"Selamat pagi ma, pa" sapa seorang gadis lugu nan polos berusia hampir delapan belas tahun kepada kedua orang tuanya yang sedang duduk di ruang makan.
"Selamat pagi sayang" jawab kedua orang tuanya secara serentak.
"Kau mau kemana pagi-pagi begini sudah rapih saja?" tanya Hendro sang papa.
"Aku mau kontrol ke dokter gigi pa, sepertinya kawat gigiku perlu dicek kembali karena ada yang tidak nyaman" jawabnya.
"Kalau begitu biar diantar pak supir ya" kata Dini sang mama.
"Tidak usah ma, aku perginya sama Menta kok, dia yang akan bawa mobil, sekalian katanya mau belanja keperluan kuliahnya di luar negeri nanti" jelas gadis yang biasa disapa dengan nama Runi itu.
"Ohhhh begitu, ya sudah kalau memang sama Menta, tapi kau tetap harus jaga dirimu baik-baik ya" pesan sang mama.
"Oke mamaku sayang" jawab Runi.
"Kalau sudah selesai langsung pulang ya, jangan mampir-mampir ke tempat yang tidak jelas" sang papa pun memberi pesan.
"Siap bossss" sambil menunjukkan ibu jarinya. Terlahir sebagai anak tunggal membuat Runi menjadi pusat perhatian bagi kedua orang tuanya. Kondisi finansial keluarga mereka yang cukup berada karena sang papa adalah salah satu orang kepercayaan seorang CEO perusahaan raksasa bernama Surya Putra Angkasa juga membuatnya selalu dilimpahi oleh materi dan fasilitas mewah.
"Kalau begitu aku berangkat dulu ya ma, pa" kata Runi sambil mengecup pipi kedua orang tuanya dan mencium tangan mereka juga.
"Take care sayang" Hendro kembali berpesan.
"Hati-hati di jalan sayang" Dini mengecup kening Runi dengan penuh kasih sayang.
"Oke" jawabnya lagi sambil kemudian berjalan menuju rumah Menta sahabatnya yang sudah dia anggap seperti kakak kandung sendiri sekaligus juga putri sulung dari Surya sang CEO.
..........
"Selamat pagi om, tante" Runi yang sudah berada di ruang makan rumah Menta menyapa Tata dan Surya yang tidak lain adalah kedua orang tua gadis itu.
Karena rumah mewah mereka saling bersebelahan dan memiliki pintu penghubung yang selalu terbuka dua puluh empat jam, maka baik Runi maupun keluarganya yang lain bisa dengan leluasa menerobos masuk ke dalamnya tanpa perlu permisi terlebih dulu. Beberapa belas tahun yang lalu Surya memang sengaja membeli rumah di sebelah kiri dan kanan rumahnya sebagai hadiah bagi kedua orang kepercayaannya yang sudah ia anggap seperti saudara sendiri yaitu Hendro dan Adhi. Sehingga mereka semua yang tinggal di tiga rumah yang berjejer tersebut bisa saling mengakses rumah masing-masing dengan leluasa.
"Hai Runi, selamat pagi" Surya yang sedang membaca laporan kerja dari anak buahnya di tablet menyapa gadis yang sudah dia anggap seperti putrinya sendiri itu.
"Selamat pagi sayang, kau cantik sekali hari ini" Tata yang juga sudah menganggap Runi seperti putri sendiri selalu menyanjungnya dengan pujian.
"Terima kasih tante, oya dimana Menta?" tanya Runi sambil mencari sosok sahabat karibnya itu.
"Aku disini" Menta yang baru selesai berdandan kemudian menghampiri sang sahabat.
"Aku kira kau masih tidur heheheheh" Runi menggoda.
"Enak saja" Menta memajukan bibirnya.
"Kalian mau kemana sih?" Surya bertanya.
"Aku mau beli keperluan untuk kuliah pa, sekalian menemani Runi ke dokter gigi memeriksakan kawatnya" jawab Menta.
"Perlu diantar supir tidak?" Tata yang juga sama over protectnya dengan Dini menawarkan jasa supir pribadinya.
"Tidak usah ma, aku bawa sendiri saja" Menta memang tergolong gadis yang mandiri dan lebih pemberani dibandingkan Runi.
"Kalau begitu kalian hati-hati ya" pesan Tata kepada kedua gadis itu.
"Siap mamaku cantik" Menta menjawab.
"Ya sudah om, tante, kami jalan dulu ya" kemudian keduanya berpamitan.
..........
