Apa yang kamu lakukan saat kamu terlahir sebagai putri bungsu di keluarga yang punya segalanya, mempunyai tiga orang Abang yang begitu menyayangimu, menjagamu, serta selalu ada untukmu. Dan jangan lupa dengan Mommy dan Daddy yang juga begitu menyayangimu serta memberikan apapun yang kamu inginkan.
Sebuah kehidupan yang sempurna dan menjadi impian banyak orang!
Namun belakangan ini, Elleanore Queen Alexander merasa jenuh dengan kehidupan sempurnanya sebagai putri kaya raya yang selalu bergelimang segalanya sejak lahir.
Elleanore jenuh dan ingin mencoba hal baru. Membuat Edward sedikit melirik ke arahnya mungkin.
Oh, Edward!
Kenapa kau begitu dingin sama seperti Abang Richard saat bertemu gadis atau wanita mapan? Apa mentang-mentang kalian bos dan asisten lalu sifat kalian sama persis?
Dug!
"Aduh!" Elleanore nyaris terjungkal setelah gadis itu menabrak sofa yang sejak tadi diam di tempatnya. Si sofa juga tidak tahu kenapa ia ditabrak padahal ia hanya sofa dan ia tak kemana-mana sejak sebulan yang lalu.
"Hati-hati, El! Kau selalu saja ceroboh!" Naka mengacak rambut Elleanore dengan gemas. Abang Elleanore yang satu itu memang selalu sigap menolong Elleanore dalam segala kondisi dan situasi. Beruntung sekali wanita yang akan menjadi istri Abang Naka kelak.
"Lagi bahas soal acara reuni, Bang!" Ucap Elleanore seraya menunjukkan layar ponselnya pada Abang Naka.
"Reuni SD? SMP? Atau SMA? Abang boleh ikut dan godain teman-teman kamu?" Yang itu adalah suara Abang Magika yang playboy-nya sudah mendarah daging. Rekor pacaran terlama Abang Gika adalah tiga bulan. Selebihnya, bisa bertahan satu bulan saja adalah sebuah keajaiban.
Semua mantan Abang Gika jika fotonya dipajang di tembok kamar Elleanore mungkin tak akan cukup. Hampir semua artis terutama yang pendatang baru pasti pernah dipacari oleh Abang Gika.
Padahal Abang Magika dan Mainaka adalah saudara kembar. Tapi sifat mereka bak langit dan bumi. Abang Mainaka saja masih jomblo hingga kini, sedangkan Abang Magika sudah mengoleksi ratusan mantan pacar.
Benar-benar sulit dimengerti!
"Jadi, kapan acara reunimu?" Tanya Abang Gika lagi seraya menaikturunkan alisnya ke arah Elleanore.
"Baru juga dibahas! Belum tahu kapan," jawab Elleanore seraya mendaratkan bokongnya di kursi meja makan tepat di samping Richard yang hanya diam menikmati sarapannya.
Elleanore mencomot satu potongan roti di piring abang Richard yang pendiam dan tak ada kalimat protes apalagi omelan. Abang Richard hanya geleng-geleng kepala dan segera mengambil lembaran roti baru di atas meja.
Astaga!
Dasar kanebo kering!
"Acara sore ini jadi, Fe? Sudah bicara pada El?" Tanya Dad Dean yang baru keluar dari kamar. Mom Fe terlihat mengekori ayah empat anak tersebut dan keduanya langsung bergabung ke ruang makan.
"Acara apa, Dad?" Tanya Elleanore mendahului Mom Fe yang baru saja akan buka suara.
"Makan malam bersama keluarga Victor," ujar Mom Fe menjawab pertanyaan Elleanore.
"Pasti membahas perjodohan El dan Victor," celetuk Gika sebelum pria itu menggigit roti selai kacangnya, hingga isi di dalamnya sedikit tumpah belepotan.
Entah berapa banyak selai kacang yang disumpalkan Gika ke tumpukan roti tawarnya hingga isinya belepotan kemana-mana seperti itu.
