NovelToon NovelToon

The Magic Face Brush

Meisie si gadis buruk rupa

Kehidupan seorang gadis yang awalnya penuh dengan hinaan, dan ejekan juga di jauhi semua orang karena wajahnya yang cacat. Namun setelah menemukan sebuah face brush hidupnya berubah, face brush itu mampu mengubah takdirnya.

*******

Kring … kring … kring … 

Suara alrm yang begitu nyaring mampu membangunkan seorang gadis yang berada di balik selimutnya. Gadis itu hanya menggeliat, kan tubuhnya, lalu kembali tertidur. Keadaan kamar begitu berantakan, ruangan yang sangat kecil  yang hanya muat untuk satu tempat tidur saja. Namun, karena gadis itu memakai kasur yang ukuran paling kecil jadi kamar itu bisa muat untuk menaruh satu buah lemari kecil dan satu buah meja kecil di samping tempat tidurnya, yang biasa di gunakan untuk menyimpan alat kecantikannya, juga untuk menulis, karena gadis itu suka sekali menulis. 

Tok, tok, tok, 

Kini bukan suara alrm lagi yang mengganggu tidurnya, melainkan suara ketukan pintu dari luar. "Mey, bangun ini sudah siang cu!" seru seorang wanita, suaranya terdengar seperti seorang wanita tua, yah … itu adalah Neneknya. 

Meisie, adalah seorang gadis yatim piatu karena kecelakaan kebakaran yang terjadi di masa kecilnya membuat Meisie, kehilangan kedua orangtuanya, selain kehilangan kedua orangtuanya kebakaran itu juga merenggut kecantikan wajahnya. Semenjak itu Meisie, selalu di hina dan di ejek, baik di sekolah maupun di lingkungan rumahnya, ada yang memanggil Meisie, si buruk rupa, gadis cacat, ada juga yang bilang muka cacat. 

"Iya Nek, Mey udah bangun kok!" sahut Meisie, yang turun dari tempat tidurnya. Meisie, berjalan ke arah lemari, mengambil sebuah handuk di dalam lemari, lalu Meisie, keluar dari kamarnya menuju kamar mandi. Karena di dalam kamarnya tidak terdapat kamar mandi.

Meisie, berjalan ke kamar mandi yang terletak tak jauh dari kamarnya, Meisie, hanya jalan beberapa langkah saja melewati gang sempit yang terhimpit oleh dua kamar. Karena rumah ini sangat kecil, jadi hanya terdapat dua kamar persegi empat, ruang makan yang di gabung dengan dapur, lalu ruang tamu yang di gabung dengan ruang TV, jadi kalau ada tamu tidak akan jenuh karena bisa sambil menonton TV.

 Suara percikan air pun terdengar, itu tandanya Meisie, sudah memulai ritual mandinya. Meisie, hanya melakukan ritual mandinya selama 5 menit saja, setelah selesai Meisie, pun keluar, lalu berjalan menuju kamarnya.

Hari ini Meisie akan kembali melamar pekerjaan, setelah gagal untuk kesekian kalinya, padahal Meisie, gadis yang pintar  semasa sekolah, Meisie, selalu mendapat nilai terbaik, tetapi karena kekurangannya itu, Meisie, sulit mendapatkan pekerjaan. 

Namun Meisie, tak pernah menyerah, Meisie, terus mencoba dan berusaha.

"Semoga hari ini hari keberuntunganmu Meisie," gumam Meisie, yang menatap dirinya pada pantulan cermin. Sebelum keluar dari kamarnya, Meisie tak lupa memakai maskernya terlebih dulu, jika pergi keluar Meisie suka memakai masker untuk menutupi luka bakar di wajahnya, Meisie tidak ingin membuat orang takut apalagi anak kecil, karena wajahnya terlalu mengerikan. 

Kadang Meisie suka tak percaya diri, apalagi saat bertemu dengan lawan jenisnya. Namun sekarang, Meisie sudah terbiasa dan sudah bisa menerima kekurangannya sendiri. 

"Pagi Nek," sapa Meisie pada neneknya yang duduk di meja makan.

"Pagi cu, ayo sarapan dulu." Ujar Neneknya, yang sedang mengunyah buburnya. 

