Luna Ananda Zahra atau biasa dipanggil Luna, gadis berusia 18 tahun, seorang pelajar di SMA R’mond. Luna anak yatim-piatu, orang tuanya meninggal setahun yang lalu. Sejak itu Luna harus hidup mandiri setiap pulang dari sekolah ia akan bekerja di sebuah toko kue.
Luna gadis yang baik dan ceria, ia tinggal sendiri dirumah peninggalan kedua orang tuanya, walaupun ada Keluarga dari ayah dan ibunya namun, ia tidak ingin terlalu menyusahkan mereka dan lebih memilih tinggal sendiri.
***
SMA R’MOND
Semua murid berlarian keluar kelas karena pelajaran telah selesai, bel pulang juga telah berdering.
Di salah satu kelas 12 terlihat seorang remaja bergegas membereskan peralatan sekolahnya masuk ke dalam tas.
Salah satu temannya menghampir, “Luna, apa Lo masih kerja ditempat lama?”
Yap, dia adalah Luna dan temannya itu bernama Zoya.
Luna mengangguk dan berkata, “iya Zoy, emang nya kenapa? Apa Lo ada kerja baru buat gue!” Luna memandang Zoya.
“Gak, cuman gue heran aja disana kan gaji nya terlalu sedikit, kenapa gak coba aja cari kerjaan lain yang lebih banyak gajinya?!” Zoya mengedikkan bahu acuh.
Luna menghela nafas, “ya...mau gimana lagi. Cari kerjaan zaman sekarang susah apalagi gue hanya menggunakan ijazah SMP, tunggu tamat SMA dulu”
Zoya mengangguk karena yang dikatakan Luna ada benarnya.
“Ya udah yuk” Luna menyandang tas nya dan berjalan keluar diikuti Zoya di sebelah nya.
Mereka berjalan kearah parkiran, di sana Luna mendekati sepedanya dan Zoya pulang dijemput sopir, Zoya termasuk anak orang kaya jauh beda dengan Luna. Namun, Zoya tidak tinggi hati dan tidak terlalu memilih teman, Luna temanan dengan Zoya sudah dari kelas 10 makanya sangat dekat.
“gue duluan ya, bye!” ucap Zoya yang telah masuk mobil sambil melambaikan tangan nya pada Luna.
Luna tersenyum dan membalas lambaian nya, kemudian ia juga mulai mengayuh sepeda nya menuju tempat kerja yang cukup jauh dari sekolah.
Tak berselang lama, Luna sampai di toko kue yaitu tempat ia kerja. Selesai turun sepeda, Luna bergegas masuk untuk mengganti pakaian tak lupa menyapa pemilik toko tersebut.
“Luna, makan dulu” kata pemilik toko tersebut bernama Kina atau biasa dipanggil Bu Kina.
“Iya Bu”
Kina tersenyum, walaupun Luna bekerja sebagai karyawan nya tapi ia telah menganggap anak itu seperti anak nya sendiri. Sebenarnya ia telah menawarkan pada Luna untuk tinggal bersamanya tapi Luna menolak jadi ia tak terlalu masalah. Kina memiliki satu anak laki-laki masih berusia 10 tahun.
Beberapa menit, selesai makan, Luna mulai bekerja.
“Oiya...ibu pergi ke rumah sebentar”
Luna mengangguk, “hati-hati Bu” Kina berjalan keluar dari toko.
Tak terasa hari sudah gelap, jarum jam menunjukkan pukul 20.00 malam. Luna juga bergegas kembali karena batas buka hanya sampai disini.
“Bu, Luna pamit ya Assalammualaikum!”
“Iya waalaikumsalam, hati-hati di jalan”
Luna mengangguk, kemudian mengayuh sepedanya kearah jalan menuju rumah.
***
Ditengah perjalanan, saat melewati sebuah gang kecil Luna terpaksa menghentikan sepedanya saat melihat seseorang terbaring disana karena penasaran Luna mendekat.
“Apa yang dilakukan orang ini malam-malam disini?” Walaupun sedikit curiga dan ragu namun dari lubuk hatinya berkata untuk mendekat.
Setelah mendekat dan memperhatikan, ia sadar ternyata seorang pemuda muda tak sadarkan diri, itu pun terlihat dari luka di bagian kepala.
“Gue harus bagaimana ini? Tidak mungkin kan gue biarin aja!” Luna sedikit gelisah, saat berpikir ia mendengar suara lirihan samar-samar dari pemuda tersebut.
“T-to-lo-ng...”
