NovelToon NovelToon

TAKDIR 3 ( PENANTIAN )

BAB 1 DUDA KAYA

Neha mengurung diri dalam kamarnya, meratapi gagalnya pernikahan lantaran calon suaminya berselingkuh. Orang tuanya mencoba menghiburnya namun nihil, entah dengan cara apa lagi Sang papa menghiburnya. Akhirnya membiarkan Neha tetap berada di kamarnya sampai Neha memutuskan keluar sendiri dari kamarnya. Neha keluar dari kamar dan menemui Sang Papa dan Siena, Mama Sambungnya.

"Pa... Ma...!” panggil Neha pada Nathan yang sedang memeluk Siena yang sedang memasak di dapur. Nathan yamg mendengar Neha memanggilnya pun melepas pelukannya dari Sang istri.

Perlahan Nathan menghampiri Neha dan memeluknya.

"Are you ok?" tanya Nathan menciumi pucuk rambut Neha.

“Yeah! I'm ok!”

“Ya sudah. Sekarang makan ya!” titah Siena

“Mama suapi!” ujar Siena lagi.

“Mama! Neha sudah 25 tahun..., tidak perlu di suapi!” renggek Neha di iringi tawa Nathan dan Siena.

“Ya sudah makan sendiri ya. Tapi jangan sedih lagi. Masih banyak duda di luar sana!” kelakar Nathan.

“Mas! sudah. Ayo makan. ”

"Oh ya Ma! Bagaimana kabar Jojo dan Naina?" tanya Neha pada kedua adiknya yang masih di New York bersama orang-orang kepercayaan Siena. Karena mereka tidak bisa ikut pulang ke Indonesia lantara sekolah.

”Adik-adik kamu baik, tapi ya begitulah mereka sedikit manja!" jawab Siena seraya mengambilkan makanan untuk Nathan dan Neha.

''Oh ya ma! Malam ini sebenarnya aku ada reuni sekolah SMA. Acaranya di ballroom hotel om Abi, maksud Neha opa Abi", ucap Neha dan semuanya terkekeh di akhir kalimatnya pasalnya Abi tidak mau di panggil opa.

''Siapa saja yang datang?" tanya Nathan

"Teman seangkatan Neha dan semua guru-guru di sekolah Mahendra . Papa gak ikut, bukannya papa dulu ngajar di sekolah Mahendra!”

"Tidak sayang! Papa mengajar di sana waktu angkatan Mama kamu saja.”

“Ya sudah kamu datang saja, nanti papa antar. dari pada nanti di rumah terus teringat Rohit!”

“Iya Pa. Neha mau datang ke acara reuni.”

Disisi lain ada seorang pria yang berusia 47 tahun tengah bersiap untuk acara reuni di sekolah miliknya. pria tersebut masih tampak gagah dan tampan walau usianya sudah tidak muda lagi. Terlebih statusnya duda mempunyai anak yang sudah beranjak remaja membuat dirinya tidak begitu kerepotan mengurus semuanya dan masih bisa mengurus penampilannya sendiri.

"Devan...! Arsy...! Papa berangkat ya. Kalian jangan tidur terlalu malam, ingat besok sekolah!" ucap Ardan saat sampai di ruang keluarga dan siap berangkat ke acara reuni.

''Iya Pa!'' jawab Devan tanpa melihat Ardan dan asyik dengan ponselnya.

''Siap Pa! Mudah-mudahan nanti papa pulang bawa Mama baru buat kita!” canda Arsy.

Devan yang mendengarnya hanya tersenyum dan menggelengkan kepalanya sedangkan Ardan menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. Ada saja celetukan anak bungsunya itu yang terkadang membuatnya malu

"Kamu bisa saja! Sudah ya, Papa berangkat!'' pamit Ardan lalu anak-anaknya menyalaminya.

Di waktu yang sama Neha juga bersiap akan berangkat dan di antar sang papa. Neha menggunakan dress berwarna hitam berlayer gold. Ia tampak cantik dan anggun. Neha yang pada dasarnya memiliki darah India warisan dari Sang Mama kandung membuat dirinya begitu cantik. Hidung mancung, kulit bersih dan mata bulat sempurna dengan bulu mata lentik alami siapa saja yang memandangnya pasti tidak berkedip.

