NovelToon NovelToon

Moon In Darkness

Ch.1 Kristina Haelly

Tak bisa dipungkiri jika dunia itu kejam bukan? Dunia yang hanya bisa ditinggali dengan nyaman jika kau "berkuasa", kau bisa melakukan segalanya. Jika tidak? Kau harus mengikuti cerita yang telah dibuat oleh orang lain.

Dunia yang dipenuhi banyak makhluk, terutama, manusia. Manusia, makhluk yang paling serakah, arogan, dan tak pernah bisa bersyukur dengan apa yang dia punya.

Selalu menginginkan yang terbaik dari yang terbaik, selalu menuntut sesuatu untuk menjadi miliknya sendiri, sebagian dari mereka juga suka sibuk dengan urusan orang lain, dan sebagian lagi sangat tak suka jika orang didekatnya mendapat sesuatu yang lebih besar dari apa yang dia miliki. Benar, mereka sangatlah egois.

Karena jumlah manusia semakin banyak dari tahun ke tahun, manusia mulai menerapkan sistem kuasa, sistem kasta, dan sistem harta. Mereka bahkan membuat dunia menerapkan hukum rimba, "Yang kuat selalu di atas, dan yang lemah akan selalu di bawah."

Para manusia selalu membagi diri dengan salah satu sistem, jika ada yang bisa memiliki ketiga sistem itu, mereka akan menjadi kaum "raja", yang memiliki salah satunya akan menjadi "rakyat". Sedangkan yang tak memiliki satupun sistem menjadi "kaum terlantar", terus begitu sampai sekarang. Ironis? Benar, itulah kenyataannya.

Dunia yang bagaikan medan perang dari balik layar, seperti sebuah permainan catur yang pasti dimainkan oleh dua orang, para penguasa yang berperang untuk menjadi yang paling sempurna, mereka akan melakukan apapun untuk mencapai tujuannya, baik itu membunuh, menyiksa, memaksa, bahkan mengorbankan.

Manusia, merupakan makhluk yang paling tinggi juga makhluk paling rendah, para manusia yang mengganggap dirinya hebat pasti akan melupakan penciptanya. Selalu menentang seseorang jika itu berbanding terbalik dengan keinginannya.

"Sebenarnya, untuk apa kita manusia diciptakan?" pertanyaan itu terus ditanyakan bahkan hingga sekarang.

Pada tanggal 31 Desember 2045, tepat pada malam tahun baru. Shanghai menjadi tempat yang sangat padat, semua hotel dipenuhi kaum raja yang berpesta hingga tengah malam.

Saat hotel, restoran dan tempat bersenang-senang lain di penuhi manusia, terdapat satu tempat lagi, sebuah gedung terbengkalai pinggir kota, tempat dimana beberapa orang menenangkan diri dan bersantai, menikmati malam tahun baru yang sangat meriah.

"Apa kau sudah selesai, Hans?" tanya seorang wanita yang pakaiannya telah berlumuran darah, dia adalah Sang Ratu Kegelapan, Kristina Haelly.

"Sudah beres Ketua, para tikus itu tak akan bisa membuat keributan lagi," seorang pria menyahut.

Pria itu berbadan tegap nan gagah, pakaiannya tak jauh beda dengan Kristina, sangat kotor, pria itu adalah Hans---tangan kanan sekaligus anak buah pertama yang mengikuti wanita itu.

"Ah, dasi kesayangan saya jadi berubah warna Ketua... " rengek Hans manja.

"Lalu? Jangan seperti anak kecil yang kehilangan permennya setelah melakukan hal itu." Kristina berjalan melewati tumpukan jasad yang baru saja kehilangan nyawanya. Ia lalu membaringkan tubuhnya di atas sofa panjang sambil menatap atap ruangan yang gelap dan rapuh.

"Para bajingan tak berguna! Bagaimana mereka bersenang-senang dengan hal konyol seperti ini?" racau Kristina seraya menggoyangkan gelas wine yang dia dapat, tampaknya itu adalah gelas terakhir dari bos yang telah dia bunuh.

"Mungkin bagi mereka, menguras uang Negara adalah salah satu pekerjaan yang tak perlu memerlukan tenaga Ketua," jawab Hans, lelaki itu membersihkan percikan darah pada kacamatanya, lalu berjalan mendekat ke arah sofa.

Kristina yang sudah kenal betul dengan pemilik suara ini, langsung meliriknya malas, "Kenapa dia selalu menjawab perkataanku?" batinnya.

"Tutup mulutmu Hans, aku tak pernah meminta jawabanmu," gadis itu berdecak kesal sambil menaruh gelas wine kosong itu dimeja.

"Maafkan saya, Ketua... " lirih Hans, ia mencoba untuk menutup mulutnya setelah itu.

