NovelToon NovelToon

Istri Diatas Ranjang

Episode 1

Deg!

"Aku tidak bisa menikah dengannya Bu!" pekik Dave, pria berusia 27 tahun yang memiliki sikap lembut dan baik hati terhadap siapapun.

"Aku tidak mau menikah dengan wanita yang tidak aku cintai hanya karena Ibu penyebab dari kecelakaan keluarganya. Kita bisa memberikan mereka uang tanpa harus mengorbankan masa depanku. Aku tidak mau menikah dengan wanita itu!" lanjut Dave berjalan keluar kamarnya.

"Apa kamu tidak mau membuktikan cintamu pada Zena, Dave!" ujar Mika berjalan di belakang putranya yang keluar dari kamar.

Dave menghentikan langkahnya lalu menatap Ibu nya yang sedang menatapnya, "Apa maksud Ibu. Ini tidak ada hubungannya dengan Zena." Ketus Dave melanjutkan langkahnya.

"Jelas ada Dave! Karena yang Ibu tabrak adalah keluarga dari Zena. Apa kamu tidak memikirkan betapa hancurnya Zena saat mengetahui jika Ibu lah yang menabrak keluarganya!" jawab Mika membuat Dave menghentikan langkahnya terkejut.

"Deg!"

Bagai disambar petir di malam hari, jantung Dave seakan-akan berhenti berdetak.

"Ibu tidak bohong kan? Aku tahu, Ibu tidak mengenal keluarga Zena," tanya Dave menghampiri Ibu nya yang menjatuhkan bokongnya di sofa rumah.

"Tidak Dave, Ibu tidak berbohong. Kenyataannya Ibu lah penyebab kecelakaan mobil yang ditumpangi keluarga Zena, maafkan Ibu, Dave," ujar Mika menitikan air matanya.

"Tidak Bu! Ini tidak mungkin! Ibu tahu kan? Jika aku mencintai Zena, lalu bagaimana bisa ... bagaimana bisa Ibu menabrak keluarganya, " ujar Dave tak percaya, "Dan kini, setelah Ibu menabrak keluarga wanita yang aku cintai, kini aku di paksa menikah dengan Vera, adiknya dari Zena, wanita yang aku cintai, aku tidak mau!" tolak Dave menggelengkan kepalanya, dia membanting semua barang kaca yang berada di sekitarnya.

Pranggg ....

"Dave, apa-apaan ini!" tanya Mika terkejut. Dia mengusap dadanya berulangkali.

"Apa-apaan? Ibu yang apa-apaan!"

"Aku tidak mau menikah dengan Vera! sedikit lagi aku berhasil mendapatkan Zena, Bu. Seharusnya Ibu mendukung aku!" ucap Dave meyakinkan Ibu nya.

"Ibu sangat berharap Zena menjadi menantu Ibu, tapi dia sedang mengandung anak dari pria lain Dave! Dan Ibu pastikan, sampai kapanpun kamu mengejar Zena, dia akan tetap memilih pria yang telah menghamilinya."

"Tidak Bu, aku tidak percaya itu. Buktinya Zena tidak mau kembali kepada suaminya, dia lebih memilih tinggal bersamaku," elak Dave mengepalkan tangannya erat, matanya memerah saat Ibu nya tidak mendukung Keputusannya.

"Dave, kamu ingin melihat wanita yang kamu cintai bahagia kan?"

"Pastilah! pria mana yang tidak ingin melihat wanitanya bahagia. Maka dari itu aku selalu menjaga hatiku untuk Zena, Bu. Dan kini, Ibu dengan ringannya memintaku untuk menikahi adik dari Zena, wanita yang aku cintai!"

"Dave, dengarkan Ibu dulu, jika kamu ingin melihat wanita yang kamu cintai bahagia, maka menikahlah dengan Vera,"

"Kamu akan mendapatkan sosok Zena di dalam diri Vera," ujar Mika meyakinkan putranya.

