Hari ini adalah hari terakhirku berada di kota karena sore nanti aku, ibu dan ayah akan pindah ke desa Simbah putri ku. Selain itu adalah permintaan dari Simbah, kepindahan kami dari kota ke desa bukan tanpa alasan. Ayah baru saja mendapat proyek besar disana.
Akupun tidak masalah harus pindah sekolah karna disana ada sepupuku, Anin namanya dan aku akan puas bertemu dengan Simbah putri dan budhe Ratih tanpa harus melalui drama rindu panjang lagi hehehe.
"Nduk, sudah semuanya disiapkan.?" Tanya ibuku saat memasuki kamarku.
"Sampun ibu, beres." Aku mengacungkan jempol.
Ibu duduk ditepi ranjang kasur kamarku, sambil mengusap rambutku beliau berkata
"Nduk, kamu ndakpapa kan harus pindah sekolah.?"
"Lho ibu ini kenapa sih, ya jelas nggak papa bu. Runi seneng banget malah bisa deket terus sama Simbah, Budhe, Anin, Eyang Gitarja, Eyang putri. Ibu nggak usah khawatir buu. Jawabku meyakinkan ibuku
"Sukur nduk kalo kamu ndak keberatan, ibu seneng dengernya. Yowes, sekarang kamu mandi dandan yang cantik jam 4 kita jalan ya cah ayu."
"Nggih ibu."
Setelah Aruni menyelesaikan pekerjaannya memasukan baju kedalam koper, ia memandangi setiap sudut kamarnya. Tak terasa 17 tahun sudah ia menempati kamar ini suka duka ia curahkan disini, sekarang ia harus berpisah dengan ruangan bernuansa putih abu-abu tersebut. Aruni pergi ke kamar mandi untuk mandi karna sebentar lagi ia dan keluarganya akan segera berangkat ke desa Simbah.
"Aruni.... Nduk cepetan, ayah udah nunggu ini loh" Teriak sang ibu dari depan rumah.
"Nggih bu sebentar lagi." Aku lari terpogoh-pogoh ke halaman depan rumah dengan membawa 2 koper.
"Hehe sudah."
"Cuma dua koper ini nduk, nggak ada yang tertinggal lagi?" Tanya ayahku sambil memasukan koper ke bagasi mobil.
"Sudab ayah, hanya 2 saja." Jawabku.
"Yowes,masuk ke mobil sana."
Perjalanan dari kota menuju desa Simbah memakan waktu yang lumayan walaupun menggunakan mobil, kurang lebih 4-5 jam.
Ku tengok kanan-kiri pemandangan sore diujung kota ini, sambil mengucap dalam hati "selamat tinggal kota" saat melewati gapura perbatasan antara kota dan desa.
Karena kami berangkat jam 4 sore, jadi jalanan ini tidak terlalu ramai. Jalan yang kanan dan kirinya hanya ada pohon-pohon besar berjejer mungkin kalau cuaca panas di siang hari pohon ini akan melindungi dari panasnya sinar matahari.
Selama perjalanan aku hanya sibuk memainkan ponselku, dan sesekali menjumpai warung makan dipinggir jalan. Tak terasa aku sudah sampai di depan gapura desa Simbah aku melirik jam ahhh ternyata sudah jam 8 malam, sungguh perjalanan yang tidak terasa, mungkin karena aku menyibukkan diri dengan ponsel hehehe.
Perasaan aneh muncul saat mobil ayah mulai memasuki gapura desa, aku merasa seperti banyak sekali pasang mata yang sedang mengawasi pergerakan kami.
"Ayah, bu kok Runi merinding ya." Ujarku sambil mengusap tengkuk.
"Mungkin kamu kedinginan nduk, makanya jaketnya dipakai."
"Bukan merinding seperti itu Bu, tetapi..." Ucapanku terpotong oleh ayah.
"Hustttt sudah-sudah, nggak ada apa-apa nduk cah ayu. Ibumu bener mungkin kamu kedinginan.
