedang duduk di sofa.
"Iya Mas" jawab Zahra tersenyum.
Lalu ia merebahkan kepala nya di pundak sang Suami, ia memejamkan mata nya menikmati kenyamanan tersebut.
"Besok kita pergi ke kebun dulu ya, Mas akan mengambil jadwal kerja dan setelah itu kita jalan-jalan sebentar" ucap Wendi lembut.
"Memangnya masih libur?" tanya Zahra membuka mata nya.
"Masih, 2 hari kedepan Mas masih libur jadi kita bisa jalan-jalan dulu" jawab Wendi mengusap lembut pipi Zahra.
"Yasudah kalau begitu, ayo tidur Mas" ajak Zahra dengan tersenyum kecil.
"Ayo, Mas juga sudah rindu" balas Wendi dengan tertawa kecil dan menatap Zahra sayu.
Ehh.
Kaget Zahra saat tubuh nya di angkat oleh Wendi dan di bawa ke ranjang mereka.
Wendi langsung saja mencumbu Zahra yang memang sangat candu bagi nya.
Hingga lewat tengah malam mereka baru menyelesaikan ritual nya.
.
.
Sebelum matahari menampakan sinar dan hangat nya, Zahra sudah lebih dulu bangun dan sudah berkutat di dalam dapur Mertua nya.
Zahra akan memasak untuk sarapan pagi keluarga nya, ia dengan senyuman dan juga hati yang bahagia terus saja melakukan kegiatannya.
Hingga tak lama dari itu, ia di kagetkan dengan suara sang Mertua yang sudah bangun dan ikut membantu nya masak.
"Nak, apa nanti akan pergi?" tanya Ibu mertua nya.
"Iya Bu, nanti aku akan menemani Mas Wendi dan setelah nya dia mengajak aku jalan-jalan" jawab Zahra tersenyum lembut.
"Yasudah, nanti makan siang di luar saja ya. Ibu , Ayah serta Adik ipar mu akan ke luar kota selama 3 hari untuk mengunjungi Paman Wendi yang sedang sakit" jelas Ibu dengan tangan yang sibuk membantu Zahra.
"Iya Bu, semoga Paman lekas sembuh ya" balas Zahra dengan tulus.
Ibu mengangguk, ia lalu menata makanan di atas meja makan dan tak lupa Ibu juga menyiapkan kopi untuk Suami nya.
Hingga cahaya matahari sudah mulai menampak dan seperti nya hari ini akan sangat cerah.
Zahra pergi memanggil sang Suami yang masih berada di kamar nya, tak lupa ia juga memanggil Adik ipar nya untuk sarapan.
Sikap Zahra yang periang, ceria dan juga sangat baik itulah yang sangat di sukai oleh keluarga Wendi.
Bahkan Zahra tidak pernah marah kalau hanya di beri uang seadanya oleh Wendi.
Sejak menikah mereka memang hidup sederhana dan seadanya, bahkan awal menikah sampai sekarang sudah 2 tahun pernikahannya, Wendi baru-baru kemarin mendapatkan pekerjaan yang gajih nya tetap.
*
Singkat cerita , setelah selesai sarapan pagi bersama keluarga itu pun berpisah dengan mobil yang berbeda.
Wendi dan Zahra langsung saja menuju ke perkebunan Teh yang terbesar di Kota Malang tersebut.
Suatu kebahagian bagi mereka karena Wendi di pindahkan jadi kepala kantor di perkebunan tersebut.
"Udara nya cerah tetapi sudah memasuki perkebunan jadi sejuk , hangat dan cerah berbaur menjadi satu" ucap Zahra dengan menghirup udara alami di Kota Malang.
"Jadi nya semangat buat jalan-jalan" kekeh Zahra kembali dengan melirik ke arah Wendi.
"Kau bisa saja, sayang. Kita akan pergi ke Taman hiburan yang berada tak jauh dari lokasi perkebunan. Disana kau bisa sepuasnya berkuliner dan menikmati permainan" ucap Wendi tersenyum ke arah Zahra.
"Wah pasti banyak makanan tradisional nya Mas?" tanya Zahra antusias.
"Banyak sekali, makannya aku sengaja ngajak kamu kesana dan nanti sore nya kita pergi ke pusat perbelanjaan buat beli kebutuhan kita" jawab Wendi yang mana membuat Zahra sedikit bingung.
"Bukannya gajihan Mas masih lama?" tanya Zahra.
