NovelToon NovelToon

Gairah Sang Dokter Duda

Prolog

...Hei-hei aku kembali dengan cerita baru. Kalian ingat dokter yang menolong asisten rumah tangga di rumah orang tua Elang saat Mentari diculik? Jika tidak ingat bisa kembali baca cerita Elang dan Mentari. Jangan lupa favoritkan cerita ini, cerita dokter dengan pembantu yang dibumbui alur cerita yang hot dan romantis, yang pastinya membuat kita baper. Jangan lupa baca cerita ini ya....

... Happy reading...

****

Bekerja sebagai dokter kandungan di rumah sakit swasta sekaligus single daddy untuk anak semata wayangnya tidak membuat Fathan Samudra, lelaki matang berusia 40 tahun itu putus semangat.

Menduda 5 tahun lamanya karena kehilangan sang istri saat melahirkan anaknya membuat gairah Fathan tak lagi ada untuk urusan ranjang. Banyak terang-terangan yang menggodanya baik rekan kerjanya sesama dokter, suster, bahkan sampai pasien yang masih mempunyai suami juga menggoda dirinya tetapi Fathan sama sekali tidak tertarik. Di dalam hatinya hanya ada satu cinta untuk mendiang istrinya dan anak semata wayangnya.

Namun, pemikiran Fathan salah! Setelah ia menolong wanita muda dan pria paruh baya di parkiran supermarket, gairah dan fantasi bercintanya kembali datang. Wanita muda yang berprofesi sebagai pembantu itu mampu membangkitkan milik Fathan yang sudah lama mati dengan hanya memikirkan wajah wanita itu.

Gila memang! Tetapi Fathan merasa tersiksa dengan semuanya, hingga Fathan berhasil menjadikan wanita itu pengasuh anaknya walau hanya beberapa jam saja karena wanita itu bekerja di rumah keluarga Mahendra. Dengan bujukkan Fathan akhirnya keluarga Mahendra mengizinkan wanita bernama Tri itu bekerja tetap di rumahnya sebagai pengasuh anaknya karena anak Fathan pun sangat menyukai Tri.

Akankah Fathan bisa menahan dirinya saat melihat Tri yang begitu seksi di matanya? Atau malah menjerat Tri pada malam panas yang membuat keduanya ketagihan dan tidak bisa melupakan malam itu?

"Saya ingin memanggilmu Hanum karena nama itu sangat indah untuk saya. Apalagi saat kamu tak lagi berdaya di bawah kuasa saya, Hanum!"

***

Tiga kali gagal melangsungkan pernikahan membuat wanita dewasa berusia 30 tahun bernama Tri Hanum Pratiwi lebih memilih pergi ke kota untuk bekerja.

Menjadi gunjingan tetangganya di kampung karena terus menerus gagal menikah membuat Tri hampir berputus asa. Ia berpikir tidak ada yang mau menikah dengannya karena statusnya yang hanya anak petani biasa.

Perawan tua! Itulah dua kata yang disematkan untuknya hingga Tri tak lagi memikirkan soal pernikahan walau di dalam lubuk hatinya ia sudah sangat ingin menikah. Hidup bahagia dengan suami dan anak-anaknya. Nyatanya itu adalah khayalan Tri saja, tiga lelaki yang ingin menikahinya memutuskan membatalkan pernikahan dengannya secara sepihak karena lebih memilih gadis yang usianya lebih muda darinya.

Malu? Tentu saja! Hingga Tri menepis semua perasaan irinya kepada teman-teman atau adiknya yang sudah menikah dan mempunyai anak.

Tri malah menyibukkan dirinya dengan bekerja sebagai pembantu di rumah keluarga Mahendra. Sampai suatu insiden membuat Tri bertemu dengan seorang dokter berstatus duda menolongnya hingga Tri terjerat pesona dokter duda tersebut.

Tri yang menyukai anak kecil mampu dekat dengan anak Fathan hingga ia menjadi pengasuh anak Fathan atas bujukan majikannya sendiri. Tri tidak tahu kenapa majikannya malah menyuruhnya bekerja bersama Fathan tetapi Tri sama sekali tidak menolak karena wajah anak Fathan yang selalu menggemaskan.

Hati nurani Tri sebagai ibu mencuat saat anak Fathan memanggilnya bunda. Apalagi tatapan Fathan padanya yang membuat Tri merinding hingga Tri terjabak malam panas bersama dengan Fathan yang membuat Tri tidak bisa lagi pergi dari Fathan.

