jam menunjukkan pukul 7.50 .
seorang wanita sedang mengebutkan motor nya untuk menuju ke tempat kerja nya.
"Waduh, kalau telat lagi, bisa di pecat aku, kenapa ini jalan macet banget sih." gerutu alana dengan perasaan khawatir kalau ia akan telat masuk kantor hari ini.
Saat kendaraan di depan nya mulai bergerak maju, Alana lansung saja menjalankan motor nya, hingga ia lolos dari kemacetan, ia pun merasa lega dan kembali memacu kendaraan nya.
Namun seperti nya hari ini bukan hari keberuntugan Alana.
Blukkkk
Karena terlalu fokus pada titik jalan lurus membuat motor Alana menabrak sebuah mobil yang baru saja keluar dari sebuah gedung. Alana pun terjatuh dari motornya, kaki nya terluka karena aspal yang mengores.
"Auwww sakit." Ucap Alana.
Melihat motor nya penyek dan mobil mewah yang ia tabrak juga body nya penyek membuat Alana jadi khawatir, bukan saatnya merintih kesakitan. ia lansung berdiri di bantu penguna jalan yang berhenti.
Seorang laki-laki berpakaian jas dan rapi keluar dari mobil membuat Alana mengerit ngeri dan khawatir.
"Anda tidak apa-apa?." Tanya Laki-laki itu. Alana mengelengkan kepala nya.
Pria itu lalu melihat body mobil nya yang penyok. ia lalu mengajak Alana untuk menepi kan kendaraan mereka untuk berbicara. tutur kata yang sopan dan baik membuat sedikit ketakutan Alana akan di maki pun hilang.
"Maafkan saya Tuan, saya tidak sengaja, tadi saya terlalu terburu-buru." Kata Alana dengan agak takut dan cemas.
Laki-laki itu mengangguk, lalu melihat kaki Alana yang terluka.
"Kaki mu berdarah lebih baik kita ke klinik untuk mengobati nya." Kata Laki-laki itu yang bernama Kenzo.
Alana melihat jam tangan nya jam sudah akan menunjukkan pukul 8. tapi ia binggung harus bagaimana bicara dengan laki-laki di hadapan nya.
"Kamu seperti nya buru-buru?." Tanya Kenzo.
"Iya Tuan, saya memang sedang buru-buru karena saya akan di pecat kalau saya datang terlambat bekerja." Ucap Alana.
Kenzo tersenyum dan agak tertawa kecil. ia mengangguk mengerti, lalu mengeluarkan sebuah kartu nama di dompet nya.
"Kita masih perlu membahas soal kerusakan ini, tapi saya tidak akan menghalangi jalan anda Nona, hubungi saya jika ada sedang tidak sibuk." Ucap Kenzo dan memberikan kartu namanya pada Alana.
"Apa tidak apa-apa?." Tanya Alana.
"Saya mempercayai anda." Jawab Kenzo.
Alana pun tersenyum setelah sejak tadi raut wajah nya khawatir bercampur takut berubah. "Terima kasih Tuan, saya pasti akan menghubungi Anda." Ucap Alana mengangguk dengan sopan nya. ia lalu mencoba menyala kan motor nya yang masih bisa hidup, hanya saja ada yang pecah pada bemper nya.
Kenzo tersenyum melihat Alana yang begitu manis dan tampak lugu berlalu pergi.
Saat sampai di kantor. Alana sampai tepat waktu, ia berlari agak pencang untuk menekan absen nya disebuah alat. saat berhasil absen Alana merasa lega dan tersenyum.
"Syukur gak telat, tu udah di tungguin pak Dodi." Kata Fika yang adalah satu-satu sahabat Alana yang dekat.
Alana melirik ke arah pak Dodi sang manager yang juga sedang melirik ke arah mereka berdua dengan tatapan sinis. Alana mengerit ngeri dengan tatapan itu.
"Udah yuk, lama-lama disini, nanti di samperin lagi pak Dodi" Ucap Alana.
Alana lalu berjalan pencang membuat Fika terheran. ia melihat kaki Alana dan melihat Kaki nya yang berdarah.
"Astaga Alana, kaki kamu kenapa, kok berdarah?." Tanya Fika.