Sunyi, tak ada yang berani bicara dalam ruangan lenggang ini, semua anak buahnya yang baru selesai di lantai lain hanya diam menatap lantai yang dipenuhi genangan merah segar yang berbau amis.

"Hans... " gumam Kristina menatap kosong langit yang dipenuhi suara tawa dari orang-orang di bawah mereka.

"Ya, Ketua?" Hans membalas dengan cepat.

"Apa kau mengetahui sesuatu yang menyenangkan? Saat ini aku sangat bosan, aku bahkan tak merasakan kenikmatan dari minuman yang aku minum... " Kristina mengatakannya dengan nada datar sembari melirik gelas yang tadi ditaruhnya.

Hans kemudian diam, dia lantas menampakkan senyum yang sangat hangat diwajahnya. Senyum yang dapat melelehkan hati para wanita, dan membuat merinding wanita dihadapannya.

"Hmph! Saya sudah menanti pertanyaan Anda Ketua!" Hans tersenyum lebar dan mulai mencari sesuatu disaku bajunya.

"Jangan mendekat lebih dari ini, atau wajahmu akan aku pukul, itu membuatku merinding," geram Kristina dengan wajah mengejek.

"Bagaimana mungkin wajah komandan seburuk itu? Ketua memang memiliki kriteria sangat sangat tinggi..." batin seluruh anak buahnya, mereka seakan memiliki telepati tingkat tinggi.

Memang benar, bahwa wajah Hans sangat memasuki kategori tampan, sangat tampan hingga dia bisa saja menerima berbagai tawaran untuk menjadi aktor ataupun model.

"Akan ada lelang di Kapal Ruby yang sedang bersiap di pelabuhan, kapal itu akan berangkat menuju Laut Barat." jelas Hans lalu memberi sebuah tiket kapal.

"Lelang?" wanita itu mengangkat sebelah alisnya, seolah bertanya, apakah jual beli terlihat menarik?

"Saya mendengar kabar, jika barang yang dilelang adalah hasil temuan dari Dinasti Timur yang hilang," sambung lelaki itu tak mau kalah.

Setelah mendengar perkataan Hans, Kristina diam sejenak, dia berpikir mungkin Hans sudah gila.

"Kau bercanda? Dinasti yang hilang?" tanya Kristina meyakinkan.

Hans mengangguk senang, "Benar, sama seperti Negara Atlantis."

"... Kau tidak waras ya? Sepertinya kau terlalu banyak bekerja malam ini, cepat pulang dan beristirahat sana," ejek wanita muda itu.

"Ada yang mengatakan, mereka merasakan sebuah aura aneh dari salah satu benda kuno didalamnya," jelas Hans lagi dengan serius.

Kristina memejamkan matanya dan seketika itu juga ia mulai tertawa terbahak-bahak.

"Pft! Hahaha! Kau seperti orang tua saja Hans! Bagaimana mungkin kau mempercayai hal konyol seperti itu?" Kristina merasa geli dengan apa yang baru saja didengarnya, tapi tak dipungkiri jika dia juga merasa tertarik dengan "aura" yang dikatakan oleh Hans.

Melihat respon ketuanya yang tampak antusias, lelaki itu tersenyum dengan bangga.

"Jika Anda berkenan... Saya telah menyiapkan tiket untuk acara Anda malam ini." ucap lelaki itu masih memegang tiketnya, berharap sang tuan mau menerimanya.

Kristina kembali termenung dan hanya menatap tiket itu, "Yah... Tak masalah menjadi orang gila untuk kali ini saja kan?"

Tanpa menjawab perkataan Hans, dia mengambil tiket itu dan berdiri, memakai jasnya untuk bersiap pergi ke pelabuhan, tempat dimana Kapal Ruby---Kapal termegah akan berlayar.

"Saya telah menyiapkan helikopter untuk Anda Ketua," suara berat itu lebih mengarah pada rasa hangat.

"Bagus, susul aku 15 menit lagi... " Kristina mendengarnya, tapi ia tak peduli dengan sikap Hans yang dianggapnya terlalu berlebihan.

"Andai aku bukan orang yang peka seperti ini... " Kristina membatin, merasa tak nyaman.

Perasaan yang demikian tidak berarti baginya, karena perasaan itu sangat memuakkan dan hanya menjadi hal sia-sia.

Sebelum menaiki helikopter, Kristina berbalik dan menatap Hans yang saat ini juga sedang menatapnya.

"Hans, jika aku mati apa yang akan kau lakukan?" tanya wanita itu tiba-tiba.

Hans kini terkejut bukan main ketika dia mendengar apa yang seharusnya tidak pernah ia dengar namun, dia masih berusaha untuk bersikap waras dan tenang walaupun perasaannya sekarang sangat gelisah.