“Astaga dia masih sadar, aku harus cari bantuan!” Dengan cepat Luna berlari kearah jalan raya dan mencoba minta tolong pada kendaraan lewat, namun, tak ada yang mau berhenti.
“Aduh bagaimana ini!”
“Cari taksi aja deh” Akhirnya Luna memberhentikan sebuah taksi dan meminta tolong kepada sopir taksi mengangkat pemuda itu masuk ke dalam mobil.
“apa ini pacar adik!” Sopir itu bertanya karena melihat raut Luna sangat cemas sekali.
Luna terdiam dan kemudian menjawab, “bukan om, ini saya cuman membantu. Ya udah ayo pak antar ke rumah sakit terdekat!” sembarangan aja kenal aja kagak pacar dari mana.
Kemudian sopir taksi langsung menjalankan mobilnya menuju arah rumah sakit.
Tak butuh waktu lama, mereka sampai di rumah sakit, dengan cepat Luna memanggil suster memberi pertolongan.
15 menit kemudian, Luna masih menunggu duduk di luar ruangan UGD.
Tak berselang lama pintu itu terbuka dan keluar lah seorang dokter wanita, Luna segara mendekat, “bagaimana dok?”
Dokter tersenyum, “pasien tidak apa-apa, lukanya telah kami obati. Untuk lebih lanjut tunggu pasien siuman. Sekarang pasien akan dipindahkan ke ruangan rawat”
Luna mengangguk, “baik dok”
“Baiklah, kalo begitu saya permisi”
Luna hanya mengangguk, lalu ia melihat suster mendorong brankar tempat pemuda itu ke ruangan rawat. Luna juga mengikuti dari belakang.
Sampai di sana, Luna hanya diam dengan terus menatap pemuda itu, dia sedang berpikir bagaimana cara mengabari keluarganya, orang nya saja belum sadarkan juga.
“Baiklah, kami permisi keluar nona” ucap suster tersebut.
“Iya sus, terimakasih” suster membalas dengan senyuman dan keluar.
Sekarang hanya Luna dan pemuda itu tinggal,
"eh, kalo diperhatikan, dia ganteng juga!" sadar apa yang di ucapkan nya, ia menepuk pelan bibirnya.
"gue ngomong apaan dah"
Lalu ia tiba-tiba saja teringat sesuatu dan bersorak pelan, “ya Allah, sepeda gue! Aduh bagaimana bisa gue sampai lupa. Bagaimana ini!” dan melihat jam ditangannya, “udah jam sembilan lagi, gue harus segera pulang”
Sebelum keluar ia melirik pemuda itu sejenak, “besok aja gue kesini lagi” Lalu Luna segera pergi.
Saat sampai ditempat sebelum nya, ia bernafas lega, “syukurlah sepeda gue masih ada” Ia menaiki sepeda nya dan mengayuhnya pulang ke rumah.
***
Di rumah, Luna segera bersih-bersih, lalu memasak.
“Hufff... lama-lama tinggal sendirian kesepian juga” Keluh Luna yang sedang menyantap makanannya di ruangan tengah sambil menonton televisi.
Ia teringat ayah dan ibunya hatinya sedikit sesak.
“Jadi ingat bersama ibu dan ayah, kenapa kalian secepat itu meninggal kan Luna” air matanya mengalir begitu saja.
Cukup lama bersedih, ia dengan cepat menghapus air mata itu, “ish...gue ngapain nangis lagi sih, ibu dan ayah pasti bakalan sedih juga liat gue”
Lalu mengangkat piring kotornya ke dapur dan mencucinya.
Setelah beres, ia pergi ke kamar untuk mengerjakan tugas sekolah.
BERSAMBUNG...
***
LIKE >> KOMEN >> VOTE >> FAVORIT
Keesokan harinya, karena hari libur, ia tidak sekolah tapi tetap bekerja. Namun, sebelum berangkat kerja ia teringat pemuda semalam dan pergi kerumah sakit lebih dulu.
Di sana Luna langsung memasuki ruangan rawat no 033. Dia melihat pemuda itu masih tutup mata yang artinya masih belum sadarkan diri.
“Apa luka parah banget hingga masih tak sadar sampai sekarang!”
“Mendingan gue kerja aja deh” Namun, saat akan berbalik keluar ia mendengar lenguhan pelan, Ia segara berbalik dan mendekati brankar, ternyata pemuda itu sudah sadar.
“Shht...” Luna masih menatap pemuda tersebut hingga lupa memanggil dokter.