"Wow! Anak Mama cantik sekali malam ini!" puji Siena melihat anak sambungnya itu dari atas sampai bawah.

''Mama bisa saja, Mama juga cantik!'' puji Neha balik.

''Cantiknya Mama hanya untuk papa sayang." saut Nathan lalu merangkul pinggang Siena kemudian mengecup pipinya.

''Auwh...! Mama sama Papa selalu mesra dan manis! Neha jadi iri, " balas Neha iri melihat kemesraan orang tuanya.

"Mama doakan semoga sepulang reuni nanti kamu mendapatkan jodoh idaman seperti Papa kamu."

"Aamiin! Terima kasih Ma," jawab Neha lalu tersenyum.

"Ya sudah. Ayo berangkat, nanti kemalaman," ajak Nathan.

"Iya! Ma... Neha berangkat dulu ya!" pamit Neha lalu menyalami Siena.

"Sayang kamu gak ikut antar Neha?" tanya Nathan mengusap pipi Siena.

"Nggak...! Aku di rumah aja. Kamu langsung pulang ya!" jawab Siena lalu memeluk Nathan kemudian Nathan mencium Siena.

Nathan cukup lama mencium Siena sampai Neha kesal melihatnya. Apa tidak menghargai anaknya yang baru saja putus cinta.

"Astaga papa! Ayo! " panggil Neha kesal, namun Nathan hanya tertawa bersama Siena kemudian melangkah keluar Apartemen.

"Apa papa gak bisa nahan diri gak cium Mama?" protes Neha saat di lift, Nathan tertawa dan merangkul pundak putrinya.

"Tidak bisa sayang! Bibir Mama kamu itu candu buat Papa!" jawab Nathan sedangkan Neha memutar bola matanya jengah dengan jawaban Sang Papa.

"Nanti kalau kamu udah nikah pasti ngerasain sendiri" ucap Santai Nathan lagi lalu melirik putrinya yang masih kesal.

"Aku juga sudah pernah dengan Rohit, tapi gak kayak Papa!" Mendengar jawaban sang anak, Nathan terkekeh seraya menggelengkan kepalanya.

"Ternyata anak papa benar-benar sudah dewasa," ucap Nathan.

"Papa aja yang nolak tua! Anaknya udah 25 tahun gak sadar!"

"Sudah. Nanti kamu tahu sendiri perbedaannya sudah nikah dan belum." jawab Nathan lalu keluar menuju parkiran dan Neha hanya berdesis kesal di belakangnya

Diperjalanan Neha hanya diam dan membayangkan wajah-wajah temannya yang dulu semasa SMA dan mengingat momen-momen bersama teman-temannya.

“Pa!”

“Hm!"

“Kenapa Papa dulu pacaran sama Mama, waktu Mama masih SMA.”

“Gak tau! Papa hanya merasa Mama kamu itu dulu jodoh Papa, apalagi Mama juga dekat sama kamu waktu itu. Jadi Papa makin cinta.”

“Cinta itu gak pandang usia ya pa?”

“Cinta itu bisa datang pada siapa saja sayang! tidak tua, muda, semua berhak bahagia dan merasakannya."

“Iya terkadang kita sakit juga karena cinta.”

“Kamu benar, tapi dengan cinta pula rasa sakit itu sembuh.”

“Ya udah muter aja terus!” keduanya tertawa layaknya seorang teman dan sahabat.

Tak terasa mereka sampai di tempat acara, namun Neha masih enggan turun. karena hanya dirinya yang tidak membawa pasangan.

“Ya sudah sana turun. Itu teman-teman kamu sudah banyak yang datang.” ujar Nathan.

“Temani Pa! Neha yang gak bawa pasangan sendiri!” rengek Neha seperti anak kecil.

“Ayo Neha...! Mama kamu sendiri di apartemen. Nanti di dalam pasti ketemu pasangan. gak mungkin cuma kamu aja yang gak bawa pasangan. Sudah sana, nanti pasti ketemu."

Neha menghela nafas panjang lalu menyalami Nathan.

“Cium” cicit Neha menyodorkan keningnya.