Elleanore masih merengut dan gadis itu tak jadi memakan rotinya.
"Ada apa, El?" Tanya Mom Fe khawatir.
"El belum mau menikah dalam waktu dekat, Mom!" Rengut Elleanore yang sudah meletakkan rotinya kembali ke atas piring.
"Siapa yang menyuruhmu menikah dalam waktu dekat, El? Kuliah saja baru mau skripsi," Dad Dean tergelak dan Mom Fe segera memukul lengan suaminya tersebut.
"Mom dan Dad tidak akan memaksamu untuk cepat-cepat menikah, El-"
"Tapi Aunty Navya yang selalu menyuruh El untuk cepat-cepat menikah dengan Victor agar Aunty Navya lekas punya seorang putri di rumahnya dan tidak kesepian!"
"Kenapa juga Aunty Navya dan Uncle Erlan tidak membuat putri mereka sendiri!" Cerocos Elleanore panjang lebar yang langsung membuat Mom Fe menghela nafas.
"Jangan pernah mengucapkan kalimat itu di depan Aunty Navya!" Ujar Mom Fe berpesan pada sang putri.
"Kenapa?"
"Aunty Navya dan Uncle Erlan pernah punya seorang putri sebelumnya. Adik dari Victor. Namun saat usianya tiga tahun putri mereka meninggal karena sakit. Jadi jika kau berkata blak-blakan seperti tadi, kau akan menyakiti hati Aunty Navya!" Jelas Mom Fe yang langsung membuat Elleanore ternganga dan raut wajahnya berubah menyesal.
"Ya ampun! El benar-benar tidak tahu, Mom!" Cicit Elleanore penuh sesal.
"Sekarang kau sudah tahu! Jadi ingat terus pesan Mom tadi, ya!" Nasehat Mom Fe dengan nada lembut seraya mengusap kepala putri bungsunya tersebut.
"Iya, Mom! El akan terus mengingatnya."
"Tapi El masih tidak mau menikah dalam waktu dekat," ujar Elleanore mengulangi permintaannya.
"Yasudah! Tidak perlu mendengarkan permintaan aunty Navya! Anggap saja itu seperti ocehan Mom saat sedang PMS," celetuk Gika yang langsung berhadiah jeweran di telinga dari Mom Fe.
"Magika Dechio Alexander!" Geram Mom Fe yang tentu saja langsung membuat Elleanore tertawa terbahak-bahak.
"Kau akan menikah nanti setelah Richard, Gika dan Naka menikah, El! Jadi tak perlu diambil pusing!" Ujar Dad Dean menengahi perdebatan istri dan anak-anaknya.
"Richard mungkin tak akan menikah. Jadi cukup menunggu Gika dan Naka saja, Dad!" Ucap Richard seraya membersihkan remahan roti di celana kerjanya. Putra sulung Dean dan Felichia yang sudah berusia dua puluh tujuh tahun itu sudah beranjak dari duduknya dan sepertinya hendak berangkat ke kantor.
"Tentu saja kau akan menikah, Richard!" Ucap Mom Fe dengan sorot mata penuh pengharapan.
"Maaf, Mom! Tapi ini sudah menjadi keputusan Richard!" Ucap Richard dengan nada tegas.
"Rich!"
"Fe, sudah!" Dad Dean menahan lengan Mom Fe yang hendak menyusul langkah Richard.
"Sepertinya masih trauma dengan pengkhianatan mantan pacarnya," pendapat Gika sebelum pemuda itu kembali menggigit rotinya. Tak ada yang menanggapi dan suasana di ruang makan mendadak menjadi hening.
"Mungkin Mom dan Dad yang harus mencarikan jodoh untuk Abang Richard agar hidupnya tak lagi merana," usul Gika lagi. Salah satu anak kembar Dean dan Felichia itu memang yang paling cerewet di rumah setelah Elleanore.
"Tidak ada kata perjodohan di kamus Mom dan Dad, Gika! Kalian berhak menentukan pasangan hidup kalian kelak dan tak akan ada paksaan dalam hal menikah, asal pasangan kalian lajang dan bukan berstatus sebagai pasangan orang lain," ucap Dad Dean tegas yang langsung membuat Mom Fe batuk-batuk.