"Saya... Akan membunuh orang itu, akan saya buat arwahnya memohon ampun pada Anda, akan saya buat semua orang yang memiliki hubungannya dengannya menyesal karena sudah tahu bahwa orang itu hidup." Hans menggenggam kuat jemarinya, perkataan yang dingin bagai es itu membuat semua anak buah nya bergidik ngeri, mereka tak berani mendongakkan kepala bahkan sangat berhati-hati dalam bernafas.

Kristina diam dan tersenyum tipis, tanpa membalas perkataan Hans, dia menaiki helikopter dan pergi ke pelabuhan.

Lima menit telah berlalu, semua orang masih diam di tempat. Tak ada satupun yang berani melangkah sebelum sang komandan memberi mereka perintah.

"Enyahlah, siapkan helikopter lagi, aku akan langsung menyusul!" titah pria itu sambil menatap waspada langit yang mulai berawan.

Setelah mendengar perintah dari komandan mereka, semuanya dengan sigap memberi hormat dan langsung bergegas pergi meninggalkan Hans yang masih terdiam di tempat.

"Kenapa Anda berkata seperti itu, Ketua?" gumam lelaki malang itu sembari menatap langit yang dipenuhi awan, tak ada cahaya sedikitpun.

...[ MOHON MAAF APABILA ADA KESALAHAN KATA MAUPUN TANDA BACA, KARENA SAYA INI CUMA NPC SEMATA YANG MASIH BANYAK KEKURANGANNYA ^^]...

...[ THANK YOU FOR READING THIS STORY! ]...

...[ MINASAN,-JI NO SHŌ DE O AI SHIMASHOU! ]...

...@_tharazerow ★~(◠ω◕✿)...

...•...

...•...

...•...

...•...

PROFIL KARAKTER :

(1).Kristina Haelly, seorang wanita dengan paras cantik rupawan, hidung mancung, kulit bersih dan cerah, rambut hitam lurusnya sangat bersinar dan gelap, bibirnya merah seksi, matanya dapat menghipnotis setiap lelaki. Seorang wanita berumur 21 tahun yang bertugas sebagai pembunuh bayaran.

Dia akan melakukan tugas apapun yang diperintahkan sesuai dengan bayaran yang ia dapatkan, baik itu dari pemerintah, para pejabat, ataupun orang yang berurusan dengan bisnis gelap. Hobinya adalah mengangkat seseorang menjadi anak buahnya, dia tak pintar dalam memilih orang kala itu, jadi setiap ada satu saja mata mata dari pemerintah, Hans lah yang akan menghabisi orang itu. Dia pintar tapi terkadang otaknya tak akan berjalan dengan baik jika seseorang mengajaknya berdebat dengan cukup lama.

(2). Hans, seorang pria jangkung yang memiliki tahi lalat kecil di bawah mata kanannya, matanya setajam mata elang, bibirnya elok dan ucapannya sangat pedas, rahangnya tajam, rambutnya terawat dan ia juga memiliki kulit bersih tanpa perlu perawatan mahal. Dia merupakan asisten loyal yang selalu berada di samping Kristina, dia adalah orang yang selalu berpikir jernih dan rasional, tapi saat ketuanya mendapat sebuah masalah, dialah orang pertama yang akan melawan dan membunuh semua orang secara membabi buta.

Hans yang pada awalnya seorang korban dari perang saudara di Negaranya, diselamatkan Kristina karena alasan bosan, saat itu ia baru memulai kariernya sebagai pembunuh dan masih mendapat sedikit permintaan, kesehariannya sangat membosankan. Dan sejak saat itu dia menjadi tangan kanan sekaligus perisai Kristina kapanpun ia diperlukan.

(3). Reihan, teman masa kecil sekaligus musuh bagi Kristina, pria ini sama seperti Hans, wajahnya rupawan, suaranya indah, mata dan rahangnya tajam, sama seperti mulutnya, tubuhnya tinggi dan ia memiliki banyak luka ditangannya. Dia yang bekerja untuk pemerintah, diperintahkan untuk memburu [ Queen of Darkness, Kristina Haelly ], karena tak tega membiarkan sahabatnya mati, dia pun melakukan hal yang tak seharusnya ia lakukan.

(4). Para anak buah Kristina, sama halnya dengan Hans, mereka mengikuti Kristina karena telah diselamatkan berkat rasa bosan yang melanda ketuanya kala itu.

*BONUS ILUSTRASI KRISTINA HAELLY

Kira kira begini lah penampilan Kristina pada zaman modern.

