Seorang perempuan dengan pakaian kumuh yang robek di sana-sini memperlihatkan kulitnya yang hitam karena tidak pernah dibasuh oleh air.
Meski kulitnya terlihat tidak terawat, namun siapapun yang melihat matanya bisa mengetahui bahwa di balik penampilannya yang buruk itu terdapat jiwa yang bersih dan suci.
Tapi sayangnya, tidak ada yang mau memandang matanya.
Semua orang menghindarinya karena dia adalah seorang gelandang dengan penampilan memuakkan dan bau menjijikan yang membuat siapapun akan muntah jika hendak mendekatinya.
Perempuan bernama Loren itu sedang berjongkok di trotoar di bawah pohon besar.
Ia menatap ke seberang jalan di mana seorang perempuan cantik sedang menggunakan sebuah dress berwarna kuning keemasan dengan gambar bunga teratai menghiasi pinggirnya.
"Ckk,, dia bahkan meluncurkan gaun yang belum selesai di desain. Memalukan!" Loren mengejek sembari memainkan jari telunjuknya di atas aspal.
Jari telunjuknya yang gemuk dipenuhi kotoran sedang membuat beberapa goresan tak kasat mata.
"Minggir...minggir...! Beri jalan untuk Bos Besar kami..!" Tiba-tiba teriak beberapa orang berpakaian hitam lalu segera membuka jalan dan mendorong satu-persatu pejalan kaki supaya memberi jalan untuk Bos besar mereka yang akan lewat.
Perempuan bernama Loren yang memakai baju compang-camping dengan sekali dorong langsung terhempas ke tengah jalan.
Dan sialnya, ia tertabrak oleh sebuah mobil yang sedang melaju dengan kencang.
Tubuh perempuan itu terhempas karena hentakan mobil yang membuatnya terjatuh tepat di depan seorang pria dengan setelan mahal membungkus tubuhnya.
Darah mengalir di atas trotoar membuat beberapa perempuan yang sedang lewat langsung menjerit ketakutan.
"Ahh!! Seseorang berdarah!! cepat menjauh!"
"Astaga gelandangan jelek itu!! Cepat menyingkir..!!"
Tidak ada yang berniat menolong, semua hanya menjauh ketika melihat darah dari seorang gelandang terciprat ke mana-mana.
Menjijikkan! Itu darah kotor!
Bos besar yang melihat gelandangan itu mengernyit, seketika tubuhnya memancarkan aura marah yang dingin.
Suasana terik hari itu tak mampu mengalahkan dinginnya aura yang dikeluarkan Bos besar.
Para pengawal merinding dan merasakan keringat dingin memenuhi kening, punggung dan telapak tangan mereka!
Sial..!
Seorang pengawal dengan cepat berlari untuk menyingkirkan perempuan itu. Ia mengulurkan tangannya untuk mengangkat Loren, tapi badan Loren yang penuh dengan lemak tak mampu ia angkat seorang diri. Sangat berat!!
Bagaiman bisa seorang gelandangan menimbun begitu banyak lemak?
Grrr.....
Para pengawal lain akhirnya membantu dan menyingkirkan Loren ke sisi jalan lalu membersihkan darah Loren yang mengalir di atas trotoar.
Setelahnya, bos besar yang terlihat angkuh itu terus berjalan lalu memasuki sebuah mobil yang terparkir tak jauh dari tempat bos besar itu berdiri.
"Help me..!" Ucap Loren dengan suara pelan dengan air mata membanjiri pipinya.
Ia tak berdaya dan tidak ada satupun orang yang memperdulikannya.
Tak ada yang berteriak untuk memanggil bantuan dan tak ada yang berbelas kasih untuk mendekatinya dan memeriksanya.
Malah mereka semua menatapnya dengan jijik sembari menjauh darinya.
Tapi memang, sedangkan keluarganya saja tidak peduli dengannya, apalagi dengan orang-orang asing itu, mana mau mereka meluangkan waktu mereka yang berharga hanya untuk seorang gelandangan sepertinya?
Penglihatannya yang buram tertuju pada sebuah mobil yang dinaiki pria angkuh tadi.
"Tolong.." ucapnya sebelum matanya dengan berat terpejam menyambut kegelapan yang entah kapan berakhir.
Sementara bos besar yang sudah menaiki mobil dan hendak menjalankan mobilnya langsung terhenti ketika beberapa wartawan mendekatinya dan memotretnya.