"Sudahlah mending kamu tidur, satu jam lagi kita sampai dirumah Simbah." Kata ibu
"Nggih bu." Aku mencoba menutup mataku dan berbalik kesamping kaca, betapa terkejutnya aku waktu membuka mataku, sesosok poci sedang menempel dikaca tengah dengan senyum yang sangat menakutkan.
"Aaaaakhhhhhhhh pociiiiiiiiiii ibu poci Bu pociiiiiiiiii." Teriakku sambil menutup mata dengan tangan.
Ningrum dan Sena terkejut dengan teriakan sang putri, reflek Sena mengerem mobilnya dan menoleh ke belakang.
"Kamu kenapa si nduk?" Tanya ayah khawatir.
"Ayahhh pocong ituu." Tunjuknya ke arah jendela.
Ibu dan ayah saling memandang heran, mereka tak melihat apa-apa disana.
"Udah udah kamu itu pasti cuma halusinasi saja cah ayu, nggak ada apa-apa kok."
Aku hanya mengangguk pelan sambil menutup kembali mataku, mengigat sosok yang baru saja menampakkan wujudnya tepat didepan wajahku membuat diriku masih syok.
"Ada apa ini kenapa dengan diriku, kenapa aku bisa melihat dan merasakan kehadiran mereka?" Tanyaku dalam hati.
Ya,aneh memang selama ini aku tidak pernah mengalami hal tersebut tapi kenapa semenjak melewati gapura desa Simbah aku dapat merasakan kehadiran mereka, bahkan melihat mereka dengan mata kepalaku sendiri.Ahhh kepalaku pusing rasanya memikirkan hal ini, tak terasa akupun tertidur.
"Nduk bangun, kita sudah sampai di rumah Simbah." Ucap ibu sambil menggoyang-goyangkan bahuku.
"Emmmmm hoammmmmm sudah sampai ya Bu?
"Iya nduk."
"Aruni,Simbah kangen." Suara yang tak asing itu keluar menyambutku saat aku turun dari mobil.
"Simbahhhhhhh aaaaa Runi juga kangen banget sama simbah." Ucapku dalam dekapan hangat Simbah
"Simbah lebih kangen lagi sama kamu nduk." Ia mengusap-usap pucuk kepala Aruni.
"Ehem berarti kangennya cuma sama Simbah? sama budhe ndak nih."
"Eh sama budhe juga." Ia langsung menghamburkan tubuhnya kepelukan budhe Ratih.
"Halahh kalo baru diomong langsung kamu itu."
"Hehe,budhe Anin mana?"
"Anin lagi nginep dirumah temennya nduk besok baru pulang, udah sekarang masuk terus kita makan sama-sama, budhe udah masak makanan kesukaannya Runi." Kata budhe Ratih sambil menyentuh dagu gadis tersebut.
"Wahhhh balado kentang sama perkedel, aaaaaa makasi budhe."
Saat Runi sudah duduk dan mengambil piring, ibu menahannya.
"Eitssss ndak boleh, ganti baju dulu cuci muka cuci tangan baru boleh makan."
"Yahh ibu Runi udah laper loh padahal, ya sudah iya-iyaa." Aku berjalan malas ke kamar Anin yang akan menjadi kamarku juga.
Aku ambil baju handuk dan sabun mukaku lalu pergi ke kamar mandi yang ada dibelakang. Awalnya tidak terjadi hal aneh saat aku membersihkan diri dikamar mandi ini tetapi sesuatu mulai menggangguku saat aku mulai mencuci mukaku.
"Kok aku jadi merinding seperti ini..." Kataku sambil terus menggosok muka dengan sabun cuci muka yang beraroma jeruk itu.
Aku masih mencoba untuk positif thinking mungkin karena ini sudah malam dan airnya sedikit dingin sehingga aku merasa merinding, namun ternyata saat aku mulai membasuh mukaku dengan air mengalir dan membuka mata, sekelebat bayangan hitam muncul didepanku dengan tawa yang sangat mengerikan.