@CREDIT TO ORIGINAL ART

@CREDIT TO ORIGINAL ART

^^^@Thara_tta (๑'ᴗ')ゞ^^^

Ch.2 Ruby Room

Beberapa saat kemudian, di pelabuhan. Tempat banyaknya lampu yang bersinar di sepanjang ruas jalan, boks barang dimana-mana, teriakan demi teriakan yang menggema di segala penjuru.

"Hoi kau! Cepat bawa barangnya!" perintah salah seorang pedagang kesal.

"Silahkan tunjukkan tiket Anda Nyonya... " ramah seorang penerima tamu di kapal mewah yang berlabuh.

"Persetan dengan mereka! Pekerjaan ini sangat melelahkan." gerutu para buruh angkut yang sudah kelelahan.

Semua orang masih sibuk beraktivitas pada malam itu, karena kebanyakan orang di sana berprofesi sebagai nelayan dan pedagang.

"Mereka ini... Apa mereka tak bisa membedakan antara siang dan malam?" batin Kristina mengoceh karena suara riuh di sekitarnya.

Sewaktu dia sedang melamun dan menahan sakit kepalanya, seorang pria mabuk tiba-tiba menabrak wanita itu dan membuat keributan.

"Dasar brengsek! Kau bisa jalan tidak?! Pakai matamu dengan benar bodoh!" teriak pria itu dengan wajah merah kehilangan akal, tampak dia sangat mabuk. Dan tentu saja itu membuat Kristina menjadi tambah kesal.

Dia mendekati pria itu, menunduk dan mengulurkan tangan padanya, senyum manis terlihat jelas di wajah gadis itu, "Anda baik baik saja? Maaf karena saya telah menabrak Anda Tuan." tuturnya ramah dan sopan.

Kristina bukanlah orang yang akan membuat keributan hanya karena masalah kecil, lain cerita jika orang itu sudah kelewat batas.

Bukannya menjawab atau pun menggapai tangan wanita itu, si pria mabuk ini malah berlari tunggang langgang seakan telah melihat setan.

"Apa apaan tukang mabuk itu? Dia hanya bisa merusak nama tempat ini." bisik salah satu pedagang yang lewat.

"Pria mabuk bodoh, hahaha!" ejek yang lainnya menyambung.

Orang-orang yang melihat kejadian itu hanya berkomentar dengan pendapatnya sendiri, mereka meyakini mereka benar karena sudah melihat kejadian itu secara langsung. Namun, apakah mereka merasakannya secara langsung juga?

Memang bantuan yang diberikan Kristina adalah hal biasa dimata orang lain, tapi tidak dimata pria mabuk itu.

"Hm... Bodohnya... " gumam Kristina berdecak kesal, ia tak menghiraukan komentar yang didapatkannya, hanya berjalan ke depan sampai akhirnya tiba didepan sebuah kapal megah nan indah, kapal itu adalah kapal impian bagi semua orang.

"Mana tiketnya? Jika kau tak punya tiket cepat pergi! Ada banyak orang yang menunggu giliran." kata seorang awak kapal yang bertugas untuk menjaga pintu depan, wanita itu pun memberikan sebuah tiket merah yang ia dapatkan dari Hans.

Mulut pria itu ternganga sesaat sangking terkejutnya. Sikapnya pun langsung berubah menjadi berbeda, ramah dan sangat sopan, "Mari Tuan, silahkan masuk... Maaf apabila perilaku saya kurang menyenangkan, selamat bersenang-senang."

Karena sudah merasa lelah, Kristina hanya menganggukkan kepalanya dan berjalan menaiki kapal. Sewaktu dia baru ingin melangkah masuk, terdengar keributan yang ricuh dari luar.

"Ya ampun mayat! Ada mayat di sini!" teriak salah seorang nenek pedagang histeris.

"Ugh... Menjijikkan, cepat panggil petugas keamanan kemari!" sambung seorang pejalan kaki yang merasa terganggu.

Mereka beramai-ramai berkerumun pada jasad pria di sebuah kardus yang entah muncul dari mana itu. Mereka mencemooh dan mengejeknya secara terang-terangan, jasad yang menyedihkan dan mengenaskan, seorang pria yang termutilasi dan kehilangan lidahnya.

Mulutnya ternganga dengan darah yang mengalir dari sisa potongan lidahnya. Kristina hanya melirik sekilas, dan ia mengerutkan alisnya karena dia paham betul siapa yang telah melakukan hal tidak waras ini.

"Apa apaan semua emas itu? Kurasa ini hasil mereka menaikkan pajak beberapa bulan yang lalu, norak." itulah kesan pertama yang dirasakan oleh wanita itu.

Dia berpikir, bagaimana bisa mereka membuang buang uang untuk melapisi kapal dengan emas?

"Aku harap kapal ini tenggelam karena kelebihan beban... " gumamnya asal bicara dengan suara serak khas pria.

