Dipaksa Menikah Bagian 1
Oleh Sept
Rate 18 +
Ernest International HOTEL
Di sebuah ballroom, nampak semua sudah didekor dengan sempurna. Sebentar lagi akan diselengarakan sebuah pesta pernikahan yang cukup besar.
Beberapa media bahkan nampak menunggu di tempat yang sudah disediakan. Maklum, ini adalah pesta pernikahan salah satu pengusaha terkaya di negeri ini.
Akan tetapi, ketika semua sudah siap, mendadak sang pengantin wanita menghilang. Tiba-tiba saja, ibu dari sang mempelai panik, saat mendapati ruang ganti pengantin yang nampak kosong.
Tap tap tap
Seorang ibu-ibu berlari sambil mengangkat ujung kebaya yang ia kenakan. Wanita paruh baya itu terlihat panik saat menatap suaminya. Wajahnya terlihat panik. putrinya menghilang secara tiba-tiba.
“Ada apa, Ma?” Papa mengerutkan dahi, istrinya bicara terlalu cepat. Ia susah untuk mencernanya.
“Sofi, Pa! Sofi kabur,” ucap Mama dengan bibir bergetar.
Sebuah kejadian yang tidak pernah ia bayangkan. Sofia, putrinya itu kabur di hari pernikan yang sudah di depan mata. Terlihat wajah Mama penuh dengan ketegangan. Riasannya mulai luntur karena kucuran keringat akibat cemas yang berlebihan.
Papa Sofi langsung bergegas memeriksa ruang ganti pengantin, dengan mata kepalanya sendiri pria paruh baya itu menyaksikan ruangan telah kosong tak berpenghuni. Papa shock, hampir saja ia jatuh. Untung mama datang dan menahan tubuh papa agar tidak tumbang.
Kaburnya Sofi menjadi serangan mengejutkan bagi keluarga. Bagaimana tidak putri mereka hilang saat acara pernikahan. Sedangkan yang dicari, kini sedang duduk di dalam sebuah mobil bersama kekasihnya. Tentunya bukan calon suami, tetapi pacar yang tidak direstui kedua orang tuanya, Juna.
“Gila kamu Sof, bagaimana kalau nanti kita ketangkep,” ujar Juna di balik kemudi. Ia takut membawa calon pengantin orang kabur dari pelaminan.
Sofi hanya diam, ia enggan menangapi Juna. Bisa lolos dari pernikahan ini rasanya sudah melegakan baginya. Sofi bukan anak kecil lagi, yang harus menurut pada kedua orang tua. Dia tidak suka dengan calon suami yang papa pilihkan.
Mana mau Sofi dinikahkan dengan pria dewasa dan arrogant itu. Ia lebih baik memilih kabur bersama pacarnya, Juna. Pria muda, ganteng dan macho dan yang jelas mencintai Sofi.
***
Saat ini di sebuah gedung pernikahan, di salah satu hotel bintang tujuh, terjadi kegaduhan yang besar, para tamu undangan sudah bisik-bisik mengosipkan kaburnya sang pengantin perempuan. Karena jadwal acara yang mundur dari jam yang sebelumnya sudah ditulis dalam undangan.
Mama tidak berani keluar ruangan, wajahnya sudah sangat malu akibat tingah putri semata wayangnya. Sementara itu, suaminya sibuk menghubungi beberapa orang untuk segera mencari Sofi sampai ketemu.
Sedangkan ekspresi calon pengantin pria nampak datar, dia sepertinya sudah bisa menebak apa yang akan terjadi. Tidak ada raut kemarahan atau sedikit kepanikan di parasnya yang tampan. Dia kembali teringat pertemuan dengan Sofi beberapa waktu lalu ketika fitting baju pengantin.
Flashback on
“Jangan harap aku mau menikah denganmu!” ujar Sofi lantang sambil menatap benci pada calon suaminya.
Seorang CEO di sebuah perusahaan besar di ibu kota.
“Batalkan saja, kalau kamu bisa!” cetus pria tersebut.