Beberapa pengawal langsung mendekati para wartawan itu dan menghadang mereka.
"Siapapun yang mengambil gambar dan menyebarkannya atau hanya menyimpannya di kameranya akan dituntut oleh CB group!" Kata Sang pengawal membuat para wartawan yang sudah terlihat senang itu langsung memperlihatkan wajah tak berdaya mereka dan menurunkan kameranya.
Para wartawan segera menyingkir dan membiarkan mobil hitam itu berjalan pergi.
Kekecewaan terlihat jelas di wajah mereka sembari memandangi para pengawal yang sudah masuk ke dalam.
Siapa yang berani mencari masalah dengan pria bernama Christian Balthasar?! Tidak, jika kamu masih sayang pada nyawa-mu!
Namun, salah satu diantaranya tiba-tiba melihat seorang perempuan yang tergeletak di atas trotoar dengan darah yang sudah hampir membeku.
"Lihat...! Ada yang kecelakaan!" Teriak salah satu wartawan langsung mendekati Loren yang sudah pingsan sejak beberapa menit yang lalu.
"Cepat, aku akan meliput ini dan kau pergi mencari CCTV yang merekam tempat ini!" Kata salah seorang wartawan.
"Huh? Untuk apa meliput gelandangan. Jelek? Memangnya tidak ada berita lain?!" Sala satu reporter berkata acuh tak acuh.
"Bodoh!!! Gelandangan ini baru saja kecelakaan di depan bos besar, Christian Balthasar! Ini berita besar!
Cristian balthasar mengabaikan seorang perempuan yang kecelakaan di hadapannya!"
Para wartawan lain "..."
Bukankah Cristian Balthasar memang seperti itu? Semua orang tahu kalau dia kejam dan tidak memiliki belas kasih. Berhati sempit!
"Kalian bodoh!! Lupa berita sebelumnya?!" Wartawan itu kembali berbicara.
Semua wartawan kembali ingat akan kejadian dimana Christian membiarkan lolos seorang pria pelaku pelecehan, berita itu viral hanya karena ada nama Christian Balthasar di sana!
"Benar, hanya mengetik nama Christian Balthasar di berita kita maka berita kita pasti akan laku dan diserbu orang!" Para wartawan akhirnya mengerti lalu mereka segera berpencar untuk berbagi tugas.
Seorang pengawal dari bos besar yang hendak pergi mendengar ucapan sang wartawan itu dan segera turun dari mobil.
"Menyingkir semuanya! Kami akan membawa perempuan ini bersama kami!" Ucap pria itu lalu mengangkat Loren dan memasukkannya ke dalam mobil.
"Sial..! Sekarang kita tidak punya informasi apapun untuk diberitakan!" Para wartawan bergumam satu sama lain sebelum meninggalkan lokasi itu dengan penuh kekecewaan.
Sementara mobil yang membawa Loren langsung tiba di kediaman Bos Besar bernama Christian Balthasar.
Setelah mobil itu berhenti, beberapa petugas medis langsung mendekati mobil dan mengangkat perempuan itu dari atas mobil lalu melakukan pertolongan pertama.
Saat itu juga, mobil Christian Balthasar sudah tiba dan pria itu memicingkan matanya saat melihat petugas medis nya mengurus seseorang yang berpakaian compang-camping dan bentuk badan seperti gajah! Sangat gemuk!
Bau darah yang menjijikkan langsung membuatnya marah.
"Siapa dia?" Tanyanya pada asistennya dengan suara yang berat.
Dia sungguh kesal karena matanya telah ternoda oleh sebuah pemandangan menjijikkan itu.
Sang asisten yang tidak tahu apa pun langsung menoleh pada dua pengawal yang kini berdiri memberi hormat pada Christian Balthasar.
"Mengapa kalian membawa gelandangan ke rumah bos besar?!" Teriak sang asisten membuat dua pria yang sedang membungkuk 90° bergetar di tempatnya.
"Maaf Tuan, kami akan kembali membuangnya." Ucap salah seorang mewakili.
"Yang ku tanyakan, mengapa kalian membawanya, bukannya cara penyelesaian masalahnya!" Lagi bentak sang asisten membuat dua pria itu semakin bergetar ketakutan.