"Aaaaaaakkkkhhhhhhhh ibu ayah, budhe, simbah ada hantuuuuuuu ayahhh tolong Runiiiiiiiiiiiiiii." Aku menutup mataku dengan tangan dan berlari ke pojokan kamar mandi.
Semua keluarga yang ada dimeja makan pun kaget mendengar teriakanku dan langsung menuju kamar mandi,beruntung pintu kamar mandi tidak aku kunci.
"Kenapa nduk kamu kenapa sayang?" Tanya ibu khawatir
"hiks hiks ibuuu ada hantu buuu hiks hiks."
"Hantu apa ndukk, ndak ada apa-apa lho disini."
"Tapi tadi ada bu, hantu itu ketawanya serem bangett hiks hiks." Runi masih terus saja menangis.
"Sudah sudah ayo kita ke meja makan lagi, Runii Ndak ada apa-apa nduk tadi itu cuma ada yang iseng aja sama kamu." Kata Simbah
Mereka semua pun kembali ke meja makan tanpa ada yang bersuara dan duduk di kursi masing-masing, Aruni masih syok dengan kejadian tadi dikamar mandi.
"Runii nggak papa sayang, kalau kamu takut mereka akan terus mengganggumu."
"Tapi mbah sudah dua kali Runi melihat mereka, apa ini mbah kenapa sama Runi."
"Iya Bu, tadi waktu perjalanan kita kemari pas digapura desa ini Runi melihat ada makhluk yang jail ke dia." Sambung sang ayah pada Simbah putri
"Ndak ada apa-apa itu hanya kebetulan mungkin."
"Ndak mbah, kalau kebetulan kenapa harus sampai dua kali Runi melihat mereka dengan jarak waktu yang tidak lama."
"Yowes, gini aja sekarang kita makan dulu istirahat besok Simbah akan telfon eyang Gitarja untuk datang kesini dan bertanya ada apa sama kamu, tapi sekarang Runi makan dulu abis itu tidur ya."
"Nggih simbah."
Dan mereka pun makan dengan tenang setelah selesai makan malam dan membereskan semuanya, mereka pun tidur dikamar masing-masing. Untunglah dari malam Aruni tidur sampai pagi tidak ada kejadian-kejadian aneh yang dialami olehnya.
🍂
🍂
🍂
To be continue readers 💗
Dukung terus karya aku ya !! 💗
Sinar mentari pagi yang menembus lubang-lubang kecil diatas jendela, mulai semakin menunjukan wujudnya. Begitu pula dengan suara merdu burung yang terbang kesana-kemari untuk mencari makan.
Aku menggeliat kecil diatas ranjang, sangat nyaman sekali rasanya aku tak ingin beranjak dari tempat ini. Sejak semalam aku tidur nyenyak sekali dan tidak ada gangguan apapun kecuali kejadian dikamar mandi itu, huh sangat menyebalkan!
Ceklek... suara pintu terbuka.
"Nduk sudah pagi bangun, kamu ini anak gadis masih susah sekali buat bangun pagi." Gerutu ibuku sambil membuka tirai dan jendela membiarkan sinar pagi itu masuk menembus ke kamar.
"Huahhhh ibu, Runi masih ngantuk bu." Ia mengeratkan pelukannya ke guling.
"Anak gadis ndak pantes lho bangun siang pamali, suda cepat bangun nanti simbah keburu bangun, malu."
"Hemmmmm nggih bu hoammmmm."
"Nduk mau ikut ibu sama budhe nggak?" Tanya Ibu.
"Kemana bu?
"Pasar, mau belanja buat sarapan." Jawab ibu.
"Ikut." Pintaku.
"Cepetan cuci muka terus ganti baju, ibu tunggu diluar." Perintah ibu.
"Siap kanjeng ibu."