Ia terang-terangan menantang Sofi. Pria pemilik resort yang tersebar hampir di seluruh penjuru negeri, menantang Sofi untuk membatalkan pernikahan mereka.
Ya, selain CEO. Dia juga memiliki bisnis lain. Dia merupakan salah satu orang terkaya dan masuk dalam jajaran nama-nama pengusaha paling sukses di sebuah majalah bisnis.
Melihat kesombongan calon suaminya, Sofi makin geram.
“Jangan menyesal, bila nanti kita tidak jadi menikah,” tukas Sofi, sembari melempar senyum sinis pada pria tersebut. Calon suami yang tidak pernah Sofi harapkan.
Di tengah-tengah debat mereka, seorang karyawan butik menghampiri mereka berdua. Menjadi penutup debat di antara keduanya. Karyawan tersebut tersenyum ramah pada Sofi, ia menyerahkan gaun pengantin yang akan Sofi kenakan beberapa minggu ke depan.
“Silahkan dicoba, Nona.” Karyawati tersebut langsung meninggalkan ruangan setelah menyerahkan gaun pada pelangan.
Dengan malas, Sofi masuk ruang ganti. Ia melepas semua pakaian yang menempel pada tubuhnya, mengganti dengan gaun pengantin yang elegan dan mewah itu. Gaun warna putih dengan manik di sekujur permukaanya yang menjuntai begitu indah. Bila ini adalah pernikahan yang Sofi inginkan, pasti hatinya merasa senang.
Srekkk...
Seseorang membuka tirai ruang ganti. Sofi begitu terkejut ketika Garda berdiri tepat di belakangnya. Ia bisa menatap bayangan Garda lewat pantulan kaca.
“Apa yang kamu lakukan? Pria cabulllll!” desis Sofi dengan kesal.
Tidak peduli dengan rutukan Sofi, pria bernama lengkap Garda Arkasa Rajasa tersebut berjalan mendekat ke arah Sofi. Gadis yang semula nampak berani itu mulai menciut nyalinya tak kala Garda menatapnya dengan tatapan yang tidak biasa.
“Keluar!” teriak Sofi yang sudah merasa sangat ketakutan. Tergambar jelas kecemasan di wajah cantiknya. Rupanya gadis itu tidak punya nyali jika Garda benar-benar menantangnya.
“Kamu cantik dengan gaun ini," bisik Garda.
Pria itu lantas mendekat, ia memasang resleting Sofi yang belum terpakai secara sempurna. Hembusan napas Garda begitu terasa ketika tubuh keduanya saling berdekatan.
Membuat Sofi bergidik.
“Keluar!” usir Sofi yang semakin panik.
“Kamu semakin menarik jika marah,” Garda menatap paras Sofi, ia sudah sangat jatuh hati pada gadis tersebut. Dan Sofi tambah marah, berani-beraninya Garda masuk ke ruang ganti tanpa permisi.
CUP
Saat akan keluar dari ruang ganti karena Sofi berulang kali mengusirnya, Garda kembali berbalik. Ia mendaratkan sebuah ciuman singkat di bibir calon istrinya tersebut.
Mata Sofi langsung terbelalak, ia langsung mendorong tubuh Garda dengan sangat kuat. Berani sekali pria itu menyetuh dirinya? Api amarah seakan siap membakar siapa saja yang ada di dekat Sofi kala itu.
“Aku tinggalkan jejak di setiap apa yang menjadi miikku!” ucap Garda sembari meninggalkan Sofi yang tertegun karena aksi gilanya.
“Pria gila! Menjauh dariku!” teriak Sofi dengan kencang, ia merasa sangat prustasi karena Garda berani menyentuhnya.
Pria itu malah tersenyum tipis mendengar makian yang keluar dari bibir pedas Sofia. Pria tersebut tak bergeming, tetap melaju membusungkan dadanyaa yang bidang. Ocehan Sofi bagai denggungan lebah di telinganya, tidak ada artinya, lewat begitu saja.