"Ini adalah bonus buat Mas, jadi kita belikan saja sama kebutuhan ya. Nanti kalau gajih sudah turun kamu bayarkan saja sama setoran mobil ini dan sisa nya tabung lagi" jawab Wendi mengusap lembut kepala Zahra.
Zahra mengangguk mengerti, memang setiap sebulan sekali mereka selalu membayar setoran mobil karena mereka memang sengaja kredit.
Setelah selesai dengan setoran mobil nya, Zahra dan Wendi berencana akan membangun Rumah untuk keluarga kecil mereka nanti.
Tak lama kemudian, mereka sampai juga di perkebunan Teh.
Zahra tidak ikut ke kantor nya, ia melihat beberapa orang yang sedang memetik Teh dan ia juga membantu nya dengan senang hati.
"Apa Mbak Istri nya pak mandor?" tanya salah satu dari pekerja.
"Iya Bu, perkenalkan nama saya Zahra" jawab Zahra dengan senyuman ramah dan juga ceria nya.
"Cantik sekali" ucap mereka dengan serempak.
"Kalian bisa saja, ayo saya bantu selagi menunggu Mas Wendi" balas Zahra dengan ramah.
Mereka lalu mengerjakan pekerjaan nya kembali, dan Zahra tanpa kesusahan dan juga canggung ia membantu mereka dengan tulus dan juga ceria.
Wendi tersenyum saat melihat sang Istri yang sudah bergaul dengan para pekerja nya, ia bahkan sampai geleng-geleng karena Zahra yang tak pernah pandang bulu akan pertemanannya.
"Apa itu Istri mu?" tanya Atasannya dengan ikut memperhatikan Zahra sejak tadi.
"Ya Tuan, dia Istri saya" jawab Wendi dengan sopan.
"Sayangilah wanita yang menjadi Istri mu itu, dia itu terlihat sangat baik dan juga tegar, tetapi siapa tahu dengan aslinya?
Setiap manusia mempunyai kekurangan, jika hal itu datang pada Istri mu jangan pernah meninggalkannya ataupun berubah perilaku mu , padanya" jelas Atasannya dengan tegas.
"Ya Tuan, dia adalah wanita yang sangat aku sayangi. Dia itu wanita sabar yang selalu mendukung setiap keputusan ku" ucap Wendi dengan bangga.
Lalu mereka kembali fokus pada pekerjaan, karena Atasannya yang akan pergi siang ini ke Kota Jakarta jadi ia menjelaskan semuanya pada Wendi.
Hingga jam 11 Wendi baru keluar dari kantor, ia menyapa beberapa pekerja dan memanggil sang Istri untuk pulang.
Setelah berpamitan, Zahra dan Wendi langsung saja menuju ke Taman hiburan yang berada di dekat sana.
Di sepanjang jalan ke Taman hiburan, Zahra terus saja bercerita tentang semua pekerja yang ia jumpai barusan.
Dan itu sudah hal biasa bagi Wendi, karena hal tersebut akan sering terjadi jika Zahra ikut ke perkebunan bersama nya.
"Apakah senang?" tanya Wendi lembut.
"Sangat senang Mas, apa boleh jika aku ikut lagi kesana?" ucap Zahra dengan mata mengerjap lucu.
"Boleh sayang, nanti kamu kesana sambil membawa makan siang untuk ku" jawab Wendi lembut.
Cup.
"Terimakasih" ucap Zahra setelah memberi Wendi kecupan di pipi nya.
Lalu mereka berdua turun dari mobil karena sudah sampai, Zahra menatap Taman tersebut dengan pandangan yang sangat berbinar bahagia.
Zahra langsung saja membawa Wendi ke stand makanan berat untuk makan siang mereka.
Dan ia memilih makan dengan ikan bakar dan juga beberapa lalapan.
Kesederhanaan itu yang selalu membuat Wendi jatuh cinta berulang kali pada Zahra.
Sebelum makanannya datang, Zahra menelpon kedua orangtua nya untuk memberi kabar bahwa mereka sudah sampai sejak kemarin sore.
Dan tak lama kemudian, pesanan mereka tiba juga dan hal itu langsung saja membuat Zahra menelan ludah kasar.
Tanpa menunggu lama, Zahra dan Wendi langsung saja melahap makanannya sebelum mereka berjalan-jalan keliling Taman.
"Ini enak sekali Mas, apalagi ikan bakar nya" ucap Zahra dengan tersenyum.
"Ya sayang, ini sangat pas di lidah kita" balas Wendi sambil menikmati makanan tersebut.