Aruni pun pergi ke pasar bersama dengan ibu dan budhe Ratih, mereka memilih jalan kaki dan nanti pulangnya naik becak. Bukan karena hemat, tetapi hanya ingin menikmati suasana pagi hari didesa yang masih begitu asri dan sejuk. Sangat menyenangkan.
"Permisi bapak, ibu. Mau ke sawah ya?"
Sapa budhe pada segerombol bapak-bapak dan ibu-ibu yang berjalan kaki dengan membawa peralatan ke sawah.
"Iya nyi, mau kemana?" Tanya salah satu ibu
"Mau ke pasar bu, beli sayur buat masak." Jawab budhe.
"Oh begitu, ini cucunya simbah Gentari yang di kota ya?" Tanya salah satu warga desa
"Enggih bu, kulo Aruni." Aku tersenyum dan langsung menyalami satu-satu orang yang ada disana.
"Ealah cantik sekali cucu simbah Gentari ini." Puji ibu-ibu kepadaku.
*
*
Dirumah hanya ada Simbah dan ayah, saat Anin sepupu Aruni tiba dari rumah temannya.
"Assalamualaikum."
"Waalaikumsalam ,Anin darimana kamu." Tanya ayah pada Anin.
"Eh pakde, lakde sampai disini kapan? Anin baru pulang nginep dirumah temen pakde." Jawab Anin sambil menyalami ayah Aruni.
"Tadi malam sekitar jam 9."
"Ohhhh, Aruni sama budhe mana pakde?"
"Ke pasar sama ibumu, kalo simbah ada didalam."
"Ya sudah kalau begitu, Anin ke kamar dulu ya pakde mau bersih-bersih."
"Iya nduk."
Anin pun pergi ke kamar dan membersihkan dirinya, disana ia melihat barang-barang Aruni yang masih belum dibereskan.
"Huh kebiasaannya Runi, yowes lah nanti saja bareng-bareng dibereskannya."
Anin keluar kamar dan pergi ke kamar simbah putri nya, ia mengetok pintu.
Tok tok tok
"Simbah."
"Eh kamu nduk, sini masuk "
Anin pun masuk ke kamar yang masih sangat kental dengan kamar Keraton Jawa tersebut.
"Udah pulang kamu nduk? udah ketemu sama pakde mu?" Tanya aimbah.
"Sudah smbah, tadi pakde lagi di teras depan waktu Anin pulang." Jawab Anin.
"Ohh iya, ibu sama budhe mu lagi kepasar bareng Aruni."
"Nggih mbah, tadi pakde sudah bilang."
"Nduk, simbah njaluk tulung kamu pergi ke rumahnya eyang Gitarja ya, suruh kesini bilang Simbah mau ketemu sama dia."
"Memangnya ada apa Mbah?"
"Aruni, semenjak dia datang kesini dia bisa melihat makhluk-makhluk yang orang biasa ndak bisa lihat."
"Hah kok bisa Mbah?"
"Ya simbah juga nggak tahu makanya simbah nyuruh kamu pergi ke rumahnya eyang."
"Nggih mbah, ya sudah Anin pamit Asalamualaikum."
"Waalaikumsalam, hati-hati ya nduk."
"Nggih mbah."
Anin pergi ke kamar mengambil tas slempang dan kunci motor, saat didepan rumah ia pamit kepada pakde Sena.
"Pakde, Anin mau pamit ke rumah eyang Gitarja sebentar, mau jemput eyang katanya disuruh kesini sama simbah."
"Ohhh iya nduk, hati-hati ya salam buat eyang putri dari pakde."
"Nggih pakde, Assalamualaikum."
"Waalaikumsalam."
Eyang Gitarja adalah sahabat dan sudah dianggap seperti keluarga sendiri oleh simbah, selain ia adalah sesepuh desa ini eyang memang dikenal pintar untuk urusan-urusan yang berbau dengan hal mistis.
Dirumah simbah Aruni, ibu, dan budhe baru saja pulang dari pasar dengan naik becak, ada dua becak disana karena belanjaan ibu dan budhe banyak.
