Seorang gadis berambut coklat panjang keriting terlihat tengah berjalan senang memasuki gerbang area lapangan basket. Ia tampak sangat bahagia, terlihat dari caranya berjalan yang sambil melompat lompat kecil.
Di tangan kanannya ada setangkai bunga mawar merah.
Ia masih berjalan sambil bersenandung kecil. Tanpa merasa berdosa, ia terus berjalan dan bersenandung santai menuju arena lapangan basket dimana ada beberapa orang tengah latihan basket disitu.
Ia mengabaikan para lelaki sekitar yang menatapnya dengan heran.
Ketika sampai di tengah lapangan, langkahnya terhenti. Matanya membulat ketika melihat sosok lelaki pujaannya ikut berhenti bermain basket ketika menyadari kehadirannya.
Bukan hanya lelaki itu, pandangan semua orang di lapangan dan di area penonton juga tertuju ke arahnya.
Ketika lelaki itu menoleh, gadis rambut keriting itu memasang senyum lebar.
"Ini untukmu, kak", ujar gadis rambut keriting itu sambil menyodorkan bunga mawar merah yang ia pegang. Gadis itu masih memasang senyum lebar, sementara lelaki itu memandangnya heran.
"Kau?", tanya lelaki tampan itu sambil menunjuk Arabella dengan kening berkerut.
"Hehe, iya, kak?"
"Kau siapa?", lanjut lelaki itu, yang membuat beberapa pemain basket di dekatnya tertawa pecah.
"Ng.. kakak tak perlu tau siapa aku, aku adalah pengagum rahasia kakak sejak berbulan bulan lalu, hehe", jawab Arabella santai, tangannya masih menyodorkan bunga mawar merah kepada lelaki yang ada didepannya.
"Kau... sedang menyatakan cinta padaku?", tanya lelaki itu.
Arabella mengangguk dengan senyum lebar, "Iya kak, hihi".
Si lelaki yang disodorkan bunga tampak bingung. Ia melirik ke arah teman temannya, kode agar mereka membantunya memberi jawaban penolakan yang baik.
"Ng.. belajar dulu yang rajin ya, dik", ujar salah seorang lelaki yang lain.
"Saya belajar sangat rajin kok, kak. Nilai saya selalu cumlaude, hehe", jawab Arabella, membuat mereka semua semakin kebingungan.
"Ng... kita masih 24 tahun, masih kuliah, belum boleh berpacaran, dik", ucap lelaki yang disodorkan bunga tadi.
"Hm.. tapi semalam saya lihat kakak menyatakan cinta pada seorang gadis, bukankah itu artinya kakak sendiri sedang ingin berpacaran?", balas Arabella dengan wajah polos.
Lelaki itu langsung gelagapan, dan mengerjap ngerjapkan matanya tak percaya.
"Astaga.. ", ucap lelaki itu dengan lemas sambil menepuk jidatnya. Ia tak menyangka gadis yang tak dikenalnya itu bahkan tau kalau ia menembak seorang wanita semalam.
"Bagaimana kau tau? Kau -"
"Arabella!"
Ucapan lelaki tadi terhenti ketika tiba tiba muncul seorang gadis berambut hitam panjang yang baru masuk ke arena lapangan.
"Arabella.. astaga, apa yang baru saja kau lakukan?", tanya gadis berambut panjang itu dengan nafas memburu.
"Aku baru saja menyatakan cinta dengan lelaki ini", jawab gadis rambut keriting itu dengan senyum lebar.
"Kakak mau jadi pacarku kan?"
Lelaki tadi langsung membelalakkan mata.
"Eh! Tidak tidak, aku tidak bisa berpacaran denganmu"
Senyum lebar di wajah gadis rambut keriting itu langsung memudar.
"Memangnya kenapa? Bukankah kakak sedang tidak punya pacar?", tanyanya yang membuat si lelaki tadi mengerjapkan mata lagi.
"Kau ini.. bagaimana kau tau semua tentang ku?"
"Arabella, sudah, ayo kita kembali ke kelas", bisik gadis berambut hitam panjang tadi pada Arabella.
Arabella, si gadis rambut keriting itu mengangguk sambil tersenyum. Kemudian matanya kembali menoleh pada si lelaki yang barusan menolak cintanya.
"Baiklah kak, sampai jumpa lagi!", ucapnya senang lalu berbalik badan dan berjalan dengan langkah seperti anak anak.