"Menikahlah dengan Vera, dan lupakan Zena. Dengan cara ini, kamu bisa melupakan Zena,"

"Aku tidak akan melupakan Zena, Bu. Bahkan jika aku menikahi adik dari Zena, berarti aku akan melihat bayangan Zena setiap detik, aku tidak bisa Bu!" seru Dave tak ingin dibantah.

"Baiklah, jika kamu menginginkan Ibu mendekam di penjara, maka lakukanlah sesuai keinginan hatimu," ujar Mika, dia beranjak dari tempat duduknya dan berjalan menuju kamarnya dengan membawa sejuta kekecewaan terhadap putra tunggalnya.

"Bu, Ibu ... dengarkan aku!" teriak Dave yang diabaikan Mika.

Argggkkkhhhh...

Pranggg ....

"Sialll! Kenapa ini semua harus terjadi padaku!"

"Aku hanya mencintai dan menginginkan Zena yang menjadi istriku bukan saudara atau adiknya!" protes Dave lalu menyambar kunci mobilnya dan pergi menuju rumah sakit, di mana Zena sedang di rawat.

Di dalam kamar yang begitu besar dan mewah, terlihat wanita cantik yang baru saja menguping pembicaraan antara Ibu dan anaknya.

"I-ini tidak mungkin, dia penyebab keluargaku meninggal. Dia sudah berbohong," gumam Vera dengan dada yang bergemuruh, nafasnya naik turun tak percaya.

"Aku akan dinikahi oleh anak pembunuh, tidak ... aku tidak mau. Aku sudah mempunyai kekasih, aku tidak mau ... hiks... hikss," tangis Vera pecah, tubuhnya merosot ke lantai.

"Aku tidak percaya ini. Tante bilang, dia yang menolong keluargaku sewaktu kecelakaan, dan Ibuku sudah menitipkan aku pada Tante, aku tidak percaya, tidak ... tidak ... aku tidak mau menikah dengan anak pembunuh, bisa-bisa aku akan dibunuh juga oleh mereka,"

"Aku harus meminta pertolongan pada Kak Zena, hanya dia yang bisa menolongku," gumam Vera mencari keberadaan ponselnya.

Setelah menemukan ponselnya, tubuh Vera semakin melemas, "Aku tidak mempunyai nomor Kak Zena, bagaimana aku bisa menghubungi kakak," gumam Vera meletakkan ponselnya kembali. Dia berusaha menguatkan dirinya dan mencari celah untuk kabur dari rumah Dave.

"Aku harus kabur melalui balkon kamar. Aku tidak mau menikah dengan teman Kak Zen," gumam Vera membuka balkon, tapi balkon itu terkunci dan Vera bisa melihat beberapa bodyguard yang sedang berjaga di dekat kamarnya.

"Kakak ... hikss ... hikss,"

"Kak Zena, tolong aku," frustasi Vera saat melihat tak ada celah untuk keluar dari rumah calon suaminya.

"Betapa bodohnya aku yang terlalu percaya begitu saja pada Tante Mika," lanjutnya lagi.

Di dalam mobil, Dave yang merasa kesal pun menonaktifkan ponselnya, dia menepi di salah satu minimarket terdekat untuk membelikan es krim kesukaan wanita yang dicintainya.

"Mungkin aku memang harus mengikhlaskan Zena. Dan aku harus menikah dengan adik tiri Zena, dengan begitu aku bisa leluasa membalas dendam terhadap perlakuan keluarga Zena terhadap Zena." Gumam Dave tersenyum tipis. Dia mengambil beberapa bungkus es krim lalu membayarnya.

'Baiklah, jika Zena tidak bisa membalaskan dendamnya pada keluarganya, maka aku yang akan membalasnya.' batin Dave berjalan menuju mobilnya

Bersambung😘

Episode 2

Setelah sampai di rumah sakit, Dave berjalan menuju kamar wanita yang dicintainya.

Krek ...

Pintu ruangan Zena terbuka, Dave masuk dengan membawa kantong plastik yang berisi es krim untuk Zena.