"Ayah bantuin turunin belanjaan ini loh." Pinta ibu pada ayah yang diam saja melihat kepulangan mereka.
"Iya-iya baru juga mau ayah tolongin."
"Halah alesan."
Simbah keluar dari dalam rumah dan duduk di kursi depan teras.
"Pesenan simbah nggak lupa kan?" Tanya Simbah pada budhe.
"Enggih bu, sampun beres pokoke."
Setelah semua belanjaan sudah habis dan dibawa masuk kedalam, budhe membayar kedua becak tersebut lalu masuk kedalam rumah mengambil piring dan mengeluarkan sesuatu dari bungkusan hitam itu. Katanya sih pesenan simbah, ya cucur itu adalah makanan kesukaan aimbah.
"Nduk Runi, kasih ke Simbah putri didepan ya."
"Oh nggih budhe."
"Simbah, ini pesenannya." Sambil meletakkan sepiring cucur dimeja dan tak lupa dengan teh manis.
"Makasih ya nduk, oh iya Anin tadi udah pulang."
"Iya kah mbah? dimana Anin sekarang?"
"Lagi pergi kerumah Eyang Gitarja, simbah yang suruh palingan sebentar lagi pulang."
"Huhu Runi nggak sabar ketemu Anin."
"Sabar, sebentar lagi paling pulang."
"Hehe,iya simbah."
Sepuluh menit berlalu saat obrolan ringan aku dan Simbah, sebuah motor matic masuk ke gerbang rumah.
Tin tin tin..
Sangat bising sekali bunyinya, ya tak lain itu adalah Anin sepupu yang sangat ia rindukan.
"Aninnnnnnnn." Aruni berlari ke arah Anin yang sudah turun dari motornya dan keduanya pun larut dalam pelukan hangat.
"Runiiiii ahhh kangen banget loh."
"Aku jugaaaaa."
"Tuh liat, kalo mereka berdua sudah ketemu ya gitu lupa segalanya." Cibir ibu yang melihat tingkah laku dua gadis tersebut.
"Ibu apaansi, kan aku sama Anin sudah setahun nggak ketemu."
"Iya-iya terserah kamu." Ibu pun masuk kedalam rumah.
"Kamu tadi dari rumah eyang?" Tanyaku pada Anin.
"Heem, simbah nanti eyang akan kesini tapi katanya sedikit siang soalnya eyang ada urusan didesa sebelah."
"Oh begitu, ya sudah nggak papa. Simbah tinggal kedalam ya."
"Enggih mbah." Jawab keduanya kompak.
"Akhirnya kamu bakal tinggal disini juga Runi, aku jadi ada temennya deh."
"Iya dong, masa ibu sama ayah pindah aku nggak ikut pindah ,ya lucu"
"Haha, maaf ya tadi malam aku nginep dirumah temanku jadinya ndak ketemu kamu."
"Halah santai nggak papa,toh sekarang juga udah ketemu kan."
"Iyasih hehe, eh tadi simbah cerita kamu katanya lihat makhluk ya." Selidik Anin.
"Heem, aku ngerasa ndak nyaman waktu masuk gapura desa ini nin ,ndak tau kenapa rasanya kaya banyak banget yang lagi ngintai mobil aku padahal kan tadi malam sepi pakek banget."
"Terus gimana ceritanya kamu liat mereka."
"Dua kali aku dilihatin sama mereka nin, yang pertama pas masih dimobil, aku liat poci nempel dikaca tengah mobil sambil senyum kaya gitu ihhhh serem banget. Yang kedua dikamar mandi pas semalem aku lagi cuci muka, nggak jelas apa si bentuknya cuma banyangan hitam sambil ketawa, dan ketawanya itu mirip banget sama kuntilanak."
"Aduh kok serem sih, dan kamu juga kenapa jadi bisa ngeliat mereka? kamu kan bukan anak indigo dan kalau semua itu cuma kebetulan, ndak mungkin sampai dua kali iya kan?"