"Ada apa, Mom? Merasa tersentil?" Celetuk Gika sok tahu.
"Diamlah!" Naka refleks menoyor saudara kembarnya karena geram dengan mulut Gika yang selalu saja ceplas-ceplos.
"Dasar sok tahu!" Omel Naka lagi.
"Apa, sih! Dasar jomblo sejati!" Gika balas meledek Naka.
"Jomblo lebih terhormat ketimbang playboy!" Naka membalas ejekan Gika.
"Bilang aja nggak laku! Perlu aku ajari cara menggoda gadis?"
"Abang sudah!" Gertak Elleanore pada keduanya abang kembarnya yang selalu saja saling ledek saat sedang duduk berdua. Sudah melebihi bocah!
"Habiskan sarapan kalian!" Titah Mom Fe pada ketiga putranya.
Gika, Naka, dan Elleanore langsung mengangguk patuh dan menghabiskan sarapan mereka dalam diam.
.
.
.
Hai, hai!
Adakah yang nungguin cerita mereka berempat?
Kisahnya aku gabung jadi satu, ya!
Jadi tolong jangan tanya, "Thor, ini MC-nya yang mana?"
MC-nya ya mereka berempat!
Anak-anaknya Dean dan Felichia.
Barangkali ada reader baru, sekedar info saja kalau cerita Dean & Felichia ada sendiri di "Rahim Untuk Sahabat Suamiku" sudah tamat 95 eps.
Terima kasih yang tetap setia mengikuti cerita othor.
Jangan lupa like dan mampir juga ke cerita satunya yang juga rilis hari ini "Gadis SMA Kesayangan Om Duda"
Yang ini adalah side story dari "Beauty & Berondong" menceritakan tentang Gabriel Ferdinand, kembarannya Gabrian Ferdinand yang merupakan mantan calon suami Ayunda.
Sekian terima gaji!
"El, kau berangkat bareng Abang atau diantar supir?" Tanya Naka pada El yang sedang memeriksa isi tasnya.
"Bareng Abang saja!" Jawab Elleanore tanpa sedikitpun menoleh pada Naka.
"Apa yang hilang?" Tanya Naka kepo seraya ikut-ikutan memeriksa tas Elleanore.
"Earphone El kemana, ya, Bang?" Tanya Elleanore yang masih mengorek-ngorek isi tasnya.
"Pakai saja punya Abang!" Jawab Naka santai seraya mengambil earphone miliknya dari dalam waistbag, lalu memberikannya pada Elleanore.
"Thank's! Abang memang yang terbaik!" Elleanore memeluk Naka sekilas sebelum kemudian gadis itu berlari-lari kecil menuju ke arah mobil Naka.
Naka sendiri saat ini mengelola sebuah bisnis tour & travel. Seperti halnya Gika yang enggan mengelola gurita bisnis milik Alexander Group, dua saudara kembar itu malah sibuk dengan bisnis mereka masing-masing. Naka sebagai owner perusahaan tour & travel dan Gika yang kini menggeluti profesi sebagai model sekaligus bintang iklan yang lumayan laris.
Hanya Richard yang fokus pada Alexander Group saat ini membantu Dad Dean yang masih jadi pemilik utama tentu saja.
Naka sudah menyusul Elleanore masuk ke dalam mobil, dan pria itu memasangkan sabuk pengaman Elleanore. Adik bungsunya ini selalu saja lupa memasang sabuk pengaman sendiri.
"Terima kasih, Abang!" Ucap Elleanore yang hanya membuat Naka mengangguk dan tersenyum tipis. Tak berselang lama, Naka sudah melajukan mobilnya meninggalkan kediaman Alexander.
****
"Pagi, El yang manis!" Sapa seorang pria yang baru saja masuk ke jok belakang mobil Naka. Elleanore bahkan tidak tahu kalai tadi sang Abang mampir untuk menjemput rekan kerjanya yang selalu memanggil Elleanore dengan sebutan manis ini.