Hubungan terlarang mereka tercium sampai kepada kedua orang tua Fathan dan mantan mertua Fathan. Akankah mereka merestui hubungan keduanya? Atau Tri mundur karena lagi dan lagi ia disadarkan dengan rasa tak pantasnya untuk Fathan? Akankah Tri kembali gagal menikah untuk ke-empat kalinya?

"Mas Fathan, aku mencintaimu! Tetapi apakah aku pantas untukmu?"

Bab 1 (Terpesona)

...Happy reading...

*****

Sebagai orang tua tunggal Fathan harus bisa menjadi ayah sekaligus ibu untuk anak semata wayangnya walau ia disibukkan dengan pekerjaannya sebagai dokter kandungan.

Pagi ini Fathan pergi ke supermarket untuk membeli keperluan Cika, sang anak yang super manja kepadanya. Berbagai makanan kesukaan Cika sudah ia masukkan ke dalam troli. Fathan ingin mengambil buah strawberry kesukaan anaknya tetapi ada tangan wanita yang duluan mengambilnya.

"M-maaf," ucap wanita itu dengan lembut.

Deg....

Jantung Fathan berdetak dengan sangat cepat saat melihat wajah seseorang yang meminta maaf dengan lembut kepadanya.

"Tidak apa-apa ambil saja strawberry-nya," ucap Fathan dengan tersenyum hangat.

"Terima kasih," ucap Tri dengan ramah. Ia langsung mengambil strawberry itu dan pergi dari hadapan Fathan yang masih menatapnya dengan tidak berkedip.

"Mbak tung..." Fathan mengusap wajahnya dengan kasar saat wanita itu semakin menjauh dari pandangannya dan tidak lagi terlihat.

"Kenapa dengan jantungku? Tidak mungkin kan aku terpesona dengan wanita itu? Aku rasa wanita itu juga sudah mempunyai suami," gumam Fathan yang mulai sadar tentang dirinya yang sangat aneh hari ini.

"Ingat Fathan hanya mendiang istrimu yang sangat kamu cintai tidak ada yang lain!" ujar Fathan menguatkan hatinya untuk tidak goyah.

Fathan menghembuskan napasnya dengan perlahan. Ia berjalan ke arah kasir karena strawberry yang ingin ia ambil sudah tidak ada hanya satu boks yang tersisa dan itu pun sudah diambil oleh wanita yang sudah membuat jantungnya berdetak sangat aneh.

Setelah membayar semua belanjaannya Fathan keluar dari supermarket tersebut karena ia juga harus pergi ke rumah sakit dimana dirinya bekerja sebagai dokter kandungan di sana. Pasiennya hari ini cukup banyak yang membuat Fathan terkadang merasa bersalah kepada Cika karena ia jarang sekali ada waktu untuk anaknya.

"T-tolong..."

Fathan mengerutkan dahinya saat ia mendengar suara orang meminta tolong. Matanya semakin menajam kala ia melihat segerombolan lelaki berbadan besar memasuki mobil. Fathan yang paham akan situasi saat ini ia langsung berlari mendekat ke arah pria paruh baya yang sudah tidak berdaya di parkiran.

"Bapak sama mbak-nya kenapa?" tanya Fathan dengan bingung.

"Ini kan wanita tadi," gumam Fathan dengan cemas saat ia melihat Tri yang pingsan di hadapannya sekarang. Entah mengapa ia bisa sangat sepanik ini.

"Mas tolong saya, Mas! Majikan saya diculik! Tolong telepon suami majikan saya bernama Elang," ucap pak Maman dengan lirih dan memberikan ponselnya kepada Fathan yang terlihat cemas dengan keadaan Tri sekarang.

Tanpa berpikir panjang Fathan langsung mengambil ponsel dari pria paruh baya yang terlihat tak berdaya sekarang.

"Maaf Pak saya bukan pak Maman. Saya tidak sengaja melihat pak Maman yang Bapak maksud tergeletak tak berdaya di parkiran supermarket bersama seorang perempuan. Beliau menyuruh saya untuk menelepon Bapak karena istri Bapak diculik, saya harap Bapak segera datang ke sini," ucap Fathan dengan tegas setelah teleponnya diangkat.

Lumayan lama Fathan meyakinkan Elang barulah Elang mempercayai ucapannya. Ia memberikan ponselnya kepada pak Maman.