"Panjang cerita nya." Ucap Alana.
"Hem." Deheman dari pak Dodi lekas membuat Alana dan fika kembali berjalan menuju lift.
"Ke klinik kantor dulu ya bersihkan." Kata Fika. Alana tersenyum mengangguk.
Alana pun menceritakan kejadian yang tadi ia alami pada sahabat nya.
"Astaga alana, kamu kenapa sih seceroboh itu, lalu berapa yang harus kau ganti?, Apa dia menyakiti mu?." Fika dengan secerca pertanyaan.
Alana hanya mengangguk karena ia masih menyiapkan hati nya untuk menghubungi Laki-laki yang tadi ia tabrak.
"Dia membiarkan mu pergi begitu saja?." Tanya Fika.
"Iya. tapi dia menyuruh ku menghubungi nya." Balas Alana.
"Lalu kau akan menghubungi nya?." Tanya Fika lagi.
"Aku tak mungkin melarikan diri, tapi aku juga takut dia akan meminta ganti rugi yang besar."Balas Alana.
"Tapi mnurut ku, kalau dia saja membiarkan mu pergi dan percaya kau akan menghubungi nya, dia pasti bukan orang yang jahat. bagaimana pun kau tak bisa lepas dari tanggung jawab mu itu kan." Tutur Fika.
"Iya, Semoga saja."Balas Alana dalam hati. dengan raut wajah yang tak begitu semangat.
Siang Itu. Alana tampak melamun setelah kerjaan nya selesai, Ia berunding dengan hati nya apa kah akan menghubungi laki-laki itu atau tidak.
"Alana, makan siang yuk di kantin." Ajak Fika.
"Aku lagi gak nafsu makan Fika, kau saja yang pergi." Ucap Alana dengan tangan nya ia menutup wajah nya.
Fika menarik tangan Alana. "Udah makan dulu, biar gak sakit, Kamu tadi telat, pasti belum sarapan juga kan." Kata Fika.
"Tapi Traktir ya." Ucap Alana memelas.
Fika membuang nafas berat dan memutar malas bola mata nya.
"Ya udah dech, Kalau bujuk kamu yang lagi galau, pasti aku yang tekor, entah kenapa takdir mempertemukan ku dengan sahabat seperti mu.", Ucap Fika, mengelengkan kepala nya.
Alana tersenyum dan mengandeng tangan sahabat nya itu dengan manja, Fika pun tersenyum melihat sahabat nya itu. meski kadang nyebelin, Fika sangat menyayangi Alana.
Di kantin.
seperti biasa Alana yang memesankan makanan dan membawakan utnuk mereka makan berdua. Saat sedang membawakan 2 gelas minuman, Alana yang tidak fokus membuat nya tidak sengaja menabrak seseorang. kedua mata Alana membulat, saat melihat minuman itu tumpah dan mengenai pakaian seorang laki-laki yang berjalan bersama manager nya.
"Astaga Alana, Maaf Pak Al, Mari saya bantu bersihkan." Ucap Pak Dodi.
Pria bernama Alvaro itu menatap tajam Ke arah Alana. "Maaf pak, saya tidak sengaja." Ucap Alana mengambil Tissu dari meja terdekat untuk membersihkan baju Alvaro.
Namun baru saja akan menyekat minuman itu dengan tissu, Al lansung menghindari tangan Alana.
"Apa kau tidak punya otak?, kau pikir baju ku bisa bersih dengan kau mengelap nya dengan Tissu." Ucap Alvaro lalu berlalu pergi dari sana di ikuti Pak Dodi.
Sementara Alana berdiri mematung, Alana membuang nafas berat, ia agak takut dan merasa tak semangat karena hari ini, kecerobohan nya membuat diri nya dalam masalah, sementara Fika yang melihat kerobohan Alana hari ini menepuk jidatnya sendiri, dan mengeleng Kan kepala melihat sahabat nya itu.
Alana melihat Fika dengan sedih, Fika lalu mengisyaratkan Alana untuk mengikuti atasan mereka dan minta maaf. Alana pun mengangguk dan berjalan pergi.