"Apa kau benar-benar mau pergi?" Runi menatap wajah Menta saat mereka sudah berada di dalam mobil.
"Tentu saja, memangnya kenapa?" jawab Menta dengan santai.
"Apa kau tidak akan menyesal meninggalkan kak Raf?" Runi yang sudah bersahabat dengan Menta sangat paham jika sesungguhnya gadis itu tidak siap berpisah dengan pria yang sudah menjadi suaminya selama beberapa bulan belakangan ini.
"Sudah deh, jangan membahas itu lagi, males banget sih!" Menta protes.
"Ya sudah terserah saja kalau begitu" Runi tidak mau memaksa lagi.
"Ngomong-ngomong kau sendiri bagaimana, bukankah kau suka sama kak Rich?" Menta menggoda Runi yang selalu bersikap malu-malu terhadap perasaannya sendiri.
"Ih sok tau, siapa bilang!?" gadis itu mengelak.
"Aku bukan sok tau, tapi memang tau!" Menta percaya diri.
"Ishhhh sotoy!" Runi tetap tidak mengakuinya.
"Kalau aku sotoy kenapa wajahmu merah begitu!?" Menta menunjuk pipi Runi yang sudah seperti tomat.
"Ihhhh berisik, sudah menyetir saja yang baik, jangan banyak omong!" gadis itu benar-benar malu.
"Hahahahahaha" Menta tergelak melihat sang sahabat salah tingkah.
"Husssss diam!" Runi membekap mulut Menta agar tidak tertawa lagi, namun yang ada Menta malah makin tergelak dan terus menggoda sahabatnya sepanjang mereka berada di dalam perjalanan menuju dokter gigi.
"Richard Anderson! Mau kemana kau malam-malam begini!?" suara seorang wanita nyaring terdengar memenuhi ruang keluarga di rumah mewah milik Ronald Anderson, CEO dari kerajaan bisnis internasional.
"Eh mom belum tidur? hehehe" Richard Anderson atau yang biasa dipanggil Rich langsung menjadi kikuk saat sang mommy memergokinya akan pergi ke luar rumah tengah malam.
"Aku belum dengar jawaban darimu, mau kemana kau malam-malam begini hah!?" wanita bernama Ayu yang tidak lain adalah nyonya Ronald Anderson sekaligus juga mommy dari Rich berkacak pinggang.
"Eh anu mom, aku mau ke tempatnya Raf" jawab pria itu asal pada akhirnya karena bingung harus berkata apa.
"Benarkah? kalau begitu ayo, mom juga mau ikut!" Ayu yang tau bahwa sang putra berbohong langsung memberinya pelajaran.
"Loh mom ngapain kesana malam-malam!?" Rich yang di skak mat oleh sang mommy merasa kesal.
"Memangnya kenapa? itukan rumah kakaknya mom, memang ada yang salah kalau adik mengunjungi rumah kakaknya sendiri?" Ayu menatap dengan sinis ke arah sang putra.
"Tapi ini kan sudah malam sekali mom, mereka pasti sudah tidur!" Rich menasehati sang mommy.
"Nah kalau kau tau ini sudah malam dan orang sudah pada tidur, kenapa kau sendiri mau kesana!?" untuk hal menjebak yang seperti ini Ayu memang sangat pandai.
"Mommmm!?" pria itu tidak bisa berkutik lagi dihadapan sang mommy.
"Kenapa? kau masih mau membohongi mom lagi? apa kau pikir mommymu ini wanita bodoh yang gampang ditipu? playboy macam kau itu memang terkenal sangat licik, sama persis seperti daddymu dulu!" mempunyai suami seorang mantan playboy memang cukup membuat Ayu menjadi wanita yang tangguh dan cukup ditakuti oleh sang suami.
"Mommm plissss, aku sudah janjian dengan temanku di luar sana, sekali ini saja ya!?" mohon Rich.
"Silahkan saja kalau kau berani melangkah ke luar rumah, kau tau kan apa resikonya!?" Ayu melipat tangannya di depan dada tanda menantang sang putra.
"Mommmmm" ancaman kehilangan fasilitas mewah dan uang jajan bulanan menjadikan senjata ampuh bagi Ayu untuk membuat sang putra bertekuk lutut dihadapannya.
"Daddd plissss" kini Rich memohon kepada Ron sang daddy yang sejak tadi hanya diam saja disamping sang istri mendengarkan perdebatan kedua orang yang disayanginya itu.