"Aku juga mikir kaya gitu, kata simbah nunggu eyang Gitarja aja biar jelas gimana nya."
"Yowes nggak papa kamu ndak usah takut, nanti siang eyang bakalan kesini. Kita kedalem aja yuk beresin barang-barang sama baju-baju kamu ke lemari, belum ditata kan?"
"Hehe tau aja kamu itu, tapi bantuin aku ya."
"Heem, tanpa diminta juga aku pasti mau bantuin kok " Unar Anin sambil berdiri.
"Aaaaaaa makasiii Anin, sepupu tercinta akuuuuuu." Sambil memeluk erat Anin.
"Aruni mode alay on."
"Kamu itu kalo dipeluk orang cantik harusnya bilang terimakasih."
"Huek huek aku Run." Anin pergi kedalam rumah meninggalkan Aruni sendiri diteras.
"Aninnnnnnnnn tungguuuuuuuuuuuuuuu." Aruni berlari mengejar Anin yang sudah dulu masuk kekamar mereka.
🍂
🍂
🍂
Stay tune readers!!💗
Dua gadis remaja itu sedang sibuk didalam kamar,mereka sedang membereskan barang-barang dan menata baju-baju milik Aruni kedalam lemari
"Run,abis ini aku mbok ya ditraktir es dawet gituu lho"Anin membuka obrolan saat mereka sedang menata baju
"Huh berarti ndak ikhlas nih bantuin akunya..."goda Aruni
"Ya ikhlas ya masa kamu ndak ada niatan gitu"
"Hahaha yowes nanti tak traktir es dawet,tapi aku ndak tau tempatnya dimana"
"Wes kalo soal itu si gampang,disini es dawet yang paling enak itu es dawetnya yu Darni pokoke sueger poll"ia mengacungkan dua jempolnya
"Ya sudah makanya cepet beres-beresnya"
"Iya-iyaaa"
Setelah beberapa saat akhirnya mereka pun selesai merapikan semua dan menata ke tempatnya dengan rapi.
"Yuk beli es dawet sekarang"
"Hooh panas banget e"
Aruni mengambil tas slempang dan memasukan uang,ponsel kedalam tas berwarna putih tersebut.mereka berjalan keluar kamar
"Aku tak izin sek sama ibu"
"Ya sama aku juga"
"Ibuuuu"
"Diruang tv nduk"teriak ibu dari ruang tengah
"Bu,Runi sama Anin mau izin pergi jalan-jalan sekalian beli es dawet"
"Es dawet?"
"Enggih budhe,itu lho yang dipertigaan depan es dawetnya yu Darni"kata Anin
"Oh ya sudah kalian ati-ati naik motornya,tapi jangan lama-lama ya nduk takutnya nanti eyang Gitarja udah sampai kamunya malah belum pulang"
"Enggih ibuhanya minum es dawet abis itu pulang,ya sudah Runi sama Anin pamit assalamualaikum"sambil menyalami tangan ayah,ibu,budhe,dan Simbah
"Ati-ati cah ayu"kata Simbah kepada kedua cucu kesayangannya
"Siap ndoro hehehe"jawab keduanya kompak
"Halah kalian ini"
.
.
.
Aruni dan Anin menaiki motor matic menyusuri jalan aspal yang kanan kirinya adalah sawah sungguh pemandangan yang sangat indah dan asri,keluarga Simbah memang sangat disegani disini makanya setiap lewat pasti semua orang menunduk memberi hormat kepadaku dan juga Anin.
Aku dan Anin pun ikut memberikan senyum kepada mereka,tak terasa sampailah aku disebuah warung kecil dipinggir pertigaan jalan,dibawah pohon besar tepatnya warung es dawet yu Darni itu,cukup ramai oleh pembeli rupanya.