"Dia gelandangan menjijikkan yang tertabrak di depanku? Ckk, nasib buruk itu, singkirkan dia dari rumahku! Dan orang yang membawanya kemari, hukum 600 cambukan!" Ucap Christian Balthasar lalu berjalan memasuki kediamannya.
Jatuhnya seorang perempuan gelandangan yang tertabrak mobil di depan Christian Balthasar diyakini pria itu sebagai pembawa sial.
Semua itu karena setelah meninggalkan Loren yang kecelakaan dia bertemu dengan seorang musuh bebuyutannya hingga menahan mobilnya beberapa waktu sebelum lanjut kembali ke kediamannya.
Sungguh mengesalkan!
2 orang yang sudah membawa Loren ke rumah itu langsung memucat dan mereka segera diseret menuju ruang hukuman.
"Tuan,, tolong,, tolong lepaskan kami!! Kami tidak..!" belum selesai memohon keduanya sudah dibuat pingsan oleh para pengawal yang menangani mereka.
"Cepat..! Bahwa gelandang itu keluar dari rumah ini atau kesialan yang dibawa oleh gelandang itu bisa melekat pada rumah Tuan kita!" Asisten Christian Balthasar yang bernama Andreas langsung membentak pengawal lain yang masih membungkuk 90 derajat saat Christian Balthasar sudah memasuki kediaman nya.
"Baik Tuan!" Jawab pengawal itu lalu segera memasuki ruang medis dan menemukan Loren sementara ditangani oleh para dokter.
"Minggir..!" Perintah salah seorang pengawal langsung menerobos dan dengan susah payah mengangkat Loren untuk disingkirkan dari tempat itu.
"Apa yang kalian lakukan?!" Teriak seorang perempuan berusia 35 tahun yang merupakan sahabat Christian Balthasar.
"Bos Besar menyuruh kami membuangnya dan dia tidak boleh meninggalkan jejak apapun di kediaman ini.
Jadi segera bersihkan semua jejak darah atau apapun yang mungkin meninggalkan bekas karena perempuan ini.
Juga, semprot seluruh udara yang telah dilalui perempuan ini dengan disinfektan, bahkan sekecil apapun partikel yang ditinggalkannya tidak boleh mengotori kediaman Bos besar!" Kata Sang pengawal mengingatkan para petugas medis yang ada di ruangan itu.
Seluruh petugas medis terdiam dalam keterkejutan mereka, baru saja seorang pengawal datang membawa gadis malang itu dan memaksa mereka untuk menanganinya, sekarang harus di bawa pergi lagi?
"Sungguh malang, gadis itu terluka parah, dia akan meninggal jika tidak segera ditangani."
"Ssttt,,! Diamlah! Jangan berbicara jika kau tidak mau bernasib sama dengan gadis itu!"
Perawat yang baru saja berbicara langsung menutup mulutnya dan tidak berani lagi mengangkat wajahnya.
Siapa yang berani melawan Christian Balthasar?!
Marissa adalah perempuan berumur 28 tahun yang merupakan sahabat Christian Balthasar.
Perempuan itu sangat baik kepada orang yang terluka namun siapapun yang berani berbuat kasar, dia tidak segan-segan memaki bahkan menghajar orang itu.
Sikapnya yang baik hati ini membuat banyak orang di kediaman Christian Balthasar sangat menghormatinya dan berpikir bahwa suatu saat nanti Marissa akan menjadi nyonya baltasar.
Marisa menatap tajam pada pengawal yang sedang menggendong Loren.
"Siapa kau berani memerintahku?! Apa kau tidak tahu kalau aku adalah sahabat Christian Balthasar sementara kau hanya seorang pengawal rendahan?!
Cepat kembalikan dia ke tempatnya atau hari ini akan menjadi hari terakhir kalian bekerja untuk Christian Balthasar!" Bentak Marissa yang berpakaian serba putih.
"Tapi Nona, ini adalah perintah langsung dari bos besar, kalau kami memb-"
"Baiklah, kita lihat siapa yang akan dibela oleh Bos Besar mu itu ketika aku mengadukan kalian padanya!" Marisa mengambil ponselnya untuk menghubungi Christian.
Mendengar ancaman dari salah satu sahabat terdekat Christian Balthasar, kedua pengawal itu akhirnya meletakkan Loren diatas brankar sebelum meninggalkan ruang kesehatan.
"Cepat tangani dia." Perintah perempuan 28 tahun itu.
"Baik Nona."
...