“Astaga...! Ini Anak. Sudah besar manja!”

Nathan mencium kening putrinya lalu Neha pun mencium pipi Papanya.

“Nanti pulang aku bawa duda kaya ya Pa!” celetuk Neha di iringi tawa keduanya.

“Terserah! Ya sudah papa pulang ya. Nanti papa jemput!"

“Iya! Hati-hati Pa!” Neha turun dari mobil kemudian Nathan pulang ke apartemen dan Neha masuk ke tempat acara.

BAB 2 REUNI

Acara begitu meriah banyak teman-teman Neha yang hadir membawa suami dan anak-anaknya. Ada juga yang membawa kekasihnya. Namun tidak dengan Neha yang hanya datang sendiri. Akan tetapi tidak membuatnya patah semangat untuk bertemu dengan teman-temannya sewaktu sekolah. Neha mengedarkan pandangannya ia tidak sadar ada pria yang 

memperhatikan dirinya dengan seksama lalu pria tersebut tanpa sadar melangkahkan kakinya menghampirinya.

"Neha!” sapanya. Neha menoleh ke arah sumber suara. 

"Om…, maaf. Pak Ardan!" balasnya sungkan.

"Om saja! Tidak  apa-apa?" jawab Ardan terus melihat Neha.

“Iya Om! Oh iya… Neha turut belasungkawa atas meninggalnya Tante Andin. Maaf  Neha tidak bisa datang melayat karena masih di India.”

“Iya Terima kasih. Tidak apa-apa," jawab Ardan sendu.

“Selamat malam Pak Ardan!  Hai Neha!” sapa salah satu teman Neha bernama Felicia.

“Malam!” balas Ardan.

“Hai Felicia!” Neha dan Felicia sekilas berpelukan. 

“Kalau gitu, aku sama suamiku duduk dulu ya, ribet ini bawa anak!” ujar Felicia lalu berlalu bersama suaminya duduk di kursi yang sudah disediakan

"Oh ya! Mana suamimu? Om dengar dari Papamu, kamu menikah di India?” tanya Ardan yang tidak mengetahui jika Neha membatalkan pernikahannya. Neha tersenyum kecut. lalu sedikit menunduk mengingat Rohit yang selingkuh dengan teman kerjanya di India.

"Neha batal menikah Om, Calon Neha selingkuh! " jawabnya sendu lalu tersenyum menutupi kesedihan.

''Maaf!" balas Ardan merasa bersalah karena sudah menanyakan hal itu dan membuat Neha terlihat sedih.

“Tidak apa-apa om.” 

''Ya udah Om, kalau begitu Neha mau gabung sama Feli,” ucap Neha dan diangguki Ardan kemudian Neha melangkah menghampiri Feli sedangkan Ardan duduk bersama guru-guru yang lainnya.

Pandangan Ardan tak lepas dari Neha, namun ia buru-buru mengalihkan pandangannya saat Neha juga tidak sengaja melihatnya. Ardan dan semuanya menikmati acara yang di suguhkan alumni sekolah Mahendra yang didominasi angkatan Neha.  

Saat acara berlangsung tiba-tiba ponsel Neha bergetar di dalam tas kecilnya. Neha mengambil ponselnya lalu melihat layar ponselnya yang  ternyata dari Sang Mama mengirim pesan. 

"Neha … Maaf sayang, malam ini mama dan papa harus kembali ke New York. Adikmu, Naina sakit. Pulang nanti hati-hati ya.”

“Kenapa mendadak pada pergi sih! Naina pakai acara sakit lagi. Dasar manja!” 

"Iya Ma. Semoga Naina cepat sembuh."

Begitu balasan Neha lalu kembali menyimpan ponselnya di dalam tasnya. Di waktu bersamaan ponsel Ardan juga bergetar tanda panggilan masuk Ardan melihat layar ponselnya lalu menjauh dari tempat acara untuk menerima panggilan ponselnya. 

"Ya Nath, Ada apa?" jawabnya saat menjawab panggilan sambungan ponselnya yang ternyata dari sahabatnya, Nathan. 

“Ardan! Aku titip Neha ya, tolong nanti antar dia pulang, tadi waktu berangkat aku yang antar!”

