NovelToon NovelToon

Black Shadow

Penghianatan

Malam pekat merah darah menghiasi langit Ibukota Jantapia sebuah Organisasi sedang di bantai tanpa pandang bulu.

 

Di salah satu sudut kediaman terdapat sebuah pertarungan yang benar-benar sengit seorang pria paruh baya dengan pedang di tangan kanan yang berlumur darah serta dipenuhi luka di sekujur tubuh akibat sayatan pedang dan berbagai jenis senjata, sedang di tangan kiri terdapat bayi laki-laki yang mungil.

 

Bayi ini begitu unik, tangannya terkepal. Terdapat gelombang energi hitam yang tak disadari oleh siapa, pun. Termasuk Ayahnya sendiri yang saat ini sedang menggendongnya, sambil bertarung.

 

"Rupanya hanya segini, kekuatan pendekar terbaik di dunia, hahaha." Puas akan gelak tawa, akibat hasil pertarungan yang telah diperoleh lawan pria paruh baya.

 

 

Demi mendengar ucapan lawannya pria paruh baya tersebut mengencangkan genggaman pada pedangnya sambil mengatupkan rahangnya.

 

"Apa yang engkau dapat sehingga dengan mudah berkhianat seperti ini, ha?"

 

 

"Apa posisi pemimpin saat ini berada di atas angin, sehingga bertanya dengan nada seperti itu?" lawan pria paruh baya bukannya menjawab malah bertanya balik dengan mengangkat alis kanannya.

 

"Keparat. Saya sudah menunjuk kamu sebagai panglima pembunuh dalam penyerangan organisasi tapak hitam, namun justru kamu juga yang dengan mudah menghancurkan semua kepercayaan yang saya berikan kepadamu, dan menggunakannya demi menghancurkan Organisasi..."

 

"Itu salah pemimpin sendiri hahaha. Momen inilah yang sudah kutunggu selama ini demi menjadi pembunuh nomor satu di dunia."

 

"Keparat...." Pria paruh baya dengan kecepatan yang tak terlihat dengan mata telanjang.

 

Begitu pria paruh baya berada di depan lawan. Dia menghunuskan pedangnya yang dengan mudah di blokir oleh lawannya.

 

"Harus kuakui pemimpin memang hebat, tetapi pemimpin telah kehilangan banyak darah akibat pertempuran sebelumnya. Yah!! walaupun saya harus kehilangan semua anggota beserta kapten setiap devisi."

 

"Huft, bagaimanapun caranya saya harus bisa membawa anakku dengan selamat, sebelum saya kehabisan darah dan tumbang." Gerutu pria paruh baya dalam hati.

 

Pria paruh baya tersebut mengeluarkan hampir seluruh tenaga dalam yang dia miliki dan menghilang begitu saja dari hadapan lawannya dan dalam hitungan sepersekian detik dia muncul di hadapan lawannya dan mengayunkan pedang dengan sekuat tenaga ke mata kanan lawannya. "Arrrggghhh. Mataku,"

 

Setelah melihat serangannya tepat sasaran pria paruh baya benar-benar bergerak cepat dengan sisa kekuatannya menuju ke arah selatan kota.

 

Pria paruh baya tiba di depan sebuah gubuk reot di sudut paling selatan kota.

 

"Nak. Mungkin kita takkan bertemu lagi setelah ini, dan ayah harus menitipkanmu disini!!!"

 

Pria paruh baya menatap langit sejenak lalu berkata, "Oh ya. Jika suatu hari nanti kamu telah mengetahui identitasmu dan mengetahui bahwa ibu kamu telah di bunuh oleh bajingan itu, ayah harap kamu tidak hidup dengan hati yang dipenuhi oleh dendam," ucap pria paruh baya sambil mengecup kening bayi yang berada dalam rangkulannya.

 

Tak lama kemudian muncullah seorang Bibi memegang tongkat ditangan kanannya sebagai dari yang terlihat Bibi ini hanyalah seorang perempuan yang hidup sebatang kara dan tak memiliki apapun.

 

Namun kenyataannya tidak seperti yang terlihat karena Bibi ini adalah salah satu orang kepercayaan pria paruh baya tersebut yang tidak lain adalah kapten devisi yang paling andal dalam organisasi dunia.

