NovelToon NovelToon

I'M Your Wife

Kesialan Birgitta

Jam weker berbunyi terus menerus membuat sang pemilik berdecak kesal terbangun dan mematikan alarmnya. Gadis berambut coklat panjang itu memicingkan mata memandang jam wekernya yang menunjukkan pukul lima pagi.

"ck,rasanya sekejap gue tidur tadi malam." gerutunya menyibak selimutnya dan turun dari kasur. Gadis itu berjalan keluar kamar sambil mengikat cepol rambutnya.

Birgitta,nama gadis itu yang kerap dipanggil dengan Bita. Mahasiswi jurusan DKV alias Desain Komunikasi Visual. Ia hidup sebatang kara,tidak memiliki sanak keluarga dan orang tuanya sudah lama meninggal tepat saat ia lulus SMA.

Bita selalu terdiam menatap foto keluarganya yang terpajang diruang tamu. Ia benar-benar kesepian dirumah itu. Kehangatan dan keharmonisan dalam hidupnya sudah lenyap bersamaan dengan kedua orang tuanya dulu. Beruntung,ia masih bisa bertahan hidup dengan tabungan kedua orang tuanya yang cukup untuk menghidupi kebutuhannya sehari-hari. Seolah-olah orang tuanya tau jika akan terjadi hal ini di masa depan.

"pagi ayah,ibu." sapanya selalu absen setiap pagi memandang foto kedua orang tuanya. Ia tersenyum tipis,walaupun sebenarnya hatinya begitu tersayat. Tetapi,ia tidak ingin hidup dalam keterpurukan,ia perlu bangkit untuk melangkah kedepan.

"hmm hari ini masak apa yaa??" gumamnya memandang bahan-bahan dikulkas mulai sedikit. Hanya beberapa butir telur dan sayur mayur didalamnya.

"apa buat omelette aja?" gumamnya lagi memutuskan pilihan untuk menu sarapannya.

Gadis itu mengeluarkan semua bahan yang dibutuhkan dan menghidupkan kompor,namun api dalam kompor tak kunjung hidup. "cih,sial aku lupa ganti tabung gas. Huft, berpikir Ta,apa yang harus kau lakukan saat ini?" gumamnya berkutat pada pikirannya.

Ia menggigit ujung kukunya mencari cara agar bisa mengisi perutnya dipagi ini. Ingin rasanya membeli sarapan di warung lontong yang terletak sedikit jauh dari rumahnya. Tetapi,Ia yakin tidak akan sempat,mengingat jadwal kuliahnya masuk pagi. Ia melirik sekitar dan tatapannya jatuh pada Magicom disana. Pikirannya mendadak memiliki ide bagus,Birgitta melihat nasi tadi malam didalam Magicom,ia pun dengan segera mengeluarkan nasi tersebut kedalam mangkok.

Setelah itu,ia mengocok telur dan memasukkan beberapa sayuran yang sudah diiris,setelah itu ia menuangkan kedalam mangkuk yang ukurannya pas dengan magic comnya. Tak lupa ia menuangkan air secukupnya dan meletakkan mangkuk itu diatas air yang sudah dituangkan tadi.

"fyuuh tinggal nunggu telur kukusnya matang." serunya sambil berjalan menuju kamar mandi sambil menyambar handuk yang tergantung dekat kamar mandinya.

Bita yang sudah bersiap menggunakan baju kemeja dan celana jeans,langsung berlari kecil menuju dapur. Memastikan jika makanan yang ia buat tadi sudah matang atau belum. Matanya menyipit melihat ponselnya tampak bergetar diatas meja makan,ia pun berjalan melihat pesan dalam ponselnya itu.

Anggi

Bit,lo udah ngerjain tugas kemarin?

"huft,mulai lagi deh...minta jawaban." gerutunya memandang malas pesan yang baru dibacanya itu. Begitu kesal dengan teman kampusnya yang suka sekali meminta jawaban padanya, padahal mereka sama-sama memiliki banyak waktu untuk mengerjakan semua tugas itu.