Dengan penuh emosi Sofi melepas gaun pengantin yang melekat pada tubuhnya, entah berapa manik yang terlepas dari gaun pengantin itu. Ia tidak peduli, ini bukan gaun yang ia inginkan, bukan pula pernikahan yang ia dambakan. Matanya memerah, marah bercampur kesal ada di dalam sana.
Ini semua gara-gara papanya, bila saja sang papa tak menyetujui lamaran Garda beberapa waktu lalu pasti ia akan merasakan hawa kebebasan. Tidak seperti sekarang, bagai terpenjara dalam pernikahan paksa yang sudah ditetapkan.
Flashback End
Begitulah hari pertemuan terakhir mereka, sekarang Sofi memang memakai baju yang sempat ia coba di depan calon suaminya. Namun, ia tidak berada di tempat yang semestinya. Gadis itu kini telah kabur bersama pacarnya. Meninggalkan Garda sendiri di pelaminan.
Mungkin calon suaminya terlihat tenang dan hanya diam, tapi pria itu sesungguhnya sudah memiliki sebuah rencana lain. Sebuah rencana besar yang tidak akan pernah terbayangkan oleh Sofi sebelumnya. Ia tidak akan pernah melepas calon pengantinnya, tidak akan. Harga dirinya terlalu besar untuk direndahkan. Jangan sebut namanya jika ia tidak bisa mendapatkan Sofi dalam satu malam.
Mata pria tersebut menajam menatap kerumunan orang yang sedang sibuk membicarakannya.
“Sof, tunggu sampai aku mendapatkanmu. Balasan dariku akan seribu kali lebih dari pada perbuatanmu saat ini,” gumam Garda dengan tangan yang mengepal tapi wajahnya tetap tenang dan dingin. Seolah sedang menanti pengantinnya yang akan datang sebentar lagi.
Drettt drett
Ponselnya tiba-tiba bergetar, ia tersenyum puas melihat layar ponselnya.
"Bawa dia kemari," Garda kembali menatap foto yang dikirimkan oleh anak buahnya yang melakukan pengejaran pada Sofi.
"Ingat, jangan sampai ada luka lecet pada tubuhnya! Bila itu terjadi, kalian pasti tahu akibatnya," tambah Garda. Ia tidak ingin sampai calon pengantinnya terluka. Biarlah ia yang akan memberikan luka pertama pada gadis yang cukup berani membuatnya marah.
***
Garda menelusuri kerumunan, ia mencari sosok papa mertua. Setelah cukup kesulitan mencari calon mertuanya itu, akhirnya ia mendapati sosok papa Sofi yang nampak serius berbicara di ujung telpon. Mungkin Ayah mertuanya itu juga sibuk mencari Sofi yang kabur pagi ini.
"Pa," Garda menepuk pundak calon mertuanya.
Papa Sofi langsung menoleh ketika ada yang menepuk pundaknya. Wajahnya nampak terkejut.
Garda membisikkan sesuatu ke pada mertuanya itu. Terlihat raut wajah pria paruh baya itu langsung berubah, sepertinya masalah sudah selesai. Ia bisa bernapas dengan lega.
Di tempat yang berbeda, seorang gadis meronta-ronta ketika sebuah lakban menutupi mulutnya dengan rapat. Tangannya terikat tali, sebuah tali dari kain yang lembut melingkar di tangganya. Sesuai arahan big boss, mereka memperlakukan gadis tersebut dengan perlakuan eksta.
Nyatanya Sofi sudah gagal lari dari pernikahannya, Pak Bos tidak menyukai ini. Sofi bersiap-siaplah, sebentar lagi Garda akan mencincangmu dengan lembut. Bagaimana nasib Sofia Kelana Ayunda selanjutnya? Apa yang akan Garda Arkasa Rajasa lakukan pada dirinya?
Jangan lupa, jempolnya digoyang yaaaa. Heheheh ...
Tekan favorite, Dan like setiap Bab. Biar performa oke, dan dimudahkan proses kontrak karya. Aamiin.
Ikuti juga instagramm Sept : Sept_September2020
Fb : Sept September
Ikutin juga give away ya. Kirim hadiah ke novel ini.