 

“Pemimpin, apa yang terjadi padamu? siapa yang bisa melukaimu sampai seperti ini setahu saya hanya beberapa orang yang bisa menandingimu didunia ini itupun hanya bisa membuatmu menerima luka ringan...” Perempuan itupun heran setelah melihat pria paruh baya dihadapannya terluka parah bahkan bernapaspun kesulitan.

 

Sekujur tubuhnya dipenuhi oleh darah serta sayatan pedang. Nyawanya pun sulit tertolong akibat terlalu banyak kehilangan darah.

 

Dengan senyum yang tulus pria paruh baya berkata, “Tak perlu memikirkan itu Merume. Saya yakin merupakan hal yang sangat mudah untuk menyelidikinya, bukan? saya kemari ingin menitipkan anak saya kepadamu.”

 

Setelah itu pria paruh baya menyerahkan bayi yang tidak lain anaknya sendiri ke dalam rangkulan Merume.

 

“Bayi yang lucu, suatu hari akan menjadi pendekar terhebat seperti ayahnya. Oh ya lantas setelah ini pemimpin ingin ke mana?” seperti yang terlihat sepertinya pria paruh baya hanya benar-benar menitipkan anaknya, sebab jikalau dia tinggal maka akan membahayakan si cabang bayi dan Merume.

 

Walaupun Merume adalah pendekar yang cukup hebat tapi pria paruh baya tidak ingin mengambil resiko karena suatu alasan.

 

“Saya juga tidak tau ada kemungkinan nyawaku tidak akan tertolong lagi."

 

"Oh ya berikan ini pada anakku ketika usianya sudah menginjak enam belas tahun, dan latihlah dia ilmu belah diri, tetapi jangan latih sedikitpun ilmu membunuh dari organisasi,” ucap pria paruh baya tersebut sambil menyerahkan sebuah gulungan tua berpitakan emas murni.

 

“Baiklah jikalau begitu pemimpin. Anak ini siapa namanya ataukah mungkin belum diberi nama?” Merume tidak perlu menanyakan ibu si cabang bayi berada dimana, sebab nampak jelas dia telah terbunuh. Jika masih hidup, pria paruh baya akan membawanya melarikan diri.

 

“Gin... namanya Gin.” Setelah itu pria paruh baya pergi dengan langkah tertatih dan setelah beberapa lama kemudian dia menghilang di dalam hutan.

 

***

 

Gemuruh angin yang mengiringi langkah seorang remaja enam belas tahun yang memiliki mata seindah rembulan namun setajam elang serta memiliki wajah yang cukup tampan. Remaja yang sedang melompat dari satu pohon ke pohon lainnya, gerakannya begitu tangkas dan cepat walaupun sedang memikul tumpukan kayu bakar yang begitu banyak dipunggung.

 

Tak lama sang remaja keluar dari hutan dan muncul di depan sebuah gubuk yang begitu reot seakan tidak pernah terawat.

 

“Bibi, saya sudah pulang.”

 

“Gin, kamu sudah pulang, nak. Latihan fisikmu hari ini sudah cukup gerakanmu tiap kali latihan bertambah cukup cepat, tapi itu belum cukup, jika ada musuh yang lebih kuat darimu. Bagaimana kamu akan menyelamatkan diri?” ucap Bibi sambil menggelengkan kepala, sekarang ikut Bibi ke dalam rumah, Bibi akan memberikan sesuatu yang akan bermanfaat nantinya.” Bibi Merumepun masuk ke dalam rumah yang diikuti oleh Gin.

 

Beberapa menit berjalan tiba-tiba Bibi Merume menghentikan langkah di depan sebuah meja, dia memindahkan meja tersebut. Gin baru memperhatikan, jika terdapat garis persegi di bawah meja. Setelah itu, dia mengangkat garis persegi tersebut, terlihat ruang bawah tanah yang membuat Gin termenung dengan berpuluh pertanyaan diantaranya siapa sebenarnya Bibinya ini? atau bagaimana bisa rumah mereka yang reot memiliki ruang bawah tanah?

