NovelToon NovelToon

Hasrat Cinta Asisten Pribadi

Talak

Derap langkah kaki terdengar sangat nyaring ditelinga Sherina Membuat seluruh tubuhnya bergetar hebat keringat dingin membasahi keningnya, Bagaimana tidak Suami yang tiap hari menyiksa batin nya. menghampirinya dengan sorot mata yang sangat Menakutkan.

Didampingi sang Asisten pribadi yang tak kala dinginnya, Leon menerobos masuk ke dalam kamar membanting pintu sebegitu kasarnya.

Matanya menyala memancarkan kilat kemarahan yang begitu besar sehingga gadis yang masih remaja itu ketakutan setengah mati.

"Bangun gadis sialan."Teriaknya sambil mengguncang guncang kan tubuh gadis itu dengan kakinya

Gadis itu sudah tak berdaya sekujur tubuhnya sudah dipenuhi luka lebam di bagian wajahnya kakinya sudah tidak mampu menopang tubuh nya untuk sekedar berdiri . Menatap sendu kearah sang Asisten Agar membantunya.

"Kamu pikir dengan menjual tubuhmu semua kesalahan ibumu bisa aku maafkan cih. "Hardik nya dengan suara lantang

"Saya bahkan tidak Sudi untuk menyentuhmu Dasar gadis tidak tau diri." Sambungnya lagi

"Semua karna Ibumu. Ibuku meninggal karena hubungan terlarang ibumu dengan Ayahku. "Dasar perempuan murahan!!!" teriak Leon dengan Mencengkeram kuat Dagu serin.

Gadis itu diam terisak, tenaganya sudah tidak mampu lagi hanya untuk menyahuti perkataan pria yang sudah menjadi suaminya selama sebulan itu.

"Tuan, Maaf jika saya lancang. " Refan Asisten pribadinya Angkat bicara. Seraya menundukkan kepalanya sesekali melirik kearah gadis yang masih duduk di lantai dengan mata teduh nya.

Ada perasaan Aneh didalam dirinya melihat gadis itu, perasaan yang tak pernah ia rasakan sebelumnya.

Alis Leon terangkat sebelah menatap kearah Asisten pribadinya dengan keheranan. Baru kali ini Asistennya Angkat bicara, setiap apa yang ia lakukan tidak pernah sedikitpun ikut campur dengan urusannya." Pikir Leon

Pria itu kemudian Menarik nafas dalam-dalam kemudian menghembuskan nafasnya kembali, Bawa dia keluar dari rumah ini terserah kau mau bawa kemana. Tapi lebih baik kamu bawa saja dia ke Apartemen mu. aku tidak peduli. Karena mulai saat ini dia bukan istriku lagi Aku TALAK kamu. dan Serly akan tinggal di rumah ini dan akan menjadi nyonya besar disini. "Ucapnya penuh ketegasan setelah mengatakan itu Leon meninggalkan mereka.

Mereka sama sama diam beberapa saat hingga Refan mengajak perempuan itu pergi dari rumah mewah leon

"Mari Nona" Ajak Refan mempersilahkan serin berjalan lebih dulu. Dengan sikap dinginnya Rafan membawa istri siri tuannya.

Refan benar benar mengajak gadis itu tinggal di Apartemennya, ia tidak tega melihat gadis itu terus disiksa oleh suaminya sendiri.

Dengan menyeret koper kecil milik gadis itu, Refan membukakan pintu mobil untuk gadis itu.

Sepanjang perjalanan menuju Apartemen tak ada yang buka suara mereka larut dengan pikirannya sendiri.

Sesekali Refan melirik sekilas ke arah gadis itu yang sejak tadi menatap keluar jendela kemudian kembali fokus dengan ke jalan.

Suasana jalan raya tidak begitu ramai hingga 40 menit kemudian merekapun sampai di Apartemen Refan.

Mereka turun dari mobil dengan menyeret koper itu masuk ke unit apartemen tempat Refan tinggal.

Dengan menekan tombol kata sandi pintu terbuka dan mereka masuk, sementara serin masih mematung di ambang pintu terlihat ragu untuk masuk.