"Apa?! Kau sudah gila? Mencari mati?!" Andreas melototkan matanya menatap Marisa saat perempuan itu menceritakan bagaimana dia menolong seorang gelandang yang hendak dibuang oleh Christian dari kediamannya.
"Bagaimana lagi? Aku tidak tega melihatnya terluka, darahnya sangat banyak dan dia sudah diabaikan selama hampir 1 jam.
Kalau aku membiarkannya dibuang begitu saja, dia akan meninggal bahkan sebelum matahari terbenam." Ucap Marisa yang selalu tidak tegaan terhadap siapapun yang terluka di depannya.
Itulah sebabnya dia memilih menjadi seorang dokter supaya dapat menolong siapapun yang sedang terluka.
"Jadi gelandangan jelek itu masih ada di kediaman ku?!" Suara Christian mengejutkan kedua orang itu dan langsung menoleh pada Christian yang berjalan mendekati mereka.
Begitulah Christian, selalu kaku dan berhati sempit. Tidak ada kata belas kasihan di dalam kamusnya, bahkan untuk orang tuanya saja pria itu tidak pernah ragu melawan.
"Ya, aku kasihan melihatnya jadi aku menolongnya. Kau tidak perlu mengkhawatirkannya karena dia tidak akan pernah menemuimu. Aku sudah membawanya ke paviliumku." Ucap Marissa.
'Marisa bodoh..! Kau tidak tahu cerita dibalik gelandangan itu hingga kau menyelamatkannya dan sekarang mencari mati di depan Christian!' batin Andreas merasa prihatin pada sahabatnya itu, mungkin saja ini adalah hari terakhirnya berada di kediaman Christian.
"Kau tahu konsekuensi setiap kali orang-orang ku melanggar perintah ku?! Kau siap untuk itu?!" Tanya Christian seolah pria itu tidak menganggap Marisa sebagai sahabatnya.
Marisa dan Andreas "..."
Orang orang Christian?
Sahabat!
Itulah yang mereka anggap sebagai hubungan mereka bertiga selama ini tapi ternyata,,,
"Baiklah, aku akan menerima hukuman nya." Jawab Marisa dengan pasrah.
Hanya 100 cambukan, tubuhnya masih kuat menahannya bahkan jika 100 itu dikali 2.
"Kau gila?!" Andreas menahan lengan Marisa saat perempuan itu hendak pergi ke ruang hukuman mendapatkan 100 cambukan sebagai upah dari ketidakpatuhannya.
"Lepaskan aku! Dan aku peringatkan satu hal padamu, jangan pernah menganggap Christian sebagai sahabat karena dia tidak pernah melihat kita sebagai sahabatnya. Kita hanya orang-orang yang dia pekerjakan dan sesuka hatinya me-"
"Diamlah bodoh..!" Potong Andreas langsung membungkam mulut Marisa yang sudah berceloteh panjang lebar di depan singa yang sedang geram.
Wajah Christian menjadi lebih tegas, 'Jadi dia rela dihukum karena gelandangan itu? He,, tak menyangkan dia akan menghinatiku hanya karena seorang gelandangan'
"Membantah perintah 100 cambukan, membawa orang asing ke kediaman ku 500 cambukan dan menggunakan fasilitas tidak pada tempatnya 1000 cambukan. Beri dia 1600 cambukan ditambah ketidaksopanan mulutnya barusan sebanyak 1000 cambukan tambahan." Ucap Christian sebelum pria itu pergi meninggalkan dua orang yang sedang terbungkam.
Beberapa langkah Christian menjauh darinya, Marisa langsung tersadar dari kejutannya dan melepaskan tangan Andreas dari mulutnya.
"Kau..! Dasar Christian Balthasar sialan! Setelah aku mati karena cambukan yang kau putuskan itu, jangan berharap kau bisa hidup dengan tenang karena arwahku akan menempel pada mu bahkan ketika kamu sudah mati!" Teriak Marisa tanpa ketakutan membuat Andreas yang sudah gemetar di tempatnya langsung melompat ke arah Marisa dan kembali membungkam mulut nakal perempuan itu.
"Kau gila?! Jaga bicarmu!" Ucap Andreas segera menarik Marisa supaya menjauh dari Christian.
Sementara Christian yang sudah memasuki kamarnya, pria itu duduk dengan tenang di salah satu sofa tunggal yang terletak di kamarnya.