Memangnya Elleanore kucing?
"Pagi juga, Abang!" Jawab Elleanore acuh tanpa sedikitpun mengalihkan pandangannya dari layar ponsel.
Abang siapa, Elleanore juga lupa namanya. Yang jelas dia adalah teman Abang Naka.
"Abang saja? Yang lengkap, dong!"
"Ck! Sudahlah, Ju! Nggak capek kamu godain El tapi dicueki begitu?" Tegur Naka seraya geleng-geleng kepala.
"Namanya juga usaha, Ka! Usaha buat jadi adik ipar kamu," jawab Juan seraya menaikturunkan alisnya. Juan adalah teman Naka sejak kuliah hingga sekarang. Bisnis tour & travel yang kini dikelola Naka modal awalnya juga hasil patungan antara Naka dan Juan. Jadi sekarang bisnis itu statusnya milik mereka berdua.
"Iya, iya! Yang usahanya pantang menyerah tapi selalu dicueki," ledek Naka seraya tergelak.
"Lagi bahas apa, sih, Bang? Kok tertawa sampai terbahak-bahak begitu?" Tanya Elleanore yang sejak tadi ternyata memang tidak connect dengan obrolan dua pria tersebut.
"Bahas hal nggak penting," jawab Naka sekenanya yang hanya membuat Elleanore membulatkan bibirnya.
"El nanti pulang kuliah jam berapa? Nanti Abang Juan jemput, ya!" Tanya Juan yang kembali merayu Elleanore sekaligus mencari kesempatan untuk pedekate.
"Nggak usah, Bang! El pulang bareng teman-teman nanti. Mau hang out dulu soalnya. El mau traktir teman-teman juga," jawab Elleanore panjang lebar.
"Abang nggak keberatan nemanin kamu hang out, kok!" Juan masih pantang menyerah.
"Yeee! Nanti Abang Juan cowok sendiri emang nggak malu? Temennya El kan cewek semua," jawab Elleanore seraya tergelak. Naka ikut tergelak dengan penolakan Elleanore pada Juan.
"Begitu, ya? Trus yang yang buat jajan sudah ada? Abang traktir, ya!" Juan sudah mengeluarkan dompet dari sakunya, lalu memberikan beberapa lembaran merah pada Elleanore.
"Nggak usah, Bang! Uang jajan dari Dad dan Abang Richard masih banyak, kok!" Tolak Elleanore halus.
Ya ya ya!
Merayu putri sultan dengan uang sepertinya bukan ide bagus. Uang jajan Elleanore pasti sampai luber-luber, secara Dad-nya seorang pengusaha yang punya perusahaan besar dengan banyak cabang. Lalu Abang sulungnya seorang direktur, abang keduanya model terkenal, ditambah Naka yang juga punya penghasilan setara dengan Juan.
Juan menepuk jidatnya sendiri karena merasa kehabisan akal.
"Tapi sepertinya uang Abang Juan lebih bermanfaat jika disumbangkan, Bang!" Elleanore sudah menyambar uang yang berada di tangan Juan, lalu memberikannya pada seorang ibu-ibu pengemis yang sedang membawa bayi di lampu merah.
"Hai, Adik bayi! Duh kepanasan, ya?"
"Ini buat beli susu adek, Bu! Besok adeknya jangan diajak panas-panasan lagi, ya!" Pesan Elleanore pada ibu pengemis seraya mengangsurkan lembaran uang dari Juan tadi.
Tak berselang lama, lampu lalu lintas sudah berubah menjadi hijau, dan mobil Naka sudah kembali melaju menuju ke kampus Elleanore.
"Makasih udah anter El, Bang!" Ucap Elleanore seraya mencium pipi Naka.
"Sama-sama! Nanti pulangnya jangan sore-sore!" Pesan Naka pada Elleanore.
"Iya, Bang!" Jawab Elleanore seraya membuka pintu mobil.
"Lah, Abang nggak dipamitin, El?" Tanya Juan berharap.