Lelaki itu menatap punggung gadis itu dengan heran, kemudian ia geleng geleng kepala. "Semoga saja tidak"
*
Sesampainya di kelas, gadis rambut keriting tadi duduk di bangku nya dengan wajah lesu. Ia menghela nafas panjang.
Setelah itu, gadis berambut hitam panjang tadi ikut duduk di bangku yang bersebrangan dengannya.
Gadis berambut keriting itu menatap cemberut ke arah temannya itu.
"Rachel, kenapa kak Richard tak mau menerima ku ya?", tanya gadis rambut keriting itu sambil memainkan rambut keriting nya.
"Hm.. lelaki itu bahkan tidak mengenalmu, Arabella. Mana mungkin ia bisa langsung menerima mu jadi pacarnya", jawab Rachel lembut.
"Tapi..", Arabella menjeda dengan raut wajah bingung, "Semalam ia juga menyatakan cinta pada mahasiswi yang baru ia kenal. Itu artinya, alasan kak Richard menolakku bukan karena dia baru mengenalku, tapi karena aku tidak cantik"
Kata kata yang keluar dari mulut gadis berambut keriting itu barusan membuat Rachel menganga sedikit. Ia terkejut karena itu pertama kalinya gadis rambut keriting itu membahas tentang cinta dengan tampak serius.
"Padahal mahasiswi itu langsung menolak kak Richard. Kak Richard sedang tidak punya pacar, makanya aku menyatakan cinta padanya. Ternyata ujungnya begini", lanjut Arabella dengan cemberut.
"Ng.. jangan sedih, Arabella. Lelaki di dunia ini bukan hanya dia saja", Rachel mengelus pelan tangan gadis rambut keriting itu.
"Tapi seingatku, semua lelaki yang pernah kujumpai selalu menjauhiku.", ujar Arabella.
"Bukan hanya para lelaki, kau lihat sendiri kan mahasiswi di kelas kita pun sering mengataiku udik, hmm", lanjut Arabella.
"Kalau semua lelaki tak ada yang menyukaiku, nanti aku menikah dengan siapa ya?", tanya Arabella dengan raut wajah yang tampak serius.
Rachel menepuk jidatnya sendiri.
"Pasti suatu saat ada lelaki luar biasa yang menyukaimu, jatuh cinta padamu, tenang saja. Ok?"
Arabella hanya mengangguk angguk.
Setelah hening selama beberapa detik, Arabella menoleh lagi ke arah Rachel.
"Rachel, kau kan sudah berpengalaman, bisa kau beri tau aku cara untuk mendapatkan hati lelaki?"
Rachel mengernyitkan dahi, "Ng.. aku sendiri juga tidak tau pasti bagaimana caranya"
"Hm... tapi, apa kau punya sebuah saran untukku?", tanya Arabella lagi.
Rachel mengangguk angguk, "Aku akan membantumu untuk mempercantik diri"
Arabella baru saja sampai di rumah sewa mungil miliknya. Ia tinggal seorang diri di rumah kecil itu. Jarak rumah itu pun tidak terlalu jauh dari kampusnya, jadi gadis itu bisa naik sepeda atau berjalan kaki kalau ingin ke kampus.
Sesampainya di rumahnya, Arabella si gadis rambut keriting itu mencuci muka, mengganti pakaian, dan membuka novel tentang detektif yang belum habis dibacanya semalam.
Ia menatap lekat lekat pada sebuah gambar hitam putih pada salah satu halaman novel itu. Di gambar itu, ada seorang lelaki tampan berjas hitam tengah menggendong seorang wanita cantik.
"Hm... dunia detektif pun ada kisah cintanya. Aku yang mahasiswa biasa, kok tidak pernah mendapat sebuah kisah cinta ya?", tanyanya polos.
Setelah itu, ia bangkit dari tempat tidurnya. Ia menghampiri dinding kamarnya yang di area sebelah kiri dari pintu masuk. Di tengah tengah dinding, terlihat secarik kertas putih polos di tempelkan dengan perekat.
Di kertas itu, terdapat sebuah tabel yang berisi banyak tanda ceklis, dan angka angka lain.
Gadis berambut keriting tadi mengambil pulpen dari atas meja belajarnya, lalu memberi ceklis pada salah satu kolom yang ada di tabel itu.
"Hari ini aku sudah menyatakan cinta pada satu lelaki, ceklis", ujar gadis rambut keriting itu sambil menatap letak lekat pada secarik kertas itu.