"Assalamualaikum yu Darni"sapa Anin
Semuanya menoleh ke sumber suara
"Waalaikumsalam eh genduk Anin,sama siapa itu nduk" tanya yu Darni
"Kulo Aruni bu,anaknya bu Ningrum sama pak Sena"jawab Aruni
"Ealahhh nduk Runi to,maaf yu Darni lupa pangling sekali sama genduk hehehe tambah cantik"
"Ahhh yu Darni bisa aja"
"Yu es dawetnya dua ya diminum sini"pinta Anin
"Beres nduk"
Aku dan Anin duduk di bangku yang disiapkan yu Darni untuk pengunjung yang ingin minum es dawet disitu
"Tempat yang strategis"gumamku dalam hati
Setelah menunggu beberapa saat akhirnya pesanan kami pun datang,dua gelas es dawet yang sangat menggiurkan pun tiba
"Monggo genduk-genduk diminum es dawetnya"kata yu Darni
"Maturnuwun yu"jawab kami kompak
Yu Darni hanya menjawab dengan anggukan kepala dan senyum manis
"Hemmmm enak nin,seger"
"Iyakan apa aku bilang juga"
Aku hanya memanggut-manggut kepala sambil terus menikmati enaknya es dawet ini,huh sungguh segar pas dimakan diwaktu panas seperti ini.Saat aku sedang asyik menghabiskan es dawet tiba-tiba aku merasakan sesuatu yang aneh,tengkuk ku tiba-tiba meremang aku terdiam dan tidak melanjutkan menghabiskan es dawet tersebut.
Anin yang merasakan hal aneh pada diriku langsung bertanya
"Runi kamu itu kenapa si?"
"Runnn heiiiiiiii"ia melambaikan tangannya didepan mataku
"Runiiiii Aruniiiiiiiiiiiiii"panggilnya sedikit berteriak
"Hah ehhhhhh i-iya kenapa nin?"
"Kamu ini kenapa sih aneh banget"
"Ah ndak ndakpapa,nin pulang yuk"
"Aahhhhhh kenapa cepet-cepet si"
"Emm itu kan tadi ibu sudah pesen jangan lama-lama takut eyang Gitarja sudah sampai rumah"entah kenapa perasaanku tiba-tiba tidak enak,aku merasa ada yang sedang mengawasi kami dari jauh,tapi bukan manusia
"Eh iya,yowes sek aku bayar dulu"
.
.
.
Dirumah Simbah eyang Gitarja sudah sampai disana diantar oleh tetangganya.eyang sudah duduk diruang tamu,disana juga ada Simbah,ayah,ibu,dan budhe Ratih.
Sambil menyeruput kopi hitam kesukaannya eyang bertanya
"Jadi Aruni sudah bisa melihat dan merasakan kehadiran mereka mbakyu"
"Iya kangmas aku jadi khawatir sama Aruni,takut dia kenapa-napa"
"Wes ndak usah takut itu semua sudah garis takdir dari Gusti Allah,dan Aruni adalah salah satu orang yang dipilih.dimana dia?
"Aruni sedang pergi dengan Anin eyang"jawab ibu Ningrum
"Hemm yowes aku akan menjelaskan semuanya tapi nunggu cah ayu kae mulih"
Tak berselang lama suara motor matic masuk kedalam pintu gerbang rumah yang bernuansa keraton tersebut
"Assalamualaikum"suara Aruni dan Anin terdengar dari depan
"Waalaikumsalam" semua yang ada didalam menjawab
"Eh eyang sampun rawuh,ngapunten eyang ngentosi Runi"sambil menyalami punggung tangan eyang Gitarja
"Ndakpapa nduk,eyang belum lama juga"
"Eyang gimana kabarnya?sehat yang?
"Sehat cah ayu,sini eyang mau bicara sama kamu"menunjuk kursi yang ada disebelahnya
Aruni pun segera duduk di kursi yang ditunjuk oleh eyang Gitarja
"Pripun eyang?"