Judul : Dipaksa Menikah
Pengumuman tanggal 1 bulan depan.
Hadiah berupa pulsa ratusan ribu siap meluncur kepada pemenang. Juara 1-10.
Cuss ya .... Terima Kasih.
Baca juga novel Sept yang lain
Dinikahi Milyader
suami Satu Malam
Dipaksa Menikah
Wanita Pilihan CEO
Dea I love you
Kanina Yang Ternoda
cinta yang terbelah
menikahi pria dewasa
Pernikahan Tanpa rasa
The Lost Mafia Boy
Menikahi pria Cacat
suamiku Pria Tulen
dokter Asha and KOMPOL Bimasena
crazy Rich
selengkapnya kalian bisa klik profile Sept
Terima kasih
Dipaksa Menikah Bagian 2
Oleh Sept
Rate 18 +
Garda sama sekali tidak cemas saat mengetahui calon mempelai pergi. Pria itu terlalu percaya diri, karena ia selalu mendapat apapun kemauannya. Sekali perintah, semua anak buahnya langsung bertindak. Baginya, mencari calon istri yang kabur bukan perkara sulit.
Terbukti baru beberapa saat Sofi menghilang, ponsel Garda langsung berdering. Sofi sudah ditemukan. Kini ia bisa bernapas lega. Karena tidak ada yang bisa mengangalkan acara pernikahan pria arrogant tersebut.
Sementara itu, suara-suara sumbang dalam gedung pernikahan sudah dapat dikondisikan, suasana yang semula genting kini kembali tenang. Terdengar kabar bahwa pernikahan akan tetap diadakan, tapi akan mundur dari jadwal yang semula sudah direncanakan.
***
Beberapa saat kemudian, mobil yang membawa Sofi sampai juga di depan gedung pernikahan. Lewat sebuah pintu khusus VIP, mereka membawa masuk Sofi dengan diam-diam. Jangan sampai ada yang melihat, mereka melakukan semua dengan tenang dan sempurna. Itu adalah perintah dari Garda.
"Siapa yang menyuruh kalian?" tanya Sofi dengan kesal. Begitu tidak ada yang menghalangi mulutnya untuk bicara. Lakbannya kini sudah dilepas.
Jangankan menjawab, menoleh saja tidak. Para anak buah CEO Rajasa group tersebut enggan menangapi ocehan gadis cerewet itu. Buang-buang waktu, tidak ada manfaatnya sekali. Tugas mereka hanya membawa Sofi ke hadapan sang CEO.
Garda sendiri adalah salah satu pengusaha yang disegani di kalangan terbatas, kalangan elit yang terdiri dari kalangan paling atas. Ia terkenal dengan tangan dinginnya, usaha yang ia kembangkan akan melesat dengan sukses. Sudah terbukti dengan banyaknya resort yang ia bangun, terutama di pulau di luar negari. Bahkan Garda sempat ditawari salah satu putri sultan di sana, sayang ia menolak. Meski umurnya sudah sangat matang, Garda enggan mengakhiri masa lajangnya.
Hingga akhir tahun lalu ia bertemu dengan seorang gadis yang membuatnya tertarik. Pertemuan yang tidak disengaja membuat Garda yang semula enggan menikah langsung goyah dengan pendiriannya itu. Ia malah kepincut dengan seorang gadis, Garda jatuh cinta dengan caranya yang berbeda.
Bukan kata-kata cinta yang ia ucapkan pada gadis yang ia sukai, bermodal tampang dan harta ia datang ke kediaman Sofi. Meminta pada orang tuanya secara langsung.
Bagaimana bisa, tiba-tiba ada yang datang ke rumah untuk melamarmu? Bertemu saja baru sekali. Itulah yang membuat Sofi menentang keras perjodohan ini. Gadis itu semakin kecewa, lantaran sang papa serta mamanya justru mendukung Garda. Demi harta mereka menjual anak mereka, itu yang dipikirkan oleh Sofia.
Pada kenyataanya, orang tua Sofi hanya ingin anaknya hidup bahagia dengan harta yang berkecukupan.