"Dalam satu bulan ini, aku sudah menyatakan pada 30 lelaki. Bulan kemarin juga 30.", gadis itu masih menatap lekat lekat pada selembar kertas yang ada didepannya itu.
"Hm.. dari empat bulan lalu semuanya sudah sesuai target. Jadi kalau ditotalkan semua.. sudah ada 120 lelaki yang kuberi pernyataan cinta."
Gadis rambut keriting itu menggaruk kepalanya yang tidak gatal.
"Tapi semuanya menolakku"
Gadis berambut keriting itu menghela nafas dan memasang wajah cemberut seorang diri.
Setelahnya, gadis berambut keriting itu berjalan pelan menuju cermin besar yang ada didekatnya.
"Hm.. apa aku seudik itu ya?", tanyanya seorang diri sambil memegangi wajahnya.
"Hftt.. ya sudahlah"
Setelah itu, gadis berambut keriting tadi membuka komputernya yang berada di atas meja belajarnya. Ia lalu duduk di kursi kayu didepan komputernya, dan mulai mengetik ngetik sesuatu di keyboard komputer itu.
"Dari pada aku pusing memikirkan masalah cinta, lebih baik aku pusing memecahkan teka teki detektif kan? Hihihi", gadis itu terkekeh seorang diri sambil mencari cari laman google di komputer itu.
"Eh tunggu.."
Jari jemari gadis itu terhenti ketika menyadari ada keanehan di layar komputer nya. Dia membatalkan masuk ke laman google, dan melihat lekat lekat ke layar utama komputernya.
"Game apa ini?", tanya Arabella seorang diri sambil melihat lekat lekat ke arah sebuah aplikasi bergambar mahkota putih dengan background berwarna ungu yang ada di layar komputer nya.
"Queen System..", Arabella membaca nama aplikasi yang tertera disitu, kemudian mengernyit bingung.
"Aku tak pernah ingat aku mendownload ini. Kok tiba tiba ada ya?"
Lalu tangan Arabella terarah untuk menghapus aplikasi tersebut. Tapi yang ada kemudian muncul sebuah layar hitam bertuliskan 'Aplikasi Tidak Dapat Dihapus'.
"Eh? Tak dapat dihapus?"
Gadis itu kemudian mencoba membuka play store. Ia mencoba mencari anak aplikasi itu di laman pencarian. Ia tak melihat apapun. Ia tak menemukan aplikasi itu di play store.
"Jadi ini aplikasi apa ya?", tanyanya dengan raut wajah penasaran.
Setelahnya, gadis itu mencoba membuka aplikasi bernama Queen System tadi. Halaman pertama yang muncul adalah sebuah laman kosong berwarna kuning.
Arabella menunggu beberapa saat, kemudian muncul sebuah tulisan berwarna hitam bertuliskan :
Izin pemasangan sistem pada host.
Iya/ Tidak
Apa apaan ini?, fikir Arabella.
"Hm.. coba saja deh, kan cuma game"
Arabella pun menekan tombol 'Iya'.
Setelah itu langsung muncul tulisan loading.
1%.. 12%... 35%... 58%.. 89%... 100%
Pemasangan berhasil
[ Ding! ]
[ Selamat. Pemasangan sistem kecantikan berhasil ]
Arabella terlihat kaget ketika mendengar suara barusan. Gadis berambut keriting itu menoleh ke seluruh penjuru kamarnya, mencari cari sumber suara tersebut.
[ Kami adalah pengendali Queen System. Anda telah menyetujui pemasangan sistem ]
Terdengar suara seorang lelaki yang membuat gadis berambut keriting itu semakin kebingungan. Ia merasa suara itu seperti berasal dari kepalanya sendiri.
"Hah?", gadis berambut keriting itu terbengong.
"Kamu siapa? Dan kamu dimana? ", tanya Arabella. Suaranya terdengar menggema di dalam kamar kecil nya itu.
[ Nona, anda tidak perlu takut. Kami juga manusia, kami adalah pengendali sistem ini ]
Walaupun gadis berambut keriting itu masih tampak tidak mengerti, tapi ia mencoba untuk tidak panik.
[ Anda telah menyetujui pemasangan sistem. Queen System akan membantu anda untuk mengubah takdir anda. Jadilah sang ratu yang disegani orang orang ]
Arabella mengerjap ngerjapkan matanya mendengar kalimat itu.