Saat itu juga bola mata pemuda itu menatap ke arahnya, Luna terbengong apalagi melihat raut wajah dia seperti sedang berpikir.
“Ehem... syukurlah anda sudah sadar” ucap Luna sedikit gugup karena ditatap terus oleh dia.
“Anda siapa?”
Hahh
Luna tersadar dengan sedikit tersenyum ia menjawab,
“saya Luna, saya yang menyelamatkan anda kemarin malam. Oh...apa bisa beri nomor ponsel keluarga anda biar saya dapat mengabarkan keadaan anda, takutnya nanti mereka mengkhawatirkan anda!”
1 detik
2 detik
3 detik...
Masih belum dijawab, Luna menjadi bingung dan kembali bertanya, “Uhm...kenapa? apa ada masalah!”
“Kenapa nih orang? Ditanya malah diam aja, tinggal jawab aja susah amat sih! Gak mungkin amnesia kan” Luna membatin.
“keluarga, siapa keluarga saya? Dan siapa saya?!”
!!
Luna terbengong, “maksud nya apa sih? Apa dia benaran lupa ingatan!”
Karena bingung Luna memanggil dokter. Berselang lama dokter tersebut masuk, Luna dengan cepat mengatakannya, kemudian dokter itu memeriksanya.
“Bagaimana dok?”
Dokter itu menghela nafas, “sesuai pemeriksaan saya pasien mengalami lupa ingatan, kemungkinan dia hanya ingat kejadian terakhir kali sebelum tak sadarkan diri” jelas dokter tersebut.
Luna melirik pemuda itu rumit, pemuda itu sendiri cukup kaget mendengar penjelasan dokter,
“Apa saya benar-benar hilang ingatan dok!” dia bertanya sambil memegang kepalanya.
Dokter mengangguk, “benar, tapi anda tenang saja lama-lama ingatan itu perlahan akan kembali seperti semula”
Mendengar ucapan dokter dia sedikit lega.
“Baik, kalo begitu saya permisi. Nanti jika ada keluhan lagi saya akan kembali” Luna mengangguk, setelah dokter itu keluar. Luna melihat pemuda itu terus memegang kepala mencoba mengingat.
“jangan dipaksakan, nanti yang ada kepalamu sakit”
Pemuda itu berhenti dan menatap Luna.
“sekarang harus bagaimana? Gue aja gak tau dia siapa, liat aja baru kali ini!” Mencoba berpikir, lalu ia mendapat ide cemerlang.
“Aha...lapor polisi aja” Luna mengeluarkan ponselnya dari tas.
Pemuda itu hanya diam dengan mata terus mengarah pada Luna, saat ia mendengar akan mengabarkan polisi ia tiba-tiba mengingat sesuatu.
“Jangan!”
Luna cukup kaget, “eh kenapa?
“Kenapa saya harus dilaporkan? Saya bukan orang jahat. Saya juga tidak ingin bertemu mereka!”
Luna terbengong, dan bertanya,
“Kenapa? Bukannya anda tidak mengingat apapun! Jika tidak saya laporkan harus bagaimana lagi. Apa jangan-jangan anda berpura-pura hilang ingatan? Dan siapa mereka yang anda maksud?!” Luna menjadi curiga, tapi mengingat perkataan dokter ia menggeleng,
“Eh, tapi mana mungkin dokter berbohong”
Pemuda itu menggeleng polos, dan berkata, “saya juga tidak tau, tapi yang saya ingat hanya kejadian saat saya dikejar beberapa orang berpakaian hitam. Mereka mengatakan ingin membunuh saya. lalu saya berusaha melarikan diri”
Luna tercengang dan terkaget, pantasan saat bertemu dia sedang terluka mungkin saja kepala itu habis dipukul benda keras.
“Hm...lalu?”
Pemuda itu menggeleng lemah. Luna cukup kasihan.
“Jadi sekarang harus gimana? Anda melarang saya menelepon polisi”
Pemuda itu kembali menggeleng, membuat Luna pusing, ditambah lagi ia juga harus berangkat kerja.
“Oiya...gue harus panggil siapa? Gak mungkin anda terus kan aneh” pikir Luna, lalu mencoba memikirkan nama yang cocok.
“Karna situ gak ingat, bagaimana mulai sekarang pakai nama Rehan aja sampai ingat kembali”
Pemuda itu berpikir, kemudian mengangguk.
“Oke, sekarang nama Lo Rehan” Luna juga mengubah cara bicaranya seperti biasa biar tidak terlalu formal. Lagian ia lihat dia hanya tuaan sekitar dua atau tiga tahunan darinya.