Alana lalu bergegas mengikuti Laki-laki yang tidak sengaja ia tumpahkan minuman di baju nya, namun langkah Alana terhenti di depan pintu ruangan Atasan nya itu.
"Masuk gak ya." Ucap Alana agak takut bercampur cemas.
Namun tiba-tiba pintu terbuka, atasan Alana Dodi keluar dari ruangan nya dan melihat Alana. "Kamu membuat dirimu dalam masalah Alana, itu adalah Tuan Alvaro pemilik Perusahaan ini. sekarang masuk lah dan minta maaf selama kau masih ingin bekerja disini."Kata Pak Dodi.
Pak Dodi lalu melangkah pergi untuk mengambil sesuatu untuk atasan nya itu, Alana pun lalu perlahan mencoba memberanikan diri nya untuk menghadap laki-laki itu.
Saat Pintu terbuka, Alana melihat Alvaro hanya memakai celana, tapi tidak memakai baju. Alana pun segera menundukkan wajah nya, takut, gugup, bercampur perasaan Alana saat ini tak dapat ia lukiskan lagi.
Alvaro melihat Alana datang dan menatap nya dengan tajam penuh kekesalan.
"Tuan, saya minta maaf sudah mengotori pakaian anda, tapi saya benar-benar tidak sengaja." Ucap Alana dengan suara yang terdengar agar bergetar.
Alvaro tersenyum jahat, ia lalu berjalan mendekati Alana yang hanya bisa tertunduk diam, Namun saat melihat sepasang kaki berjalan mendekati nya, alana pun mengangkat kepala nya, ia menelan Saliva nya saat Alvaro berdiri tepat di hadapan nya.
"Jadi seperti itu cara mu mendekati laki-laki?, sekarang katakan, berapa harga untuk satu malam."Kata Alvaro.
Alana yang mendengar diri nya di tawar oleh Alvaro pun jadi kesal, reflek tangan nya lalu menampar Wajah Alvaro dengan keras.
"Nona apa yang ada lakukan." Kata Sekertaris Kim.
"Berani nya kau menawar ku, Aku bukan wanita yang mungkin sering kau tawar Tuan, jangan sama kan diri saya dengan mereka." entah datang dari mana keberanian itu yang lansung saja Alana mengocor tanpa henti.
Alvaro menatap Alana dengan tatapan Tajam, seolah singa yang sudah siap menerkam mangsa nya, melihat tatapan tajam Alvaro Nyali Alana kembali menciut, ia pun segera melarikan diri dari ruangan itu.
"Astaga Alana, kau menampar nya, Dia bos mu, tapi mau gimana lagi, dia pantas mendapatkan nya" ucap Alana sembari berjalan, ia bingung pada diri nya, apa itu keputusan yang tepat, menampar Alvaro yang sedang menawar harga diri nya.
Sementara di ruangan itu, Alvaro berjalan kembali duduk dengan wajah nya yang sangat kesal pada Alana, mengingat tamparan yang masih terasa kebas di pipi nya.
"Kim, kau tahu apa yang harus kau lakukan." Ucap Alvaro.
"Baik Tuan." Balas Sekertaris Kim.
Sekertaris Kim lalu keluar dari ruangan itu, sementara Pak Dodi masuk dan memberikan baju untuk Alvaro kenakan.
"Kau sudah menamparku, lihat dan tunggu saja resiko karena keberanian mu tadi." Ucap Alvaro dalam hati nya.
•••
Sementara di ruangan Alana, ia menceritakan semua yang terjadi antara diri nya dan Tuan Alvaro.
"Untuk kali ini aku benar-benar tidak bisa menolong mu Alana, meski aku setuju tamparan itu tak sebanding karena dia berani menawar mu, laki-laki hidung belang seperti dia, tapi semoga saja dia dapat mengerti dan tidak memecat mu " Ucap Fika.
"Iya semoga saja, hari ini benar-benar hari yang sial, aku takut di pecat karena datang terlambat, tapi sekarang aku pasti akan di pecat karena sudah menampar bos kita. bukan kah laki-laki seperti dia sudah biasa ku temui, kenapa aku tidak bisa mengontrol diri ku." ucap Alana.