"Bapak masih bisa bertahan?" tanya Fathan dengan cemas.

Pak Maman mengangguk lirih yang membuat Fathan khawatir. Ia juga melihat ke arah wanita yang tergeletak begitu saja. "Majikan anda akan segera datang, kita biss menungu mereka di sini. Saya akan memberikan pertolongan pertama untuk Bapak dan wanita ini," ucap Fathan dengan tegas.

Fathan ingin langsung membawa kedua orang ini ke rumah sakit tetapi tiba-tiba saja ia juga mendapatkan telepon dari pengasuh anaknya jika lagi dan lagi Cika berbuat ulah. Sudah 5 kali Fathan mengganti pengasuh anaknya tetapi sama sekali tidak ada yang cocok untuk Cika. Harus bagaimana lagi Fathan mencari pengasuh yang membuat Cika nyaman? Sungguh hal ini membuat Fathan frustasi karena ia tidak bisa fokus bekerja jika anaknya terus menangis bersama dengan pengasuhnya.

Fathan memberikan pertolongan pertama untuk pak Maman dan Tri. Akhirnya Tri sadar dari pingsannya walau dirinya masih sangat merasa pusing.

Untung saja Fathan membawa tas peralatan medisnya. Ia bisa membantu pak Maman walau keadaan pak Maman semakin lemah. Tak lama dari itu juga Elang dan keluarganya datang dan langsung menghampiri pak Maman dan Tri.

"Kenapa pak Maman bisa seperti ini Mbak Tri?" tanya Alan yang masih belum mengetahui kejadian yang sebenarnya.

"A-anu Tuan... Kami berusaha menolong non Mentari yang diculik," ucap Tri dengan terbata. Wanita itu masih syok dengan apa yang terjadi pada mereka.

"APA? DICULIK?" tanya Alan dengan sangat syok.

"Yah. Ayah bisa membawa pak Maman ke rumah sakit? Elang ingin menyelidiki di mana Mentari di bawa," ucap Elang dengan cemas.

"Iya, Ayah akan membawa pak Maman ke rumah sakit. Tapi kamu jangan gegabah semua harus dipikirkan dengan kepala dingin," ucap Alan dengan tegas.

"Terima kasih Pak sudah menolong supir dan asisten saya," ucap Alan saat melihat Fathan seseorang yang telah menolong pak Maman dan Tri.

"Sama-sama Pak. Maaf saya tidak bisa membawa mereka ke rumah sakit, saya hanya bisa menangani pak Maman di sini kebetulan saya juga seorang Dokter. Anak saya sedang menangis bersama pengasuhnya jadi saya tidak bisa meninggalkan anak saya sembarangan," ucap Fathan tersebut dengan ramah. Diam-diam ia mencuri pandang kepada Tri yang masih sangat terlihat lemas.

"Ini kartu nama saya. Jika kalian membutuhkan saya, hubungi saya saja. Saya permisi, anak saya sudah menangis bersama dengan suster yang menjaganya," ucap Fathan dengan cepat.

"Baik Pak Fathan terima kasih," ucap Alan dengan ramah.

"Sama-sama, Pak!"

"Semoga kita dipertemukan kembali Nona," gumam Fathan di dalam hatinya sebelum ia berlalu pergi meninggalkan semua yang ada di sana.

****

Sesampainya di rumah Fathan mendengar suara tangisan Cika yang sangat kencang membuat Fathan kembali panik.

"Lea, kenapa lagi dengan Cika?" tanya Fathan dengan dingin.

"Maaf, Pak. Non Cika tidak mau makan dan non Cika tidak ingin diasuh oleh saya," jawab Suster Lea dengan jujur.

Fathan mengusap wajahnya dengan kasar. Ia menghampiri Cika yang menutupi seluruh tubuhnya dengan selimut.

"Cika Sayang. Lihat Papa, Sayang! Bicara sama Papa yuk," ucap Fathan dengan lembut.

"Enggak mau!" teriak Cika dengan kencang.

"Bicara sama Papa, Cika mau apa Sayang?" tanya Fathan dengan lembut.

"Cika gak mau pengasuh seperti mbak Lea lagi. Dia tidak seperti Mama! Cika ingin punya Mama!" ucap Cika dengan terisak yang membuat hati Fathan teriris.

"Kenapa Cika dilahirkan kalau membuat mama meninggal? Cika ingin punya Mama," ucap Cika dengan terisak.