***
Kembali ke masa sekarang, gadis tersebut masih terlihat geram. Ia penasaran siapa yang menyuruh para penculik itu, belum sempat pertanyaanya terjawab. Seseorang membuka pintu ruangan. Orang-orang yang menculik Sofi menundukkan kepala mereka serempak, bersikap hormat pada orang yang baru datang.
Garda mengangkat sebelah tangannya, tanda mereka harus meninggalkan tempat ini sekarang.
“Harusnya aku tahu. Kamu memang pria gila," rutuk Sofi, sorot matanya menyala menahan kesal pada calon suaminya.
Sang CEO hanya tersenyum datar, tidak menangapi apa kata calon istrinya. Ia tahu gadis itu sedang frustasi berat, lantaran telah berhasil ditangkap setelah mencoba lari darinya.
“Jangan macam-macam, aku bisa melakukan sesuatu yang tidak bisa kau banyangkan,” bisik Garda penuh ancaman.
"Jangan bicara omong kosong!” Sofi mencoba menendang. Namun, gagal karena Garda dengan sigap menghindar.
“Jangan bicara kasar, apalagi denganku!” balas Garda tak kalah sengit. Ia balik menatap ke dalam mata Sofi dalam-dalam.
“Apa pedulimu, urus urusanmu sendiri!” Sofi berteriak marah, ia meluapkan semua unek-uneknya pada pria tersebut. Karena sudah tidak tahan lagi.
“Aku peduli, karena kau akan menjadi milikku sebentar lagi!” Garda meraih dagu Sofi, ia kemudian menciumm calon pengantinnya dengan paksa.
Merasa Garda sudah sangat keterlaluan padanya, Sofi pun mengigit bibir bawah pria itu. Membuat Garda mendesis, kemudian mengusap bibirnya yang sedikit terluka.
“Ish, apa yang kau lakukan!”
Tanpa rasa takut sedikit pun Sofi memandang pria yang nampak marah di depannya saat itu.
“Berani sekali kau!” Dengan kasar Garda melepas semua ikatan yang mengikat Sofi.
Anehnya setelah ikatannya lepas, bukannya lega gadis tersebut tambah takut. Wajah calon suaminya saat ini berbeda dengan sebelumnya. Pria itu bagai srigala lapar yang akan memakannya. Sofi bergidik ngeri.
"Ya Tuhan, apa yang akan dilakukan pria ini!" ucap gadis itu dalam hati.
“Apa yang kamu lakukan?” Sofi beringsut ia merasa terancam, tubuhnya terus terdorong ke belakang.
“Harusnya kita melakukannya nanti malam, karena kamu keterlaluan. Aku akan memberi hukuman, sekarang!” Garda menatap Sofi dengan dalam. Membuat gadis itu tak berkutik.
DEG
Jantung Sofi seketika berdegup kencang, tubuhnya bergetar. Bila ia tidak bersandar pada dinding di belakangnya mungkin tubuhnya akan merosot ke bawah. Sofi terlihat benar-benar ketakutan. Ke mana gadis pemberani yang tadi terlihat menantang Garda tersebut? Sofi berubah jadi kelinci kecil yang ketakutan.
“Hentikan,” teriak Sofi panik, ia memeluk tubuhnya sendiri. Ia benar-benar takut dengan pria di depannya saat ini.
“Aku bahkan baru memulainya, apa yang harus aku hentikan?” tanya Garda dengan sinis.
Sofi semakin terpojok, mau lari tapi langkahnya sudah terkunci. Mau melawan, jelas Garda bukan tandingannya. Pria dengan tubuh tegap itu tidak akan bisa ia lawan dengan kekuatan fisik.
Tiba-tiba ia memiliki ide. Sofia langsung memulai akal bulusnya.
"Stop! Hentikan, tolong hentikan. Aku akan melakukan apa maumu tapi tolong hentikan dulu," ujar Sofi.
Garda menatap tidak percaya pada gadis penipu ini, baginya Sofi hanya sedang mengulur waktu saja.