 

Boro-boro Gin bisa mengetahui itu semua, pertanyaan soal Bibinya bisa bela diri saja, belum dia ketahui sejak setahun yang lalu setelah Gin memulai latihannya.

 

“Bibi tahu banyak pertanyaan yang ada dalam benakmu, tapi ikuti saja dulu Bibi, suatu hari nanti kelak Bibi akan ceritakan semuanya, tetapi sekarang belum saatnya.”

Latihan

Sesampainya di bawah tanah Gin dapat melihat semua peralatan pendekar. Dari pedang, tombak, jubah pelindung, gada, panah, dan peralatan lain yang tidak di ketahui oleh Gin.

 

 

Setelah menghembuskan nafas, Bibi Merume mengajak Gin ke sebuah peti panjang berwarna hitam pekat dan auranya memancarkan hal menakutkan sampai membuat Gin pusing.

 

 

“Bibi kok, Gin jadi pusing saat kita mendekati peti ini?”

 

“Itu hal yang wajar, sebab hal yang terdapat dalam peti ini adalah sesuatu yang benar-benar berbahaya sekaligus berharga, semua orang di dunia ini mengincar peti ini, tetapi mereka tidak mengetahui benda seperti apa yang terdapat di dalamnya.”

 

“Apa boleh Gin melihatnya, Bibi?”

 

“Tidak untuk sekarang, sebab walaupun kamu memaksa untuk membukanya, kamu akan pingsan bahkan kehilangan nyawa setelah membuka peti tersebut. Kita akan menunggu sampai kamu bisa menekan aura kegelapan yang terdapat pada peti tersebut,” ucap Bibi merume sambil tersenyum.

 

“Bagaimana cara saya bisa menekannya, Bibi?”

 

 

“Bibi akan membantu untuk memaksamu memicu energi kegelapan yang ada dalam dirimu, agar kamu bisa menggunakannya dengan baik.”

 

 

“Energi kegelapan?”

 

 

“Benar, energi kegelapan. Bibi sengaja tidak pernah menceritakan hal ini padamu, karena Bibi kurang yakin dengan apa yang Bibi pikirkan selama ini, sebab dulu setahun yang lalu, setelah berapa bulan saat melatihmu Bibi samar-samar merasakan energi yang begitu menakutkan, gelap dan pekat, tetapi Bibi semakin yakin bahwa energi tersebut adalah energi kegelapan, sebab baru-baru ini energi yang ada pada dirimu semakin jelas dan pekat saja.”

 

Bibi menceritakan hal tersebut dengan wajah yang buruk seakan-akan itu bukan merupakan hal yang baik.

 

“Kok Bibi memasang wajah seperti Itu,” tingkah sang Bibi membuatnya gelisah, karena Bibinya tidak seperti biasanya saat menceritakan hal tersebut.

 

 

“Tidak... tidak ada apa-apa kok, Nak.” Saat Bibinya menepuk punggungnya membuat Gin begitu lega.

 

“Kupikir cerita itu hanyalah legenda belaka,” gumam Bibi Merume sambil menghembuskan nafas halus, Bibi Merumepun berkata, “Sekarang kamu ikuti Bibi untuk berlatih agar bisa menggunakan energi kegelapan yang ada pada dirimu,”

 

“Baik Bibi. Oh ya, kalau Gin punya energi kegelapan lalu Bibi punya energi apa?”

 

“Hahaha Bibi hanya memiliki energi angin, bukanlah energi yang luar biasa dan yang harus kamu ketahui semua energi ini dapat terbentuk karena..” Bibi Merumepun menjelaskan jika energi yang ada terbentuk dari alam yang diserap manusia lalu mengubahnya menjadi tenaga dalam.

 

Tenaga dalam ini yang membentuk energi luar biasa yang digunakan manusia untuk melindungi, memperkuat, serta menjadi senjata manusia untuk membunuh manusia lainnya.

 

Bibi Merume menjelaskan tentang tenaga dalam sambil berjalan ke suatu ruangan rahasia yang digunakan sebagai ruang latihan. Ruang latihan ini bisa disebut ruang rahasia bagian dua.