Bita

Belum

"ah bodo amatlah bohong, capek gue ngurusin orang kayak gitu." gerutunya sambil menuangkan telur kukusnya yang sudah matang kedalam piring. Ia pun menikmati telur kukusnya sambil menonton drama kesukaannya di ponselnya.

***

Bita berjalan menuju halte bus,menunggu bus langganannya yang searah dengan kampusnya. Bita duduk sambil memandang mobil lalu lalang didepannya. Raut wajah gadis itu tampak ceria jika orang lain melihatnya,namun siapa sangka jika senyuman itu hanyalah senyuman palsu.

Ia selalu teringat tentang kecelakaan yang menimpa kedua orang tuanya yang begitu cepat tanpa ia bisa mencegah. Kehidupan Bita yang dulunya dimanjakan oleh kedua orang tuanya kini ia harus membanting tulang untuk memenuhi kehidupannya sendiri.

Lamunan Bita buyar dikarenakan seorang pria yang duduk disampingnya ini seperti cacing kepanasan. Tidak bisa tenang,dan membuat Bita sedikit frustasi.

Pria itu yang awalnya duduk diujung sana beringsut menggeser dekat dengannya,membuat ia begitu risih dengan kehadiran pria itu.

Bita terus menggeser menjauh namun pria itu semakin bergeser mendekatinya,membuat Bita begitu geram dengan pria itu. Bita langsung berdiri dan hendak memarahinya tiba-tiba pria itu menyuruh seorang nenek untuk duduk ditempat pria itu duduk tadi.

Malu sekaligus canggung yang ia rasakan,dengan cepat ia langsung masuk kedalam bus yang baru saja tiba didepan halte tanpa melihat nomor busnya.

Bita mengambil tempat duduk didekat jendela,menikmati udara sejuk yang menerpa wajahnya. Tetapi, matanya menyerngit saat menyadari jalan yang ditempuhnya tidak mengarah pada kampusnya.

"sial,gue salah masuk bus." umpatnya pelan,ia pun dengan segera memencet tombol agar bus itu segera berhenti. Ia pun langsung berjalan keluar dari bus itu.

"cih,gue bisa terlambat!" gerutunya memandang jam tangannya. Ia celingak-celinguk mencari angkutan umum yang bisa membawanya cepat menuju kampus.

Matanya berbinar sempurna dikala melihat pangkalan ojek didekat sana. Dengan cepat ia menyebrang menuju pangkalan itu.

Sialnya,ia malah tersandung batu sehingga tubuhnya terhuyung menyentuh aspal. Banyak pasang mata yang meliriknya bahkan ada yang menahan tawa,tidak ada yang berniat untuk menolongnya.

"uh,apes banget gue hari ini." gerutunya memegang lututnya yang terlihat mengeluarkan cairan merah. Bita berjalan tertatih-tatih menuju pangkalan ojek,ia pun meminta tukang ojeknya menuju ke kampusnya.

Sampai dikampus,Bita meringis menahan luka dilututnya duduk di bangku dekatnya,ia pun memakai sapu tangan dicampur dengan air untuk membersihkan lukanya tersebut.

"fyuuuh telat lah nih masuk kelas." pasrahnya memandang jam tangannya sudah menunjukkan pukul delapan. Bita memikirkan cara agar ia tetap bisa masuk kedalam kelas tanpa sepengetahuan dosennya.

"Bita!!" teriak seseorang membuat Bita memejamkan mata mengumpat dalam hati mendengar suara cempreng orang itu. Gadis berkuncir satu tadi berlari kearahnya sambil membawa beberapa buku ditangannya.

"Lo nggak ada kelas Bit? bantuin gue dong." seru Anggi,sedangkan Bita menggeleng keras.

"gue ada kelas,Lo kerjain aja sendiri." ucapnya dingin memasuki kelasnya diam-diam,namun Anggi tidak memperdulikannya.

"buuuu,Bita terlambat!!" teriaknya dari luar sontak membuat semuanya menoleh kearah pintu dan terdiam memandang kearah Bita.