Pelayan yang ada di dekat Kristina terkekeh kecil, ia berusaha menahan tawanya, tapi dia terlambat karena wanita itu sudah memperhatikannya sejak masuk.

"Ah... Ma--maafkan saya Tuan... Desainnya memang telah dirancang sedemikian rupa untuk menyenangkan para tamu luar," pelayan itu menundukkan kepalanya sopan.

Tak ada respon apapun, hanya keheningan yang ada disekitar mereka, sangat berbanding terbalik dengan fakta bahwa para tamu sedang bergembira.

"Mari, silahkan ikuti saya Tuan, tempat untuk tamu khusus berada tidak jauh dari sini." bisik si pelayan.

Memang perjalanan yang sangat singkat, hanya dengan waktu lima menit mereka telah sampai di depan sebuah ruangan kecil, terlihat seperti gudang dari luar, di dalamnya pun hanya ada beberapa buah sapu dan kain pel.

Sang pelayan memasuki ruangan itu terlebih dulu dan bergegas mencari sesuatu di dinding, benar saja, ruangan itu ternyata adalah sebuah lift.

"Silahkan Tuan... " ajak pelayan itu, setelah Kristina masuk, dia menggosok dinding dan ruangan itu tertutup sembari berjalan ke bawah.

"Lift ini sengaja didesain agar tidak terlalu menarik perhatian pengunjung lain, jadi mohon maaf apabila anda tidak merasa nyaman." jelas pelayan itu tanpa diminta.

"Setelah kupikir lagi, suaranya terdengar tak asing bagiku." batin Kristina lalu mengangguk.

"Tak masalah, lagipula itu bukan hal yang harus dipedulikan, kau tak perlu berbicara jika aku tidak bertanya padamu." ujar wanita itu angkuh.

Si pelayan hanya dapat tersenyum dan menganggukkan kepalanya mendengar perkataan Kristina.

"Sudah berapa lama kau bekerja disini?" tanya perempuan itu tiba-tiba.

"Hm, sekitar tiga tahun Tuan." sahut si pelayan sambil menampilkan senyum bisnis andalannya.

Ketika mendengar pernyataan itu, tak ada lagi keraguan di wajah Kristina, kemudian dia segera menaikkan sebelah alisnya dan berkata, "Begitu ya? Pasti berat kerja ringan seperti ini jika sudah terbiasa melakukan pekerjaan kasar... "

Kristina menunjuk kapalan yang ada di tangan pria itu karena tampaknya sang pelayan bingung dengan maksud perkataannya.

"Oh, iya. Anda sangat benar." balas pria itu tak suka.

Setelah beberapa menit berlalu, lift pun berhenti dan terbuka.

Terlihat ruangan yang lebih indah daripada ruangan yang berada di atas, tempat termegah di kapal Ruby, Ruby Room tempat dimana para tamu khusus berpesta dan menghamburkan uang mereka.

Hukum yang berlaku disini ialah, "Hargamu bergantung dengan jumlah hartamu."

Ketika Kristina hendak melangkah keluar dari lift, ia tiba-tiba berhenti dan berbicara dengan suara kecil yang nyaris tak bisa didengar, "Kau tahu? Aku sepertinya mengenal seseorang yang sangat mirip seperti dirimu."

Tidak ada jawaban, yang terdengar hanyalah pintu lift yang menutup dan naik ke atas.

Walaupun begitu, wanita itu sudah tahu dengan jelas reaksi apa yang dia dapatkan, dan pada waktu yang sama acara yang telah dinanti para tamu akhirnya dimulai.

"Selamat malam para hadirin sekalian, dan selamat datang di Ruby Room tercinta kami!" sapa seorang moderator dari panggung dengan pencahayaan satu lampu.

...[ MOHON MAAF APABILA ADA KESALAHAN KATA MAUPUN TANDA BACA, KARENA SAYA INI CUMA NPC SEMATA YANG MASIH BANYAK KEKURANGANNYA ^^]...

...[ THANK YOU FOR READING THIS STORY! ]...

...[ MINASAN,-JI NO SHŌ DE O AI SHIMASHOU! ]...

...@_tharazerow ★~(◠ω◕✿)...

Ch.3 Ledakan

Acara tersebut dimulai dengan penuh kata sambutan oleh sang moderator, acara yang bisa dibilang relatif sederhana tapi terkesan glamor ini memiliki peraturan khusus.

"Sekali lagi saya ingatkan, para tamu sekalian wajib memakai apapun yang dapat menutup wajah kalian. Tentu kami tak akan memaksa, tapi ini kami lakukan untuk menyelamatkan diri kalian sendiri." sang moderator mengancam dengan menutup mulutnya menggunakan telunjuk, lalu tertawa.