"El duluan, Abang Juan!" Pamit Elleanore dengan nada malas.
"Nggak dicium juga?" Juan menyodorkan pipinya ke arah Elleanore.
"Ngarep aja!" Ledek Naka seraya menoyor kepala sahabatnya tersebut. Sementara Elleanore hanya tergelak.
"Namanya juga usaha, Ka!" Kilah Juan selalu pada alasan klasiknya.
"Usaha terus, hasilnya nggak pernah kelihatan!" Ledek Naka lagi. Sementara Elleanore sudah masuk ke dalam area kampus.
"Adik kamu itu yang jual mahal! Padahal aku kan udah perfect sebagai cowok. Ganteng iya, body oke, penyayang, kerjaan mapan, kurang apa, coba?" Celetuk Juan dengan nada sombong.
"Kurang laku! Nyatanya, ditolak melulu sama El," sahut Naka seraya tergelak.
"Sialan kamu, Ka! Ketimbang kamu yang jomblo abadi, punya pacar aja nggak pernah!" Ledek Juan lagi.
"Belum nemu yang pas aja!"
"Pindah ke depan sini!" Perintah Naka selanjutnya pada Juan.
"Mau yang pas ya ke pom bensin sana!" Celetuk Juan lagi bersamaan dengan mobil Naka yang sudah melaju meninggalkan kampus Elleanore.
.
.
.
Terima kasih yang sudah mampir.
Jangan lupa like biar othornya bahagia.
"Ini apa maksudnya?" Tanya Richard seraya menunjukkan sebuah catatan kaki di undangan yang ia terima pada Edward, sang asisten.
"Wajib membawa pasangan. Apa masih kurang jelas?" Jawab Edward ketus.
Asisten Richard itu selalu saja ketus seperti wanita saat sedang PMS.
"Kau yang selalu menjadi pasanganku saat hadir ke acara. Kenapa harus diperjelas begini?"
"Pasangan wanita, Rich! Pacar, istri, tunangan, selingkuhan, terserah!"
"Bawa saja adikmu yang bawel itu! Kasus selesai!" Edward meletakkan setumpuk kertas di tangannya ke atas meja Richard, lalu pria itu keluar tanpa pamit tanpa basa-basi.
Dasar kanebo kering!
Richard meraih ponselnya di atas meja dan menghubungi salah satu nomor prioritas.
"Halo, Abang!" Suara nyaring disertai latar suara berisik yang membuat telinga pekak langsung terdengar dari ujung telepon. Richard terpaksa menjauhkan ponsel dari telinganya sebelum gendang telinga pria itu pecah dan berdarah
"Sudah pulang dari kampus?" Tanya Richard to the point tanpa basa-basi.
"Sudah! Tapi masih hang out sama teman-teman di dekat kampus."
"Pergi ke butik sekarang, beli gaun warna hitam untuk ke acara perusahaan bersama Abang besok. Uang sudah abang transfer ke rekeningmu-"
"Acaranya kapan?" Elleanore berteriak di ujung telepon dan Richard kembali harus menjauhkan ponselnya.
Astaga!
Apa Mom Fe menelan toa dan speaker active saat hamil Elleanore?
"Besok!" Jawab Richard tegas.
"Besok El ada acara reuni bersama teman-teman-"
"Batalkan!" Ucapan Richard tetap tegas.
"No!"
"El bukan istri Abang! Kenapa mengajak El ke acara perusahaan! Abang cari pacar atau istri sana agar tak terus-terusan merepotkan El!"
Tuut tuut tuut!
Elleanore memutuskan sepihak sambungan telepon dari Richard dan pria itu hanya bisa mendengus frustasi.
Richard ganti meraih telepon internal di atas mejanya dan menghubungi Edward.
"Halo, Rich!"
"Carikan aku pasangan untuk ke acara!"
"Apa?"
"Carikan aku pasangan untuk ke acara besok malam!" Richard mengulangi perintahnya.
"Maaf, aku bukan situs jodoh! Aku asistenmu di kantor!"