Melihat suaminya dari Zena, senyum Dave yang sempat terukir manis kini sudah lenyap sesaat. Apalagi saat mendengar ucapan pedas dari Steven, pria yang diketahui suami dari sahabat sekaligus wanita yang dicintai.

"Kau! kenapa kau kemari! aku kira ... kau sudah hilang ditelan bumi," Ujar Steven saat melihat teman istrinya berjalan dengan wajah lusuhnya

"Dave, ada apa? kenapa wajahmu ditekuk, apa ada masalah dengan caffemu? " Tanya Zena meletakkan ponsel Steven dia samping ranjang dan menerima 1 plastik berisi es krim yang diberikan Dave.

Dave tersenyum tipis, dia benar-benar tidak suka saat melihat kedekatan Steven yang menurutnya berlebihan, tapi ... demi tetap menjadi teman dekat dari Zena. Dia harus berpura-pura tersenyum."Mas, atau Om?"ujar Dave, "Aku harus memanggil dengan sebutan apa kepada suamimu Zen? " lanjut Dave tersenyum kaku.

Zena tersenyum, dia menggelengkan kepalanya "Tanyakan sendiri, tapi saat pertama kali aku bertemu dengannya, aku memanggilnya Om, tapi kalau kamu lebih baik 'Mas' deh, kan umurmu tidak terlalu jauh dengan suamiku." Jawab Zena membuka 1 bungkus es krim dan memakannya

Melihat senyum dari Zena, mata Dave terpaku. Dia membalas senyum dari wanita yang dicintainya, "Baiklah, kalau begitu ... aku akan memanggilnya Mas Steven,"

"Okeh Mas Steven, ada yang mau aku bicarakan. Bisa kita bicara empat mata? " Ujar Dave.

Melihat aura yang ditampilkan sangat berbeda dan sangat serius, Zena menghentikan pergerakan bibirnya yang sedang memakan es krim

"Ada apa Dave, aku tidak mengizinkan kalian bicara empat mata, bisa-bisa kalian berakhir dengan lebam diseluruh wajah,"

"Lihat! lembam kalian saja belum hilang," Sambung Zena kembali yang memperingatkan Dave dan suaminya

'Ini yang membuatku jatuh hati kepadamu Zen, sikapmu yang perhatian dan baik hati, membuatku selalu ingin dekat denganmu,' gumam Dave dalam hati. Dia menggelengkan kepalanya.

"Kali ini tidak Zen"

"Aku berjanji, aku tidak akan menghajar atau membuat ulah pada suamimu," jawab Dave meyakinkan wanita di depannya.

"Ayo Mas," Ujar Dave lagi yang sudah berjalan lebih dulu.

Steven berdiri, dia mengikuti langkah Dave keluar dari ruangan Zena..

Setelah berada di luar ruangan, Dave tersenyum. Dia menepuk kedua pundak Steven, membuat Steven heran.

"Hei bocah! sebenarnya apa yang ingin dibicarakan. Dan kenapa harus di luar ruangan, bagaimana jika Zena membutuhkan sesuatu" Seru Steven memecahkan ketegangan .

'Mungkin dia sudah benar-benar berubah, buktinya dia sangat mencemaskan Zena. Mulai sekarang lebih baik aku fokus membalaskan perlakuan keluarga Zena yang telah membuat Zena seperti ini,' gumam Dave menatap suami dari wanita yang dicintainya.

"Mas, " Panggil Dave mendudukan bokongnya di kursi tunggu sambil menepuk-nepuk bangku sebelahnya yang kosong untuk Steven duduk.

Steven mendekat, dia mendudukan bokongnya di kursi samping Dave.

"Aku titip Zena. Jaga dia dengan baik, mulai besok aku tidak bisa menjaga Zena lagi," Ucap Dave tiba-tiba, dia diam-diam mengamati perubahan ekspresi Steven.

Melihat ekspresi terkejut dari Steven, Dave tersenyum tipis. Bahkan senyumnya tidak terlihat sama sekali di mata Steven.