"Lakukan sesukamu, aku akan melakukan dengan caraku," Garda langsung menyerang Sofi.
"Hentikan!" teriak Sofi panik.
Tiba-tiba mata Sofi berkaca-kaca. Gadis itu sudah berada pada titik ketakutannya.
Merasa sukses membuat Sofi mati ketakutan, Garda mengakhiri aksinya.
"Rapikan pakaianmu, Aku akan memanggil make up artis ke mari!" Garda pergi begitu saja meninggalkan Sofi yang sudah gemetaran.
"Laki-laki gila!" umpat Sofi dengan deraian air mata di kedua pipinya.
Tok tok tok
Ada yang mengetuk ruangan tempat Sofi menangis meratapi nasibnya, yang harus menerima pernikahan paksa kali ini.
"Masuk!" ucap Sofi dengan suara serak.
Seseorang masuk ke dalam ruangan terlihat terkejut, menyaksikan penampilan calon pengantin yang seperti habis tersapu angin beliung.
"Oh My God! apa yang terjadi? Mengapa jadi begini? Apa yang mereka lakukan kepada pengantin yang cantik ini?"
Sang make over sudah bicara yang bukan-bukan, ia berbicara seperti kereta. Panjang dan tidak bisa dihentikan.
Masih menatap tak percaya, pria gemulai itu pun mengeluarkan semua kemanapun yang ia miliki. Waktunya sangat terbatas, hasil harus maksimal.
Sebelum ia memulai merubah Sofi, ia berkacak pinggang. Harus mulai dari mana? Tatanan mahluk di depannya saat ini sungguh berantakan. Sofi nampak seperti pasukan habis pulang dari perang.
Pria itu kemudian mengamati Sofi sekali lagi, ia mendekati wajah calon pengantin. Memeriksa semua riasan yang sudah hancur berantakan. Mungkin ia bingung, mau mulai dari mana.
Beberapa saat kemudian ...
Pria gemulai itu tersenyum menatap wajah Sofia.
"Beautiful!" gumamnya bangga.
BERSAMBUNG
Baca jugaaa ya novel Sept yang lain. Hehhe.. Makasih banyakkkk...
Dipaksa Menikah Bagian 3
Oleh Sept
Rate 18 +
Rencana Sofi untuk kabur dari pernikahannya gagal sudah. Entah punya kekuatan apa, sehingga Garda dengan mudah mengetahui keberadaannya.
Hari itu juga, Sofi jatuh di tangan Garda lagi. Belom beberapa jam, Sofi sudah tertangkap. Masalah tidak sampai di situ, karena setelah bertemu Garda, pria itu malah menjadi-jadi.
Jantung Sofi hampir copot, ia ketakutan saat Garda akan menyentuh tubuhnya. Untung saja, kini ia bisa lolos. Namun, harus menghadapi kenyataan. Yaitu menikahi pria arrogant dan menjengkelkan tersebut.
***
Di suatu ruangan, riasan Sofi yang semula hancur. Kini terlihat sempurna kembali. Wajahnya yang semua coreng moreng dengan maskara yang berantakan, sudah kembali cantik seperti sedia kala.
Semua berkat tangan terampil pria gemulai yang kini menatap Sofi dengan kagum. Mungkin ia iri dengan kecantikan gadis tersebut.
Beberapa saat lalu, jari jemarinya menari-nari indah di kulit wajah Sofia yang halus. Ia akan menjadikan wanita di depannya tersebut bagai bidadari kayangan yang turun ke bumi.
“Perfecto!” komennya saat menatap takjub pada maha karyanya.
“Tuan Garda pasti akan senang, beruntungnya kamu, Nona.”
Pria gemulai itu menatap Sofi penuh arti. Ia seakan iri dengan Sofi, kalau boleh tukar nasib ia mungkin akan yang mendaftar duluan, itulah isi hati pria gemulai yang super lentur tersebut.
"Beruntung? Apa aku tidak salah dengar? Aku merasa orang paling sial hari ini!" gumam Sofi jengkel. Ekspresinya datar, tidak ada rona bahagia selayaknya pengantin yang akan menikah.