Melihat keraguan di wajah gadis itu, Refan berusaha meyakinkannya jika ia tidak akan macam macam dengannya dan akan Aman ditempat ini.

Refan menaroh koper itu diatas meja seraya menarik nafas panjang saat melihat gadis itu masih mematung diambang pintu

"Mau tinggal disini atau mau kembali ke rumah Tuan Leon." Ucapan Refan sontak membuat serin bergegas masuk kedalam dengan wajah sedikit paniknya ia tidak akan membayangkan jika ia kembali kerumah yang lebih tepat di sebut Neraka itu

Serhina Aqila Nadifah gadis yang masih berusia 19 harus Menjadi tawanan seorang pria dewasa karna kesalahan yang bahkan ia sendiri tidak tau, membuat serin harus menerima kenyataan menikah dengan pria Arogan secara paksa.

*****

Serin duduk berdiam diri didalam kamarnya tanpa mau keluar hanya untuk sekedar bergabung dengan pria yang baru saja ia temui itu.

Dipandanginya wajah nya di pantulan cermin terlihat beberapa memar, serin memegang tanpa reaksi sedikitpun gadis itu hanya menatapnya sesekali menghela nafas panjang lalu kembali ketempat tidur untuk berbaring, ingatannya kembali saat sang Ayah memaksanya untuk menikah dengan pria kejam yang sekarang sudah menjadi suaminya.

Setidaknya saat ini ia tidak bertemu dengannya lagi" pikir serin

Refan membuka pintu kamarnya tanpa mengetuk terlebih dahulu membuat serina terlonjak kaget, ia bangkit dari tidurnya kemudian duduk dengan menjuntai kakinya kebawah.

Refan masuk dengan membawa kotak obat ditangannya

Tatapan mereka bertemu Namun sedetik kemudian serina mengalihkan pandangannya ke arah lain.

Dengan tatapan dinginnya pria itu berjongkok di depan Serina mengulurkan tangannya untuk mengobati di beberapa bagian wajahnya.

Serin Meringis kesakitan saat Refan mengoles selep di sudut bibir serin hingga mata mereka kembali bertemu.

Deg...

Jantung Refan berdetak sangat cepat dari biasanya sorot mata gadis didepannya telah membiusnya hingga beberapa detik kemudian Refan berusaha menetralkan kembali denyut jantungnya.

Alih alih membalas tatapan pria itu, Serin malah berpaling, wajahnya memerah karna malu.

Tangan Refan memegang dagu serin perlahan membalikkan wajah sering hingga tatapan mereka lagi lagi kembali bertemu, dengan cahaya Temaram, menyisahkan lampu tidur mereka larut dalam tatapan mereka hingga beberapa detik kemudian mereka tersadar lalu serin segera menundukkan kepalanya, untuk menetralkan denguk jantungnya yang saat ini seakan ingin melompat keluar.

"Lukanya akan Mengering dengan sendirinya. Setelah mengatakan itu Refan bergegas keluar dari kamar serin, berlama lama didalam kamar berdua dengan gadis itu membuat jiwa lelakinya bangkit seolah menuntut ingin di tuntaskan.

***

Malam yang dingin nan sunyi dengan menatap langit langit kamarnya, berguling kekiri dan kekanan mencari posisi yang tepat untuk memejamkan matanya Namun tetap saja tak bisa, Seolah bayangan gadis remaja itu terus memenuhi otak kotornya, yang selalu membayangkan bibir ranum serin.

" Aaaakh..." Teriak Refan frustasi

" Sial kenapa bayangan gadis itu terus memenuhi otakku" runtuk Refan

"Ingatan Refan kembali teringat satu tahun yang lalu saat pertama kali melihat gadis itu dan di saat itulah dengup jantungnya berdetak sangat kencang untuk pertama kalinya.

Gadis itu tersenyum sangat manis bermain bersama dengan Anak anak panti asuhan , gadis itu sering mengunjungi panti Asuhan hingga Rafan sering menatap gadis itu secara diam diam.