'Benar, dia sudah berubah. Sudah seharusnya aku mencoba mempercayakan Zena pada suaminya,' batin Dave.

"Jangan shock gitu Mas," Ujar Dave terkekeh.

Melihat Dave tertawa, Steven justru semakin dibuat heran, 'Hei bocah! Bagaimana aku tidak shock, tidak ada angin, tidak ada hujan, tiba-tiba dia berbicara seperti itu, pasti ada yang tidak beres,' Gumam Steven dalam hati, lalu membalas senyuman dari Dave.

"Siapa yang shock, justru aku senang kamu berbicara seperti itu, aku jadi tenang karena istriku tidak akan di ganggu pria kecil sepertimu lagi." Jawab Steven enteng sambil mengangkat salah satu kakinya .

"Bagus, sekarang aku jadi tenang, dan maafkan aku, selama ini ... aku selalu menguji kesabaran Mas, sebenarnya sewaktu Zena menceritakan jika dia sudah bersuami dan memutuskan untuk ikut denganku ke negara ini, aku sangat terkejut, tapi setelah mendengar perlakuan suaminya yang kejam, aku bertekad untuk menjaga Zena dan anak yang di dalam kandungannya," Ujar Dave, dia menjeda ucapannya lalu tersenyum kembali pada Steven

"Huh! " Dave mengeluarkan nafasnya kasar

"Jaga dia Mas, dia wanita baik-baik, walaupun aku dan dia pernah satu atap tapi aku tidak pernah menyentuhnya dan kami pun tidur terpisah" lanjut Dave berusaha mengikhlaskan Zena.

Steven mengangguk, dia percaya dengan ucapan Dave yang terdengar tulus, tapi rasa penasarannya belum hilang tentang arah tujuan pembicaraan teman istrinya

"Jangan banyak basi basi, sebutkan intinya saja?" tanya Steven penasaran.

Lagi dan lagi, Dave tersenyum, dia tak percaya dengan apa yang baru saja diucapkan. Dia baru saja melepas wanita yang dicintainya, "Aku sudah menyebutkan intinya. Mulai besok, aku tidak bisa menjaga Zena lagi," Ujar Dave menepuk pundak Steven agar terlihat lebih akrab.

"Ada apa! apa selama ini aku merepotkanmu Dave?" Seru Zena yang baru saja keluar untuk menguping pembicaraan Dave dan Steven.

Mendengar suara Zena, Dave dan Steven beranjak bangkit, "Bawa masuk istrimu, jangan sampai ada yang melihatnya," titah Dave pada Steven.

"Okeh," jawab Steven.

"Ayo kita masuk, ini sudah malam. Kamu harus beristirahat," Titah Steven, yang menghampiri dan memapah istrinya agar kembali ke ranjangnya.

"Mas, lepaskan aku. Aku mau bicara dengan Dave." Tolak Zena melepaskan tangan suaminya yang memegang pundaknya untuk memapah jalan.

"Apa kamu merasa terbebani olehku Dave? " Tanya Zena kembali, dia meneteskan air matanya tak percaya temannya akan pergi.

Merasa tidak ada pergerakan dari Steven. Dave langsung menghampiri Zena, dia memerintahkan wanita yang dicintainya masuk keruangannya untuk beristirahat, "Masuk Zen, kita bicarakan di dalam saja, tidak enak jika kita bicara di luar ruangan. Apalagi kondisimu yang seperti ini" Titah Dave, dia berjalan lebih dulu agar Steven bisa membawa Zena masuk kedalam ruangannya.

'Aku harus kuat melepaskan Zena, Aku akan membalas semua perbuatan keluargamu Zen, aku akan membalasnya melalui adikmu itu,' gumamnya dalam hati dengan tangan yang mengepal erat.

'Ingin rasanya, aku membantumu Zen, tapi itu tidak mungkin lagi karena mulai sekarang dan seterusnya kamu akan dijaga oleh suamimu,' sambung Dave lagi saat melihat kemesraan antara Steven dan Zena melalui ekor matanya.