"Menyelamatkan diri ya... Merahasiakan identitas memang hal utama bagi para penikmat acara ilegal, akan gawat jika tersebar secara global kan," Kristina kemudian memakai sebuah topeng rubah yang diberikan Hans dan segera mengambil tempat secara acak.

"Sekali lagi saya ucapkan terima kasih kepada para tamu sekalian yang telah datang untuk memeriahkan acara sederhana kami!" pria itu berseru lantang, menggemakan suaranya ke segala arah.

"Tanpa berlama-lama lagi, mari kita mulai acara yang telah lama kita tunggu ini!" lanjutnya bersemangat.

Lelang pun dimulai, dan sesuai dugaannya, wanita itu sama sekali tak menyukai acara jual beli.

"Sepertinya aku terlalu berekspektasi tinggi tentang lelang kali ini." protesnya, ia langsung berdiri dari tempat duduk dan bersiap untuk melangkah pergi.

Langkah Kristina terhenti sejenak ketika dia merasa bulu kuduknya merinding akan sesuatu, tetapi itu tak menghentikan niatnya untuk pergi dari lelang tersebut.

Baru saja dia sampai ke pintu keluar, langkahnya kembali terhenti karena dia mendengar sebuah bisikan yang terus diulang oleh seseorang, bisikan yang terus memintanya agar berbalik untuk melihat apa yang ada di belakang.

"Tuan... Maafkan aku Tuan, kumohon jangan tinggalkan aku! Bawa aku bersamamu... " rintih bisikan itu berulangkali.

Suara berat nan sayup itu terus berbisik di telinganya, "Siapa?" gumam wanita itu keheranan.

Karena rasa penasaran yang tinggi ia menoleh dan kembali tercengang, sebab dia tak melihat orang yang mencurigakan. Melainkan hanya melihat sebuah topeng *Oni yang memiliki sebuah tanduk panjang berwarna emas tepat di tengah panggung, sebuah topeng yang disimpan dalam wadah kaca yang dikunci dengan rantai besi.

"Baiklah semuanya, Ini adalah barang terakhir yang akan menjadi penutup lelang pada hari ini! Sebuah topeng keramat dari Dinasti yang hilang! Terkejut bukan? Konon katanya, topeng ini memiliki pikiran tersendiri untuk memilih siapa yang berhak menjadi pemiliknya! Mari kita mulai penawaran harga dengan 50$!" jelas moderator dan segera memberi penawaran.

Para tamu berlomba-lomba memenangkan topeng itu, banyak yang memberi harga untuknya, mulai dari 100$ hingga 500$. Bahkan pria di atas panggung itu tak menyangka jika orang-orang itu akan tertarik dengan topeng yang sedang dipamerkan ini.

"Dasar para orang kaya gila, hanya karena topeng, mereka seperti akan bertengkar dan saling membunuh." gumam sang moderator tertawa, wajahnya tampak tersenyum lebar melihat pertikaian itu.

"Eh? Kenapa... Aku bisa mendengar ucapannya?" racau Kristina bingung karena mendengar segala ucapan dari orang di sana, tak hanya teriakan mereka, gumaman dan bisikan mereka juga terdengar, bahkan suara mesin kapal terdengar jelas di kepalanya.

Kala itu dia tak terlalu memperhatikan, ia juga seolah terhipnotis dengan topeng yang ada di atas panggung itu, "Ahh... Aku harus mendapatkan topeng itu." gumam Kristina.

Tak lama setelah itu lampu tiba-tiba mati dengan sendirinya, para tamu mulai merasa panik dan ketakutan. Petugas kapal yang sedang berjaga merasa heran dan mencoba untuk menghidupkan kembali penerangan mereka.

Beberapa menit kemudian, lampu berhasil dinyalakan dan keributan kembali melanda.

"TOLONG! MODERATOR ITU DIBUNUH! MEREKA DIBUNUH!" seorang tamu yang berada di dekat panggung berteriak histeris, ada juga beberapa wanita kaya yang pingsan setelah melihat pemandangan mengerikan di depan mereka.

Kaca yang menjadi tempat disimpannya topeng itu pecah, rantainya terjatuh ke lantai bersama dengan pecahan kaca. Darah segar mengalir dari atas panggung, lantai emas panggung dihiasi beberapa anggota tubuh sang moderator juga para pelayannya, hal itu terjadi dengan sangat singkat, sayatan di tubuh jasad itu terbilang rapi untuk pembunuhan secara tiba-tiba.

Sewaktu semua orang dilanda kepanikan, satu orang diantaranya menyadari bahwa topeng keramat itu telah hilang dari tempatnya dan berinisiatif untuk mencari topeng itu.