'Belas kasihan,, hmmm, hanya manusia lemah yang memelihara sifat menjijikkan itu!' gumam Christian memejamkan matanya, menerawang hari-hari ke depan yang akan ia lalui.
Pria itu masih terdiam di tempatnya ketika ia mendengar suara ketukan pintu kamarnya.
"Masuk!" Perintahnya yang sudah tahu bahwa orang yang datang pastilah Andreas.
Karena memang, selain Andreas dan Marisa, maka tidak ada lagi orang lain yang berani masuk ke dalam kamarnya.
Sementara Marisa, perempuan itu pasti sudah berjalan ke ruang hukuman untuk mendapat hukuman nya.
"Bos," Andreas membungkuk pada Christian sebelum melemaskan kakinya lalu lututnya jatuh membentur lantai dengan keras.
"Tolong ampuni Marisa." Ucap Andreas saat tangan pria itu kemudian menyentuh lantai dan membungkuk pada Christian.
"Kau sudah tahu bagaimana aku, aku tidak pernah menarik kata-kataku." Ucap Christian membuat Andreas semakin menurunkan tubuhnya hingga kepalanya kini menyentuh lantai.
Dia adalah orang yang paling tahu bahwa Christian sangat sulit untuk memaafkan orang yang telah bersalah.
Bahkan orang tua pria itu mati di tangan Christian karena orang tuanya berusaha menjodohkannya dengan seorang perempuan.
Sementara Christian sendiri, pria itu tidak pernah memiliki niat untuk bermain dengan perempuan, karena baginya tubuhnya adalah sebuah keagungan yang tidak pantas disentuh oleh perempuan perempuan penjilat.
"Apapun yang kau lakukan, aku tidak akan menarik kata-kataku." Ucap Christian mengabaikan Andreas yang sudah bersujud sampai wajahnya menyentuh lantai lalu pria itu berjalan meninggalkan Andreas.
"Bos, kalau begitu, biarkan aku menggantikan Marisa menerima hukuman nya." Ucap Andreas sebagai bagian terakhir dari rencananya untuk mengancam pria.
Siapa pun tahu, mendapat lebih dari 2000 cambukan pasti akan membuat orang tersebut meninggal.
Dan Andreas menggunakan itu mempertaruhkan nyawanya demi menyelamatkan Marisa.
"Kau mau mati? Kalau begitu, pergilah! Kau bisa menanggung setengah cambukan yang diterima oleh Marisa." Ucap Christian dengan dingin.
Andreas "..."
Seperempat hukuman saja sudah bisa membunuh seseorang apalagi setengahnya, ini artinya bahwa pria itu menginginkan Andreas dan Marissa mati bersama!
"Tidak bisakah kau memberikan semua hukumannya untuk ku? Anggap saja sebagai harga seorang sahabat." Andreas memilih satu orang saja yang mati di antara mereka daripada keduanya harus mati!
"Kau? Sahabat? Heh,," Christian menyengir "Apa kau layak?"
Melihat kekeras kepalaan Christian, Andreas tidak bisa berbuat apapun lagi, berbicara dengan pria itu sama saja membiarkan Christian terus menginjak-injak harga dirinya.
"Baiklah, aku akan menanggung setengah hukumannya." Ucap Anderas lalu pria itu pergi meninggalkan Christian.
Ruang hukuman di kediaman Christian berada di lantai 5 ke bawah tanah.
Tapi karena di kediaman itu terdapat lift, maka Andreas dengan cepat sampai di lantai 5 dan melihat Marisa sementara menulis pesan pesan terakhirnya.
"Apa yang kau lakukan di sini?" Tanya Marisa yang terkejut ketika pria itu ikut duduk di sampingnya dan mengambil selembar kertas dan pena yang disediakan lalu mulai menulis surat wasiatnya.
Di kediaman Christian, setiap orang yang akan menerima cambukan dapat memilih menulis surat wasiatnya atau pesan terakhirnya yang akan dikirimkan pada keluarga si penerima cambukan.
"Aku akan menanggung setengah dari cambukan yang kau terima." Ucap Andreas dengan suara datar dan wajah yang tak kalah datarnya.
"Apa?! Kau gila?! Untuk Apa kau memilih mati bersamaku?!" Tanya Marisa penuh kemarahan.