 

 

“Apakah kamu sudah siap untuk berlatih tanding untuk pertama kalinya, Nak?” ucap Bibi Merume sesampainya mereka dalam ruangan.

 

 

“Ingat satu hal ini nak!!! Sekuat apapun dirimu nanti, janganlah kamu menindas orang-orang yang tidak bersalah, apalagi sampai membunuh mereka. Bibi harap kamu menggunakan kemampuanmu untuk melindungi mereka.”

 

Setelah mengatakan itu Bibi Merume mengeluarkan energi angin, lalu bergerak dengan cepat yang tak mampu diikuti oleh mata Gin yang tajam.

 

“Ini...” Gin berkeringat dingin dan memegang perutnya yang sakit setelah sadar Bibinya sudah telak menghajarnya dengan tongkat yang selalu dibawahnya.

 

“Lemah... Kamu terlalu lemah Nak. Gunakan instingmu untuk membaca gerakan Bibi, ingat diluar sana banyak yang jauh lebih kuat dari Bibi, bagaimana kamu bisa melindungi dirimu nantinya apabila musuh yang setingkat Bibi mengincar dirimu haaa? Dasar lemah.”

 

 

Belum juga Gin menjawab Bibi Merume sudah bergerak untuk menyerangnya, namun kali ini Gin sempat menghindar, namun dia terkena ujung tongkat Bibi sehingga membuatnya terpental ke dinding ruangan.

 

Melihat ini, Bibi Merumepun terkagum pada Gin, namun dalam hati dia bergumam. “Anak ini benar-benar monster sekali diberi petunjuk langsung bisa melakukannya, walaupun tidak sepenuhnya menghindari serangan yang kulancarkan padanya, dia benar-benar mendapatkan kelebihan kedua orang tuanya yang satu ibunya begitu cerdas dalam segala hal kecuali beladiri yang satu lagi ayahnya benar-benar pendekar yang gila akan beladiri tapi begitu bobrok dalam segala hal selain beladiri.” Memikirkan hal ini Bibi Merume hanya bisa menggelengkan kepalanya.

 

Bibi Merume bergerak lebih cepat dari sebelumnya serta tiba-tiba muncul dibelakang Gin. Setelah muncul dibelakang, Bibi Merume sedikit mengalirkan energi ke tongkatnya lalu menghantam kaki Gin dengan cepat dan kembali ke tempat dia berdiri sebelumnya.

 

“Sudah Bibi katakan jangan terlalu mengandalkan mata tapi instingmu,” bentak Bibi Merume pada Gin yang sedang berusaha bangkit.

 

Demi mendengar hal tersebut Gin hanya berkata, “Sebenarnya Bibi ingin melatihku atau ingin membunuhku?”

 

“Hahaha ternyata Bibi selama ini terlalu memanjakanmu, Nak.” Bibi Merume mulai menyerang lagi sambil melepaskan tawa yang memenuhi ruangan tersebut.

 

Gin melihat Bibinya mulai bergerak membuatnya menutup mata dan fokus seakan bersatu dengan ruang latihan dan udara. Ketika Bibi Merume sudah benar-benar dekat darinya.

 

 

Gin seperti merasakan kehadiran Bibinya dari sebelah kanannya lalu dengan seluruh kecepatannya yang telah dia latih selama ini dikeluarkan dan Gin dapat menghindari serangan Bibinya.

 

Hal ini membuat Bibinya merasa heran dan bergumam. “Anak ini mampu menghindari seperempat kecepatanku, perkembangannya benar-benar luar biasa, tetapi perkembangan energi kegelapannya benar-benar nihil.”

 

“Hehe, akhirnya Gin bisa menghidari serangan Bibi ,” setelah mengatakan hal tersebut dengan percaya diri dan untuk pertama kalinya Gin menyerang Bibinya dengan kecepatan penuh namun saat dia menyerang Bibinya yang tidak bergerak sama sekali.

 

Hal ini membuat Gin agak ragu karena Bibinya tidak bergerak, tapi dia tetap menyerang Bibinya yang sedang tersenyum sinis saat pukulan Gin mengarah tepat dikepala bagian samping namun dengan mudah ditangkis oleh Bibinya.