Tak beda halnya dengan Serin saat ini dia pun tak bisa memejamkan matanya pikirannya tertuju pada pria dewasa yang membuat dirinya merasa nyaman berada di dekatnya.

sama sama larut dalam pikirannya sendiri, hingga mereka tak menyadari jika perasaan mereka sudah tumbuh benih benih cinta diantara keduanya

Mereka terlelap dalam perasaan yang sama sama di liputi oleh perasaan yang sulit di jabarkan.

*

*

*

*

*

*

Jangan lupa dukungannya. Ini karya pertama ku jika masih banyak tipo nya mohon dimaklumi Makasih.. 🙏🙏🙏

Sini biar saya Yang masak

Pagi menjelang perlahan lahan Serin mengerjab kan matanya dimana ia mendengar suara ribut dari arah luar iapun bergegas bangkit dari tidurnya dengan sisa sisa kesadarannya ia lantas keluar dari kamarnya menuju Arah suara berasal.

Serin terdiam ditempatnya menatap kearah dapur, bibirnya mengatup menahan tawanya penampilan pria yang selalu dingin itu sekarang berubah menjadi chef dadakan dengan mengenakan Apron berwarna hitam bergaris. Jangan lupa spatula ditangannya sesekali ia menghindar jika percikan minyaknya akan mengenainya.

Serin perlahan-lahan menghampiri pria itu Namun saat akan kecipratan minyak pria dingin itu berbalik hingga reflek ia memeluk tubuh mungil serin.

Deg..

Jantung kedua manusia itu berpacu semakin cepat, mereka masih dalam posisi yang sama diam tak bergerak Akal sehatnya menghilang hingga beberapa saat. Tatapan mereka bertemu,

Wajah mereka hanya berjarak beberapa Senti hingga hembusan nafas keduanya sama sama terasa kekulit keduanya

Perlahan lahan Refan mendekat kan wajahnya hingga menyisah kan beberapa Senti Semakin dekat hingga benda kenyal itu menempel sempurna, sering merasakan sensasi yang luar biasa, yang belum pernah dia rasakan sebelumnya Matanya terpejam kuat saat Rafan mulai menggigit bibir bawahnya membuat nya leluasa memainkan rongga mulutnya. Refan terus menyesap, memangut nya saling bertukar Saliva hingga detik berikutnya ciuman itu pun terlepas.

Refan mengusap bibir basah Serin dengan menggunakan jari nya. Jantungnya berdetak sangat kencang seakan ingin melompat keluar.

Terlihat serin masih mengatur Nafasnya ia menghirup Nafas dalam-dalam untuk mengisi kembali oksigen didalam tubuhnya yang berkurang akibat ciuman panas Refan.

Refan tersenyum Menatap gadis itu yang masih mematung ditempatnya. Refan mendekap tubuh gadis itu menikmati hangatnya sentuhan lembut tangan gadis Yang ada di dekapan nya itu

"Maaf " Lirihnya terus mengusap lembut rambut panjang Serin

Serin menggeleng cepat seolah mengatakan tak ada yang salah disini mereka melakukannya hanya reflek .

Sering mengurai pelukannya saat Indra penciuman nya mencium Aroma Hangus bahkan gumpalan Asap sudah banyak diatas penggorengannya.

"Ayamnya Hangus. "Pekik Serin menatap Rafan sekilas lalu menatap penggorengan diatas kompor yang sudah hitam tak berbentuk lagi

"Astagaaaa..Aku lupa. " Refan bergegas mematikan kompor lalu mengangkat Ayam nya yang sudah berubah menjadi hitam.

Serin tertawa kecil melihat Ayam nya sudah gosong.

Melihat itu hati Refan merasa hangat didalam hatinya. Mulutnya melengkung membentuk senyuman. Gadis itu bisa tersenyum, senyum yang tak pernah ia perlihatkan.

"Sini biar saya yang masak. " Serin mengambil Alih spatula yang ditangan Refan kemudian menuntun Pria itu duduk di meja makan kemudian ia mengenakan Apron siap untuk berkutat di dapur, Refan hanya melihatnya sambil tersenyum bahagia melihat gadis itu bisa tertawa seperti itu.