“Lalu…?”

“Dengar dulu brengsek!”

“Iya apa?”

"Naina sakit dan aku harus terbang ke New York malam ini juga. Tolong antarkan Neha pulang ke apartemen." jelas Nathan

''Iya, Ada lagi!”

"Jaga Anakku!” jawab Nathan

“Hm!” Keduanya mematikan sambungan ponselnya masing-masing. lalu Ardan kembali bergabung bersama guru yang lain.

Setelah selesai Ardan Kembali masuk kedalam dan duduk di kursinya kembali. Pemandangannya pun tak lepas dari wajah cantik Neha. 

Acara terus berlanjut dengan canda dan tawa hingga tidak terasa acara selesai dan semua yang hadir pulang ke rumah masing-masing. Tidak terkecuali Neha. 

“Mau pulang?” tanya Ardan saat melihat Neha berdiri di depan ballroom

“Iya Om, tapi taksi online belum ada yang merespons."

“Om antar pulang ya!”

“Gak usah Om! Nanti ngerepotin."

“Gak apa-apa. Lagian ini  udah malam!”

Neha berfikir sejenak tidak baik juga malam-malam pulang sendirian. Lagipula Ardan adalah sahabat Papanya. Neha mengangguk dan sekilas tersenyum. 

Ardan tersenyum saat Neha mengangguk setuju mau diantar, lalu keduanya berjalan menuju parkiran. 

“Ayo masuk!” ucap Ardan saat membukakan pintu mobilnya.

“Terima kasih Om,”  balas  Neha lalu masuk kedalam mobil bagian depan kemudian Ardan masuk di bagian kemudi.

Sepanjang perjalanan mereka hanya diam tidak tahu harus memulai pembicaraan dari mana, semua merasa canggung. Entah apa yang membuat mereka canggung. Mungkin karena sudah lama tidak bertemu. 

''Neha!'' panggil Ardan membuka percakapan.

”Iya om.” 

“Kamu masih  kerja di India?'' Neha  menggeleng. Karena semenjak gagal menikah Neha memutuskan untuk pulang ke Indonesia. 

“Sebenarnya Neha lagi cari pekerjaan di sini Om, tapi belum dapat. Om tahu sendiri sekarang cari kerjaan itu susah!” balas Neha sedikit tertawa di ikuti Ardan.

''Di sekolah Mahendra sebenarnya lagi butuh guru untuk Anak TK. Kamu mau gak? Tapi gak sesuai di bidang kamu.”

“Serius om, Neha mau om, dari pada Neha menganggur'' jawab Neha Antusias

“Iya! Tapi benar kamu mau? Anak-anak TK biasanya rewel!”

“Mau Om! Namanya juga anak-anak, yang sudah dewasa dan berumur saja terkadang rewel.” keduanya tertawa tanpa sadar Neha memegang lengan Ardan. 

“Baiklah, besok datang saja ke sekolah dan temui Tante Nadia. Besok Om di sekolah juga. 

“Iya Om, terima kasih.”

Tak lama mereka sampai di apartemen. Ardan mematikan mobilnya dan tersenyum ke arah Neha. 

“Sudah sampai.” ujar Ardan. 

“Masuk dulu yuk Om!

“Boleh!” Mereka turun dari mobil dan masuk ke apartemen. 

''Silahkan masuk Om!”  Ardan  masuk kedalam setelah Neha membuka pintu apartemennya. 

“Duduk Om!” 

“ Iya, terima kasih!”

“Minum apa Om. Teh, kopi, jus, susu.” 

“Air putih saja.”

“Tunggu ya om.  Neha ambilkan.”

Neha menuju dapur untuk mengambil minuman sedangkan Ardan mengedarkan pandangannya melihat ruangan apartemen milik Nathan. ingatannya kembali saat masih pacaran dengan Laras semasa muda. Karena di ruangan ini lah saksi cinta mereka pernah ada.

“Ini om, silahkan diminum,” ucap Neha mengagetkan lamunannya.

''Terima kasih.”