"Kau pikir aku bisa melihat mayat mu tercabik-cabik karena cambukan? Lebih baik aku mati bersamamu daripada menyaksikanmu mengalami penderitaan karena kekonyolanmu!" Ucap Andreas selagi pria itu membagi fokusnya menulis surat wasiatnya untuk keluarganya.
"Konyol?! Kaulah yang konyol di sini! Seperlima dari cambukan yang diberikan Christian padaku dan aku sudah mati karena cambukan itu, dan sekarang kau datang melemparkan dirimu ke dalam kematian dengan berlagak sebagai pahlawan yang menanggung setengah dari cambukan yang kuterima?
Apa kau gila?! Apakah otakmu sudah tertinggal di suatu tempat? Atau kau sudah mengeluarkannya dengan paksa?!" Marisa berteriak marah.
"Diam dan fokus saja pada tulisanmu!" Ucap Andreas mengabaikan Marisa dan lelaki itu terus menulis surat wasiat nya.
'Ayah, Ibu, maaf, tapi aku tidak rela melihat perempuan yang kucintai menanggung sebuah hukuman yang berat dan aku tidak bisa melakukan apapun untuk membantunya.' Gumam Andreas.
@Info
Punya jari jempol? Cepat tekan tombol Favorit sebelum tombolnya menghilang..!
Christian duduk bersandar di atas ranjang sembari pria itu menekan keyboard laptop nya karena sedang membalas beberapa email masuk.
Dan tiba-tiba saja, sebuah email dari salah seorang partner kerjanya membuatnya terdiam untuk waktu yang lama.
Salah satu partner bisnisnya dari Amerika menginginkan membahas sebuah proyek dengan Marisa karena pria itu ingin menanyakan sebuah penelitian pada Marissa, pria itu tidak mau jika orang lain yang menggantikan Marisa untuk membawakan materi nya.
"Dasar beruntung!" Ucap Christian sambil tersenyum menyengir lalu mengambil telepon dan menyambungkannya ke lantai 5.
Di lantai 5, suara cambukan bertubi-tubi sedang mengoyak punggung seorang wanita dan seorang pria yang berbaring diatas sebuah papan berbentuk X.
Darah bercucuran, daging terkoyak dan tersebar di mana-mana karena cambukan pada tubuh Marisa dan Andreas.
Salah seorang petugas mengangkat telepon itu sebelum memberi kode pada petugas cambuk untuk menghentikan cambukan mereka.
"Kau baik-baik saja?" Tanya Andreas pada Marisa di mana perempuan itu sedari tadi sudah tidak bersuara.
"Lepaskan mereka, dan bahwa mereka ke ruang kesehatan." Ucap pria yang baru saja mengangkat telepon dari Christian.
Dalam sekejap, kedua orang itu sudah terbaring di dalam ruang kesehatan dan keduanya ditangani oleh dokter dokter profesional yang bekerja untuk Christian.
Seorang pria dari lantai 5 menemui mereka membawa beberapa surat wasiat yang sebelumnya ditulis oleh Marissa dan Andreas.
Saat itu juga lah Christian memasuki ruangan dan melihat surat-surat yang dipegang oleh salah seorang bawahan nya.
"Kirimkan surat itu ke semua nama-nama yang tercantum di surat itu." Perintah Christian lalu pria itu kembali fokus pada Marisa yang terlihat sangat kacau dengan daging yang terkoyak di seluruh tubuhnya.
"Tuan, mereka sudah menerima 200 cambukan. Yang paling parah adalah Marisa. Mungkin membutuhkan waktu lama untuk proses penyembuhannya.
Sementara pada Tuan Andreas, kemungkinan selama 1 bulan dia tidak akan bisa meninggalkan ruang kesehatan." Ucap salah seorang dokter paru baya yang menangani Marissa dan Andreas.
"Persingkat waktunya menjadi satu bulan untuk Marissa dan 2 minggu untuk Andreas." Ucap Christian tanpa menunggu jawaban dari dokter paruh baya itu lalu dia segera meninggalkan ruangan itu.
Dokter "..."
Entah apa isi otak Christian.
Yang dia katakan satu bulan untuk Andreas itu adalah waktu yang diperlukan untuk merawatnya di ruang kesehatan sementara pria itu harus kembali ke rumahnya dan beristirahat paling tidak selama beberapa bulan lagi.
Sementara surat wasiat Marisa yang sudah dibawa ke setiap orang yang tertera namanya, sala seorang yang menerimanya adalah Loren.