“nanti kalo perlu apa-apa panggil suster aja, gue mau kerja dulu” karena sudah hampir masuk jam kerja.
Rehan tampak seperti ingin berbicara tapi pada akhirnya hanya mengangguk saja.
Melihat itu, Luna bergegas berangkat kerja.
Sepeninggal Luna, Rehan kembali termenung, ia mencoba mengingat tapi hanya ingatan dikejar orang-orang itu saja yang terlihat.
“sebenarnya mereka siapa? Kenapa ingin membunuh ku”
“Dan siapa aku sebenarnya?” Rehan terus bertanya pada dirinya.
***
Di tempat kerja, Luna sebenarnya ingin menceritakan pada ibu Kina tapi ia urungkan saat mengingat larangan Rehan. Dia mulai berpikir jika Rehan itu bukan orang biasa. Mungkin lebih baik untuk sekarang ia rahasiakan saja.
Tapi satu yang ia pikirkan, kemana ia harus membawa Rehan, tidak mungkin ke rumahnya.
“Aduh...ayo berpikir!”
“Lagian kenapa harus gue yang susah sih”
Kina melihat kegelisahan Luna bertanya, “kamu kenapa Luna? Apa terjadi sesuatu?”
Luna tersadar dan dengan cepat menggeleng, “enggak kok Bu, aku cuman lagi mikirin ulangan besok” jawab Luna berbohong.
“O gitu, ibu pikir ada masalah besar”
Luna hanya tersenyum tipis dan melanjutkan kegiatannya.
***
Sepulang bekerja Luna kembali ke rumah sakit, ia juga sudah memikirkan tentang Rehan nantinya.
Disana, Luna berencana akan menjelaskan tapi sebelum itu ia bertanya terlebih dulu.
“Rehan, keluar dari rumah ini apa rencana Lo! Gak mungkin kan lo bakal disini terus”
Mendengar pertanyaan Luna, Rehan mencoba berpikir, sekarang ia tidak tau harus kemana, uang saja tidak punya.
Melihat Rehan tidak menjawab akhirnya Luna mengajukan pendapat nya,
“Bagaimana kalo Lo cari kosan aja atau tinggal dirumah gue. Tapi dengan syarat Lo harus bantu-bantu gue bersih in rumah dan memasak” sambil menaik-turunkan alisnya.
“Ehehe...dari pada gue kesepian dirumah. Nanti pulang kerja gue gak perlu beresin rumah lagi dan memasak. Biarlah gue dibilang mencari keuntungan, Kira-kira dia mau gak ya” Luna terkikik dalam hatinya, lagian gak berat juga.
Rehan cukup kaget, tapi saat mengingat Luna yang menyelamatkannya, ia setuju. Walaupun sedikit aneh tinggal serumah dengan seorang gadis penyelamat nya, tapi mau gimana lagi dengan keadaan dia yang sekarang.
“Oke. Tapi apa tidak apa-apa”
Luna cukup senang dan mengibaskan tangannya santai.
“Tidak apa. Pokoknya aman deh”
“Apa saya sudah boleh pulang sekarang!” aju Rehan bersemangat karena merasa kurang nyaman berada lama-lama dirumah sakit, padahal baru semalam.
Luna terheran, “eh, apa udah gak sakit lagi?” Rehan menggeleng cepat.
“Ya udah nanti gue tanya ama dokter dulu. Oiya... ngomongnya santai aja gak perlu formal lagi anggap aja gue adik Lo” ucap Luna sebelum melangkah keluar.
Rehan cukup kagum dengan sifat Luna, bahkan ia tidak mengenal dirinya tapi malah berbaik hati membantu dan mengajak tinggal serumah.
Rehan tersenyum kecil, “dia seperti nya memang gadis yang baik. Aku harus ber terimakasih padanya dan membalas kebaikan hatinya”
Kemudian, ia kembali rebahan sambil menunggu Luna kembali.
BERSAMBUNG...
***
LIKE >> KOMEN >> VOTE >> FAVORIT
Sekarang mereka telah sampai didepan rumah, sebelumnya selesai berbicara dengan dokter Rehan diperbolehkan pulang.
Luna mengajak Rehan masuk,
"yuk masuk, mulai sekarang anggap aja rumah sendiri"
Rehan yang masih di sekitar hanya mengangguk dan mengucapkan terimakasih,
"makasih ya Lo udah bantuin gue, padahal identitas gue belum diketahui"
Rehan merasa sedikit tak enak, dirinya sangat merepotkan Luna.