15 menit kemudian makanan sudah tersaji diatas meja makan membuat mata Refan membulat, Bagaimana tidak ia pikir gadis didepannya hanya gadis manja yang tak tau apa apa, Namun nyatanya ia bisa memasak.

Nasi goreng tersaji dengan sangat menggugah selera. Refan pun makan dalam diam, menikmati masakan gadis didepannya.

"Enak. " Satu kata yang bisa membuat Serin terbang keatas Awan pujian yang belum pernah terlontar dari mulut orang orang terdekatnya setiap mereka menikmati masakan nya.

Ada rasa haru menyelimuti hati serin saat ini kenapa justru orang luar begitu peduli dengannya, kenapa keluarganya seolah ingin menjauhinya, bahkan Ayah yang satu satunya ia miliki tega menyerahkannya ke pria kejam seperti Leon.

Melihat raut wajah gadis didepannya tiba tiba sendu, Refan pun memberanikan dirinya menggenggam tangan serin. Menatapnya dalam seakan ingin menyampaikan lewat tatapan nya, bahwa semua akan baik baik saja.

******

Refan berangkat kerja dengan meninggalkan serin seorang diri di Apartemen, Namun sebelum berangkat Refan meminta no ponsel serin untuk berjaga jaga kemungkinan yang terjadi.

" Mana ponselmu. Kamu bisa menyimpan nomor ponselku jika kamu membutuhkan sesuatu kamu bisa menghubungiku" tutur Refan berdiri didepan serin dengan mengulurkan tangannya kedepan

Serin menunduk malu, hingga detik kemudian perlahan ia menggeleng pelan," Aku tidak memiliki ponsel" lirih serin sangat pelan nyaris tak terdengar.

Refan tercengang menatap gadis didepannya yang sudah Menunduk, di zaman sekarang bahkan dia tidak memiliki ponsel" pikir Refan.

"Baiklah, Maafkan saya.! " Sesal Refan

"kamu hati hati di sini, jangan membuka pintunya tunggu sampai saya pulang, pamit Refan yang sudah ingin melangkah keluar Namun suara serin menghentikan langkahnya.

"Kak...Tunggu sebentar. " Panggil serin yang kini melangkah kemeja makan megambil kotak makan untuk Refan,

Laki laki itu berdiri mengamati arah langkah serin hingga sudut bibirnya melengkung membentuk sebuah senyuman, Bagaimana tidak mereka seperti suami istri saja, yang harus membawa bekal dari Istrinya." Refan terkekeh dalam hatinya.

" Ini bekal makan siang untuk kak."serin menyodorkan kotak makan itu lalu mencoba mencium punggung tangan Refan seperti seorang istri mengantar suaminya kerja sampai kedepan pintu.

Serin langsung berlari masuk kedalam tak peduli dengan Refan yang saat ini masih diam mematung ditempatnya, Lagi lagi gadis itu seolah membuatnya menjadi sedikit lebih dihargai sebagai seorang laki-laki.

Refan melangkah meninggalkan unit Apartemen nya Menuju perusahaan tempat ia bekerja menjadi Asisten pribadi seorang CEO yang membuat Refan memiliki kesibukan seperti tuan nya.

"Selamat pagi tuan" Sapa Refan sangat sopan saat masuk keruang kerja tuannya.

"Hem..

Refan terus menunduk tak berani menatap tuannya yang saat ini tengah bercumbu dengan perempuan yang sudah setengah telanjang di depan nya, Bukan hal biasa lagi bagi dia melihat pemandangan didepannya. Bahkan tiap hari merupakan makanan sehari hari Refan harus melihat secara live adegan panas itu.

"Tuan, satu jam lagi kita akan mengadakan meeting penting, para petinggi ikut dalam meeting kali ini.

Leon menghentikan Aktivitas panas nya kemudian menatap Asistennya Yang terus menunduk,

"Baiklah. Kau persiapkan semuanya, setengah jam kita keruang meeting

"Baik tuan." Sahut Refan kemudian bergegas keluar dari ruangan tuan nya.