"Aku tinggal di sebuah kota, bukan kerajaan", ujar Arabella polos.
[ Ratu yang kami maksud, bukanlah ratu kerajaan , nona ]
[ Maksud kami, kami akan membantu anda untuk menjadi wanita yang disegani banyak orang layaknya ratu ]
Arabella masih tampak mengernyit heran.
"Eh? Bagaimana caranya?"
[ Caranya adalah dengan menjalankan misi yang kami berikan. Kami akan memberikan hadiah besar jika anda berhasil menyelesaikan setiap misi. Anda tidak ingin disingkirkan orang orang lagi, bukan? ]
"Hm..", gadis berambut keriting itu tampak berfikir sejenak.
[ Apakah anda memiliki masalah dalam mendapatkan hati lelaki pujaan anda? ]
"Iya! Benar sekali!", Arabella langsung menjawab dengan semangat.
[ Nah, kami bisa membantu anda untuk masalah itu ]
[ Sebelum itu, anda harus mengisi data diri anda terlebih dahulu dengan benar ]
[ Tekan tombol next yang ada di laman pertama aplikasi ]
Arabella langsung menekan tombol next yang terletak di sudut kanan layar komputer nya. Setelah itu, muncul sebuah laman dengan background berwarna kuning dengan berbagai tulisan berderet.
Nama host : ?
Usia : ?
Pekerjaan : ?
Cita cita : ?
Nomor rekening : ********
Pesona : 0,12%
Level : 0
Misi terselesaikan : -
Hadiah : -
"Eh? Dari mana kau tau nomor rekening ku?", tanya Arabella heran.
[ Sekarang anda harus mengisi data anda yang terdapat tanda tanya disitu ]
Lelaki itu tak menjawab pertanyaan Arabella tadi. Walaupun Arabella masih terheran heran, ia tetap mengisi nama nya, usia nya, pekerjaan nya, dan cita citanya dengan jujur.
Nama host : Arabella Cathan
Usia : 24 tahun
Pekerjaan : Mahasiswa
Cita cita : Detektif / Hakim / Pengusaha
Nomor rekening : ********
Pesona : 0,12%
Level : 0
Misi terselesaikan : -
Hadiah : -
[ Ding! ]
[ Terimakasih telah mengisi data dengan baik ]
[ Kami akan mengabarkan anda jika kami membutuhkan anda untuk menjalankan misi ]
[ Ingat lah, setiap uang yang anda keluarkan untuk menjalankan misi, kami akan menggantinya sebanyak 10 kali lipat, dan akan langsung kami transfer ke nomor rekening anda ]
Arabella membulatkan matanya mendengar itu.
[ Kami akan membantu anda menjadi sang ratu yang disegani banyak orang ]
[ Senang bekerja sama dengan anda ]
Arabella masih menatap layar komputer nya dengan heran.
"Misinya seperti apa? Bisa aku mulai misi pertama?", tanya Arabella pada sistem tadi.
[ Ding! ]
[ Benarkah anda ingin memulai misi pertama ? ]
Arabella mengangguk angguk.
[ Misi yang kami berikan tidak lah sulit. Kami hanya meminta anda untuk melakukan perawatan kulit, perawatan rambut, dan perawatan wajah ]
Arabella refleks menoleh ke arah cermin lagi.
Tampak wajah chubby penuh jerawat disitu. Selain itu, kulitnya yang kusam, rambutnya yang keriting dan seperti tidak pernah disisir, di tambah lagi bobot badannya yang berlebih, membuat Arabella mulai faham kenapa tuhan mengirimkannya sistem kecantikan.
"Hm.. kamu bilang perawatan kan? Artinya perawatan seluruh tubuh kan? Yang mana dulu yang harus saya lakukan ?"
[ Ding! ]
[ Itu terserah pada anda nona. Semua perawatan yang anda lakukan dimulai dari hari ini, akan terhitung sebagai menjalankan misi, dan kami akan memberi upah untuk itu ]
"Berarti, aku harus beli barang barang perawatan tubuh dengan uang ku dulu?"
[ Tentu saja, nona ]
[ Dan ingat, setiap uang yang anda keluarkan untuk menjalankan misi, akan kami ganti sebesar 10 kali lipat ]
Arabella mengangguk angguk kan kepalanya. Tangannya lalu terarah untuk mengambil smartphone nya yang ada di atas meja untuk menelepon seseorang.