Seperti biasa, dan setiap harinya Meisie hanya sarapan bubur nasi tanpa lauk atau pun sayuran, hanya ini yang bisa Neneknya siapkan. Meisie tak pernah mengeluh atau pun merajuk meminta makanan yang enak, beruntung Meisie masih punya keluarga, setelah ayah dan ibunya meninggal Meisie tinggal bersama Neneknya yang hanya mengandalkan gaji pensiunnya, hidup mereka memang jauh dari cukup, tapi Meisie tetap bisa melanjutkan pendidikan sampai kuliah karena beasiswa. 

"Nek, do'a,kan Meisie ya! Semoga Meisie mendapat pekerjaan, biar bisa bantu Nenek!" ujar Meisie yang menyentuh tangan Neneknya yang sudah keriput.

"Nenek akan selalu mendo'a, kan mu," ujar Neneknya yang tersenyum ke arah Meisie. 

"Kalau begitu Meisie pamit Nek,"

"Kamu sudah punya tujuan?" tanya Neneknya.

"Semalam, Vika memberitahuku, ada lowongan di tempat kerjanya, ya … semoga Mey ke terima," jawab Meisie

"Semangat!" ujar Neneknya 

"Figthing," ujar Meisie, Lalu melangkah pergi.

"Seandainya, kebakaran itu tidak terjadi, kamu tidak akan melewati masa sulit ini, semoga tuhan memberikan keajaiban untukmu Nak," batin Neneknya yang menatap kepergian Meisie.

10 tahun lalu 

Kobaran api meluap, membakar sebuah rumah di komplek perumahan xxx, pada malam itu semua orang sudah tertidur tidak ada yang tahu, bahwa si jago merah sedang melahap sebuah hunian rumah mewah di komplek tersebut. Semuanya dia lahap, tidak ada barang yang tersisa. 

Di dalam rumah itu sepasang

suami istri masih terlelap dalam tidurnya, sedangkan seorang gadis kecil menangis sambil memanggil-manggil ibu dan ayahnya. Gadis itu berusia 10 tahun, yang bernama Meisie.

"Mama … papa …." Teriak Meisie, dengan isakan tangis-Nya.

Kobaran api semakin meluas, amarah si jago merah semakin meluap, hingga mampu menyesakan nafas orang yang ada di dalam rumah itu. 

"Papa, Papa bangun pa, rumah kita kebakaran." Teriak seorang wanita yang terus menggoyang-goyangkan tubuh suaminya. 

"Kebakaran, Ma kita harus keluar ayok." Ajak suaminya yang menarik wanita itu untuk keluar dari kamarnya. Mereka pun teringat dengan putri kecil mereka, dengan segera mereka berlari ke lantai atas menuju kamar putrinya. 

"Mama … papa …." Meisie terus terisak, seraya memanggil nama mama dan papanya. Dengan beranikan diri, Meisie berjalan keluar dari kamarnya, isakan tangisnya semakin terdengar dan semakin kencang, saat melihat kobaran api yang begitu besar memenuhi ruangan rumahnya yang luas. Di ujung sana Meisie melihat Pusy, kucing kesayangannya, yang mengeong-ngeong meminta pertolongan. 

"Pusy," teriak Meisie. Pusy hanya bisa menyahut dengan suara khas-Nya meong, meong, Karena tak tega melihat Pusy, Meisie pun berlari menuju arah Pusy, tanpa menghiraukan peristiwa yang sedang terjadi. 

Brukk, 

Satu lampu jatuh mengenai sisi wajah kirinya, beruntung tidak mengenai tubuhnya akan tetapi, lampu itu menyisakan luka yang amat perih pada pipi kiri Meisie. Meisie menjerit kesakitan, dengan tubuh yang terlentang di bawah lantai yang kotor karena abu. Rasa panas dan perih Meisie rasakan, namun Meisie hanya mampu berteriak dan menangis juga berguling-guling di atas lantai itu. 