"kamu terlambat,silahkan keluar!" sentak Dosen itu memergoki Bita yang mengendap-endap masuk untuk duduk dikursi gadis itu.

Haduh, sudahlah. Bye nilai A. gumamnya pelan dalam hati berjalan keluar dari kelas.

Alhasil ia tidak diperbolehkan masuk sampai semua kelasnya selesai. Bita membuang napas kasar lalu melirik kearah sekitar sambil bersandar didinding. Sungguh,hari ini hidupnya sedang tidak beruntung,ada saja masalah yang datang padanya.

"Anggi sialan!" umpatnya kesal.

Kekesalan Alze

Lain halnya dengan Bita yang berdiri didepan kelas,pria tampan bertubuh atletis dengan tinggi 185 cm berjalan melewati Bita dan masuk dengan santai kedalam kelas.

Bita menganga melihat pria itu bisa masuk tanpa harus mengendap-endap seperti yang ia lakukan tadi.

"what? kok bisa bebas aja dia masuk??" gerutu Bita tidak terima dengan ketidakadilan ini. Mata Bita mengintip dari jendela mencari sosok pria santuy tadi yang berhasil masuk tanpa masalah. Disaat pandangannya tertuju pada orang yang ia cari,ia menyerngit menyadari sesuatu.

"tunggu,bukannya pria itu yang membuat ulah tadi pagi di halte?" gumamnya berkutat dengan pikirannya. Instingnya mengatakan benar jika pria itu adalah biang kerok kesialannya hari ini.

"masyaallah anak Adam yang satu itu,memang ngeselin yaa. Huft, gara-gara dia gue ngalamin kesialan daritadi." gerutunya menghentakkan kaki berulang kali.

Bita menarik napas dalam,berusaha untuk mengontrol emosi yang bergejolak dalam tubuhnya. "sabar...sabar,Lo harus tenang Bit. Setiap masalah pasti ada jalan keluarnya." ucapnya menenangkan dirinya,lalu melirik kearah dosen yang tengah mengajar dikelasnya dengan tenang.

Usai kelas selesai,Bita langsung bergegas mengambil hati dosen itu. "Bu,maaf atas keterlambatan saya tadi. Saya mengalami kendala selama diperjalanan,sebagai gantinya boleh saya membantu ibu membawa barang-barang ibu?" ucapnya memohon.

Dosen itu menghela napas,lalu mengangguk pelan. "lain kali jangan terlambat atau saya buat Alfa." serunya melenggang keluar.

Bita bersorak riang dengan semangat membawa barang-barang milik dosennya itu keruangan beliau,sebelum keluar ia sempat melirik tajam seseorang yang membuatnya sial hari ini lalu membuang muka.

Pria tampan itu menyerngit heran,tidak memperdulikan raut wajah gadis itu. Ia pun menyandang tasnya dan melenggang keluar.

Baru saja satu langkah keluar dari kelasnya,ia mulai dikerumuni oleh para gadis-gadis yang tidak tahu dari mana munculnya. Mereka semua berdesakan agar bisa melihat wajah Alhambra Zeroun,yang kerap dipanggil Alze.

Alze merasa jengah dan ingin segera keluar dari kerumunan yang menghambat pasokan oksigennya. Apalagi ada bau ketiak yang menyengat diantara mereka yang hampir membuat Alze ingin muntah.

"menyingkir kalian." ucapnya dingin keluar dengan paksa dari kerumunan gila itu dan berjalan menuju kantin untuk mengisi perutnya yang keroncongan.

Alze menghempaskan tasnya diatas meja lalu melirik kearah sekeliling kantin yang tampak cukup ramai saat ini. Alze berdecak kesal,ia lelah untuk mengantri memesan makanan disana,tetapi perutnya semakin keroncongan membuatnya mau tak mau harus berdiri berbaris disana.