"Kau taukan Rich, kalau tampuk kekuasaan tertinggi di rumah ini ada di tangan mom?" Ron mengangkat bahunya tanda tidak bisa berbuat apa-apa. Ia memang selalu mempercayakan segala keputusan yang berhubungan dengan rumah dan anak-anak kepada Ayu.
"Daddddd" Rich sangat putus asa.
"Sudah malam, mom sudah lelah, kalau kau tidak ada kepentingan lain lagi di luar rumah, maka silahkan masuk ke dalam kamar!" kata Ayu sambil menunjuk kamar sang putra yang ada di lantai dua.
"Baiklah" dengan berat hati Rich naik ke kakamarnya. Meskipun sudah dewasa dan terkenal dengan julukan playboy atau casanova di luar sana, namun Rich tetaplah anak yang penurut dan tidak pernah melawan kepada kedua orang tuanya.
"Selamat malam sayang, semoga mimpi indah!" kata Ayu kepada Rich dengan senyum terkembang tanda kemenangan.
"Selamat malam mom, dad" Rich melambaikan tangannya sambil tetap berjalan menaiki tangga menuju kamarnya.
..........
"Sayang, kau semalam kemana sih? aku menunggumu di apartemen tapi kau tidak kunjung datang!" seorang gadis datang mendekat dan protes saat melihat Rich sedang makan siang di cafe depan gedung perusahaan Anderson milik keluarganya.
"Maaf ya baby, aku semalam ketiduran" Rich berbohong.
"Ishhh bisa-bisanya kau tidur padahal aku sudah berdandan untukmu!" gadis itu mengerucutkan bibirnya.
"Jangan ngambek dong baby, aku janji nanti sore sepulang kantor aku akan datang ke apartemenmu, oke!?" rayu pria itu sambil mencium bibir sang gadis.
"Hehhh, kalau mau mesum sana cari hotel, dasar gila!" kata seorang pria bernama Rafael Anderson yang sejak tadi duduk bersama Rich, yang tidak lain adalah kakak sepupunya sendiri.
"Wowww kalem bro, tenangggggg" Rich melihat saudaranya sudah mulai emosi menenangkan.
"Baby, aku harus kerja lagi, kau pulang dulu ya, nanti sore kita bermain sampai puas oke!?" katanya sambil mengerlingkan mata. Ia yang melihat Raf sudah tidak nyaman segera mengambil sikap untuk mengusir sang kekasih dengan cara yang halus.
"Issshhh nakal!" meskipun protes, namun sang gadis tetap mengikuti perintah Rich dan langsung beranjak untuk pulang ke apartemennya.
"Bye baby" Rich melambaikan tangan saat kekasihnya berjalan menjauh dengan gaya berlenggak lenggok.
"Kau tidak makan?" Rich menatap piring Raf yang masih penuh.
"Berisik!" Raf menjawab dengan ketus sambil memainkan poselnya.
"Heyyyy aku kan bertanya baik-baik brother, kalau kau tidak mau ya biar buat aku saja!" pria itu kemudian melanjutkan makan siangnya tanpa mempedulikan sikap Raf. Semenjak kakak sepupunya digugat cerai oleh sang istri, kondisi emosi pria itu memang menjadi lebih labil dan mudah marah. Banyak sekali karyawan kantor Anderson yang sudah menjadi korban amukannya, hanya Rich saja satu-satunya orang yang masih bisa bertahan disamping pria itu dan menjadi peredam emosinya jika ia sedang marah. Sikap cuek dan acuh tak acuh yang dimiliki Rich memang membuatnya menjadi mudah sekali beradaptasi dalam situasi yang tertekan sekalipun dan itu menjadi nilai lebih baginya dimata keluarga besarnya.
..................
Holaaaa yuhuuuuuu...
Selamat datang di novel baru Rosi, terima kasih untuk semua yang masih tetap setia membaca dan mendukung Rosi.. Bagi yang mempunyai masukan, saran atau ide cerita untuk kisah yang baru dimulai ini, boleh loh ya langsung komen di kolom komentar... Pokoknya bagi Rosi kepuasan pembaca adalah segalanya..
Jangan lupa juga untuk terus like, komen, vote, hadiah, favorit, share dan follow karya-karya Rosi Lombe ya...
Last but not least, happy reading kawannnn...
Luv luv...
"Apa kau benar-benar sudah membulatkan tekadmu untuk pergi?" Runi yang merasa kehilangan sahabat karibnya tak henti-hentinya untuk mencegah Menta berangkat kuliah di luar negeri.
"He em" angguk gadis itu dengan cepat.
"Kalau kau di luar nanti, kau tidak akan melupakan aku kan?" Runi masih merasa kehilangan.