"Mey, Pa itu Mey." Teriak Ibunya yang menunjuk ke arah Meisie. Dengan segera Papa dan Mama Meisie menghampirinya. Rasa panik dan cemas yang mereka rasakan, saat melihat luka bakar yang tedapat di wajah putrinya. Papa Meisie langsung menggendongnya membawa Meisie dan juga istrinya keluar dari rumah itu. Namun, saat hampir sampai di depan pintu puing-puing bebangunan mulai runtuh dan hampir menindih mereka, namun hanya papa Meisie yang tertindih saat itu sedangkan Meisie dan ibunya selamat. 

"Papa," teriak Meisie. 

Air mata pun tak tertahan dan tumpah, Meisie mencoba berlari untuk menolong papanya, namun, ibunya menahannya. Meisie hanya bisa menangis dan melihat papa tercinta yang sudah tak berdaya. 

Krekek, krekek, 

Suara bangunan yang hampir roboh kembali terdengar, Meisie langsung di peluk ibunya, Meisie terlihat ketakutan, suara teriakan orang mulai terdengar, Meisie dan ibunya merasa lega, akhirnya ada seseorang yang menolongnya, Meisie dan ibunya bergegas pergi, tapi … saat akan sampai di depan pintu sebuah puing-puing rumah hampir saja roboh dan jatuh mengenainya. Sebelum itu terjadi ibu Meisie langsung melempar Meisie ke arah luar, berharap ada orang yang menolong putrinya, sedangkan dirinya hanya pasrah, saat puing-puing bangunan itu menindih tubuhnya. 

"Mama," teriak Meisie, sakit memang sakit sekali tubuhnya, tapi lebih sakit lagi saat melihat kedua orangtuanya tiada. Beberapa orang menghampiri Meisie untuk pergi menjauh dari rumahnya, dan membawanya ke tempat yang lebih aman.

Face brush

Meisie berjalan sejauh 20 km menuju jalan raya, karena tempat tinggalnya berada jauh dengan jalanan kota, rumah neneknya terletak di pedalaman, diantara gang-gang sempit dan rumah kumuh. Sesampainya di jalan raya Meisie harus berjalan kurang lebih 5 km untuk menuju halte bus, karena Meisie tidak punya cukup uang untuk menaiki sebuah taksi. Namun Meisie, tidak pernah mengeluh, Meisie, tetap semangat walaupun harus berjalan kaki. Sesampainya di halte bus Meisie duduk sebentar, sambil meneguk air minum yang selalu ia bawa, karena perjalanan yang cukup jauh membuat Meisie kehausan. 

Meisie mulai merasa tak nyaman, terhadap orang-orang di sekitarnya yang mulai menjauh dan menjaga jarak darinya. Tak sedikit orang yang saling berbisik membicarakannya. Meisie hanya bisa menghela nafas, lalu Meisie kembali memakai maskernya untuk menutupi wajahnya. 

"Seseram itu, kah diriku sampai kalian takut melihat wajahku," batin Meisie. 

"Mungkin besok aku harus memakai topeng untuk menutupi wajahku." gumam Meisie lirih. Lalu Meisie menaiki bus yang baru saja berhenti. 

Sambil menunggu sampai di tempat tujuan, Meisie selalu membawa earphonenya untuk mendengarkan lantunan melodi, hanya inilah temannya teman yang menghiburnya, menemaninya saat kesepian, Meisie mulai mendengarkan lagu-lagu favoritnya, sambil memejamkan matanya. 

15 menit lamanya akhirnya Meisie pun sampai di tempat tujuan, Meisie turun dari bus yang baru saja di naikinya. Arah matanya fokus menatap gedung tinggi yang ada di hadapannya. Sebuah perusahaan besar di ibu kota,

 PT. EL-Gideon Industri, salah satu perusahaan industri yang berkembang pesat dan maju di kotanya. Karyawannya saja sudah beribu-ribu yang bekerja disini. 

"Mey," teriakan seseorang mengejutkannya. Mey langsung menoleh ke arah sumber suara.

"Kau, sudah sampai? Mey, semoga hari ini keberuntunganmu, aku yakin kamu akan di terima dan mendapat jabatan yang sangat bagus, setara kamu, kan sangat pintar nilai mu sangat bagus," ujar Vika, seraya menepuk-nepuk kedua bahu Meisie. Vika adalah teman Meisie semasa sekolah, bisa di bilang teman satu-satunya yang baik dan menerima kekurangannya.