Di tengah obrolan mereka, tiba-tiba Pak Dodi datang menghampiri Alana.
"Alana."
"Iya Pak." Alana lansung berdiri tegap.
"Tuan Alvaro meminta mu untuk pulang lebih awal." Ucap Pak Dodi.
"Pak, tolong saya pak, jangan pecat saya, saya janji akan bekerja lebih baik lagi." Kata Alana memohon.
"Tuan Alvaro tidak mengatakan akan memecat mu, dia hanya meminta mu pulang lebih awal, saya jug tidak mengerti, lebih baik kamu pulang dan kembali besok." Ucap Pak Dodi.
Alana hanya bisa diam menerima, meski khawatir akan di pecat, tapi semua sudah terjadi, Alana hanya bisa mengikuti apa yang di mau atasan nya itu.
Saat sampai di parkiran. Alana menyalakan motor nya, namun Motor nya tidak bisa menyala, ia pun dengan kesal mengoyang-goyanhkan motor nya dengan kesal karena tidak bisa di ajak bekerja sama.
Suasana hati yang sedang membuat Alana memutuskan untuk membiarkan motor nya berada di parkiran kantor. ia lalu berjalan keluar dari halaman kantor dan menunggu taxi di atas trotoar.
Namun sebuah mobil mewah berhenti di depan nya, Alana tak menghiraukan nya dan berfikir orang yang sedang menepi. Namun seseorang yang keluar membuat Alana menelan Saliva nya.
"Tuan Kenzo." Ucap Alana.
Kenzo yang mendengar nama nya disebut pun tersenyum. "Kita bahkan belum berkenalan, tapi kamu sudah tahu nama ku." Ucap Kenzo.
"Em, Saya liat di kartu nama yang Tuan berikan pada saya." Ucap Alan tersenyum ragu-ragu bercampur takut.
Kenzo lalu mengulurkan tangan nya pada Alana, Alana melihat tangan laki-laki itu lalu menyambut nya.
"Kita belum kenalan kan?." Kata Kenzo, Alana mengangguk pelan.
"Alana."
"Nama yang bagus, Kenapa kamu tidak menghubungi saya?." Tanya Kenzo.
"Em Tuan, saya tidak bermaksud melarikan diri, saya hanya sedang ada masalah, Tapi kalau boleh tahu berapa yang harus saya ganti?." Tutur Alana.
Kenzo tersenyum melihat Alana yang tampak tak semangat dan takut saat bertanya berapa kerugian yang akan ia ganti.
"Tidak banyak, hanya makan siang bersama ku." Ucap Kenzo.
"Apa?, ini serius kan?." Tanya Alana.
"Iya, kau mau kan?." Tanya Kenzo.
Alana tersenyum dan mengangguk dengan cepat. "Hanya makan siang bersama, tidak berat." Gumam Alana.
"Kalau begitu, ayo masuk mobil, kita cari restoran terdekat saja." Kata Kenzo.
Alana tak bergerak, ia ragu untuk masuk ke mobil orang asing.
"Tenang saja, aku bukan orang jahat." Kata Kenzo.
Alana pun segera melangkahkan kaki nya dan masuk ke dalam mobil Kenzo, Kenzo membawa mobil ke sebuah restoran terdekat.
"Hari ini 2 kesialan menimpa ku, tapi dengan orang yang berbeda dan watak yang berbeda pula, Tuan Kenzo sangat baik, berbeda dengan Tuan Alvaro, dia sangat menyebalkan." Batin Alana ketika kembali mengingat sosok Alvaro.
"Apa kau sudah pulang bekerja?, Atau keluar untuk cari makan?." Tanya Kenzo.
"Ada sedikit masalah di kantor, jadi saya pulang lebih awal." Ucap Alana.
"Bukan karena di pecatkan?." Tanya Kenzo.
"Seperti nya tidak, tapi tidak tahu juga." Balas Alana.
Kenzo tersenyum melihat Alana. "Kamu sangat Lucu Alana." Batin Kenzo. Alana hanya membalas dengan senyuman kilas.
Setelah sampai di sebuah Restoran mereka pun makan bersama. Alana yang memang tidak jadi makan saat di kantin pun makan begitu lahap, apa lagi ia tahu kalau Kenzo akan mentraktir nya makan.