"Ya ampun Runi, mana mungkinlah aku lupa sama orang yang paling reseh sedunia, paling bawel dan ngeselin!" Menta malah bercanda.
"Ihhh kau ini kenapa malah bercanda sih, aku kan serius!" gadis lugu dengan kaca mata tebal dan kawat gigi itu kesal.
"Habis kamu lucu sih kalau lagi gitu hehehehehehe" sang sahabat berusaha untuk tidak terlarut dalam sedih dan hatinya goyah untuk tidak pergi. Ia yang ingin mengejar cita-citanya menjadi seorang dokter sekaligus untuk melupakan suaminya yang tidak lain adalah Rafael Anderson sepupu Rich, memang sudah membulatkan tekadnya untuk pergi ke luar negeri dalam jangka waktu yang cukup lama.
"Ishhh" Runi yang anak tunggal dan seorang yang tertutup serta pemalu memang tidak punya banyak teman, hanya Menta sahabat karibnya dari bayi yang sudah ia anggap seperti kakak sendiri. Kepergian Menta sungguh baginya adalah kesedihan yang mendalam dan kehilangan besar.
"Sini peluk aku, dengar ya, sampai kapan pun kau itu adalah sahabat dan saudara yang paling aku sayang, jadi jangan berfikir macam-macam oke!?" Menta menenangkan Runi yang sedang galau itu.
"Baiklah, jaga dirimu ya di sana, kalau ada apa-apa kabari aku oke!?" Runi seperti orang tua yang memberi nasehat kepada putrinya.
"Memangnya kalau nanti aku butuh sesuatu kau akan kesana untuk menyiapkannya?" tanya sang calon dokter itu menggoda.
"Tidak juga sih hahahahahahaha" jawab Runi sambil tertawa renyah.
"Kalau gitu tidak usah ngomong saja!" Menta mencebikkan bibirnya.
"Ishhh minimal kan aku tau kabarmu, setidaknya kalau aku tau kan nanti Om Surya bisa membantumu!" Runi memang sangat perhatian.
"Iya sayangku, baiklah, nanti aku pasti akan mengabarimu!" lagi-lagi Menta memeluk Runi.
"Ya sudah ayo kita jalan!" Runi kemudian menyalakan mesin mobilnya. Mereka memang sengaja hanya berangkat berdua saja karena Menta tidak mau hatinya goyah jika keluarga besarnya mengantarnya sampai bandara. Ia takut batal berangkat karena tidak ingin berpisah dari papa, mama serta adik kesayangannya itu.
"Kau yakin tidak mau bawa supir?" Menta mengernyit ke arah Runi yang sedang menyetir.
"Tidak, aku sudah lebih jago kok sekarang, tenang saja!" Runi yang baru beberapa bulan bisa mengendarai mobil memang sebelumnya hanya terbiasa membawa mobilnya dalam jarak dekat yaitu sekitar komplek tempat tinggal mereka saja.
"Hemmmm baiklah" akhirnya Menta pun hanya duduk manis disebelah Runi yang sedang mengendarai mobilnya.
"Oya, jadi kak Noah sudah di sana ya menunggumu?" untuk menghilangkan rasa sedihnya, Runi kemudian mengajak ngobrol Menta lagi.
"Iya, katanya besok dia akan menemani aku keliling kampus dan mengenalkanku pada teman-temannya" angguk Menta.
"Lalu berapa lama kau akan ikut short course?" sebelum perkuliahan dimulai, Menta memang mengambil kelas khusus untuk masa orientasinya terhadap lingkungan baru dan budaya di sana.
"Sekitar dua bulan mungkin" gadis itu menghitung waktunya.
"Ohhhhh" ia hanya ber oh ria saja.
"Oya, kuliahmu sendiri bagaimana? apa sudah mempersiapkan semuanya?" kini Menta yang balik bertanya.
"Belum, sejauh ini belum ada info lagi kok, katanya sih nanti september baru mulai kuliah" gelengnya.
"Ohhhhh" kini giliran Menta yang ber oh ria.
Sepanjang jalan mereka pun mengobrol panjang lebar tentang rencana perkuliahan masing-masing. Runi yang bercita-cita ingin mengabdikan dirinya pada perusahaan Putra Angkasa memang berniat untuk mengambil kuliah bisnis di ibukota. Hal itu ia tempuh guna membekalinya dalam melakukan tugasnya nanti di perusahaan milik Surya papa Menta yang sudah menganggapnya seperti putrinya sendiri itu.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!