Meisie pun masuk ke dalam bersama Vika, Meisie bergabung bersama pelamar lainnya karena memang perusahaan ini sedang membutuhkan tenaga kerja, jadi tak heran banyak yang melamar.

**** 

Beberapa jam sudah berlalu, Meisie keluar dari sebuah ruangan yang terpampang nama personalia. Wajah Meisie terlihat muram dan sedih, namun bagaimana lagi  Meisie, harus menerimanya. Dengan terpaksa Meisie terima, sebagai seorang OB ( ofice boy ). Hari ini Mey masih bisa pulang sedang, kan besok Meisie sudah mulai bekerja. Meisie berjalan lemas, seakan tak bertenaga, tatapan Meisie juga kosong. Meisie terus berjalan sampai tak melihat seorang pria yang berjalan ke arahnya, pria itu terlihat berwibawa, berparas tampan dan bertubuh tinggi, pria itu berjalan sambil memegang sebuah benda pipih yang di simpan di daun telinganya, pria itu terlihat sedang berbicara pada sambungan telepon. Karena keduanya tidak fokus, hingga terjadilah tabrakan antara tubuh keduanya, membuat Meisie terhuyung, karena tubuhnya tak seimbang Meisie pun hampir jatuh, namun tertahan, karena tangan kekar itu langsung menangkap pinggangnya yang ramping. Pria itu memeluk Meisie dengan erat sampai wajah dan mata keduanya bertemu. Beruntung wajah Meisie tertutup masker kalau tidak, mungkin pria itu akan berteriak. 

Pria itu langsung melepaskan pelukannya, Meisie pun sadar diri dan menjauh dari pria itu seraya meminta maaf. 

"Maaf Tuan," ujar Meisie sambil membungkuk. Pria itu tak menjawab sama sekali, pria itu begitu cuek, dingin dan kaku. 

"Lain kali lihat jalanan dengan benar." Ujar pria itu datar tanpa melihat ke arah Meisie, tangan nya sibuk merapihkan kerah kemejanya, pria itu lalu melangkah pergi melewati Meisie. 

Meisie menghela nafas panjang, hatinya merasa lega, tapi detak jantungnya mulai berdetak tak karuan, Meisie terus menyentuh dadanya, yang berdebar lebih cepat. 

"Siapa pria itu? Aku seperti penah melihatnya tapi dimana?" tanya Meisie pada hatinya. 

Elon Gideon Rakka Mahendra, itulah nama pria itu, pemilik perusahaan industri termuda di dunia. Semua memanggilnya tuan Elo, di usianya yang ke 25 tahun, Elo sudah menjabat sebagai CEO di perusahaan terbesar, PT. EL-Gideon Industri, perusahaan tekstil terbesar di ibu kota, yang menghasilkan beberapa pakaian jadi yang di ekspor ke beberapa tempat di dunia, selain di ekspor Elo juga memasukan barang industrinya ke sebuah mall terbesar milik keluarganya El-Gideon Mall, yang menyediakan beberapa barang-barang bermerk dan ternama. Itulah yang membuat Elo terkenal.

Elo berjalan melewati beberapa departemen, yang di temani seorang pria yang setia mengikutinya. Arkan William, dia adalah asisten pribadinya, yang selalu menemani Elo kemana pun apalagi jika tentang pekerjaannya. Seperti saat ini Elo sedang berpatroli atau mengontrol para karyawannya, karena Elo paling tidak suka dengan pekerja yang asal-asalan, malas-malasan, dan melanggar aturan. Setelah selesai mengontrol, Elo kembali ke ruang kerjanya. 

**** 

Meisie baru saja turun dari bus yang membawanya pulang, Meisie harus berjalan lagi sekitar 15 km untuk sampai ke rumah nenek nya. Lelah sangat lelah, kakinya kini seperti sedang di ikat tali, rasa keram begitu menyiksanya, namun apa daya, Meisie harus tetap berjalan sampai ke rumahnya. Meisie bersenandung ria  seraya berjalan kesana-kemari untuk menghilangkan keheningan sepanjang jalannya. Di ujung sana Meisie melihat seekor kucing yang berada di atas tempat sampah seperti sedang mencari sisa-sisa makanan. Melihat kucing itu Meisie jadi teringat Pusy, kucing kesayangannya yang kini sudah tiada. 