"Apa bener kamu dari semalam bisa merasakan dan melihat mereka nduk"
"Leres eyang"sambil menundukkan kepala
Eyang tersenyum "benar mbakyu dugaanku waktu Aruni baru lahir"
"Maksutmu apa kangmas?"tanya Simbah bingung
"Dulu aku pernah bilang sama kamu mbakyu kalo Aruni itu anak yang istimewa,dia dipilih Gusti Allah untuk bisa membantu orang-orang disekitarnya yang sedang kesusahan,dan semuanya akan terbuka saat Aruni sudah genap berusia 17 tahun,bukan begitu mbakyu"jawab eyang Gitarja
"Ah Iyo aku nembe kelingan"
"Maksutnya terbuka niku nopo yang"tanya ayah Sena
"Mata batin cah Bagus,anak wedokmu iku due Indra keenam bisa disebut indigo tapi mata batin itu akan terbuka saat Aruni berusia 17 tahun"
"Apa itu ndakpapa yang"tanya ayah khawatir
"Ya ndakpapa, kehadiran Aruni disini mungkin akan menjadi penolong bagi orang-orang nantinya cah bagus ndak usah khawatir.genduk cah ayu Runi kamu Ndak usah takut"
"Tapi yang,Runi takut Runi ndak biasa melihat wujud mereka eyang hiks hiks"
"Hustttt ndak usah takut cah ayu, mereka hanya ingin berkenalan sama kamu.toh derajat kita lebih besar kan dari mereka?apa yang kamu takutkan hem"jawab eyang memberi ketenangan untuk Aruni
"Iya nduk ndak usah takut,sejatinya kita sebagai manusia lebih mulia lebih tinggi derajatnya dari mereka"tambah Simbah
"Tapi mbah hiks hiks Runi belum siap"
"Kamu pasti siap nduk, ikhlas kuncinya ikhlas
kamu harusnya bersyukur sama Gusti Allah karna kamu salah satu orang yang dipilih Gusti Allah untuk bisa melihat apa yang orang lain tidak bisa lihat cah ayu"kata ibu yang ada disampingnya sambil terus mengelus pundak sang putri
"Enggih bu,Runi akan belajar beradaptasi"
"Jadi sewaktu-waktu kamu lihat mereka kamu jangan takut, istighfar sing tenang cah ayu terus tanya ke mereka kalau mereka mau jawab,suatu saat kamu pasti akan seperti eyang.banyak orang yang membutuhkan bantuan kamu nduk"
"Enggih eyang,tapi Runi minta bimbingannya yang"
"Pasti nduk pasti,awakmu sholat sing rajin yo cah ayu"sambil mengusap-usap pucuk kepala Aruni
"Enggih eyang insyaallah Aruni rajin sholatnya.bu Aruni pamit ke kamat dulu ya"
"Iyo,Anin batiri Aruni ning kamar yo cah ayu"pinta ibu
"Enggih budhe,ayo Run"ajak Anin kedalam kamar
"Hiks hiks kenapa harus aku nin?"didalam kamar Aruni menangis
"Wis to Run ndak usah kaya gini,eyang sama simbah juga kan bilang kamu itu orang spesial yang dipilih Gusti Allah Run"ia mencoba menenangkan sepupunya tersebut
"Tapi aku masih syok nin,kamu tau kan aku ini orang yang takut sama hal-hal yang seperti itu"
"Iyoo aku ngerti,nanti lama-lama juga kamu biasa Run,ada aku,simbah,eyang,budhe,pakde,ibu ku yang selalu ada disamping kamu,kamu ndak usah merasa sendiri gini lho"
"Hiks hiks maturnuwun yo nin,hiks hiks"
"Iyo-iyo wis to cup cup ndang meneng orausah nangis,mosok bocah ayu ngene ileren"
"Hiiiih kamu ini nin apasiii"
"Hahahaha makane wis cup meneng"
"Hemmmmm Iyo"
"Mesem ndesek to men ketok ayu"
Aruni tersenyum dan memeluk erat tubuh sepupunya itu
🍂
🍂
🍂
Stay tune readers !!💗
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!