Begitu sampai di balik pintu Refan terlihat mengatur Nafasnya, Ada rasa Aneh didalam tubuhnya seperti tersengat aliran listrik didalam tubuhnya. Suara ******* wanita itu membuat jiwa lelakinya minta untuk disalurkan.

Ia lantas meninggalkan ruangan tuannya membiarkan tuan Leon bercumbu dengan gadis itu.

Sementara di dalam ruangan leon...

Kini Leon mempercepat gerakannya mengerami wanita itu yang sudah duduk dipangkuanya wanita itu memimpin permainannya, memompa dengan cepat hingga Leon mengerang kenikmatan hentakan demi hentakan, tak lupa tangannya bergerak memainkan kedua bukit kembar wanita itu.

"Aaaakh...lebih cepat lagi "Rancau Leon menikmati goyangan pinggul wanita itu hingga erangan panjang mengakhiri permainan mereka,

Leon dengan kasarnya menyingkirkan wanita itu diatas tubuhnya, meninggalkan begitu saja dan segera masuk kedalam kamar mandi membersihkan dirinya .

Wanita itu hanya mendengus kesal,sikap Leon seakan tak menghargainya, meskipun ia dibayar Namun wanita itupun tidak ingin jika dikasari.

Refan termenung sembari tersenyum sendiri mengingat kembali kejadian tadi pagi, ia sangat menikmati hangatnya ciuman serin. Ciuman itu kali pertamanya ia rasakan, diusia ya yang terbilang cukup matang untuk merasakan indahnya berciuman Namun Refan tidak ingin melakukan nya dengan sembarang perempuan.

"Aaaakh..kenapa aku jadi merindukannya." Teriak Refan frustasi

Refan mengusap wajahnya kasar, kemudian bangkit dari duduknya menuju ruang meeting. Terlihat Tuannya saat ini lebih segar dan sudah mengganti pakaiannya, Refan tau betul jika tuannya sudah menuntaskan hasratnya bersama wanita itu.

Pembalut

Hari sudah Sore Refan beranjak dari kursi kebesarannya melangkah keluar, Hari ini benar benar melelahkan baginya, semua ia kerjakan sendiri sedangkan bosnya hanya mementingkan urusan pribadinya, bergonta-ganti pasangan tiap harinya.

Refan memasuki mobil mewahnya meninggalkan perusahaan menuju sebuah kafe dimana ia sudah membuat janji dengan sahabatnya.

Refan turun dan langsung menuju meja dimana para sahabatnya berkumpul.

"Hai bro udah lama nunggunya. " Sapa Refan saat sudah bergabung dengan mereka .

"Wih.. tambah gagah Aja Abang satu ini" seru Deni salah satu teman nya

" Tapi sayang tak ada perempuan yang nyangkut dihatinya" Cibir temannya yang lain.

Terdengar suara gelak tawa diantara mereka. Semua berkumpul hanya 3 orang teman laki-laki semua bersahabat sejak masih kuliah. salah satu diantaranya sudah berkeluarga.

Refan hanya mengamati sahabatnya itu, tanpa mau menyahut, Pikirannya saat ini hanya tertuju pada gadis yang sudah menunggunya di Apartemen nya.

"Ref. Kamu tidak berniat berhenti kerja dengan bos mu yang gila itu.?" Tanya Deni menatap kearah sahabatnya itu

"Entahlah tp Aku masih punya hutang Budi pada keluarganya, Aku tidak bisa berbuat apa-apa." Lirih Refan melemas.

"Sabar. kami siap membantumu jika kamu butuh sesuatu." Kata salah satu teman nya.

Refan hanya mengangguk kan kepalanya. Sembari menyeruput minumannya sampai habis setelah itu ia pamit, Refan benar benar sangat merindukan gadis itu saat ini.

******

Refan sampai di Apartemen jam sudah menunjukkan pukul 8 Malam, suasana sangat sepi ia celingukan mencari sosok gadis yang membuatnya hampir gila seharian ini Namun gadis itu tak Nampak di ruang tamu.

Refan melangkah kearah dapur mengambil Air minum di dalam kulkas dan langsung meneguknya. Pandangannya beralih pada meja makan yang tertutup tudung saji.