Karena ketampanan Alze tidak ada yang menandingi,membuat pria itu terus dikagumi oleh para kaum hawa yang terus menerus menatapnya. Bahkan ada yang nekat memotret dirinya tanpa izin. Tidak sulit menemukan Alze dikeramaian seperti ini,pria itu bagaikan tiang pusaka bendera didalam kerumunan itu.

Bita melangkah masuk kedalam kantin setelah mengantarkan barang-barang dosen itu,ia berjalan pelan mengingat kakinya masih meringis ngilu akibat jatuh tidak estetik tadi. Ia berdecak kesal memandang kerumunan yang mengantri untuk membeli makanan dikantin.

"huft." helanya jengah melihat lautan manusia itu. Tetapi matanya menyipit melihat sosok manusia tinggi yang berada di kerumunan itu dengan raut masam. Tampak pria itu begitu kesal dan jengah berada disana. Hati kecilnya merasa kasihan melihat pria itu,dengan niat hati yang baik ia melangkah menuju kerumunan itu.

"permisi!!" serunya agar orang mengerumuni Alze membuka jalan untuknya. Semua mata menyorot tajam kearah Bita yang memaksa mereka untuk membuka jalan.

"cih,apa kalian sudah gila? itu anak orang mau makan,kalian masih aja ngalangin dia jalan. Sana...sana!!" usirnya menggeser para ciwi-ciwi. Bita menarik tangan Alze keluar dari kerumunan itu dengan mudah.

"apa sih Lo,rese banget jadi orang!" kesal salah satu gadis itu menyorot tajam kearah Bita. Bita tersenyum sinis berbalik menatap gadis itu.

"terserah gue lah." ucapnya acuh tak acuh melenggang keluar tanpa melepaskan tangan Alze.

Alze menghendus kesal,lalu menepis tangan gadis didepannya. Ia tidak mengerti,mengapa gadis itu membantunya?

Alze langsung meninggalkan Bita yang masih terbengong ditempat menatapnya kesal.

"wah,jadi nyesal gue nolongin tuh orang!! udah ditolongin nggak bilang makasih. ck,gue terlalu baik." kesalnya mengepal tangannya ke udara. Moodnya rusak sudah membuatnya pergi meninggalkan kantin untuk mencari makan diluar.

***

Alze melangkahkan kakinya menuju rumahnya. Baru selangkah kakinya menginjak teras rumah. Ia mendengar suara bercengkrama didalam.

Ada tamu yaa. gumamnya menatap sekilas mobil asing terparkir di halaman rumahnya. Samar-samar namanya disebut membuatnya curiga. Tidak ingin menjadi topik pembicaraan,Alze berbalik dan mengambil motornya didalam bagasi.

Sial. umpatnya saat melihat sosok adik perempuannya berjalan keluar dan memergoki dirinya tengah mengeluarkan motor.

"Mamaaa,kak Al udah pulang!!!" teriaknya membuat para penghuni rumah tergopoh-gopoh keluar. "Al,kapan pulang? sini masuk!!" seru sang mama menyuruhnya masuk.

Alze berdecak kesal,menatap tajam kearah adik laknatnya yang terlihat senang membuatnya menderita.

Dengan terpaksa,Alze melangkahkan kakinya berjalan menuju orang yang sudah melahirkan dan membesarkannya.

Haura—mama Alze dengan senang menarik tangan putra tampannya masuk kedalam rumah. Alze hanya pasrah mengikuti sang mama berjalan menuju ruang makan.

Semua orang yang berada didalam ruangan tersebut menganga kagum memandang paras wajah tampan Alze. Alze hanya memasang raut datar tanpa berniat untuk berbasa-basi dengan tamunya.

Haura mendudukkan putranya dekat disamping dengan seorang gadis. Tanpa bilangpun Alze paham jika sang mama ingin menjodohkan dirinya dengan gadis disampingnya ini.

Alze memandang malas melihat gadis itu sosok anggun dihadapan keluarganya,apalagi cara makannya yang terlalu lambat masuk kedalam mulut membuatnya begitu jengkel.

Bisa stress usia dini gue.