Meisie berlari menghampiri kucing itu, menangkapnya dan memangkunya.

Meong, meong 

"Hai, kau sedang apa? Apa kau kelaparan? Sebentar, aku punya sesuatu untukmu." Ujar Meisie yang menurunkan kucing itu, lalu Meisie mengambil sepotong ayam goreng yang di belinya saat pulang tadi. Meisie memberikan sepotong ayam itu pada kucing itu walaupun Meisie pun belum memakannya. 

"Kau sangat lapar ya! Lucu sekali, aku jadi teringat Pusy," ujar Meisie. Saat Meisie sedang fokus memperhatikan kucing itu, tiba-tiba pandangannya teralihkan pada sebuah cahaya yang terpancar di dalam tempat sampah di depannya. Karena penasaran Meisie pun mendekat dan melihat tempat sampah itu. 

"Apa ini? Waw, cantik sekali dan mengkilap," Ujar Meisie yang mengambil sebuah face brush di dalam tempat sampah itu.

"Siapa yang membuangnya? Barang sebagus ini di buang. Sudahlah mending aku ambil saja, lumayan masih bagus." Ucap Meisie seraya memasukan face brush itu ke dalam tasnya. Meisie kembali berjongkok mengambil kucing yang terlantar itu. 

"Kau ikut pulang denganku ya! Sekarang namamu adalah Pusy, kau akan tinggal bersamaku, oke Pusy," 

Meong, hanya suara itu yang bisa Pusy ucapkan. Meisie memangku Pusy, memeluknya dengan hangat, Meisie berjalan menuju rumah neneknya sambil membelai lembut kepala Pusy. Tanpa Meisie sadari di dalam tasnya terpancar sebuah cahaya, sepersekian detik tas selempang yang di pakainya berubah menjadi baru, terlihat begitu cantik dari sebelumnya, tas yang dulunya terdapat banyak robekan kini robekan itu tertutup dan menghilang. Entah apa yang terjadi di dalam tas itu.

Di tempat lain, Elo, kebingungan mencari kucingnya yang hilang. 

"Mikey, dimana kau," 

"Mikey," Elo, terus memanggil-manggil kucing kesayangannya. Mencarinya di bawah kasur, kursi, balkon, di bawah lemari dan tempat lainnya. Mikey, adalah kucing peliharaan-Nya yang sudah jinak. Mikey, akan selalu menyambut Elo, jika dia pulang bekerja, Miekey, selalu menunggunya di depan pintu. Namun tidak hari ini, Elo, sama sekali tidak melihat Mikey.

...----------------...

Jangan lupa dukungannya ya 🙏😊

Klik like setelah membaca, jangan lupa Vote dan komentarnya juga ya 🤗

Face brush ajaib

Meisie sudah sampai di rumahnya, rumah sudah terlihat gelap dan sepi, mungkin neneknya sudah tertidur. Meisie berjalan menuju kamarnya, sesampainya di kamar Meisie menurunkan Pusy di atas meja riasnya, Pusy terlihat sangat kumel dan kotor Meisie pun berniat untuk memandikannya. Tapi, sebelum itu Meisie membuka tasnya terlebih dahulu lalu di simpannya di atas meja riasnya, Meisie tidak terlalu memperhatikan bahwa tasnya sudah berganti menjadi baru, mungkin karena matanya sudah lelah Meisie jadi tidak terlalu fokus. 

"Pusy, kau kotor sekali. Sebentar aku akan membersihkanmu," ujar Meisie.

Meisie mengambil face brush yang baru saja ia temukan tadi, face brush itu Meisie sapu-sapu, kan pada tubuh Pusy, untuk menghilangkan debu kotoran pada bulunya, Pusy memiliki bulu yang sangat lebat, dan putih jika dalam keadaan bersih mungkin akan terlihat indah. Pusy, kucing yang malang beruntung Meisie menemukannya. Jika melihat Pusy, Meisie kembali teringat kejadian masalalunya, kejadian kebakaran yang merusak wajahnya juga yang merenggut kedua orangtuanya. Meisie jadi sedih karena tidak bisa menyelamatkan Pusy, kucing kesayangannya. 