Beberapa menit kemudian, di haluan kapal yang menjadi pusat tontonan para tamu. Terlihat seorang pria yang sedang berdiri memandangi laut malam, dia memegang sebuah topeng ditangannya. Tubuh Pria itu mengeluarkan aroma darah yang amat pekat, bahkan semua orang enggan bertanya apa yang terjadi dengannya.

"Aku tak mengerti, apa pemerintah juga memerlukan sebuah topeng kuno untuk mengurus Negara?" sindir Kristina yang masih mengenakan topeng rubah sekaligus mengarahkan pistol ke arah pria itu.

"Hm, apa maksudmu? Selama ini pemerintah telah mengurus Negara dengan baik, mereka hanya butuh sedikit keseruan." jawab pria itu seraya memutar tubuh untuk melihat lawan bicaranya.

"Sudah lama kita tak bertemu ya... Teman kecilku?" lanjut pria itu tersenyum pahit.

Kristina mengerutkan keningnya, "Semua ucapanmu itu masih saja omong kosong Reihan. Aku sempat terkejut karena mengira kau telah berganti profesi menjadi seorang pelayan kapal." sindir wanita itu lagi.

"Hahaha! Aku melakukannya hanya untukmu Tina. Ngomong ngomong, kau tak perlu berbicara formal denganku, aku bersyukur karena masih bisa melihatmu untuk yang terakhir kalinya..." ucap pria itu lirih.

Kristina tetap tak menjawab dan bersiap untuk menembak, "Buang topeng itu dan pergilah dari sini." balasnya geram.

"Bukankah... Aku yang harusnya mengatakan itu padamu?" gumam pria itu dingin.

Tiba-tiba sebuah belati melesat dan hampir mengenai wajah Kristina, untungnya dia dengan cepat menghindar dan serangan itu hanya mengenai topeng rubah miliknya. Dia lalu melepas topeng itu dan melemparnya ke lantai.

"Ini hanya akan menghalangi jarak pandangku." racau wanita itu bersemangat.

"Ah... Wajahmu masih tetap cantik seperti dulu Tina... " Reihan tertawa girang.

"Brengsek!" gerutu Kristina kesal.

"Maaf atas perlakuan anak buahku yang kurang ajar itu, tapi jika tak seperti ini kau tak akan mau memperlihatkan wajahmu padaku kan?" jelas Reihan sambil berjalan menghampiri Kristina.

Ketika sudah berada di jarak yang dekat, dia merogoh sakunya dan memberikan sebuah sapu tangan pada gadis didepannya itu.

"Katakan saja apa mau mu, kau bisa saja membunuhku secara langsung jika kau ingin... Benar kan?" cetus Kristina tanpa menerima sapu tangan pemberian Reihan tersebut.

"Benar, dan asistenmu yang bodoh itu juga pasti akan langsung menembak kepalaku jika aku melakukannya... " bisik lelaki itu lalu memutar netranya malas.

Kristina merasa heran dan mulai mengamati sekitarnya, dia hanya melihat para tamu yang ketakutan dan beberapa agen yang sedang bersiap untuk menembak sembari menunggu perintah namun, pada saat wanita itu mendongak, dia melihat ada lima helikopter.

Jarak helikopter itu cukup memungkinkan untuk menembak semua orang di atas kapal seperti menembaki seekor semut, terlihat di helikopter paling depan seorang pria gagah yang tengah berusaha menahan emosi juga egonya untuk melakukan itu semua, Hans.

"Oh? Dasar orang-orang bodoh... " gumam Kristina lega dan agak terpukau, dia sangat mengerti tentang Hans, karena baginya Hans adalah orang yang keras kepala dan memiliki tempramen yang buruk.

"Bagaimana dia bisa menahan emosinya itu?" pikir Kristina masih terkesima.

"Tentu dia bisa melakukannya, karena di kapal ini ada orang yang berharga baginya." celetuk Reihan yang membuat wanita itu kembali memasang wajah sinis.

"Aku ulangi untuk yang terakhir kalinya, apa mau mu, Anjing pemerintah?" geram Kristina yang kini kembali menodongkan pistol ke arah kepala Lelaki itu.

"Baiklah jika kau memang ingin tahu, menyerahlah Tina, kau sudah melewati batasmu dengan membunuh orang-orang itu. Jika kau mau menyerahkan diri, aku yang akan menjelaskan semua yang telah kau perbuat. Kepada pemerintah, bahkan semua orang."

pinta Reihan pada Kristina dengan wajah memohon yang menyedihkan disertai dengan raut wajah bimbang.

"Bagaimana jika aku tak mau? Lagipula, menjelaskan? Bukankah pemerintah harus nya berterima kasih karena aku telah menjalankan semua kewajibanku dengan penuh suka cita?" sahut Kristina.

"Kau pikir mudah membunuh saingan politik yang sedang dalam masa hangatnya?" sambung wanita itu memanasi.