Alze tidak tahan berlama-lama disini,namun ia juga tidak bisa beranjak dari sana mengingat harga diri sang mama dipertaruhkan. Ia tidak ingin mamanya dicemooh orang lain.

"mamii aku nggak bisa potongin dagingnya..." rengeknya menatap ibunya. Wanita paruh baya itu memukul pelan sang putrinya dan membantu putrinya itu untuk memotong daging.

"apa dagingnya keras Va?" tanya Haura merasa kikuk melihat tamunya tidak merasa nyaman dengan hidangan yang ia buat.

Wanita yang bernama Eva itu menggeleng pelan, "tidak kok, dagingnya lembut banget." ucapnya pelan. Tetapi tidak dengan Alze memandangnya dengan tatapan yang susah diartikan.

"mamii,dagingnya keras Lo. Aku udah susah payah memotongnya tapi nggak bisa-bisa juga. CK,siapa sih yang masak nih?? kok nggak becus sekali." hardik gadis itu membuat Alze naik pitam.

Braaak.

Semua orang terkejut memandang kearah Alze yang menyorot gadis manja itu dengan tatapan tajam. "Lo emangnya bisa buat?? nggak kan,mending lo pergi dari sini sebelum gue usir. Cepat!!" geramnya.

Ucapan Alze tentu membuat hati tamu yang berkunjung itu tersinggung,mereka merasa direndahkan oleh seorang pria tampan. Sedangkan Haura berusaha menenangkan tamu itu,namun mereka langsung melenggang keluar dengan mulut komat-kamit mengumpat,terutama gadis itu yang awalnya terkagum dengan pesona Alze mendadak benci dengan pria itu.

"Alze,apa yang kamu lakukan nak? mereka jadi marah!!" sentak Haura menghela napas kasar.

"mama,aku nggak suka mama direndahkan sama orang kayak gitu,lain kali jangan lakukan ini lagi maa." ucapnya pelan lalu melenggang masuk kedalam kamarnya tanpa mendengar panggilan mamanya.

Alze menghela napas pelan,ia membantingkan tubuhnya ke kasur sambil memandang langit kamar dengan perasaan kesal bercampur marah. Orang tuanya selalu memaksanya untuk segera menikah,padahal dirinya belum menyelesaikan pendidikannya saat ini. Entah apa yang dipikirkan kedua orang tuanya,hanya mereka yang tahu alasannya.

Terpaksa setuju

Sore menjelang petang,Bita berjalan menuju rumahnya. Melempar asal tasnya dan merebahkan dirinya di sofa. Ia lelah karena seharian ini mondar-mandir melayani pelanggannya di cafe tempatnya bekerja. Ia bekerja sampingan untuk menambah tabungannya. Tidak mungkin kan,hanya mengandalkan tabungan orang tuanya terus menerus yang mulai semakin menipis.

"huft, bersih-bersih rumah." lirihnya sambil merenggangkan ototnya,diraihnya tas yang tergeletak dilantai lalu diletakkan ditempatnya. Ia berjalan menuju dapur dan berdecak kesal saat teringat belum mengganti tabung gasnya.

Bita langsung mengangkat tabung gas seberat 3 kg itu menuju warung.

"mbak Bita!!" sapa seorang anak kecil berlari kearahnya. Bita tersenyum menyambut kedatangan anak itu. "hei Lila jangan lari-lari." cegahnya tetapi Lila tidak mau mendengarkannya. Ia cengegesan saat berhenti didepan Bita.

"kamu ini." gemasnya mencubit hidung gadis kecil itu. "ibu kamu mana?" tanya Bita tidak melihat tetangganya itu bersama dengan anaknya.

"ibu lagi dirumah mbak,aku tadi disuruh ke warung beli garam." ucapnya pelan.

"oo,ya udah barengan aja. Mbak mau kesana juga." seru Bita menggandeng tangan Lila. Lila dengan semangat berjalan bersama Bita sambil bersenandung riang.

"Bita beli mau beli tabung gas Bu." serunya meletakkan tabung gasnya didekat sana. Pemilik warung itu mengangguk dan mengeluarkan tabung gas yang baru.