"Beritahu aku, alasannya Dave! jangan diam saja! " Ujar Zena sekali lagi saat mereka sudah di dalam ruangan.

"Jika aku membuatmu susah, tolong maafkan aku. Tapi jangan tinggalkan aku sendiri di sini,"

'Aku pun sama Zen, aku tidak ingin meninggalkanmu sendiri di sini, tapi ini semua demi kebahagiaanmu. Aku ingin kamu memandangku sebagai dewa penyelamat mu,' batin Dave sambil menatap wanitanya.

"Dave! Jawab! Jangan diam saja!" pekik Zena

"Alasannya cukup simple,"

"A-aku akan menikah besok, jadi... aku tidak bisa menjagamu lagi."

Bersambung😘

Episode 3

"Me-menikah?" ulang Steven dan Zena bersamaan.

"Menikah dengan siapa Dave? bukankah selama ini kamu tidak memiliki kekasih. Kenapa tiba-tiba kamu mau menikah, pasti ini ada yang tidak beres," ujar Zena tak percaya

Dave tersenyum, lalu menganggukan kepalanya "Memang, dan mulai besok, kamu ikut suamimu pulang,"

"Sebenarnya sebelum aku pergi meninggalkanmu tadi pagi, dokter sudah memperbolehkanmu pulang, hanya saja ... aku menundanya sampai esok, aku takut kamu masih merasakan sakit di wajahmu" jawab Dave.

"Maafkan aku yang sudah membohongimu Zen," gumam Dave dalam hati.

"Dave! cepat katakan, apa alasanmu menikah!"

"Pernikahan bukan hal main-main. Kau lihat saja pernikahanku dan Mas Steven yang didasari tanpa cinta kan--"

"Pernikahan kami hampir kandas, hanya waktu yang tahu kapan pernikahan kami usai" ujar Zena membuat Steven melototkan matanya

Mendengar ucapan Zena, hati Dave terasa sakit. Dia harus tetap pura-pura tersenyum bahagia agar tidak ada yang tahu tentang perasaannya saat ini, "Haha... pernikahanmu tidak akan kandas Zen, suamimu sudah menaruh hati padamu," jawab Dave membuat Zena membulatkan mata lalu menatap suaminya yang menganggukan kepalanya

"Haha.. kalian becanda," Elak Zena tak percaya

"Coba tanyakan saja pada suamimu? Untuk apa suamimu datang jauh-jauh kesini jika dia tidak mengkhawatirkan dan mencemaskanmu Zen" Ujar Dave tersenyum.

Zena menatap suaminya lagi,"A-apa benar mas? Apa benar yang dibicarakan Dave, jika kamu mencintaiku, atau jangan-jangan tadi pagi kamu berbicara lirih itu ... karena kamu mau mengucapkan kata cinta padaku?" tanya Zena.

"Aku benar-benar tidak tahan melihat kemesraan mereka. Andai kau tahu Zen, aku sangat-sangat mencintaimu," gumam Dave meremas ponsel yang berada di genggaman tangannya.

"Iya sayang, aku sudah mencintaimu" Akhirnya kata sayang dan cinta terlontar juga dari bibir Steven walaupun Steven mengucapkannya dengan kaku.

"Haha, aku bermimpi. Kenapa setelah perasaanku berubah, kamu baru mengatakannya Mas! Kenapa!" pekik Zena tak percaya.

"Berubah?" batin Dave, "Apa itu artinya Zena sudah tidak mencintai suaminya lagi, dan aku mempunyai kesempatan untuk mendapatkan hatinya?" batin Dave menatap setiap gerak gerik wanita yang dicintainya.

Tanpa terasa kedua sudut bibir Dave terangkat atas mengukir senyuman yang indah.

"Berubah? Apa kamu sudah tidak mencintaiku lagi Zen?" jawab Steven tak percaya.