Refan membuka tudung saji itu. Sudut bibirnya tertarik membentuk sebuah senyuman. Lalu Refan melangkah ke kamarnya untuk membersihkan diri setelah itu barulah ia memanggil serin untuk makan malam.

Serin membuka pintu kamarnya saat Refan mengetuknya beberapa kali.

Deg..

Jantung Refan berdetak lebih kencang dari biasanya. Diam beberapa saat tatapan mereka bertemu dan dengan cepat serin mengalihkan pandangannya. Masih tersimpan jelas di dalam ingatan nya saat mereka berciuman tadi pagi baik serin maupun Refan Sama sama merasa canggung.

Mereka melangkah ke meja makan, serin terus menundukkan kepalanya ia sangat malu untuk menatap kearah Refan.

Mereka makan dalam diam. Tak ada pembicaraan diantara mereka, Baik Refan maupun serin mereka sama sama diam.

"Kak..."Panggil serin hampir tak bersuara, setelah selesai Makan malam mereka

Refan mengangkat kepalanya menatap kearah serin. Sembari Meneguk minuman dinginnya

"Iya. " Sahut Refan

" Saya mau pindah dari sini. Saya tidak mau merepotkan kak Refan lagi.

Deg..

Demi Apapun Refan tidak rela jika gadis didepannya ini pergi dari sini.

"Kenapa.! "Tanyanya setelah diam beberapa saat

" Maaf, kak. Saya ingin pergi kekampung halaman ibu saya." Lirih serin menundukkan kepalanya

Refan menggenggam tangan serin, hingga rona merah tercipta dari wajah serin.

"Tinggallah disini, kamu akan Aman tinggal disini." Ucapan Refan Membuat serin merasa terharu , terdengar isakkan kecil dari serin

"Kak. Ak.

" Jangan membantah, Tuan Leon tidak akan membiarkan mu lepas begitu saja. "ucap Refan

Diam beberapa saat, serin terlihat memikirkan perkataan pria didepan nya, perkataan Refan Ada benarnya, jika ia pergi suaminya akan mengejarnya dan itu sangat mudah baginya

*

*

*

*

Jam sudah menunjukkan pukul 10 Malam setelah makan Malam, mereka sama sama kembali kekamar Sudah Satu jam Refan mencoba menutup matanya Namun seolah bayangan serin menghantui pikirannya saat ini, membolak-balik kan tubuh nya Namun serin terus menghantui pikirannya

Refan kembali teringat Akan pertama kali bertemu dengan gadis ceria yang ia jumpai pertama kali disebuah panti Asuhan 1 Tahun lalu, yang tengah membagi bagikan sebuah mainan dan Makanan, gadis yang selalu menampakkan senyum cerianya.

" Aaaakh.."Teriak Refan frustasi Semakin ia paksa semakin rasa rindunya membelenggu jiwa nya malam ini.

"Gadis itu sudah tidur belum..??" Refan berperan dalam pikirannya sendiri hingga detik itu juga ia bangkit dari tidurnya kemudian berjalan menuju balkon kamarnya untuk mengurai rasa didalam dirinya yang Samakin ia tahan semakin tak terkendali akan perasaannya sendiri.

Lama berperan dalam pikirannya sendiri, Akhirnya Refan tak kuasa lagi ingin menemui gadis itu

Refan berjalan keluar dari kamarnya menuju dapur. Duduk bersandar dikursi meja makan dengan sebotol minuman dingin untuk mengurangi rasa panas yang ada didalam dirinya yang semenjak tadi sudah bergejolak.

Samar samar terdengar suara rintihan lemah menahan rasa sakit dari dalam kamar serin. Perlahan Refan bangkit dan menuju kamar gadis itu.

Tok..tok...tok..

Pintu terbuka, Serin berdiri diambang pintu dengan wajah meringis menahan Sakit, tangannya meremas perutnya.

"Kamu sakit.?" Tanya Refan yang terus menatap kearah gadis itu.