 

“Bocah, tengik rupanya kamu sudah berharap, yaa. Bisa melukai Bibi saat kamu bisa menghindari serangan Bibi dengan sempurna, hahaha kamu terlalu naif, Nak.”

 

Latihan berlanjut dengan Gin yang menerima pukulan demi pukulan Bibi Merume yang menambah kecepatan serangannya yang disertai petunjuk-petunjuk yang sangat berguna yang disertai nasihat-nasihat yang akan selalu diingatnya.

 

 

Tetapi dari berbagai nasihat yang sangat di tekankan oleh Bibinya hanya beberapa yang diingatnya salah satunya adalah jangan pernah melukai perempuan apalagi sampai membunuhnya.

 

 

Tiba-tiba, entah mengapa Bibi Merume berkata, “Bocah tengik bukankah, kamu ingin mengetahui keberadaan orang tuamu, bukan?”

 

Dengan antusias yang membara-bara, ”Benar, di manakah mereka, Bibi?”

 

 

“Alam baka!!! Dan yang mengirim mereka ke sana adalah.....” Dengan terbahak-bahak Bibi merume menatap iba pada Gin.

 

 

Setelah mendengar hal ini, entah mengapa sekujur tubuh Gin benar-benar lemas dan bagai merasa jiwanya ingin meninggalkan tubuhnya dan beberapa saat kemudian disekitar tubuh Gin mulai muncul energi kegelapan yang amat dasyat. “Jangan katakan kalau Bibi yang membunuh kedua orang tuaku?”

 

Mendengar hal tersebut bukannya menjawab Gin, Bibi Merume malah tertawa seperti orang kesetanan.

 

Tak jauh dari Bibi Merume, Gin telah kehilangan kesadaran dan mulai diselimuti energi kegelapan. Merume bergerak cepat, dia keluar dari ruangan tersebut. Begitu kembali, tangannya sudah memegang sebilah pedang. Dia melemparnya ke arah Gin, mudah bagi Gin menangkap pedang tersebut.

Kekuatan Terpendam

“Akhirnya, saya berhasil membuatnya memicu energi tersebut. Yah, walaupun bocah tengik ini belum mampu mengendalikannya sampai-sampai dikendalikan oleh energi kegelapannya sendiri dan sekarang saya harus membuatnya sadar, lumayan bisa sedikit merenggangkan otot,” ucap Bibi merume sambil menggertakkan giginya.

 

Tak lama selepas Bibi Merume berkata seperti itu, Gin bergerak dengan sangat cepat menyerangnya dan kemudian menebas Bibi Merume.

 

Tebasan Gin tersebut ditangkis oleh Bibi Merume dengan tongkatnya, energi yang dikeluarkan dalam tebasan tersebut begitu besar sampai membuat Bibi Merume terpental jauh hingga menabrak dinding dengan keras saking kerasnya dinding yang notabenenya dapat menahan serangan sekuat kapten devisi, hancur begitu saja.

 

Akibat serangan tadi Bibi Merume muntah darah, “Saya terlalu meremehkan kemampuan tersembunyi bocah tengik ini!!!” Bibi Merumepun bangkit sambil menghembuskan nafas dan maju ke hadapan Gin untuk menyerangnya, sebelum Bibi Merume benar-benar sampai ke hadapan Gin.

 

Gin sudah bergerak dengan kecepatan yang tidak kalah cepat, akhirnya merekapun bertemu di tengah-tengah ruangan dengan saling bertemunya kedua senjata yang mengakibatkan benturan yang menyebabkan ruang latihan menjadi porak poranda.

 

Pedang dan tongkat Bibi Merume masih bertemu dengan percikan gelombang kekuatan yang amat dasyat, tetapi tiba-tiba Bibi Merume menghilang dari hadapan Gin dan muncul dibelakangnya dengan cepat menyerang Gin dengan tongkat tersebut namun ditangkis dengan mudah oleh Gin menggunakan pedangnya tanpa membalikkan badan.