"Ma-maaf mas, bukan seperti itu maksudku, mau bagaimanapun hatiku pernah sakit dengan perlakuanmu"

"Dan hanya Dave lah yang selalu mengerti perasaanku"

"Iya, hanya aku yang pantas untukmu Zen, katakan ... katakan jika kamu mencintaiku maka aku akan batalkan pernikahanku sekarang juga," batin Dave tersenyum puas menatap wanitanya lekat

"Jangan bilang, kamu sudah menaruh hati pada temanmu ini Zen!" tanya Steven.

"Bukan mas, aku hanya tidak percaya, dan untuk masalah perasaanku pada Dave, aku nyaman saat berada di dekatnya. Dia mampu membuatku tertawa dan merasa bahagia," jawab Zena tersenyum kaku, dia pun tidak mengetahui perasannya pada Dave untuk sekarang ini, apalagi saat Dave mengatakan jika dia akan menikah, yang bisa Zena rasakan hanya takut kehilangan perhatian dari temannya ini.

Tubuh Dave seketika melemas saat mendengar pengakuan dari sahabat sekaligus wanita yang dicintainya.

"Dave, katakan ... apa yang sebenarnya terjadi. Kenapa kamu tiba-tiba mau menikah!" tanya Zena.

Dave tersadar dari lamunannya. Hatinya seperti dicabik-cabik dengan ribuan jarum, "Aku tidak bisa memberitahukanmu Zen, mungkin setelah aku menikah ... aku baru bisa memberitahukanmu, tapi jika kita bertemu kembali. Karena aku akan menetap di negara ini bersama istriku," jawab Dave yang melirik jam di pergelangan tangannya.

"Karena aku akan membalas setiap perbuatan jahat yang dilakukan keluargamu terhadap mu Zen, aku akan menyembunyikan identitas calon istriku sampai waktunya tiba," batin Dave.

"Aku akan pulang, ini sudah larut malam" Sambung Dave menghampiri dan mengusap rambut panjang Zena

"Aku mencintaimu Zen, berbahagialah walau tak bersamaku. Dan aku akan membalas semua penderitaanmu kepada adik tercintamu," batin Dave tersenyum simpul.

Saat tangannya di genggam oleh Zena, ada perasaan bahagia bercampur sedih menyelimuti diri Dave, tetapi Dave tetap mengontrol perasaannya ini agar wanitanya tidak jijik padanya.

"Aku tidak mengizinkanmu pulang sebelum semuanya jelas Dave!" ujar Zena emosi, "Katakan ... jika aku membebanimu, maafkan aku. Jika alasanmu menikah itu karna aku yang merepotkanmu, maafkan aku!" pekik Zena

"Zen" Steven berusaha menenangkan istrinya

"Mas, dia mau pergi Mas, dia mau pergi ninggalin kita dengan alasan yang tak masuk akal"

"Aku tidak bisa membiarkan dia pergi begitu saja"

"Apalagi setahuku, dia tidak pernah dekat dengan wanita. Kesehariannya hanya bersamaku mas, aku tidak mau temanku ini masuk kedalam pernikahan yang sama seperti kita Mas," ujar Zena memeluk suaminya, dia menumpahkan seluruh air mata di pakaian Steven

"Teman? Kamu menganggapku sebatas teman Zen," gumam Dave dalam hati.

"Aku tahu Zen. Tapi mau bagaimanapun, Dave mempunyai privasi dan kita tidak boleh memaksanya untuk menceritakan privasinya,"

"Biarkan dia Zen, mungkin untuk saat ini Dave memang tak ingin menceritakan masalahnya pada siapapun," ucap Steven yang berulang kali mencium pucuk kepala Zena .

"Harusnya aku yang mencium dan menghapus air matamu itu Zen, kenapa dari dulu aku tidak menyadari jika kamu mempunyai hati dan sikap sebaik ini! Kenapa!" jerit Dave dalam hati sambil menatap kemesraan Zena dan suaminya.