"Hm.. sepertinya aku perlu bantuan Rachel"
*
Sekitar pukul 4 sore, Arabella dan Rachel telah sampai di depan halaman utama sebuah mall besar.
Mereka tadi baru saja turun dari taxi yang sama. Arabella yang memintanya untuk membantunya memilih produk perawatan, karena yang ia tahu temannya itu sudah berpengalaman.
"Kau sudah bawa uangnya kan? Karena produk disini mahal mahal", ujar Rachel.
Arabella mengangguk angguk. Kemudian ia mengeluarkan setumpuk uang seratus dollar dari saku celananya, "Kalau segini cukup tidak?"
Rachel membulatkan matanya.
"Wow, itu sangat banyak. Kau mendapatkan nya dari mana, Arabella?"
Arabella menyengir kecil. "Aku menghabiskan uang tabunganku, hehe"
Rachel menaikkan sebelah alisnya.
"Kau sampai habiskan tabunganmu? Bagaimana kalau nanti ada keperluan lain?"
Arabella menyengir lagi, "Nanti juga akan bertambah dengan sendirinya, hihi"
Rachel masih menatap gadis rambut keriting yang ada didepannya dengan heran. Ujungnya, dia geleng geleng kepala.
"Ya sudah, ayo kita masuk saja", Rachel mendahului berjalan masuk ke dalam pintu utama mall.
Arabella mengekori temannya itu dari belakang. Ketika baru saja memasuki pintu mall, Arabella langsung mengambil nafas dalam dalam, menghirup aroma segar yang muncul dalam ruangan itu.
"Ternyata aroma di mall seperti ini ya.. aromanya nikmat sekali..", ujar Arabella polos.
Arabella memang tidak pernah pergi ke mall sebelumnya, sebab itulah tingkah lakunya seperti itu.
Rachel hanya geleng geleng kepala melihat nya.
"Ayo kita ke lantai dua", ajak gadis berambut hitam panjang itu sambil berjalan mendahului Arabella.
Arabella mengekorinya di belakang. Ketika sampai di lantai dua, mata Arabella tampak berbinar binar melihat ada banyak toko toko berjualan pakaian yang serba mewah dan indah.
"Semuanya indah sekali disini..", ujarnya polos.
"Arabella, aku buang air kecil dulu ya. Sudah tidak bisa ditahan lagi. Kau bisa duduk di bangku yang ada disini, atau langsung saja pergi ke toko toko yang ada disini, terserah", ujar Rachel tiba tiba. Wajahnya terlihat sangat menahan pipis.
Arabella hanya mengangguk angguk pada gadis itu.
"Ya sudah, aku ke toilet sebentar ya. Kau jangan sampai hilang, disini ramai"
Setelahnya, Rachel pergi dengan berlari kecil menuju lift menuju lantai pertama.
Arabella mematung di tempatnya sesaat. Ia melihat ada banyak orang dewasa lalu lalang di depannya, di sekitarnya.
Ada yang membawa barang belanjaan, ada yang membawa anak, ada yang membawa pasangan, semuanya terlihat asing di mata Arabella karena ia baru pertama kalinya pergi ke tempat seperti ini.
"Hm.. aku belanja kemana dulu ya?", tanyanya seorang diri.
Ia berjalan pelan untuk melihat lihat toko toko kecil yang ada di sekitarnya. Ada yang menjual pakaian, makanan, alat elektronik, smartphone, dan lainnya.
Tapi langkahnya terhenti ketika matanya melihat ke arah sebuah rambut berwarna putih yang cantik yang dipajangkan di dalam sebuah lemari kaca. Matanya membulat berbinar binar menatap rambut palsu itu.
"Rambut Elsa!", ujar Arabella senang, lalu ia segera berlari menuju lemari kaca itu, menatap lekat lekat rambut palsu yang berwarna putih berkilau itu .
Arabella berfikir fikir bagaimana cara untuk mengambilnya. Setelah ia melihat kesana kesini, ia menemukan sebuah pintu yang tak jauh dari lemari kaca itu. Di pintu itu terdapat tulisan open, yang membuat Arabella langsung faham bahwa itu ialah pintu masuk nya.
"Selamat datang nona", sapa pelayan toko dengan ramah.
Arabella membalasnya dengan senyum lebar, "Iya, terimakasih, hehe".