Fathan menahan air matanya yang hendak jatuh. "Cika bisa mengerti keadaan Papa tidak? Mama akan selalu ada di hati Cika dan Papa. Sekarang lihat Papa sebentar," bujuk Fathan dengan lirih.

Cika membuka selimut yang menutupi seluruh tubuhnya ia menatap papanya yang tampak bersedih karenanya.

Fathan tersenyum lalu ia mengarahkan cermin kecil ke arah anaknya. "Lihat wajah Cika seperti mama, kan? Mama akan selalu di hati kita untuk selamanya," ucap Fathan dengan lembut.

"Maaf, Pa!" ucap Cika dengan wajah yang menunduk.

"Papa maafkan. Sekarang Cika bersama mbak Lea dulu ya, Papa ke rumah sakit dulu. Papa ini seorang dokter yang menyelamatkan nyawa bayi dan ibunya agar keduanya sehat. Cika jangan nakal ya," ucap Fathan dengan lembut.

"Iya, Pa!" jawab Cika dengan pelan walau sebenarnya ia merasa tidak nyaman dengan pengasuhnya sendiri. Entah mengapa hati kecilnya selalu menolak pengasuh yang papanya pekerjakan.

Cup....

"Ya sudah Papa ke rumah sakit sekarang. Lea jaga Cika dengan baik jika Cika kembali menangis segera telepon saya. Saya pergi," ucap Fathan dengan tegas.

"Baik, Pak!" jawab Lea dengan sopan. Ternyata menjadi pengasuh Cika sangat melelahkan jika ada pengganti dirinya Lea dengan senang hati mengundurkan diri.

"Papa pergi dulu. Cika jangan nakal ya!" ucap Fathan mengusap rambut anaknya. Sedangkan Cika hanya mengangguk saja membiarkan sang papa pergi ke rumah sakit untuk bekerja.

*****

Jangan lupa like, vote, dan komentar yang banyak ya supaya aku semangat update lagi nih.

Bab 2 (Bertemu Kembali)

...Hei aku kembali lagi nih dengan cerita baru. Jangan lupa like, vote, dan komentar yang banyak ya. Biar aku semangat update....

...Happy reading...

****

Tri masih tampak syok karena melihat langsung bagaimana majikannya diculik. Ia terus menangis menunggu pak Maman di ruang tunggu rumah sakit.

"Sudah Tri, kamu tenang. Pulihkan saja kondisi kamu ya," ucap Ulan dengan lembut. Ia tidak mau asistennya merasa terguncang karena melihat langsung bagaimana penculik membawa menantunya.

"Tapi, Bu. Hiks...hiks.. non Mentari diculik, Bu. S-saya takut non Mentari kenapa-kenapa, semua penculiknya berbadan besar, Bu," ucap Tri sesugukan.

"Saya juga khawatir dengan menantu saya, Tri. Kita berdoa saja supaya Elang dan yang lainnya dapat menemukan Mentari dengan cepat," ujar Ulan dengan lirih.

"Iya, Bu." Tri menjawab dengan lirih. Tubuh dan hatinya benar-benar terguncang saat ini hingga ia merasa tubuhnya terasa sakit semua.

"Tri, kamu kenapa?" tanya Ulan saat melihat ART-nya memucat.

"Saya tidak apa-apa, Bu," jawab Tri mencoba tersenyum.

Tidak jauh dari mereka Fathan melihat semuanya. Ia tersenyum saat sudah mengetahui nama dari seseorang yang telah membuat jantungnya berdebar dan bagian bawahnya berdenyut sakit memberontak karena sudah lama tertidur dan tidak memiliki gairah bercinta. "Jadi namanya Tri. Cantik seperti orangnya," gumam Fathan dengan lirih.

"Aku harus menjadikan dia milikku secepatnya. Harus!" ucap Fathan dengan penuh tekad.

Fathan berjalan mendekati Tri dan wanita yang sedang bersama dengan Tri. "Selamat sore," sapa Fathan dengan gaya coolnya.

Tri dan Ulan menatap seseorang yang menyapa mereka. "Selamat sore, Dokter. Ada apa ya?" tanya Ulan dengan ramah.

"Bu, ini dokter yang menolong saya dan pak Maman tadi," ucap Tri dengan pelan.