Setelah 3 hari berada di pavilium yang ditinggali oleh Marisa, Loren akhirnya bisa duduk dan tubuhnya sudah mulai bisa digerakkan.
"Aku merasa segar." Ucapnya sembari tersenyum ketika ia menghabiskan makan siangnya dan meneguk segelas jus jeruk kesukaannya.
"Ada gunanya juga aku tertabrak mobil, setelah sekian lama menjadi gelandang, aku akhirnya bisa menikmati minuman kesukaanku dan memakan makanan yang layak." Ucapnya tersenyum puas melihat piring piring dan gelas nya yang mengkilap tanpa setetespun ataupun sedikitpun makanan yang tersisa di sana.
"Bahkan petugas pencuci piring tidak perlu mencuci piring ku, semuanya sudah mengkilap tanpa menggunakan sabun pencuci piring!" Ucapnya tersenyum dibarengi masuknya seorang perawat yang bertugas merawatnya.
Perawat itu menyerahkan selembar surat pada Loren sebelum membereskan piring-piring Loren yang terlihat seperti piring yang baru saja dicuci tanpa ada sedikitpun noda di sana.
"Terima kasih," ucap Loren tersenyum dan menunggu perawat itu keluar dari kamarnya sebelum melirik pada surat di tangannya.
"Siapa yang memberiku surat?" Ucapnya sambil memajukan bibirnya lalu membuka surat itu.
Perawat "..."
Begitu malas berbicara dengan gelandangan!
Isi surat "Hai gadis cantik. Perkenalkan namaku Marisa, aku adalah orang yang telah menyelamatkanmu.
Aku harap saat kau membaca surat ini kau sudah dalam keadaan pulih dan bisa beraktivitas dengan normal.
Kalau pun belum, aku berharap kau segera sembuh karena aku memiliki satu permintaan dan sebuah misi yang sangat besar untukmu.
Aku memiliki seorang sahabat bernama Christian Balthasar, dia seorang pria yang angkuh memiliki sifat dingin dan berhati sempit.
Dia sangat kaku dan tidak punya belas kasihan, dan misi mu adalah merubah sifatnya menjadi sebaliknya, kau harus menikahinya dan membawa foto pernikahan kalian ke makamku.
Kau tidak boleh menolak permintaanku ini, karena sebenarnya ini adalah perintah.
Saat kau membaca surat ini, aku mungkin sudah berada di surga dan sedang mengawasimu dari sana. Jadi ingat, kau harus semangat untukku." Tulis Marisa di surat itu.
Loren membaca surat itu berkali-kali dan bertanya-tanya dalam hatinya apakah Marisa telah meninggal demi menyelamatkannya?
Loren tidak bisa menahan pertanyaannya dalam hati hingga Ia memutuskan menanyakannya pada perawat yang bertugas merawatnya.
"Sus, orang yang menyelamatkanku bernama Marisa, di manakah dia sekarang?" Tanya Loren membuat sang perawat terdiam sejenak.
Perawat itu melihat Loren dengan kesal "Dia mendapat hukuman 2000 cambukan dari Bos Christian karena sudah menyelamatkanmu.
Saat ini dia berada di ruang kesehatan dalam kondisi kritis. Hampir meninggal!
Aku tidak bisa membayangkan perasaanmu ketika melihatnya, tapi aku harus mengingatkanmu bahwa kau tidak boleh meninggalkan pavilium ini untuk menemuinya, atau kau akan bernasib sama dengannya." Kata perawat itu yang sebenarnya geram dengan Loren karena sudah menjadi penyebab kekacauan di kediaman Cristian Balthasar.
Seandainya gelandangan itu tidak datang ke situ, maka kehidupan mereka akan aman-aman saja dan temperamen bos besar mereka tidak akan memburuk seperti sekarang ini.
"Jadi, maksudmu, aku,, aku menjadi penyebab-"
"Benar, sekarang semua orang di tempat ini menganggapmu sebagai pembawa sial." Ucap perawat itu sembari berdecak kesal.
"Tapi,, mengapa dia harus dicambuk karena menyelamatkanku?" Tanya Loren tidak mengerti, mengapa orang yang menyelamatkannya harus mendapat hukuman cambuk sebanyak 2000?
Mendengar pertanyaan Loren, perawat itu menjadi semakin kesal pada Loren.