''Sama-sama. Neha tinggal sebentar  ya Om. Mau ganti baju sekalian mengambil berkas untuk besok.” Ardan mengangguk kemudian Neha berjalan ke kamarnya. setelah selesai Mengganti baju, Neha keluar sambil  membawa beberapa berkas untuk melamar menjadi guru di sekolah Ardan.

“Ini Om berkasnya. Apa aja yang harus dibawa?” tanya Neha duduk di samping Ardan. Ardan melihat dan memeriksa semua berkas dokumen milik Neha yang besok akan dibawanya.

''Sudah! Ini sudah cukup, yang terpenting kamu sabar sama anak-anak.”

''Iya Om, Neha selalu sabar!'' jawab Neha ambigu seraya menunduk. Ardan tahu apa yang dirasakan Neha. Rasa dimana saat gagal menikah. 

“Terkadang kita dipertemukan dengan orang yang salah sebelum dipertemukan dengan orang yang tepat!”

“Iya Om. Om benar. Ya begitulah perjalanan hidup Om. Tentunya Om lebih berpengalaman.”

“Kalau begitu…” 

Neha tiba-tiba berteriak saat mendengar suara kilatan Petir yang tiba-tiba menggelegar membuat Neha terkejut memegang lengan Ardan terlebih saat ini lampu pun ikut padam.

''Om takut! Jangan pulang dulu.” cicit Neha menyembunyikan wajahnya di punggung Ardan dan memegang erat lengannya.

“Kamu sudah besar masih saja takut gelap!” balas Ardan lalu the kecil lalu mengusap pundak Neha. 

“Neha takut gelap dari kecil Om. Om juga tahu. Pokoknya jangan pulang sebelum lampunya hidup.”

“Iya!” 

Neha kini justru memeluk Ardan dari belakang sama saat waktu kecil ketika takut gelap.  Ardan merasa sedikit aneh saat Neha terus memeluknya apalagi dada Neha menempel di punggungnya membuat dirinya sedikit gelisah. Bagaimanapun Ardan pria normal terlebih lama menduda. Akan tetapi sebisa mungkin Ardan mengatasi perasaannya. 

BAB 3 TERBAYANG

Dua manusia beda generasi tengah tidur berpelukan. Mereka juga tidak sadar sudah saling berpelukan. Rupanya Ardan menginap di apartemen Neha. Karena semalaman lampu di apartemennya tak kunjung menyala dan Ardan tertidur di sofa bersama Neha. 

Ardan membuka matanya dan merasakan kebas di lengan kirinya. Karena Neha tidur di lengannya. Ardan  melihat Neha yang masih tidur sambil memeluk dirinya.

“Neha! Neha bangun!”

“Hm…, jam berapa? Aku masih ngantuk!” lirihnya seraya mengeratkan pelukannya.

“Bangun! Sudah jam 5 pagi,” jawab Ardan dengan suara beratnya membuat Neha membulatkan matanya lalu melihat dada Ardan yang tepat di wajahnya.

“Hah…!” jerit Neha mendorong Ardan sampai terjatuh  dari sofa.

‘Brukk’

“Aduh..!”

“Om! Maaf.” Neha bangkit turun dari sofa mencoba membantu Ardan.

“Maaf om. Neha tidak sengaja. Neha reflek! Mana yang sakit Om!” tanya Neha memegang lengan Ardan.

''Tidak ada yang sakit!”

''Maaf Om! Neha bantu berdiri ya!" Neha mencoba  membantu Ardan berdiri. Namun saat sudah berdiri justru Neha kehilangan yang keseimbangan membuat keduanya terjatuh dengan posisi Neha di atas Ardan diiringi teriakan Neha.

''Aduh pinggangku'' pekik Ardan sambil memejamkan matanya begitu juga Neha. 

tak lama mereka sama sama membuka mata dan tatapan mereka saling bertemu, seketika Neha bangkit dan sedikit salah tingkah.

“Eum…! maaf Om.”

''Ya tidak apa-apa'' jawab Ardan menahan sakit pinggangnya dan  keduanya dan menjadi salah tingkah.

“Eum… Neha mau ke kamar!'' Neha  melangkah namun karena gugup membuat dirinya tidak  sengaja tersandung dan membuatnya hampir terjatuh beruntung Ardan sigap merengkuh nya.