"Seandainya kebakaran itu tidak terjadi, mungkin ayah dan ibu masih ada disini. Begitupun dengan Pusy." Gumam Meisie lirih seraya menatap wajahnya pada pantulan cermin. 

"Pusy, kau sudah bersih sekarang, nanti akan ku mandikan. Ya ampun brushnya jadi kotor karena bulumu." Ujar Meisie yang menatap brushnya lalu di simpannya kembali di atas meja. Setelahnya Meisie pun melangkah pergi ke kamar mandi untuk membersihkan dirinya. Setelah Meisie jauh melangkah, tiba-tiba sebuah cahaya muncul kembali di dalam kamarnya, seperkian detik cahaya itu pun hilang. Meisie kembali ke kamarnya namun, ada sesuatu yang membuat Meisie merasa aneh, face brush dan Pusy. Pusy terlihat lebih mengkilap dan face brush itu pun kembali bersih seperti semula, padahal Meisie belum mencucinya sama sekali. 

**** 

Keesokan paginya, Elo, masih tak menemukan Miekey, sebangun dari tidur sampai dirinya akan pergi bekerja masih tak menemukan Miekey, kucing kesayangannya. 

"Bi," teriak Elo, memanggil pelayan rumahnya.

"Iya, Tuan, ada apa?" tanya pelayan itu.

"Apa, kamu melihat Miekey? Dari semalam aku tidak melihat Miekey," ujar Elo.

"Mungkin, di taman belakang Tuan," 

"Tolong cari sampai ketemu, kalau sudah ketemu kabari aku, aku harus segera pergi ke kantor," ujar Elo.

"Baik Tuan," ujar pelayan itu. 

Sepanjang perjalanan, Elo, terus menatap layar ponselnya, yang memperlihat, kan wajah kucing kesayangannya. 

"Orang gelisah karena kehilangan kekasihnya, Tuan, gelisah karena kehilangan kucingnya." Batin Arkan, yang menatap bosnya dari pantulan cermin depan.

Meisie sudah bersiap, karena hari ini hari pertamanya Meisie bekerja. Meisie sibuk mencari-cari tasnya yang hilang, padahal semalam dia memakainya, tapi yang ada hanya tas lain, tas yang baru bukan tas yang kumel. Meisie jadi bingung kemana tasnya semalam. 

"Aneh!" Kata Meisie, sambil menggaruk-garuk kepalanya yang tidak gatal. 

"Mey," teriak Nek, Tini.

"Iya Nek," sahut Meisie. Karena tas semalam tak kunjung ketemu, akhirnya Meisie memakai tas yang ada di hadapannya, tas barunya. Meisie berjalan menuju meja makan, tapi kali ini ada yang berbeda, seperti biasa Meisie sarapan dengan bubur, tapi kali ini ada lauk juga sayurannya sebagai pelengkap, mungkin Nek, Tini punya uang lebih. 

"Nek, hari ini Mey, mulai bekerja. Do'a kan ya Nek, semoga kerjaan Mey lancar, kalau Mey, sudah gajihan kita akan makan enak nanti, tidak akan makan bubur lagi setiap hari." ujar Meisie. 

"Syukurlah, akhirnya kamu dapat pekerjaan juga, Mey, Nenek pesan jika nanti ada yang menghinamu atau mengejek wajahmu jangan dengarkan mereka, biarkan saja, bagi Nenek kamu adalah cucu Nenek yang paling cantik." ujar Nek, Tini.

"Makasih ya Nek, Oh iya, Nek, semalam Mey, menemukan kucing yang terlantar  lalu Mey, bawa pulang. Saat Mey, bekerja titip ya Nek, namanya Pusy, dia kucing baik kok, dan penurut." Ujar Meisie yang mengelus kucingnya. Nek, Tini pun mengangguk, lalu mengambil Pusy, memindahkannya dalam pangkuannya. 

"Nek, Mey berangkat dulu," ujar Mey yang berlalu pergi. 