Luna hanya tersenyum, "udah gak apa, lagian sesama manusia kita harus saling menolong. apalagi dengan keadaan lo begini"
"nanti kalo misalnya Lo udah ingat jangan lupain gue ya"
Rehan mengangguk, "aman, ya kali gue lupain penyelamat gue. gue bukan orang seperti itu!"
Luna mengangguk puas, sampai didalam ia berjalan membawa Rehan kearah kamar yang berada di sebelah kamarnya.
“Ini kamar Lo dan di sebelahnya kamar gue” jelas Luna. Rehan mengangguk dan segera masuk tapi sebelum itu langsung dihentikan oleh Luna.
“Eh, tunggu!”
“Kenapa?” Rehan berbalik.
“Gue lupa, pakaian Lo belum ada cuman yang di Lo pakai sekarang aja, Hm... untuk sementara Lo pakai milik almarhum ayah gue dulu ya” ucap Luna sambil tersenyum paksa, karena melupakan hal tersebut.
Rehan hanya menggeleng kepala, “iya gak apa, bisa tinggal disini aja gue bersyukur”
“Gitu ya, ya udah Lo istirahat aja, gue mau bersih-bersih” Luna berbalik memasuki kamarnya.
Di kamar Rehan,
Ia membuka lemari pakaian dan melihat beberapa pakaian tergantung dan terlipat rapi, Ia mengambil satu baju kaos abu-abu dan celana pendek.
“Ternyata selera ayah Luna anak muda juga” ukurannya juga tak terlalu besar di badannya. Lalu segera mandi karena badan terasa sedikit lengket.
Tak butuh waktu lama, Rehan menyelesaikan ritual mandi nya, selesai berpakaian ia keluar dari kamar.
Dan melihat Luna juga baru keluar melangkah ke arah dapur, dengan langkah pelan Rehan mengikuti.
Luna sendiri ia tau Rehan mengikuti nya tapi hanya acuh saja walaupun dalam hatinya sedikit canggung karena baru kali ini tinggal serumah dengan lelaki asing.
“Hm...Lo mau gue masakin apa?” Luna bertanya tanpa membalikkan badan.
“Terserah” jawab Rehan karena tidak tau juga mau apa, apalagi ia juga tidak ingin merepotkan Luna, jadi terserah Luna saja.
Luna mengangguk dan berbalik, “ya udah, mending Lo tunggu di ruangan tengah aja nanti kalo udah selesai gue panggil”
“Gak mau gue bantuin” tanya Rehan.
“Gak usah, biar gue sendiri aja”
Rehan mengangguk dan pergi ke ruang tengah, lalu duduk di salah satu sofa tak lupa menyalakan televisi untuk menghilangkan kebosanan nya.
“Hufff...apa benaran aman gue tinggal di sini, nanti jika tetangga Luna lihat gue apa gak terjadi kesalahpahaman?!” Rehan sedikit khawatir, karena menurut nya wajar jika seorang lelaki dan seorang gadis tinggal seatap tanpa ada hubungan saudara bisa terjadi kesalahpahaman membuat orang lain berpikir negatif.
Ia juga heran kenapa Luna sebaik ini padanya, padahal kata dia tak mengenal dirinya sama sekali.
“Lebih baik gue gak usah pikirkan sekarang” ucap Rehan pada akhirnya dan kembali fokus menatap layar televisi.
***
Tak berselang lama Luna menyelesaikan acara memasak nya dan segera memanggil Rehan.
“Yuk makan”
Rehan mengangguk dan duduk di meja makan yang telah disediakan.
Ting tong...
Ting tong...
Mendengar suara itu, mereka langsung menghentikan suapannya dengan saling menatap kaget.
“Lun!” bisik Rehan.
“Bentar gue buka dulu” Luna segera berjalan membuka pintu.
“Eh, Tante Rini!” Luna meringis dalam hati. Tante Rini adalah adik dari ayah Luna.
“Tumben malam-malam Tante datang?” tanya Luna tersenyum paksa.
Tante nya itu terheran, “memang kenapa? Tante gak boleh datang malam kesini” lalu langsung masuk melewati Luna.
Luna terbelalak, “aduh bagaimana ini? Jangan sampai Tante pergi ke dapur” dengan cepat ia menghentikan langkah tantenya.
“Lebih baik tante duduk aja biar Luna buatin minuman? Tante mau minum apa?”