“Hati-hati Neha!'' dan sekali lagi tatapan mereka  saling bertemu.

Cukup lama mereka saling memandang, jantung keduanya pun sudah tidak bisa lagi diajak kompromi. Deringan ponsel Ardan membuyarkan semuanya. Ardan melepaskan tangannya dari lengan Neha Kemudian mengambil ponselnya di atas meja.

“Arsy,” ucap Ardan saat melihat layar ponselnya. 

“Ya Sayang!” seru Ardan mengangkat sambungan ponselnya.

“Papa di mana?”

“Papa menginap di hotel, sebentar lagi Papa pulang!” balas Ardan yang tidak mungkin mengatakan jika menginap di apartemen Neha.

“Oh…! Ya sudah Pa, Papa hati-hati.” Ardan mematikan sambungan ponselnya lalu melihat Neha yang masih di depannya.

''Ya sudah. Om pulang. Arsy sudah  mencari Om,'' pamit Ardan yang juga sedikit gugup. Neha hanya mengangguk dan sekilas melihat wajah Ardan. 

“Sampai ketemu nanti di sekolah.” Ardan memasukkan ponselnya saku celananya lalu mengambil jasnya. Sebelum keluar Ardan menuju wastafel untuk mencuci wajahnya. 

''Hati-hati Om!'' ucap Neha saat Ardan membuka pintu. Ardan tersenyum lalu keluar dari apartemennya. 

Neha menutup pintunya dan bersandar di pintu, memegang dadanya yang masih berdegup tak menentu.

”Ya Tuhan! Kenapa dengan jantungku,” gumam Neha membayangkan Wajah Ardan yang masih awet muda dan masih terlihat tampan dibanding usianya. Neha bukan anak kecil lagi. Ia sudah 25 tahun. Cukup dewasa menilai laki-laki  matang seperti Ardan.

Ardan yang sudah sampai di rumahnya buru-buru mandi  membasahi seluruh tubuhnya dengan air.  Bayangan wajah Neha dan baju  tidur yang Neha kenakan membuat pikirannya kacau terlebih mengingat semalaman mereka tidur saling berpelukan.

Ardan pria dewasa dan matang dan masih mempunyai hasrat. Tidak heran saat berdekatan dengan Neha yang kini menjelma menjadi wanita dewasa hasratnya menjadi timbul. Mengingat saat Neha memeluknya dengan erat dan dadanya menempel di dadanya itu semakin membuat Ardan tidak tahan. 

”Astaga! Apa yang ada dalam pikiranmu Ardan! Dia anak sahabat mu sendiri,” batinnya merutuki dirinya sendiri di bawah shower yang masih mengalir.  Namun bayangan Neha tetap menari-nari di pelupuk matanya seakan bayangan Laras  perlahan sirna di dalam pikirannya dan teralihkan oleh Neha.

**

Kini Neha sedang berada di parkiran sekolah dan masih berada dalam mobil. Neha  juga melihat mobil Ardan dan itu membuatnya semakin gugup. Neha mencoba menguasai kegugupannya sebelum masuk ke dalam sekolah, entah gugup karena ingin interview atau gugup bertemu Ardan, entahlah.

''Ya Tuhan! Kenapa aku menjadi gugup seperti ini,” gumamnya seraya mengatur nafasnya.

''Neha! Dia itu om kamu! Sahabat Papa kamu, tidak lebih! Eng… Tapi kenapa aku semakin gugup! sial…!” gerutunya lagi seraya mengibas ngibaskan tangannya di wajahnya lalu menarik nafas dalam-dalam kemudian membuangnya perlahan. Merasa gugupnya sedikit berkurang ia turun  dari mobil dan berkas untuk melamar menjadi guru di sekolah Ardan. 

Neha berjalan menuju ruangan Nadia dan tidak sengaja melihat Ardan sedang keluar dari ruangannya. Ardan berjalan sambil  sibuk dengan ponselnya sehingga tidak mengetahui Neha sedang memperhatikan dari kejauhan. 

“Jangan lihat kesini,” gumam Neha sambil berlari kecil menuju ruangan Nadia kemudian ia buru-buru mengetuk pintu ruangan Nadia. 

“Masuk!” seru Nadia.