Reihan menghela nafas panjang dan kembali menatapnya lekat, "Kalau itu jalan yang kau pilih, maka dengan berat hati aku harus membawamu secara paksa."

Lelaki itu dengan cepat merebut pistol Kristina dan memukul bahunya. Serangan kejutan itu dengan mudah dibalas oleh Kristina yang langsung memukul perut bagian bawah Reihan, kemudian ia menekuk tangan lelaki itu ke belakang hingga terjatuh.

Terdengar juga Reihan yang meringis kesakitan karena gadis itu memelintir tangannya ke belakang. Kristina kembali menodongkan pistolnya ke kepala Reihan yang kini berada dibawahnya.

"Kau kalah." ucap Kristina bangga.

"Kau yakin? Tina, apa kau tahu, pemerintah sangat ingin membuatmu mati dengan cara apapun, walau harus mengorbankan nyawa orang lain." gumam pria itu sebelum akhirnya menyeringai puas.

"Apa maksudnya?" batin wanita itu berusaha untuk mencerna perkataan yang baru saja diucapkan oleh Reihan, sampai pada akhirnya ia menyadari sesuatu.

"Senang bisa mengenalmu, Kristina Haelly!" seru Reihan melotot tajam ke arah Kristina.

"KALIAN GILA!" geram Kristina tak percaya, dia menyadari bahwa para agen yang sedari tadi menunggu komando, bukanlah untuk menembakinya, melainkan untuk mati bersamanya.

"Bau mesiu... " gumam wanita itu merinding.

Di saat Kristina ingin berteriak sekuat tenaga kepada para anak buahnya untuk segera pergi dari atas kapal, tiba-tiba semua bom meledak.

Tepat sewaktu dia sedang berusaha menyelamatkan orang orangnya, dan karena hal itu, Kristina merasa jika dia menyeret semua orang untuk ikut mati bersama dengannya.

Mata wanita itu terpejam saat ledakan, semuanya terjadi dengan sangat cepat. Sekarang saja dia tak menyadari jika laut sudah menelan semuanya.

"Apa... Yang telah kulakukan?"

"Kenapa aku tak bisa menyelamatkan mereka?"

"Kenapa aku bisa menjadi lengah?"

Suara Kristina tak bisa keluar, ia menumpuk segelintir pertanyaan di kepalanya, apa yang terjadi? Bagaimana dengan orang-orangnya? Apa tak ada yang selamat?

Pandangannya mulai memudar, langit berawan yang sempat dia lihat menghilang saat laut menelannya perlahan. Kegelapan dan kesunyian juga ikut melahapnya, tubuhnya mati rasa sangking dinginnya.

Tangannya yang tak lagi lengkap mencoba menggapai bulan yang semakin pudar, perlahan darah menutup pandangannya. Saat ini dia terus berpikir, kenapa dia dilahirkan? Mengapa setiap jalannya dipenuhi petaka?

Mencoba bahagia lagi dan lagi, walau tahu semuanya akan gagal adalah pernyataan terakhir yang dia pikirkan.

"Apa yang harus kulakukan agar dunia mau menerimaku?" batin Kristina sambil memejamkan matanya.

Tanpa disadari oleh wanita itu, dia menerima kematiannya yang berada di depan mata. Tubuhnya jatuh semakin dalam dengan puing puing kapal dan beberapa jasad orang yang tak lagi lengkap seperti dirinya.

"Benar, kalau aku mati... Semua orang akan hidup dengan damai kan? Setelah dipikirkan lagi lebih baik mati di laut daripada mati didepan orang-orang munafik itu... " batinnya sambil mencoba membuka matanya sebentar.

Ketika Kristina hampir tak dapat melihat lagi, secercah sinar ungu kegelapan yang awalnya tak ada di sana terlihat, cahaya itu melintasi langit dengan cepat, cahayanya mengalahkan cahaya bulan yang semakin buram dimatanya.

"Apa itu?" wanita itu menatap cahayanya dengan cermat untuk terakhir kali, cantik. Itulah kata pertama dan terakhir yang cocok dengan cahaya ini.

*Oni : Makhluk jahat dan menakutkan yang dipercaya memiliki kekuatan supranatural, dalam kepercayaan Jepang.(๑'ᴗ')ゞ

...[ MOHON MAAF APABILA ADA KESALAHAN KATA MAUPUN TANDA BACA, KARENA SAYA INI CUMA NPC SEMATA YANG MASIH BANYAK KEKURANGANNYA ^^]...

...[ THANK YOU FOR READING THIS STORY! ]...

...[ MINASAN,-JI NO SHŌ DE O AI SHIMASHOU! ]...

...@_tharazerow ★~(◠ω◕✿)...

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!