Bita merogoh sakunya,namun matanya melotot saat menyadari sesuatu yang hilang. "eh,kemana uang gue?" tanya Bita panik merogoh satu persatu kantong celananya.

"kenapa mbak?" tanya Lila kebingungan menatap Bita Kasak-kusuk.

"itu...duit mbak hilang,perasaan udah dimasukkan tadi." ucapnya masih mencari uang itu.

Pemilik warung tadi jengah menunggu pembayaran Bita,ia pun berdecak pelan. "cepat bit,ibuk mau tutup toko." desaknya membuat Bita mengumpat dalam hati.

"saya beli rokok satu Bu,sekalian bayar tabung gas cewek ini." seru seseorang menoleh kearah Bita sambil menyodorkan beberapa lembar uang merah ditangannya pada pemilik warung itu. Dengan sigap,ia mengambil uang itu dan memberikan rokok milik pria itu.

Sedangkan Bita ternganga tidak mengerti menatap punggung pria yang mengenakan helm itu naik keatas motor besar itu

Bita sedikit canggung dengan kebaikan pria itu,ia pun berjalan mendekat. "terimakasih,bagaimana cara aku membayar utangku?" tanya Bita sopan.

"pikirkan sendiri." ucapnya langsung menancapkan gas.

Bita mengumpat kesal dalam hati,pria arogan itu membuatnya kesal. Tetapi,tidak bisa dipungkiri jika karena pria itu dirinya bisa membawa tabung gas ini pulang. Bita mengangkat tabung gas itu lalu berjalan kerumahnya bersama Lila. Dirinya masih penasaran dengan sosok pria yang membantunya tadi. Suara itu seperti tidak terdengar asing,ia merasa pernah mendengar suara pria itu tetapi ia lupa dimana.

"ah udahlah,lebih baik pulang." ucapnya pelan.

***

Alze memandang pemandangan luas sambil mengisap batang rokok miliknya. Yap,ia ingin menenangkan dirinya sejenak diluar daripada berdiam diri didalam kamar. Ia tidak mengerti mengapa kedua orang tuanya bersikukuh memaksanya menikah?

Ia tahu menikah itu adalah ikatan suci yang sakral,tidak bisa dipermainkan. Hanya saja,ia ingin melanjutkan sarjananya dulu baru menikah.

"fyuuh,hanya memikirkan itu saja membuat gue sakit kepala." gerutunya memandang datar pemandangan di depannya. Duduk dibalkon rumah kayu yang sudah lama tidak ditempati,ia ubah menjadi basecamp tempat pelariannya.

"cih,ngapain Lo ngajak gue kesini??" seru seseorang yang baru saja tiba ditempatnya. Alze menoleh sekilas kearah orang itu lalu lanjut merokok.

"nggak ada,cuma nemanin gue doang." jawabnya membuat Hazig—sahabatnya menggeleng-geleng kepala. Alze dan Hazig adalah sahabat satu SMA dulu,hanya saja saat mereka lulus,mereka memilih jalan masing-masing. Hazig lebih memilih langsung terjun kedunia pekerjaaan sedangkan Alze melanjutkan pendidikan di bidang DKV.

"Lo dijodohin lagi? kali ini siapa gadisnya?" ledeknya membuat Alze berdecak kesal. Pria itu merasa heran dengan perjodohan sahabatnya itu yang selalu berakhir gagal,padahal ia yakin pria itu sudah banyak memiliki rencana untuk masa depannya.

"gadis manja,tapi yang ini hina masakan nyokap gue. Langsung gue usir." ketusnya.

"gila,berani sekali dia ngatain mama Haura?! bagus Al,Lo usir tuh cewek. Hmm tapi yaa,mau sampai kapan Lo dijerat kayak gini? Gue aja kasihan liat Lo." ucap Hazig pelan.

"entah,tau lah. Gue pusing liatnya." gerutunya lagi.

"hmm Lo nggak belok kan?"

Alze menatap tajam kearah Hazig membuat pria itu cengegesan. "hehehe maaf,kan gue nanya doang."