Setelah itu Arabella berjalan untuk mencari letak rambut palsu putih yang ia lihat dari depan toko tadi. Ketika ia menemukan lemari kaca yang ia cari itu, langsung terbesit di hatinya untuk membeli wig itu.
"Nona, berapa harga rambut Elsa ini?", tanya Arabella pada salah satu pelayan toko yang ada didekatnya.
"Oh, itu 50 dollar, nona"
Arabella langsung mengeluarkan uang 50 dollar dari sakunya, dan memberikannya pada si pelayan toko itu, "Ini".
"Silahkan bayar di kasir ya, nona", ujar si pelayan toko. Arabella mengangguk angguk.
"Boleh aku ambil rambut Elsa itu?"
"Silahkan, nona."
Arabella segera mengambil rambut palsu berwarna putih yang ia inginkan sejak tadi. Matanya berbinar binar ketika rambut palsu itu sudah sampai di tangannya.
"Nona, apa rambut ini di ambil dari ratu Elsa langsung?"
Pertanyaannya dari mulut Arabella hampir membuat toko pelayan itu tersedak.
"B-bukan, nona. Itu rambut palsu. Tidak ada rambut yang dijual disini menggunakan rambut manusia asli", si pelayan toko itu menjawab dengan senyum lembut.
"Ooo.. aku baru tau, aku kira tadinya ini rambut ratu Elsa yang asli", ujar Arabella.
Setelahnya, Arabella segera membayar rambut palsu itu ke kasir.
Setelah selesai membayar, ia kembali berjalan menuju tempat dimana ia terakhir berjumpa dengan Rachel.
Rachel tampak sedang duduk di sebuah bangku panjang. Arabella segera menghampiri nya. Tapi tak lupa Arabella memakai rambut palsu itu terlebih dahulu sebelum menemui temannya itu.
Ketika melihat ke arah Arabella, mata Rachel membulat.
"Arabella?"
"Rambutku cantik kan? Hihi"
Rachel langsung menepuk jidat.
"Untuk apa kau membeli wig?"
"Supaya cantik, hihi"
Rachel memijat keningnya pelan.
"Yang kau perlukan adalah produk perawatan kulit, Arabella, bukan rambut palsu", ujar Rachel. Gadis berambut hitam panjang itu masih memijat keningnya sendiri.
"Hm.. tapi aku suka rambut Elsa dari dulu"
"Sudahlah, kita istirahat saja dulu. Kau mau makan eskrim?", tanya Rachel mengubah topik.
"Tentu saja mau!", jawab Arabella semangat.
"Baiklah. Aku tau cafe penjual eskrim yang enak. Aku bisa bayari kau"
Arabella langsung membulat kan matanya senang.
"Yang benar?"
Rachel mengangguk. Arabella langsung tersenyum lebar. "Yeay! Ayo!"
*
Disisi lain, terlihat seorang lelaki bertubuh tinggi tegap berjas hitam tengah berjalan bersama beberapa bodyguard nya.
Di sebelah kiri lelaki itu, juga ada seorang pria parubaya berjas hitam. Si lelaki parubaya ialah Raymond Darian, seorang CEO properti paling kaya di New York. Sedangkan lelaki muda disebelahnya ialah Andrew Darian, anak satu satunya Raymond Darian, si pewaris tahta.
Mereka berdua terlihat tengah berjalan santai di area masuk sebuah cafe.
"Lihatlah Andrew, bukankah corak dinding itu sangat elegan? Kau bisa menambahkannya di salah satu cabang restoran mu", ujar tuan Raymond Darian pada anak nya.
Andrew, anak lelaki nya itu menoleh ke arah corak dinding yang ditunjuk ayahnya dengan tenang, kemudian mengangguk.
"Ayah benar, corak nya sangat elegan"
"Yeah, selain itu, kita bisa melihat desain atap dan desain area parkir yang ada disini. Sangat menarik", ujar si lelaki parubaya.
"Benar, ayah. Tapi aku per- "
Tes..
Langkah lelaki muda itu terhenti. Refleks si lelaki parubaya beserta para bodyguard yang ada di belakangnya langsung terhenti ketika si lelaki muda itu menyadari ada setetes es krim coklat yang menetes dari atas, dan jatuh tepat di hidung mancung miliknya.
Andrew menoleh ke atas, ke lantai dua.
Di pinggir pagar lantai dua, terlihat seorang gadis berambut seperti Elsa tengah menatapnya dengan mata membulat.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!