Fathan yang dikenali dengan suara yang amat lembut menjadi meleleh, ia semakin yakin untuk memiliki Tri dengan secepatnya. "Perkenalkan saya dokter Fathan. Dokter spesialis kandungan di rumah sakit ini. Saya tadi bertemu dengan mbak Tri dan pak Maman diparkiran supermarket dalam keadaan tidak berdaya," ujar Fathan menjelaskan.

"Terima kasih, Dok. Berkat Dokter, supir dan ART saya baik-baik saja," ucap Ulan dengan tulus.

"Sama-sama, Bu," ucap Fathan dengan tersenyum tipis.

Fathan melirik ke arah Tri yang terlihat diam. kekhawatiran terhadap kondisi Tri benar adanya, wanita itu tampak pucat sekali. "Bu, sebaiknya bawa mbak Tri ke dalam ruangan saya. Dia terlihat pucat sekali," ucap Fathan dengan cemas sekaligus beralibi agar Tri berada di dalam pengawasannya.

Ulan menatap Tri dengan cemas. "Apa tidak sebaiknya dibawa ke ruang perawatan saja, Dok?" tanya Ulan dengan cemas.

"Di dalam ruangan saya tidak apa-apa, Bu. Saya bisa mengobati lebam yang ada di lehernya," ujar Fathan dengan tegas.

"Benar tidak apa-apa, Dok?" tanya Ulan memastikan.

"Saya di sini saja, Bu. Dokter tidak perlu repot-repot mengobati saya, saya baik-baik saja," ucap Tri dengan lirih.

"Kamu harus istirahat Tri! Ayo Dok bawa Tri," ucap Ulan dengan tegas.

"Sini saya bantu," ucap Fathan memegang lengan Tri dengan pelan.

Tri yang awalnya menolak menjadi tidak enak dengan majikannya akhirnya ia mau di bawa ke ruangan dokter Fathan. Tri sama sekali tidak sadar saat Fathan menatapnya dengan sangat intens sampai di ruangan dokter Fathan.

Dokter Fathan membaringkan Tri di brankar dengan perlahan. di belakang mereka ada Ulan yang menatap cemas ke arah Tri.

"Tri, apa yang kamu rasakan sekarang?" tanya Ulan dengan pelan.

"Pusing, Bu!" jawab Tri dengan lirih.

"Dok keeadaan Tri baik-baik-baik saja, kan? Dia menolak untuk dirawat, saya khawatir dengan keadaannya," ujar UlUlan dengan cemas.

"Tidak apa-apa, Bu. Mbak Tri hanya syok saja," ucap Fathan dengan tersenyum.

"Alhamdulillah," ucap Ulan dengan lega.

"Biarkan saja Mbak Tri istirahat di ruangan saya saat ini," ucap Fathan dengan tegas.

"Panggil saya Tri saja, Dok. Terima kasih atas kebaikan anda," ucap Tri dengan tulus.

"Karena saya tidak mau kamu terluka," gumam Fathan dengan lirih.

"Apa, Dok? Dokter ngomong apa?" tanya Tri dengan penasaran.

"S-sama-sama, sudah kewajiban saya menolong kamu," ucap Fathan dengan terbata. Ia takut Tri mendengar ucapannya tadi.

"Dokter saya titip Tri ya. Suami saya sudah menelepon," ucap Ulan dengan terburu-buru.

"Dengan senang hati, Bu."

Tri merasa tidak nyaman dengan tatapan Fathan saat majikannya keluar. Rasanya tatapan Fathan mampu membuat sistem sarafnya tidak berdaya. Bahkan bagian intim bawahnya berkedut, tubuhnya panas dingin hanya karena tatapan seorang dokter Fathan. Ini gila, Tri tidak sanggup jika berlama-lama berada di dalam satu ruangan bersama dengan Fathan.

"Tri, kamu begitu cantik bahkan milik saya yang sudah lama tertidur ingin memberontak dari pembungkusnya. Lama-lama saya bisa gila jika seperti ini terus," gumam Fathan dengan panas dingin.

"Tatapan dokter Fathan sangat mengerikan sekali Ya Tuhan. Seakan tatapannya mampu membuat tubuhku lumpuh tidak berdaya di dalam kuasanya. Astaga...Tri kamu tidak boleh berpikir seperti itu," gumam Tri dengan lirih.

Pertemuan mereka kembali seakan menjadi magnet dimana keduanya tidak bisa terpisahkan. Dan kisah keduanya akan segera dimulai.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!