 

Hal ini mengakibatkan Bibi Merume mundur beberapa meter dari Gin sambil bergumam dalam hati, “Kekuatan tersembunyi bocah ini benar-benar mengerikan sampai merinding saya menghadapinya. Terpaksa saya harus serius...” Tiba-tiba Bibi Merume memuntahkan darah lagi, walau tidak sebanyak sebelumnya.

 

Bibi Merumepun bergerak dua kali lipat lebih cepat dari sebelumnya untuk menyerang Gin dengan tongkatnya yang tepat mendarat diperut Gin yang membuatnya terpental ke dinding.

 

 

Sebelum tubuh Gin mengenai dinding, Bibi Merume muncul didekatnya lalu menyerangnya dengan tongkat ke punggungnya hingga terpental menghancurkan dinding.

 

Dinding tersebut tidak mampu membuatnya berhenti terpental hingga Gin melewati ruangan sebelah ruang latihan dan menembus dinding ruangan itu juga.

 

 

Gin pun terhenti oleh dinding ruangan ketiga dan memuntahkan banyak darah serta pedang yang diberikan oleh Bibi Merume mulai terdapat retakan. Hal tersebut membuat Bibi Merume sedikit terhenyak.

 

“Huft, akhirnya selesai juga... Jika dia berlatih dengan sungguh-sungguh serta totalitas dalam latihannya, suatu hari nanti dia akan melampaui Ayahnya..” Bibi Merume berpikir pertarungan tersebut telah berakhir.

 

 

Namun baru beberapa menit setelah Bibi Merume menghembuskan nafas lega terdengar suara mengerikan yang berasal dari Gin. “Arrrggghhh,"

 

 

Tiba-tiba Gin bangkit dan terbang dengan kecepatan yang luar biasa. Kecepatan Gin secepat Bibi Merume, apabila Bibi Merume menggunakan kekuatan penuhnya.

 

 

Melihat hal tersebut membuat Bibi Merume membentuk mulutnya seperti huruf o dan tidak sempat menghindar akibat keheranannya.

 

 

Gin memukul Bibi Merume dengan kepalan tangan yang dialiri energi kegelapan ke perut Bibi Merume yang membuatnya terpental ke sudut ruangan.

 

 

Sebelum tubuh Bibi Merume menyentuh dinding, Gin muncul didekatnya dan memukul kepala Bibi Merume yang membuatnya terpental ke langit-langit ruangan namun lagi-lagi sebelum tubuh Bibi Merume menyentuh langit-langit ruangan Gin sudah tiba didekatnya.

 

 

“Bocah tengik ini,” dengan marah Bibi Merume menangkis pukulan Gin yang diarahkan padanya dengan tameng yang dibuatnya dari energi angin.

 

 

Setelah menghalau pukulan Gin, Bibi Merume bergerak menjauh dari Gin, “Bocah tengik ini ternyata bisa terbang!!! Yah, walau bocah tengik ini masih tak sadarkan diri.”

 

 

“Saya harus melepaskan seluruh kekuatanku untuk menenangkannya jika tidak bisa-bisa saya mati konyol ditangan bocah tengik ini,” gumam Bibi Merume dalam hati.

 

Tak lama kemudian Bibi Merume melepaskan seluruh kekuatan yang telah dia sembunyikan selama ini. Hal tersebut membuat udara sekitar menjadi benar-benar mencengkam.

 

Merume melapisi seluruh tubuhnya dengan energi angin serta kepalan tangan dengan api yang berkobar-bokar.

 

Merume tidak lagi memegang tongkat setelah terlepas saat menangkis serangan Gin, beberapa saat yang lalu.

 

Merumepun mengambang di udara siap menyerang. Namun sebelum Bibi Merume menyerang, Gin menebas lehernya dengan pedang, tetapi pada saat pedang tersebut hanya tinggal berjarak beberapa centi saja, Merume dengan santai menangkisnya menggunakan tangan kosong, tidak lebih tepatnya menggunakan jari telunjuknya saja.

 

 

“Bocah tengik, kau ingin membunuhku, yaaah. Masih cepat seratus tahun untukmu hahaha..” Merumepun menyerang Gin dengan tapaknya ke perut Gin yang membuatnya terpental beberapa meter dari Merume.