Setelah dari restoran, Alana dan Kenzo ke sebuah Cafe untuk mengobrol sejenak, Sikap Kenzo yang baik dan tutur kata yang lembut membuat Alana merasa nyaman, hingga mereka pun tanpa terasa sudah mengobrol beberapa jam dan hari mulai sore.
"Tuan, terima kasih untuk hari ini." kata Alana saat mobil Kenzo membawa nya pulang sampai di depan rumah.
"Sama-sama Alana." ucap Kenzo tersenyum.
Alana lalu membuka pintu mobil Kenzo untuk keluar namun Kenzo menahan nya.
"Alana." Panggil Kenzo dan Alana kembali menoleh.
"boleh aku minta nomor ponsel mu?." tanya Kenzo.
Alana sejenak melihat Kenzo, ia ragu untuk memberikan ponsel pad orang baru, tapi apa salah nya memberikan pada nya, Karena Kenzo tampak seperti orang yang baik.
Alana lalu turun dari mobil setelah memberikan nomor ponsel nya dan ia melambaikan tangan nya pada Kenzo sebelum ia memasuki pagar rumah, Kenzo pun mengangkat tangan nya membalas Alana.
"tak menyangka aku bertemu dengan 2 karakter yang berbeda hari ini, dia tak seperti Tuan Alvaro yang galak.
Alana masuk ke dalam rumah dan ayah nya sedang duduk dan seperti nya memikirkan sesuatu. Alana sejenak menatap ayah nya dengan heran, sebelum tiba-tiba seorang wanita paru baya menghampiri Alana.
"Alana, kamu sudah pulang nak, Papa ingin bicara sama kamu." ucap Bu Susi yang adalah Ibu tiri Alana.
"Bicara apa Ma?." tanya Alana.
"kita bicara disana, ayo Alana." ajak Bu Susi, Alana pun mengikuti dan menghampiri ayah nya yang duduk di sofa ruang tamu.
Alana adalah anak tunggal dari pak Herman dan Bu Niah, namun setelah ibu Niah meninggal dan pak Herman kembali menikah dengan Bu Susi, Alana pun menjadi anak sulung dan memiliki seorang adik tiri bernama Luna, Luna adalah anak dari pernikahan pertama Bu Susi dengan suami terdahulu.
"Papa kenapa wajah nya begitu?, papa lagi sakit?." tanya Alana.
Pak Herman membuang nafas berat dengan wajah yang sedih, sejenak melihat putri nya itu sebelum ia memulai pembicaraa.
"Alana, Ada yang ingin Papa bicarakan sama kamu." kata Pak Herman.
"Bicara apa pa?, Seperti nya serius sekali." tanya Alana.
"Alana, Papa mau menjodohkan kamu dengan rekan bisnis papa." kata Pak Herman membuat Alana terkejut.
"Alana gak mau Pa, Alana belum mau menikah." jawab Alana dengan tegas.
"Alana perusahaan Papa sedang dalam masalah, hanya dengan kamu menikah dengan dia, dia akan membantu perusahaan Papa, dia masih muda Alana, dia juga mapan, tidak ada salah nya menikah dengan nya." tutur Pak Herman.
"Alana gak mau Pa, Alana kan gak kerja di perusahaan Papa, kenapa tidak Luna saja, dia yang bekerja di perusahaan Papa kan."Tutur Alana.
"Aku kan akan segera menikah dengan mas Tom kak." Luna yang baru keluar dari kamar menyahuti.
"dia mau nya menikah sama kamu Alana, dia ingin anak Sulung Papa, Kamu harus membantu Papa Alana, kalau kamu tidak mau menikah dengan nya, atau Papa akan menjual semua Aset perninggalan mama kamu, untuk menutupi semua nya." ucap Pak Herman.
Alana yang mendengar mengepalkan tangan nya, memgenggam tas nya menahan rasa kesal nya yang rasa ingin memaki ayah nya. Mata Alana melihat Luna dengan tatapan sinis tidak suka, Luna menanggapi nya biasa saja.