"Gak mas, dia temanku. Bagaimana kalau dia terpaksa menikah Mas? Bagaimana! Dia pria baik dan lembut"

"Bagaimana jika dia salah memilih seorang istri, bagaimana mas hiks.. hiks.. "

'Terimakasih sudah menilaiku sesempurna ini Zen, andai kamu tahu, jika aku menikah dengan adikmu. Bagaimana reaksimu?' batin Dave.

"Dave, jika kamu tidak mau menceritakan pada kami. Aku berharap semoga pernikahan kalian akan selamanya bahagia, dan terimakasih sudah mau menjaga istriku selama beberapa bulan ini," ujar Steven yang tersenyum pada Dave.

Melihat Steven tersenyum membuat Dave meremas kembali ponselnya, "Sama-sama, sudah menjadi tugasku, karena aku yang membawa istrimu kemari,"

"Zen, aku tinggal dulu, kalian berbahagialah, dan ini--" Dave mengeluarkan ponsel Zena dari saku celananya, "Ini ponselmu, aku taruh di dekat sini ya," sambung Dave dengan hati yang hancur.

Saat Dave ingin melangkah, tiba-tiba tangan Zena menahannya, "Kamu, kamu sahabat terbaikku Dave. Aku menyayangimu sebagai sahabatku hiks.. hiks.. "

"Bicaralah padaku, apa alasanmu menikah. Apa kamu mencintai wanita itu atau tidak Dave?"

Dave berbalik, dia menghapus air mata Zena yang mengalir deras di pipi mulusnya, 'Lagi dan lagi kamu menganggapku sebagai sahabat Zen, apa tidak ada perasaan sedikitpun dihatimu untukku Zen,' batin Dave.

"Aku harus menikah dengan wanita itu Zen, aku akan mengatakan alasanku menikah," jawab Dave.

"Katakan Dave, katakann!" Seru Zena yang menghapus air matanya.

Steven yang tak kalah penasaran pun, ikut menajamkan pendengarannya

"Ibuku mengalami kecelakaan Zen. Dan ibuku menabrak 1 mobil, di dalam mobil itu semuanya tewas mengenaskan. Sebelum mereka menghembuskan nafas terakhirnya, ibuku mendapatkan pesan terakhir dari orang yang berada di dalam mobil yang ditabrak ibuku. Dia menitipkan anak perempuannya yang tidak ikut dalam kecelakaan itu, dan ibuku berjanji akan menikahkan anaknya dengan aku,"

"Jadi, aku tidak bisa membiarkan ibuku masuk kedalam penjara,"

"Dan aku, harus menikah dengan putrinya,"

"Sekarang jaga dirimu baik-baik, jika berkenan. Kalian boleh datang ke pernikahanku yang sederhana, tepatnya di rumahku," sambung Dave.

'Dan kamu akan tahu siapa wanita yang aku nikahi Zen,' batin Dave.

"Dave, kau pria yang baik. Tapi kenapa nasibmu sangat malang, aku merasa kasihan padamu hiks.. hiks.. "

"Aku akan datang Dave, aku mau melihat pernikahanmu dan aku juga akan memastikan wanita itu baik atau tidak untukmu,"

"Iya kan mas, kita datang kan?" tanya Zena yang beralih menatap suaminya

Steven tersenyum lalu menganggukan kepalanya "Kita akan datang, dan kita akan memastikannya sayang,"

'Aku benar-benar tidak bisa menahan rasa sakit ini terlalu lama lagi. Kemesraan mereka memembuatku hancur' batin Dave.

"Terimakasih, kalau begitu ... aku pamit, ini sudah malam,"

"Sampai bertemu kembali sahabatku," Ujar Dave tiba-tiba memeluk Zena, lalu mengusap perut Zena yang sudah terlihat buncit.

'Ini kesempatan terakhirku memeluk wanita yang aku cintai. Jaga dirimu baik-baik sayang,' batin Dave

"Anak daddy, jaga mommy ya," Kali ini Dave terkekeh saat melihat ekspresi Steven yang tak suka dengan panggilan Daddy.

Bersambung😘

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!