" Kak..Mm.." Serin terlihat ragu, terdiam beberapa saat untuk mencari kata yang tepat untuk meminta bantuan pria di depannya.

"Kamu butuh sesuatu.?" Tanya Refan kembali melihat keraguan di wajah gadis didepannya

"Kak..bisa minta tolong?" Serin tertunduk malu untuk menyampaikan maksudnya.

" Boleh

"Tolong belikan saya pembalut." Ucapnya dengan pelan nyaris tak bersuara

Diam tak menyahuti, karna Refan saat ini memutar otaknya untuk memahami yang di maksud gadis ini. Pasalnya ini pertama kalinya Refan mendengar kata pembalut

"Pembalut?" Ulang nya

" Saya lagi datang tamu bulanan, " lirih serin

" Dimana Saya akan mencari pembalut" tanya Refan dengan bodohnya meskipun tidak tau, Refan Akan berusaha mencarikannya.

"Mini market kak,

"Refan tak menyahut lagi ia lantas menyambar kunci mobilnya dan langsung meninggalkan serin yang masih berdiri diambang pintu.

15 menit Refan sampai di sebuah Minimarket dekat dengan Apartemen nya, ia kemudian masuk mencari keberadaan yang dimaksud serin tadi. "Pembalut" .

Refan celingukan mencari kesana kesini Namun ia tidak menemukan yang serin Maksud, sampai penjaga toko datang menghampiri Nya menanyakan keperluan nya karena sedari tadi Refan hanya mondar-mandir tak ada tujuan.

"Ada yang bisa saya bantu pak.?" Tanya penjaga toko

"Ah iya, kenapa aku sampai lupa bertanya., " Gerutu Refan "Saya mau pembalut" sahut Refan kemudian

" Istri Bapak biasa pake merk Apa.?

Alis Refan terangkat sebelah Mendengar perkataan perempuan didepannya." Istri ? " Gumam nya

Melihat pria didepan nya hanya diam penjaga toko itupun memangil manggil." Pak...

" Iya.

"Istri bapak mau merk Apa.? Ulangnya lagi

" Merk ?, Refan bengong sendiri tak tau harus menjawab apa, ia bahkan tidak menanyakan merk Apa yang biasa serin pakai

"Apa sajalah, kalau perlu semua merk saya Ambil. Cepat Ambilkan ! " Titahnya dengan tegas

Meskipun dalam keterkejutan nya pelayan toko itu pun mencarikan apa yang Refan mau, " Baru kali ini pembalut langsung di borong oleh seseorang, kira kira berapa lama ya istrinya datang bulan sampai harus membeli segitu banyaknya" penjaga toko itu terus berperan dalam pikirannya sendiri.

Refan kembali Dengan menenteng sebuah bungkusan yang sangat besar, ia masuk dan keapartennya dan langsung menuju kamar serin. Merasa tak ada sahutan Refan memberanikan dirinya untuk masuk.

"Serin... " Serunya saat melihat serin sudah meringkuk di atas tempat tidur sambil menahan rasa sakit diperut nya.

" kak..sakit.." lirih serin masih meringis merasakan sakit yang luar biasa

" Apa perlu kita ke dokter...?" Tanya Refan khawatir

Serin hanya menggelengkan kepalanya menatap kearah Refan .

"Apa yang harus saya lakukan untuk mengurangi rasa sakitnya." Tanya Refan tidak tega melihat serin meringis ke Sakitan.

Saya mau kekamar Mandi, tolong bantu saya kak Berdiri.

Refan terdiam ditempatnya, Antara ingin melangkah kearah serin Namun kakinya seakan kaku. Hingga beberapa detik kemudian tubuh serin sudah melayang diudara Refan sudah mengangkat tubuhnya.

Setengah jam berdiri diluar Menunggu serin dengan perasaan yang tak menentu.

Serin membuka pintu kamar mandi tanpa menunggu kata dari serin, Refan langsung mengangkatnya kembali ke ranjang kemudian membaringkannya.

"Tidurlah." Titah Refan seraya mengelus elus perut serin pelan. Entahlah saat ini baik Refan maupun serin hanya diam tak ada yang membuka suara

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!