"Lakukan saja, Ed!" Richard berteriak kesal.
"Ada pembahasan tentang proyek bagus besok malam dan aku ingin mendapatkannya!" Imbuh Richard lagi memaksa.
"Bukan urusanku!"
"Edward Anthony!" Richard mulai menggeram kesal.
"Cari saja pacar sewaan! Pekerjaanku masih banyak!"
Tuut tuut!
Edward menutup sepihak telepon dari Richard.
Dasar asisten kurang ajar!
Kenapa juga Richard mempekerjakan manusia sejenis Edward?
Tapi tanpa Edward, pekerjaan Richard juga pasti akan berantakan. Edward pria yang berdedikasi, meskipun sikapnya ketus dan dingin pada wanita.
Sebelas dua belas dengan Richard, sikap Edward yang terakhir itu!
Mungkin itu alasan lain kenapa Richard selalu cocok dengan Edward.
Tapi ngomong-ngomong soal pacar sewaaan, apa ada bisnis semacam itu?
Richard segera mengetikkan kata kunci di mesin pencarian di laptopnya. Berbagai situs yang menawarkan pacar sewaan langsung bermunculan di layar laptop Richard
Wow!
Bagaimana Richard bisa tidak tahu kalau pacar pun bisa disewa seperti mobil atau motor?
Baiklah, Richard mulai menelusuri satu persatu situs yang ia temukan. Hingga akhirnya Richard tertarik pada satu situs dimana klien bisa memilih gadis seperti apa yang ingin dijadikan pacar sewaan.
Segera Richard mengetikkan tipe gadis yang sekiranya pas bersanding dengannya.
Masih muda, berpendidikan, komunikatif.
Send!
Tak berselang lama muncul foto close up seorang gadis di laptop Richard. Ada keterangan data diri gadis itu di sebelahnya.
Nama: Ashley Umika
Usia : 21 tahun
Status : Mahasiswi jurusan Bisnis
TB : 170 cm
BB : 50 kg
Mudah bergaul, komunikatif, pandai berdandan, fashionable
Dua puluh satu tahun?
Masih muda sekali! Bahkan lebih muda dari Elleanore. Tapi wajahnya terlihat dewasa. Dan sepertinya cocok Richard jadikan partner kali ini.
Richard tak berpikir panjang lagi dan langsung mengklik tombol setuju. Segala syarat dan ketentuan Richard baca juga dengan runut.
Dilarang *****-*****.
Dilarang kissing
Ciuman sebatas kening dan gandengan tangan saja.
Klien wajib mengantar dan menjemput di tempat yang sudah ditentukan.
Bayaran lunas di awal.
Richard langsung melunasi bayaran untuk pacar sewaannya dan tak berselang lama, lokasi penjemputan sudah dikirim ke ponsel Richard.
"Semudah ini?" Gumam Richard seraya memutar kursi kerjanya dan kini pria dua puluh tujuh tahun itu ganti menatap keluar jendela kantornya. Menatap pada gedung tinggi di sekitar gedung kantor Alexander Group serta jalanan yang dipadati oleh kuda-kuda besi yang seakan tak pernah lelah menimbulkan polusi.
Dua tahun yang lalu, Richard seharusnya sudah menikah dengan gadis yang ia cintai. Namun rupanya takdir berkata lain. Pengkhianatan yang tak pernah Richard bayangkan menghancurkan hubungan Richard dan gadis itu yang sudah masuk tahap pertunangan.
"Bodoh!" Gumam Richard merutuki dirinya sendiri yang malah mengenang tentang hubungan sialan itu!
Kini Richard sudah bertekad kalau ia tak akan menjalin hubungan lagi dengan gadis manapun. Richard menikmati hidupnya yang sekarang, menghabiskan waktunya sepanjang hari di kantor dan berkutat dengan pekerjaan serta proyek-proyek yang menggiurkan.
Inilah hidup Richard Deano Alexander!
.
.
.
Terima kasih yang sudah mampir.
Jangan lupa like biar othornya bahagia.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!