 

 

Belum tegak Gin berdiri, Merume sudah ada dihadapan Gin dan menyerangnya dengan tapak yang dialiri energi angin yang amat dasyat namun ditahan oleh Gin menggunakan pedangnya.

 

 

Hal tersebut membuat kondisi Gin mulai terpojok sedikit demi sedikit Gin dipaksa mundur ke belakang dan mulai mengeluarkan darah dari mulutnya, tetapi pada saat Gin benar-benar terpojok, energi kegelapan yang ada dalam tubuhnya meluap-luap keluar.

 

 

Energi yang dikeluarkan oleh Gin membuat matanya benar-benar hitam yang membuat Merume gentar menatapnya lebih dari tiga detik.

 

 

Awalnya energi tersebut hanya meluap namun beberapa saat kemudian energi tersebut mulai menyerap energi Merume sedikit demi sedikit pada beberapa menit pertama.

 

 

Kejadian selanjutnya yang membuatnya sontak terkaget sebab Merume sadar bahwa energinya diserap oleh energi yang dilepaskan oleh Gin, semakin lama semakin banyak jumlah energi yang diserap membuat Merume keringat dingin serta kehabisan akal.

 

 

“Bocah tengik ini!! Jika saya tidak melakukan sesuatu secepatnya, bisa-bisa saya mati konyol disini, apa yang akan dikatakannya nanti, apabila mengetahui jika saya terbunuh ditangan putranya ini. Bisa-bisa habis harga diriku.” Gerutu Merume dalam hati.

 

 

Tiba-tiba merume mengeluarkan hampir seluruh energi angin yang terdapat dalam tubuhnya lalu dipadatkan diantara pedang Gin dan tapak Merume yang mengakibatkan ledakan besar terjadi.

 

 

Ledakan tersebut mengakibatkan hampir setengah dari ruang latihan hancur serta tidak dapat dikenali lagi. Akibat pertarungan keduanya membuat debu memenuhi ruang latihan.

 

 

Di pojok ruangan terpapar tubuh Merume yang dipenuhi oleh darah kental serta goresan luka namun Merume masih memiliki kesadaran.

 

Sedang disisi lain Gin yang tidak jauh lebih mengenaskan dari kondisi Merume mencoba berdiri tegak dengan susah payah Gin berdiri dan berhasil berdiri tegak.

 

 

Demi melihat hal tersebut Merume berkata, “Sepertinya, akhir hayatku telah tiba.” Sambil mengembangkan senyum yang hampir tak pernah menghiasi wajahnya setelah Merume ditolak cintanya oleh orang yang teramat dicintainya.

 

 

Tak lama kemudian Gin yang sedang hilang kendali menghampiri tubuh Merume yang mengenaskan dengan dipenuhi oleh banyak goresan luka serta darah kental yang tak henti-hentinya mengalir.

 

 

Saat Gin hanya bersisa belasan langkah dari tubuh Merume, tiba-tiba ada rasa sakit yang muncul dari dalam tubuh Gin yang diakibatkan oleh lonjakan energi kegelapan yang amat dasyat.

 

 

Hal ini membuat Gin berteriak sekeras-kerasnya tak lama kemudian lonjakan energi tersebut menguap hingga keluar dari tubuh Gin serta melonjak tinggi menghancurkan sebagian langit-langit ruang latihan yang terkena oleh energi kegelapan tersebut.

 

 

Energi tersebut juga menembus tanah hingga mencapai langit, hal tersebut menggegerkan seluruh rakyat kota Jantapia dan kota- kota yang berada tidak jauh dari kota Jantapia.

 

Banyak pendekar yang penasaran dengan asal energi tersebut, tapi mereka lebih memilih untuk tidak mencari asal energi tersebut. Mereka mengira energi tersebut berasal dari pendekar hebat.

 

 

Tentu tidak ada yang mau mencoba menyinggung pendekar hebat tersebut, terlebih energi yang dimilikinya begitu besar.

 

Beberapa saat kemudian lonjakan energi mulai surut bersamaan dengan itu tubuh Gin tumbang dan jatuh ke lantai dan sisa-sisa energi tersebut mulai menyelimuti tubuh Gin secara keseluruhan.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!