Flashback
Setahun yang lalu Alana memiliki seorang kekasih yang sangat ia cintai yaitu Tom, laki-laki yang kini menjadi kekasih adik tirinya.
Hubungan kedua nya tak mendapatkan Restu padahal mereka sudah dekat 2 Tahun, hingga Akhir nya Tom mengajak Alana untuk mengakhiri hubungan mereka yang tak mendapatkan Restu orang tua.
Alana pun mencoba untuk belajar menerima nya, meski sebenarnya kedua nya saling mencintai, Alana mengerti Tom tak mau melawan kehendak orang tua nya.
Namun saat sudah putus dan berjalan masing-masing, Alana harus menerima Rasa sakit yang berlipat saat ia mendengar kalau Tom di jodohkan dengan adik nya sendiri. Sulit untuk Alana mengerti dan terima kenapa keluarga Tom melakukan ini pada nya.
Hal itu lah yang membuat Alana mencoba untuk bangkit, karena kini ia tahu Tom bukan laki-laki yang pantas untuk ia tangisi, perasaan yang dulu adalah Cinta kini berubah menjadi benci yang teramat dalam di hati Alana.
Flashback selesai
Alana lalu bangkit dari duduk nya. "papa belum selesai bicara Alana."Kata pak Herman.
"Aku capek mau istirahat." jawab Alana sembari melangkahkan kaki nya pergi dari ruang tamu.
Pak Herman pun menyandarkan tubuh nya di sandaran kursi, kebimbangan sedang menyelimuti perasaan Pak Herman.
Alana masuk ke kamar dan melihat foto ibunda nya. "Ma, kenapa Papa semakin tak bisa memikirkan perasaan ku, dia memaksa ku seperti itu, padahal aku akan anak kandung Papa."Ucap Alana pada foto ibu nya.
Air mata pun menetes di atas foto itu dan membasahi kaca pada foto itu.
Alana tak pernah mau bekerja di perusahaan Ayah nya, karena ia tak pernah lagi sejalan dengan ayah nya setelah ayah nya menikah lagi, Bu Susi yanh menjadi ibu tiri Alana tidak lah buruk, tapi ia lebih menyayangi Luna anak nya sendiri dari pada dirinya.
hingga saat perusahaan terkena masalah Alana tentu saja tak mau ikut campur, namun perkataan ayah nya yang ingij menjual aset rumah, tanah, perhiasan yang di tinggalkan alm ibu nya membuat Alana merasa sangat terluka.
Tok
Tok
Tok
Suara ketukan pintu kamar Alana membuat wanita itu lansung menyekat air mata nya, ia pun membuka pintu kamar nya dan melihat ayah nya yang datang menghampiri nya.
Alana membiarkan pintu terbuk dan agar ayah nya masuk. Alana berdiri membelakangi ayah nya dan berdiri menghadap keluar jendela. Sementara Pak Herman duduk di tepi tempat tidur putri nya.
"maafkan Papa Alana, Papa tidak bermaksud mengancam kamu Alana, Papa hanya sedang banyak pikiran dan tidak tahu apa yang meski Papa lakukan saat ini, Tak mungkin Papa menjual aset-aset peninggalan Mama kamu, itu adalah hak mu Alana." Ucap Pak Herman dengan pelan.
"Sekarang terserah kamu, kalau kamu tidak mau menerima perjodohan ini, Papa tidak akan memaksa kamu, Apa pun yang menjadi keputusan kamu."Lanjut pak Herman. Alana menarik nafas berat dan membuang nya perlahan.
"kalau sesuatu terjadi pada Papa, Kamu harus ingat untuk selalu menjaga dirimu, kamu sudah dewasa, Papa percaya kamu bisa." kata Pak Herman yang terdengar sangat sendu.
Alana yang mendengar pun heran dan bertanya-tanya apa yang akan terjadi memang nya dengan Ayah nya, tapi pertanyaan itu hanya tersimpan di dalam hati nya, ia masih marah dan kecewa pada ayah nya.
"papa keluar dulu" Kata pak Herman lagi, ia lalu berjalan mendekati Alana dan mengelus rambut putri nya, Air mata Alana pun menetes kembali, namun ia masih dalam diam nya.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!