Setelah selesai dengan tugasnya, tukang make up itu pun menerima cek dengan angka yang fantastis. Ia bisa terbang ke Swiss dan menginap beberapa minggu dari bayaran melukis Sofi. Duh, senang sekali hatinya. Ia berdoa, semoga Tuan Garda sering-sering memanggil dirinya. Ia kemudian terkekeh sembari melangkah meninggalkan ruang VIP.
Selesai dengan make up yang kembali nampak sempurna, kini datang lagi dua orang wanita membawa gaun pengantin baru. Mereka ditugaskan khusus membantu calon pengantin untuk berganti pakaian, karena gaun Sofi yang sebelumnya sudah rusak dan terlihat lusuh saat ini.
"Aku bisa sendiri, tinggalkan itu disini!” titah Sofi pada dua wanita yang datang ke ruangannya.
“Maaf, Nona. Ini perintah!” ucap salah satu dari wanita tersebut dengan tegas. Sorot matanya tajam, menatap Sofi yang sudah membuat tuan Garda dalam masalah besar.
"Bagaimana bisa, gadis ini berani lari dari Tuan Garda?" batin wanita tersebut, mungkin dia juga iri dengan Sofi yang akan menikah dengan pria kaya raya bernama Garda tersebut. Pria dambaan semua kaum hawa.
Sementara itu, dengan berat hati Sofi membiarkan dua wanita itu menganti gaun yang ia kenakan. Rasanya ia ingin berteriak pada pria arogan itu. Sungguh Sofi ingin menghilang saja, dari pada harus menikah dengan seorang yang bernama Garda Arkasa Rajasa tersebut.
Gadis itu benar-benar sudah putus asa, kemanapun ia lari, Garda pasti akan bisa menangkapnya.
“Nona, tolong tegapkan punggungmu!” perintah wanita yang memakaikan gaun baru pada tubuh Sofi.
Merasa sangat prustasi, Sofi hendak mengusap wajahnya. Tapi tidak jadi, nanti riasannya hancur. Entah apa yang akan dilakukan calon suaminya bila ia berulah lagi. Terakhir pria berhati baja itu tampak marah pada dirinya. Sofi hanya bisa mengepalkan jari-jari tangannya.
Ketika salah satu dari wanita pembawa gaun memasang veil di rambut Sofi, perasaan gadis tersebut semakin gelisah. Detik-detik pernikahan sudah semakin di depan mata.
“Sudah siap, Nona!” Wanita itu mempersilahkan Sofi untuk bercermin.
Jangankan bercermin, untuk beranjak saja Sofi sangat enggan. Bila bisa ia ingin menghilang sekejap mata. Lagi-lagi Sofi ingin menghilang, sekedar menghindar dari pernikahan paksa ini.
“Nona,” yang dipanggil tidak bergeming sama sekali.
Sofi diam, tapi ketika terdengar suara pintu terbuka ia langsung berdiri seketika, Ia lantas berjingkat.
"Pasti pria arogan itu yang datang," pikir Sofi. Ia bersikap siaga ketika ada yang masuk ke dalam ruangan.
Benar saja apa yang dipikirkan olehnya, yang datang adalah Garda dengan wajah datarnya, tapi terlihat berkarisma. Pria tampan dan bertubuh tegap itu bisa menjerat tiap gadis yang menatapnya, namun sayang. Tidak dengan Sofi, gadis itu sangat membencinya.
“Tinggalkan kami!” perintah Garda pada dua wanita yang ada dalam ruangan.
Tidak menunggu perintah kedua, mereka meninggalkan ruangan begitu perintah keluar dari bibir Garda. Mereka tahu betul bagaimana bila tuannya marah. Dengan sikap profesional dua wanita modis itu pergi meninggalkan sepasang calon pengantin di dalam ruangan, hanya berdua.