Ya mereka sering sekali menikmati waktu berdua jika senggang, dan Wendi selalu saja membawa sang Istri untuk makan lesahan ataupun Restoran.
"Setelah ini, aku ingin naik wahana permainan dulu ya. Baru kita menjelajahi jajanan disini" ucap Zahra cengengesan.
Dan Wendi hanya mengangguk mengiyakan ke inginan sang Istri.
Mereka kembali makan dengan fokus dan sesskali Wendi menyuapi Zahra.
.
.
.
Sesaat setelah selesai makan, Zahra mengajak sang Suami untuk pergi ke wahana permainan dewasa yang sangat menyenangkan.
Wendi hanya bisa pasrah dan ikut saja kemauan sang Istri, ia berjalan sambil menggenggam tangan Zahra.
Zahra terus saja menunjuk ini dan itu permainan yang ada disana.
Bahkan ia sangat berbinar dan tertawa lepas bahagia saat ia merasakan semu permainan disana.
"Hanya dengan hal kecil saja mampu membuatmu bahagia seperti ini, sayang" batin Wendi dengan tersenyum senang.
Hingga hampir semua permainan Zahra dan Wendi naiki, hingga tak terasa waktu sudah semakin siang bahkan hampir sore.
Wendi membawa Zahra untuk menikmati makanan khas disana, mereka berkeliling dan sampai mata Zahra melihat ada penjual Bakso bakar, sate kelinci , nasi mawut dan cwimie.
"Mas, aku ingin bakso bakar dulu dan cwimie" ucap Zahra dengan berbinar.
"Siap Tuan Putri, duduklah dulu biar aku pesankan" balas Wendi tersenyum kecil.
Zahra mengangguk patuh, ia duduk di kursi yang ada disana.
Ia sudah sangat tidak sabar ingin menikmati makanan khas Malang tersebut, apalagi melihat panjang nya Bakso bakar.
Tak berselang lama, Wendi datang dengan sepiring Bakso bakar dan dua buah mangkuk cwimie.
Dengan berbinar, Zahra langsung mengambil nya dan menata di meja.
Mereka lalu menikmati udara sore yang sejuk di Kota Malang dengan makanan hangat yang sangat nikmat.
"Hemmm ini sangat enak, aku pernah merasakannya tetapi tidak se enak ini" ucap Wendi saat menikmati cwimie.
"Kamu benar, Mas. Ini adalah cwimie dan bakso bakar yang sangat enak, bumbu nya yang pas dan juga meresap sampai ke dalam" balas Zahra lembut.
"Setelah ini kita langsung ke Mall ya, karena sudah hampir malam" ucap Wendi.
Dan hanya di balas anggukan saja oleh Zahra karena mulut nya penuh dengan makanan.
Setelah dirasa cukup dan kenyang, Zahra bersama Wendi langsung saja menuju ke Mall yang besar disana.
Zahra memang tidak membawa perlengkapan yang lengkap karena nanti tidak akan ribet kalau ia ke Rumah nya untuk menginap.
"Uhh aku kenyang sekali, Mas" ucap Zahra terkekeh saat sudah di dalam mobil.
"Kamu memang suka kalap kalau nemu makanan tradisional, sangat beda kalau makan di Resto" ejek Wendi dengan tertawa kecil.
"Ck, jahat banget sih" kesal Zahra sambil mencebikan bibir nya.
Wendi langsung saja tertawa, ia suka sekali kalau melihat wajah merajuk sang Istri.
Ia lalu mengecup kepala Zahra sebelum melajukan mobil nya.
"Awas ya, aku akan menguras uang mu sekarang" cebik Zahra dengan mendengus.
"Silahkan Sayang, aku tidak akan marah" balas Wendi dengan santai.
Heh.
Zahra mendengus kesal, ia lalu membiarkan Suami nya dan ia menatap ke luar jendela mobil.
Ia menghirup udara yang asli dari perkebunan Teh yang ada disana.
"Mas, apa tadi itu Bos besar yang punya perkebunan Teh?" tanya Zahra
"Bukan sayang, itu adalah Adik nya sedangkan yang punya itu adalah Kakak nya yang ada di Bali" jawab Wendi.
"Hemm, pasti perkebunan nya dimana-mana ya. Disini saja sudah sangat luas apalagi yang di luaran sana" ucap Zahra tersenyum.
"Keluarga mereka hanya mempunyai perkebunan Teh yang disini dan yang di Desa kamu itu sayang. Mayoritas nya sih mereka kerja di perusahaan dan perkebunan ini adalah impian sang Kakak nya" jelas Wendi kembali.