"Lo nanya nggak berbobot."

"iya...iyaa jangan marah woi,santailah. Hmm gue ada ide,gimana Lo pacaran aja,biar orang tua lo nggak ngintilin Lo mulu." seru Hazig.

"nggak akan berhasil,gue juga nggak mau pacaran dengan sembarangan cewek." sahutnya menikmati udara yang menerpa wajah tampannya.

"Ck,terserah Lo ajalah." ucapnya pasrah.

Hari semakin malam,Hazig mengumpat kesal memaksa Alze segera pulang. Ia sudah berkali-kali diteror oleh sang mama Haura untuk membawa putra sulung dari keluarga itu kerumah. Alze berkali-kali menepis tangan Hazig yang terus memaksanya untuk pulang kerumah.

"biar gue sini aja Zig,Lo pulang aja!!" sentaknya kesal.

"hei,mana bisa gue tidur dengan nyenyak,sedangkan nyokap Lo udah kayak wartawan ngejar berita. Udahlah pulang aja Lo lagi,besok pikirkan." desaknya terus menarik tangan Alze pulang.

"pulang woii ingat jangan jadi beban keluarga!!" seru Hazig lagi. Alze berdecak kesal lalu beranjak dari tempatnya,jika ia tidak beranjak dari sana bisa-bisa sahabatnya cerocos tanpa henti memaksanya pulang.

"mama Haura!! anak mama sudah sampai dirumah dengan selamat!" seru Hazig berdiri didepan pintu rumah Alze. Alze menatap aneh kearah sahabatnya lalu melenggang masuk sambil menyalami mamanya yang tampak terlihat marah dengannya.

"makasih Zig,gue masuk duluan." ucapnya mencelos ke kamarnya. Haura mengucapkan terimakasih pada Hazig lalu mengejar putranya yang sudah terlebih dahulu masuk kedalam kamar.

"Al,mama mau bicara sama kamu!" seru Haura melipat tangannya didada dan menatap putranya dengan tatapan tajam.

Alze memandang malas kearah mamanya,ia yakin masalah yang akan dibahas pasti tentang kejadian siang tadi.

"ada apa maa?" tanyanya pelan. Walaupun hatinya dongkol tetapi ia masih menghormati mamanya.

"kapan kamu segera menikah nak? ayolah jangan terus-terusan menolak sayang. Katakan sama mama nak,tipe istri mana yang mau kamu cari sampai-sampai kamu menolak istri yang mama pilih?"

Alze menghela napas pelan,lalu membenarkan posisi duduknya. "maa,tolong jangan paksa aku melakukan hal yang tidak kusukai. Soal nikah,itu bukan yang perkara yang mudah maa. Butuh kecocokan keduanya." ucapnya berusaha untuk memberikan pengertian mamanya supaya mengerti.

"huft,mama tau nak,tapi segeralah." ucap Haura pelan lalu melenggang keluar pintu Alze dengan raut wajah sendu. Alze menghembus napas kasar melihat punggung sang mama menghilangkan dari pandangannya. Ia jadi merasa bersalah tidak menuruti kemauan orang tuanya.

Tanpa berpikir panjang, ia pun berlari menghampiri sang mama dan menyetujui untuk menikah. "mamaa." panggilnya melihat Haura sedang duduk disofa.

Haura menyeka air matanya lalu menoleh kearah putranya. Alze tertegun menatap mata mamanya memerah,ia merasa menjadi anak durhaka telah membuat mamanya menangis karena kenaifannya.

"aku setuju menikah." ucapnya datar tanpa ekspresi. Haura terperanjat langsung menghampiri Alze. "kamu serius?"

Alze mengangguk yakin walaupun hatinya ragu. "iyaa maa."

"okee,besok mama carikan gadis yang cocok denganmu." ucap mama pelan lalu melenggang masuk kedalam kamar.

"huft,aku terpaksa setuju maa." lirihnya pelan lalu masuk kedalam kamarnya dengan perasaan tidak karuan.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!