"Kau masih berani bertanya? Dia seperti ini karena melanggar perintah di kediaman ini!
Setiap kali seseorang melanggar perintah maka akan mendapat hukuman cambuk!"
Loren belum mengerti, perintah mana yang dilanggar ketika menyelamatkan seseorang?
"Maksudmu menyelamatkan orang lain juga melanggar perintah?" Tanya dengan polos.
Perawat "..."
Perawat Muda itu kembali berdecak kesal, dia sebenarnya malas meladeni Loren, tapi dia perlu memberitahu gadis tidak tahu diri itu bahwa dokter Marissa telah berkorban banyak untuknya.
"Hei, kau dengar, demi menyelamatkanmu Dokter Marissa melanggar banyak perintah!
Pertama, dia membawa orang asing ke kediaman Tuan Christian Balthasar jadi harus menanggung 500 cambukan!
Yang kedua, dia melanggar perintah bos besar hingga mendapat 100 cambukan dan yang ketiga, dia menggunakan fasilitas tidak pada tempatnya atau pada orang asing maka harus menanggung 1000 cambukan!" Perawat itu berbicara panjang lebar dan menyadari bahwa tidak ada gunanya menjelaskan terlalu banyak.
"Intinya, karena kau datang kemari dan Dokter Marisa menyelamatkanmu maka dia harus menanggung lebih dari 2000 cambukan!
"Seumur hidup dia harus menderita cacat, harus duduk di kursi roda dan,, hah,, percuma mengatakannya padamu, memangnya kau bisa apa untuk menyelamatkannya?! Hanya gelandangan jelek yang kebetulan beruntung ditemukan bertemu Dokter Marisa." Perawat itu terus memandang jijik pada Loren sebelum keluar dari kamar meninggalkan Loren.
Terus bebicara dengan Loren mungkin akan membuat perawat itu mencabik-cabik Loren sebagai balas dendamnya atas segala hal buruk yang telah di lalui dokter Marisa demi menyelamatkan gadis gelandang itu!
Loren terdiam di tempat tidur sembari menutup mulutnya dengan kedua tangannya bersamaan dengan tubuhnya yang gemetaran.
'2000 cambukan? Aku tidak bisa membayangkannya, jelas itu jauh lebih buruk daripada hanya dibuang oleh keluarga sendiri tapi masih bisa hidup menjadi gelandangan.' Gumamnya dengan nafas tersengal karena merasa merinding dengan cerita suster yang baru saja ia dengarkan.
'Tapi aku tidak menyangka akan ada orang asing yang mau merelakan nyawanya untuk gelandangan sepertiku.' Loren meneteskan air matanya memandangi surat dari Marisa.
Tangannya gemetaran, ia tak menyangka!
Mengapa?
Mengapa orang asing mengorbankan hidup untuknya, sementara keluarganya sendiri malah membuangnya?
Apa alasannya?!
Loren memikirkannya sepanjang waktu.
Keesokan harinya, Loren terbangun dan dia sudah bisa meninggalkan tempat tidur. Loren memutuskan masuk ke kamar mandi untuk membasuh tubuhnya yang terasa lengket.
Ketika dia tiba di depan kaca, Loren memandangi tubuhnya yang gemuk, cermin besar itu hampir tidak bisa memantulkan seluruh tubuhnya karena saking gemuknya dia.
Jelek, gendut, babi, gajah, menjijikkan, buruk rupa...
Mata Loren memerah memikirkan hinaan yang pernah ia terima.
"Baiklah, demi Kak Marisa, aku akan mengubah penampilanku!" Loren berkata penuh tekad lalu dia mulai membasuh tubuhnya dengan air mengalir.
Setelahnya, dia berjalan-jalan di sekitar pavilium itu dan menemukan gym di lantai 2.
"Untuk apa kau melihat ke sana? Ingin mengubah gajah menjadi kelinci?! He,, tidak mungkin!" Perawat yang menemaninya mencibir Loren.
Tapi Loren mengacuhkannya dan dia terus masuk ke ruangan itu melihat peralatan di sana.
"Benar, aku harus mulai dengan olahraga!" Loren menyentuh barbel.
Dia juga meraih buku panduan di sana dan membacanya sampai habis.
Ketika sang perawat kembali ke ruang gym, ia mendapati Loren sudah berolah raga "Cih,, dia benar-benar melakukan hal sia-sia itu!"
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!