****

"Mey, tunggu." Teriak Vika, yang berlari ke arah Mey.

"Mey, benarkah kau hanya jadi OB? Mey, kau ini tidak pantas jadi OB, aku akan bilang ke personalia-Nya, kau tenang saja Mey, aku akan komplain, aku keberatan jika kamu hanya jadi OB," umpat Vika.

"Sudah Vika, tak usah aku tidak apa-apa kok jadi OB, yang penting aku bisa bekerja." 

"Tapi," 

"Tidak apa-apa, aku juga tidak keberatan." Vika hanya merengut, namun Meisie selalu menenangkannya. 

"Apa kamu selalu memakai masker?" tanya Vika, Meisie hanya mengangguk.

"Apa HRD tahu wajahmu?"

"Mungkin saja dia tahu dari berkas lamaranku, kan ada fotoku." 

"Tapi setidaknya mereka jangan melihat fisik, tapi lihatlah kemampuanmu," umpat Vika yang masih kesal. 

**** 

Hari pertama bekerja Meisie di perintahkan untuk mengantarkan minuman ke ruangan CEO, Meisie merasa gugup, seperti apakah bos-Nya itu. Sesampainya di depan pintu Meisie mengetuk pintunya

Tok, tok, tok, 

Setelah tiga kali mengetuk Meisie pun masuk ke dalam seraya membawa sebuah nampan berisi satu cangkir teh, awalnya Meisie belum sadar bahwa bos-Nya itu adalah pria yang bertemu dengannya kemarin. Meisie berjalan ke arah meja Elo, untuk menyimpan cangkir tehnya.

"Ini Tuan tehnya," ujar Meisie, yang hanya di jawab dengan gumaman oleh Elo. 

"Kalau begitu saya permisi Tuan," ujar Meisie yang melangkah pergi namun, di sanggah Elo.

"Tunggu," ujar Elo, yang menghentikan langkah Meisie. Meisie pun berbalik badan kembali menghadap Elo. 

"Iya Tuan, ada yang Tuan inginkan?" tanya Meisie gugup, karena di tatap Elo. 

"Kau, wanita yang kemarin? Sejak kapan kau bekerja disini?" tanya Elo, Meisie pun berpikir sejenak, seketika ingatannya kembali saat dimana Meisie, menabrak tubuh Elo, sampai dirinya terhuyung. 

"Oh tidak, jadi dia pemilik perusahaan ini? Ya Tuhan, apa aku akan di pecat," batin Meisie. "Iya, Tuan. Ini hari pertama saya bekerja, Tuan … untuk masalah kemarin saya mohon maaf, saya tidak sengaja," ujar Meisie sambil menunduk. 

"Apa ada aturan baru? Dari kemarin kau memakai masker?" tanya Elo datar.

"Ah, ini … aku sedang flu Tuan," jawab Meisie gugup.

"Kerja yang benar, jangan sampai maskermu itu menjadi penghalang kerjaanmu, dan ingat! Jalan lihat dengan mata jangan sampai kau menabrakku lagi," ujar Elo dingin. 

"Baik Tuan," 

"Sudah sana, pergi," titah Elo, yang mengibaskan tangannya. Meisie pun pergi meninggalkan ruangan Elo.

**** 

Sebuah mobil mewah turun di depan lobby, tak lama kemudian turunlah seorang wanita, tampilannya sangat modis, dan fashionable. Wajahnya yang cantik, tubuh sexy dan ideal, rambut hitam bergelombang, membuat semua mata tertuju padanya. 

Wanita itu adalah Sharon, gadis angkuh dan sombong, merasa dirinya yang paling cantik, Sharon salah satu anak dari pengusaha ternama yang bekerja sama dengan Elo, dan Sharon sangat menyukai Elo, tapi sayang Elo selalu mengabaikannya. Sharon berjalan memasuki lift menuju ruangan Elo. 

"Halo," ucap Sharon, Sharon masuk begitu saja tanpa mengetuk pintu. Sharon berjalan ke arah Elo, yang sibuk dengan laptopnya. 

"Elo, kau tidak melirikku? Elo, aku ingin mengajakmu lunch bareng," ujar Sharon

"Aku sibuk," 

"Elo, kapan kamu ada waktu untukku?" 