Rini hanya mengangguk, “ya udah, kamu buatin teh hangat aja tapi jangan terlalu manis nanti kamu lupa lagi”
“siip Tante” setelah melihat Tante Rini duduk, Luna bergegas ke dapur, tujuan utamanya adalah Rehan.
Disana Rehan juga terlihat sudah menunggu waspada, saat melihat Luna dengan cepat ia bertanya,
“Bagaimana?” karena ia sempat mendengar percakapan Luna.
Luna menggeleng panik, “gawat, Tante gue datang. Gue yakin dia juga bakalan nginap disini”
“lo buruan sana masuk kamar” sambil mendorong Rehan ke arah kamar.
“Kamar yang mana?” karena yang lihat disini cuman ada dua kamar. satu yang ia tempati dan satunya lagi kamar Luna.
“Ngumpat di kamar gue aja dulu”
“Lo yakin?” Luna yang tak punya pilihan hanya mengangguk. Ia sendiri juga tak menyangka Tante Rini datang jauh-jauh malam ini, sangat jarang berkunjung.
Saat melihat Rehan telah pergi, Luna membereskan piring kotor habis Rehan makan, lalu baru membuatkan teh untuk tante Rini.
“Lunaaa... kenapa lama banget, kamu gak ketiduran kan!” terdengar teriakan Tante Rini dari depan membuat Luna berdecak pelan.
Dengan cepat Luna membawa tehnya kesana.
“maaf Tante Luna ke kamar mandi sebentar tadi, makanya sedikit lama!” alasan Luna berbohong dengan raut bersalah dibuat-buat.
“Tante pikir kamu ketiduran” canda Tante Rini yang tak terlalu serius.
“Ya enggak lah, Tante pikir aku udah tua!” dumel Luna sedikit kesal.
Rini yang telah meminum tehnya kembali berkata, “Oiya...tante cuman singgah sebentar soalnya suami tante sudah selesai dinas di daerah sini”
Luna langsung lega, ia pikir bakalan nginap disini, “syukur deh!”
Melihat reaksi Luna, Rini semakin bingung, “kamu kenapa Luna, kayak senang banget tante pergi”
Hahh
Luna heran, apa kelihatan banget begitu dengan cepat ia menggelengkan kepala, “enggak kok tante, aku cuman heran aja biasa tante pasti nginap disini”
“maaf ya, soalnya suami tante buru-buru, apalagi sekarang Dafa gak mau tinggal lama-lama!” jawab Rini merasa bersalah.
Luna hanya tersenyum biasa, “enggak apa-apa kok tante, gak usah di pikirin” karena ia memang lebih nyaman berjauhan dengan tante Rini maupun yang lain, jika ada mereka ia merasa sedikit terkekang.
Apalagi seperti sekarang ada Rehan dirumah bisa panjang urusan nya.
“Apa kamu benaran gak mau ikut tante! Disana lebih mewah dan lebih bagus dari rumah ini, kenapa kamu lebih memilih tinggal disini?”
Luna hanya tersenyum kecil, “maaf tante, walaupun gak sebagus rumah tante tapi Luna nyaman kok. Lagian dari kecil Luna tinggal disini, gak masalah kok” ucap Luna acuh, dan sebenarnya sedikit kesal karena selalu membandingkan rumah sederhana peninggalan orang tuanya dengan rumah dia. Mentang-mentang suaminya orang berada.
Rini tertawa pelan, “benar juga sih, tapi ya kalau kamu udah gak nyaman lagi datang kerumah tante aja pintu rumah tante selalu terbuka untuk kamu!”
Luna hanya mengiyakan saja.
Beberapa kemudian, terdengar suara klakson mobil dari luar, mendengar itu Rini cepat-cepat menghabiskan tehnya dan berdiri.
“Ya udah, Tante pergi dulu. Kamu baik-baik ya. Dan ini ada uang buat kamu” ucap Tante Rini sambil menyodorkan beberapa lembar uang seratus ribu pada Luna.
“Tapi tante...”
“Udah ambil aja, lagian tante jarang-jarang kesini. Ya udah tante pamit”
Luna menghantar tante Rini sampai luar, disana terlihat sebuah mobil sedan putih. Luna hanya menatap mobil tante Rini masuk dan akhirnya sampai mobil itu hilang dari pandangan nya.
“Hufff...” kemudian ia berbalik.
“Astaghfirullah!” Luna terperanjat melihat seseorang tiba-tiba saja telah berdiri dekat pintu.
BERSAMBUNG...
LIKE >> KOMEN >> VOTE >> FAVORIT
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!