"Emm memang nya Kakak nya kenapa tidak mengurus seorang diri?" tanya Zahra semakin penasaran.
"Katanya sih sakit keras karena di tinggal oleh Istri nya yang meninggal saat melahirkan Putri nya dan ironis nya lagi sang Putri nya pun ikut meninggal" jawab Wendi dengan sabar.
Deg.
Jantung Zahra mendadak berdebar sangat kencang, ia selalu saja merasa sedih saat mendengar kata Anak.
Wendi langsung menggenggam tangan Zahra, ia sudah hafal bahwa Istri nya pasti sedang sedih.
"Kita sabar ya sayang, mungkin tahun besok kita akan punya Baby" ucap Wendi dengan lembut.
"Mudah-mudahan saja, Mas. Aku sudah sangat ingin merasakan hamil" balas Zahra lirih sambil mengusap lembut perut nya.
"Kita jangan putus berdo'a dan juga berikhtiar ya, sayang" ucap Wendi kembali dengan lembut.
Zahra mengangguk, ia menatap Wendi dengan senyuman yang selalu tenang dan juga teduh.
Wendi lalu menghentikan mobil nya saat mereka sudah sampai di Mall.
Lalu setelah itu mereka langsung saja keluar dari dalam mobil.
"Beli semua kebutuhan kita ya, jangan ada yang ketinggalan" ucap Wendi.
Zahra mengangguk, ia lalu membeli semua perlengkapan yang ia dan Wendi butuhkan.
Bahkan Zahra membeli beberapa kebutuhan dapur dan juga Rumah nya.
"Nanti kalau ada Rezeki kita akan beli motor buat kamu ke pasar ya, gak apa kan kalau second juga?" tanya Wendi di saat mereka akan menuju ke kasir.
"Tidak apa, Mas. Yang penting memudahkan aku pergi ke pasar" jawab Zahra tersenyum lembut.
Wendi lalu membayar semua belanjaan Zahra, setelah itu mereka langsung pulang karena sudah malam.
Zahra memejamkan mata nya karena merasa lelah dengan hari ini.
Dan Wendi membiarkan sang Istri untuk tertidur terlebih dulu karena perjalanan pulang nya cukup jauh.
Zahra terlelap sangat nyenyak di kursi penumpang, bahkan terdengar dengkuran halus dari bibir sang Istri.
**
Setelah sampai di Rumah, Wendi dan Zahra membawa semua belanjaan yang mereka beli tadi.
"Mas, aku akan menata bahan makanan ini dulu" ucap Zahra.
"Besok saja sayang, kamu pasti lelah" balas Wendi tegas.
"Baiklah, aku akan menyimpannya dulu nanti akan langsung ke kamar" ucap Zahra tersenyum.
Wendi mengangguk, ia lalu membawa belanjaan keperluan dirinya dan sang Istri.
Ia menyimpan semua belanjaan di atas sofa, dan Wendi sendiri pergi ke kamar mandi untuk membersihkan tubuh nya.
Ceklek.
Zahra masuk ke kamar dan ia tidak melihat siapapun disana.
Lalu Zahra mendengar suara orang yang berada di kamar mandi, setelah itu ia langsung menyiapkan pakaian untuk Wendi.
Dan setelah selesai, Zahra menata semua berlanjaan yang ada di sofa.
"Hemm, lengket sekali ini badan" gumam Zahra dengan gusar.
Ia lalu duduk dengan selonjoran setelah menata semua nya.
Hingga tak lama kemudian pintu kamar mandi terbuka dan keluarlah sang Suami.
"Sana mandi dulu, sayang" ucap Wendi.
Zahra mengangguk, ia lalu mengambil handuk dan juga pakaian ganti milik nya.
Setelah itu, Zahra lalu masuk ke dalam kamar mandi.
Sedangkan Wendi, ia langsung berpakaian dengan cepat karena ia belum memasukan mobil dan mengunci gerbang.
Dan untung nya mereka sudah makan malam saat di perjalanan tadi, karena Wendi tahu bahwa Zahra pasti lelah kalau masak untuk makan malam.
Setelah memastikan semua pintu dan jendela terkunci, Wendi langsung masuk kembali ke kamar nya dan ternyata sang Istri sudah selesai mandi nya.
.
.
Jangan lupa Like, Coment, Vote dan Hadiah nya ya Readers.
🌸Ig : heniisw24
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!