"Sudahku bilang aku sibuk, silahkan kau pergi dari ruanganku." Tegas Elo, tanpa melirik ke arah Sharon sedikit pun. 

Sharon merasa kesal karena di abaikan, Sharon pun pergi tanpa pamit, dengan bibir mengerucut, sepanjang berjalan bibir Sharon terus menggerutu sampai tak sadar lantai yang licin di depannya, membuat Sharon terpeleset dan jatuh. Sharon sangat geram dan kesal juga malu, karena semua orang memandanginya seakan menertawakannya. Sharon langsung berdiri dan memarahi seorang OB di depannya yang tak lain adalah Meisie, Sharon memaki-maki Meisie, membuat semua orang menatap kearah mereka berdua. 

"Hei, OB kau becus gak sih kerja, gara-gara lo, gue jatuh tahu gak!" hardik Sharon. 

"Anda yang jatuh bukan salah saya, sepertinya anda tidak melihat peringatan itu, bahwa lantai ini sedang di bersihkan," bantah Meisie. Karena tak terima di salahkan Sharon pun melepas paksa masker yang Meisie gunakan untuk menutup codetnya. Sharon begitu terkejut ketika melihat wajah Meisie yang mengerikan, begitu pun dengan karyawan yang lain, mereka semua saling berbisik. 

"Jadi, masker ini untuk menutupi wajah burukmu, dasar gadis buruk rupa." Ucap Sharon, yang tersenyum sinis. Meisie hanya diam, tapi Sharon terus menghinanya tanpa henti. 

"Hey, lihatlah wajahnya begitu menyeramkan, untuk apa kau tutupi pakai masker ini, tetap saja wajahmu terlihat," ejek Sharon, seraya menginjak masker Meisie dengan kakinya. 

"Ada apa ini?" ucapan seseorang mengejutkannya, dan mampu membuat diam semua orang yang saling berbisik. Siapa lagi kalau bukan Elo, pria dingin dan cuek yang di takuti semua orang. 

Elo, melirik ke arah Meisie yang terus menunduk, namun Sharon dengan sengaja mencengkram dagunya, dan menariknya ke atas membuat Meisie mendongak, dan Elo, harus melihat codet di wajahnya. 

"Elo, lihatlah wajahnya apa kau tidak malu memperkerjakan gadis cacat seperti dia," cibir Sharon, berharap Meisie dapat hinaan dari Elo. 

"Siapapun boleh bekerja disini, fisik bagi saya tidak penting, yang penting adalah orang itu punya kemampuan dan bekerja dengan baik. Seharusnya kamu yang malu, kau orang terpelajar tapi tingkah mu seperti tidak berpendidikan," Telgas Elo, namun menusuk di hati Sharon. Sharon pun langsung melepaskan cengkraman tangannya, wajahnya begitu merah karena menahan malu, akhirnya Sharon pun pergi. 

"Bubar kalian semua, kembali bekerja." Tegas Elo pada semua karyawannya. Elo kembali menatap Meisie, Elo terus menatap luka codetnya, entah kenapa. Meisie hanya menunduk hormat pada Elo. Elo pun akhirnya melangkah pergi. 

Perlakuan Sharon, mengingat,kannya pada teman masa kecilnya Sera, yang dulu saat masih sekolah selalu menghinanya.

****

Meisie menangis di dalam kamarnya, Meisie sangat malu karena tingkah Sharon tadi pagi. Percuma Meisie menutup codetnya, semua orang pun sudah tahu wajah aslinya yang menyeramkan. Meisie memutuskan untuk tidak menutupinya lagi.

"Biarlah semua orang melihat diriku yang seperti ini," ucap Meisie yang memandangi wajahnya pada cermin. Meisie teringat brush yang ia temukan, Meisie pun mengambil brush itu dan menyapukan pada wajahnya. Keajaiban pun terjadi.

...----------------...

Jangan lupa like setelah membaca 🙏😊

Dan klik favorit juga ya 🤗, untuk yang punya koin lebih berikan juga votenya🙏😊, jangan lupa komentarnya juga ya 🤗🤗

Selamat membaca

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!