“Neha?”

”Boleh saya masuk Tante!”

"Boleh!  Ayo masuk!” jawab Nadia lalu berdiri menyambut Neha  kemudian mereka duduk di sofa. 

“Apa kabar Neha?” tanya Nadia yang tidak mengetahui maksud kedatangan Neha.

“Baik Tante!”

“Kak! Neha sudah datang!” seru Ardan  tiba-tiba dan masih memainkan ponselnya dan tidak tahu jika Orang yang ia cari sudah duduk manis bersama Sang Kakak. 

''Sudah!” balas Nadia sedikit heran Kenapa tiba-tiba Ardan menanyakan Neha.

“Ouh! Om pikir kamu gak jadi datang?” ujar Ardan lalu duduk di sofa di seberang Neha. 

“kalian sudah janjian?” Ardan dan Neha tersenyum satu sama lain. 

''Begini kak. kelas TK kita membutuhkan guru.  Jadi aku menawarkan Neha untuk menjadi guru  TK  di sini, kebetulan Neha juga membutuhkan pekerjaan.'' jelas Ardan melihat Neha dan Nadia bergantian.

“Oh…! Begitu.”

“Iya Tante!” Neha tersenyum malu karena Ardan terus melihatnya. 

“Boleh! Memang kami sedang membutuhkan tenaga guru untuk kelas TK. Semoga kamu sabar menghadapi anak-anak kecil!” sambung Nadia. 

“Jadi Neha diterima Tante?”

“Iya!”

“Terima kasih Tante!” balas Neha bahagia akhirnya mendapatkan pekerjaan. 

“Mulai besok kamu sudah bisa mengajar!” ujar Nadia. 

“Oh ya! Untuk berkas-berkasnya, apa kamu sudah membawanya!”

“Oh iya Tante, tadi malam Om Ardan sudah memberitahu persyaratannya.” Neha memberikan map yang berisikan data pribadinya untuk persyaratan administrasi menjadi guru di sekolah. 

“Ok! Nanti saya periksa. Selamat bergabung di sekolah Mahendra!” Nadia menyalami Neha. 

“Terima kasih Tante! Kalau begitu Neha pamit!” 

Nadia tersenyum lalu Neha bangkit dari duduknya di ikuti Nadia dan Ardan. 

“Terima kasih Om! Om sudah memberi kesempatan Neha untuk menjadi pengajar di sini!” ucap Neha mengeluarkan tangan pada Ardan.

“Sama-Sama!" 

“Kalau begitu saya permisi!” 

“Mau Om antar sampai parkiran?” tanya Ardan tanpa sadar dan masih menjabat tangan Neha sedangkan Nadia menggelengkan kepalanya ingin sekali menepuk  wajah adiknya dengan map yang ia pegang.

“Tidak Om! Terima kasih!  Neha masih hafal jalan koridor sekolah sampai parkiran.” Neha melepaskan jabatan tangannya dan tersenyum malu karena Ardan begitu intens melihatnya. 

''Ah.. ! Iya…,hati-hati'' jawab Ardan lalu  Neha melangkah keluar ruangan Nadia. 

‘Plakkkk’ Nadia menepuk wajah adiknya dengan map. 

“Aduh..! Sakit kak!” cicitnya. 

“Sejak kapan mata duda Kamu itu genit?” selidik Nadia.

“Apa sih kak! Gak bisa lihat adiknya senang!” 

''Oh…!  Jadi kamu suka sama Neha?” goda Nadia melihat Wajah Ardan yang begitu bahagia melihat Neha. 

“Gak!"

''Jangan bohong!”

''Kalaupun iya! Kenapa? Kita berdua sama sama sendiri tidak terikat hubungan dengan siapapun, sah-sah saja. Neha juga batal menikah sama kekasihnya,” jawab enteng Ardan.

“Jadi kamu ngambil kesempatan?”

“Anggap saja begitu. Tua-tua begini adiknya masih bisa dapatin daun muda!” seloroh Ardan membuat Nadia jengah.

“Sudah tua makin jadi!” ujar Nadia kesal lalu meninggalkan Ardan begitu saja sedangkan Ardan hanya tertawa kecil mengingat Neha. 

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!