Kini hanya ada Garda dan sofi dalam ruangan itu, pandangan pria tersebut tak lepas dari wajah Sofi yang sangat cantik. Ia menatap pengantin wanitanya dengan tatapan yang tidak biasa. Sebentar lagi gadis itu akan ada dalam gengamannya. Mendadak ia malah menyeringai penuh kemenangan.
“Masih ingin kabur?” Ia mencoba memprovokasi Sofi yang sudah bisa mengendalikan diri.
“Apa pedulimu?” ujar Sofi dengan sinis.
“Jelas aku peduli!”
Sofi menelan ludah, ia takut dengan sorot mata calon suaminya. Bagaimana bisa pria tampan itu nampak begitu menakutkan.
“Jangan macam-macam! Kabur sejauh yang kamu bisa. Tapi aku jamin kamu akan menyesal,” Garda meraih dagu calon pengantin wanitanya dengan kasar. Ia menurunkan sedikit wajahnya, perlahan mendekati Sofi.
“Apa yang kamu lakukan? Jangan berani menyentuhku!” Sofi dengan angkuh memalingkan wajahnya. Sebenarnya ia sangat ketakutan, tapi ia berhasil menutupi dengan pura-pura menantang tanpa takut.
Dan suatu penghinaan bagi Garda, bisa-bisanya gadis itu dengan berani menolak dirinya.
“Kamu milikku, ingat itu!” Garda menciummm pengantin wanitanya dengan lembut dan singkat.
"Jual semahal yang kamu mau, ayahmu sudah menjualmu padaku," batin Garda.
Sofi mendengus kesal, ia berharap bangun dari mimpi buruk ini. Mencoba lari dari kenyataan yang membuatnya terpuruk bila memikirkan menikah dengan seorang pria yang sangat dibencinya.
“Ayo keluar, sekarang!” titah Garda kemudian.
Pria itu menarik paksa lengan calon pengantin wanitanya. Namun, setelah berpapasan dengan beberapa tamu undangan, Garda melepaskan cengkramannya itu.
“Sof ...” seru Mama Sofi ketika menatap putrinya kembali. Ia langsung memeluk tubuh Sofi.
“Sudah Bu, bisa kita mulai acaranya?” sela WO yang menangani pernikahan Sofi dan Garda. Acara sudah ditunda terlalu lama, ia ingin acara dimulai dengan segera.
Garda pun mengangguk pelan, tidak dengan Sofi. Gadis itu nampak tidak bersemangat, seolah ia menunggu vonis hakim di kursi pesakitan.
“Pasang wajahmu yang benar!” perintah Garda ketika melirik wajah Sofi yang sudah mirip cucian yang belum disetrika, kusut dan tak sedap dipandang mata.
“Tidak usah peduli dengan wajahku!” ketus Sofi.
“Teruslah membuatku kesal, aku akan membalas seribu kali lebih kejam,” tukas Garda dengan tatapan mengancam.
DEG
Mendapat ancama kembali, Sofi menjadi tidak berkutik. Dengan terpaksa ia memasang senyum palsunya.
"Pria jahat,” gumam dalam hati.
Mereka berdua memasuki tempat yang sudah digelar karpet merah panjang dengan perasaan yang berbeda. Di atas karpet merah yang membentang panjang, Sofi dan Garda berjalan dengan perlahan.
Sepasang anak kecil laki-laki dan perempuan menaburkan kelopak bunga pada mereka berdua, menjadi pengantar hidup baru bagi keduanya. Sayang, Sofi tidak menyukai semua ini. Bila bisa, ia ingin pingsan saat ini juga. Ia tidak ingin menjadi istri dari CEO Ragasha Foundation tersebut. Tidak ingin, mimpi pun ia tidak mau. Lebih baik menjadi perawan tua dari pada harus hidup bersama Garda selamanya.
Tapi sayang, keinginan Sofi harus terkubur dalam-dalam. Karena pernikahan gadis itu, benar-benar sudah si depan mata.
BERSAMBUNG
Jangan lupa, tap love. Pencet tombol favorite, kasih like dan Komen yang banyakkk... Kita ngebut ya. Hehehehe...
Semakin banyak jempol, semakin semangat 45 hihihih
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!