NovelToon NovelToon

A Blinder

First but Not Last

"Usiamu sudah 33 tahun, kamu seharusnya sudah menikah," celoteh sahabat karib Areun sejak kecil - Kasi - yang sudah Areun anggap seperti kakak sendiri.

Umur Kasi sekarang sudah 36 tahun, lebih tua 3 tahun dari Areun namun karena mereka sudah saling akrab sejak masih balita Kasi tidak ingin dipanggil kakak oleh Areun. Agar selalu merasa muda usulnya.

"Kenapa?" Areun memekik tidak setuju. "Lihat para idol, mereka ada yg seumuran denganku dan belum menikah," jawab Areun lagi mencoba membenarkan alasannya belum juga menikah.

"Mereka idol. Kamu kan orang biasa," tukas Kasi tidak kalah sengit.

"Sudahlah Kasi! Biarin aku tidak menikah walau sampai tua nanti." Ada rasa jengkel sekaligus putus asa dalam kata-kata Areun.

"Tidak boleh bicara seperti itu, Areun! Almarhum Ayahmu menitipkan kamu padaku. Aku carikan lagi pasangan untukmu, ya?" Kasi menawarkan secara paksa seraya mengedipkan matanya kepada Areun.

"Kencan buta lagi?" Areun mengernyitkan dahi. "Sudah berapa kali aku mencoba hasilnya pun gagal, kan?"

Mungkin ini sudah ke 32 kalinya Areun menjalani kencana buta nya. 1 kali kencan lagi maka samalah seperti umur Areun saat ini. Dari semua pertemuannya dengan pria yang dicarikan Kasi tidak ada yang berjalan mulus. Dan berakhir dengan kekecewaan Areun. Meski Areun termasuk gadis yang cantik dan manis namun sepertinya dewi cinta tidak berpihak kepadanya.

Bila ada pria yang cocok, cowoknya tidak mau menikah dengannya. Bila pihak cowoknya bersedia menikah dengannya, Areun merasa tidak cocok dengan pria tersebut. Begitu seterusnya sampai negara api menyerang 😩.

Berkali-kali bertemu pria dan mengalami kegagalan membuat Areun bersedih dan terluka. Hingga Ia menjadi putus asa dan melupakan keinginannya untuk memiliki pasangan.

"Mama!" panggil seorang anak laki-laki menghampiri Kasi dan Areun yang sedang berbincang di meja makan.

"Sudah siap berangkat sekolah?" tanya Areun mendorong kebelakang kursi yang ia duduki dengan belakang kakinya.

"Sudah!" ucap anak laki-laki bermata sipit dan berambut model jamur itu tersenyum lebar memperlihatkan gigi-giginya yang ompong.

"Kamu yang akan mengantar Jake sekolah?" Tanya Kasi mengantar mereka ke depan pintu. Jake berumur 7 tahun dan masih duduk di kelas 1 sekolah dasar di dekat tempat kerja Areun.

"Iya sekalian berangkat kerja," jawab Areun mengenakan Clothes panjang 3/4nya yang berwarna coklat.

"Baiklah, terimakasih!" kata Kasi.

"Bye..Bye...mama!" Jake mengayunkan tangan dadah ke ibunya.

.

.......

.......

"Ya..sudah cukup lama aku merepotkan Kasi." Areun berbicara dalam hatinya seraya merangkul pundak Jake berjalan ke halte bis didekat apartemen mereka. "Apa sebaiknya aku terima saja bila ada yang ingin menikah denganku?" Pikirnya dalam kebimbangan

"Pagi Jay!" sapa Areun sesampainya di kantor. Jay teman Areun memiliki tahun lahir yang sama dengan Areun, Jay lahir di bulan April dan Areun lahir di bulan Desember.

"Pagi Areun!" Jay bangkit dari duduknya dan berdiri di depan meja Areun. "Sepertinya wajahmu tidak seceria biasanya." Jay membungkuk kehadapan Areun, kedua tangannya bertumpu di atas meja.

"Kasi akan mencarikan blind date lagi." Areun muram menyalakan komputer diatas mejanya.

"A...pantas." Jay menegakkan badannya lagi dan melipat satu tangan di dada dan tangan lain menyentuh dagunya. "Kenapa kamu tidak menikah denganku saja?" tanya Jay menawarkan dengan senang hati.

"Lalu pacarmu, mau kamu kemanain?" tanya Areun menyenderkan badannya dengan santai kesandaran kursi kerjanya.

"Aku taruh di kardus dan masukan ke gudang." jawab Jay sambil menggerakan tangannya memperagakan yang dia katakan.

"Hahaha....bukan bantal wibu mu itu. Tapi Dara," kelakar Areun terbahak.

"Aku bisa putus dengannya kalau kamu mau." Jay menaikan alisnya dan tersenyum .

"Aku tidak mau," Jawab Areun seraya berdiri dan menghampiri meja tempat pembuat kopi otomatis.

"Kenapa?" Jay mengikuti Areun kemeja pembuatan kopi.

"Dara itu temanku juga. Kalau dia tahu kita menikah, apa tidak akan jadi perang dingin nantinya," jelas Areun menyeduh kopinya.

"Ya elah..., tinggal kamu taruh api unggun diantara kalian biar anget," jawab Jay berpura-pura bodoh.

"Pabo...! Bukan yang seperti itu," Archi memukul bahu Jay. Jay tertawa dibuatnya.

"Lalu bagaimana?" kejar Jay kembali ke meja kerja Areun.

"Ya dia akan marah kepadaku dan kami akan menjadi musuh. Aku tidak mau sepert itu," jawab Areun lalu menyeruput kopinya. "Mau?" tanyanya, menawarkan kepada Jay.

Tanpa malu dan basa basi lagi Jay mengambil alih cangkir kopi Areun dan ikut menyeruputnya.

"Kamu tidak jijik? Itu kan bekas aku?" tanya Areun.

"Kenapa jijik? Kamu tidak sikat gigi setahun?" ejeknya kembali menyeruput kopi Areun tanpa dosa.

"Ya seperti aku mau minum kopi satu cangkir denganmu, aku mau menikah denganmu karena aku mencintai kamu Areun," jelas Jay berterus terang.

"Iya aku tahu. Tetap saja kamu itu milik orang lain,"

"Kamu selalu tahu bahwa aku tidak pernah mencintai Dara. Yang aku cintai dari dulu itu kamu. Aku menjadi kekasihnya juga karena dirimu."

"Jay, udahlah. Jalani saja hidup kita masing-masing," sergah Areun.

"Aku tidak mau. Sampai kapan pun aku akan menunggu kamu. Dan doa ku yang paling keras, semoga kamu tidak akan jadi menikah dengan pilihan Kasi,"

"Jadi selama ini kencan buta aku gagal itu karena doamu, ya?" tuduh Areun.

"Mungkin, karena itulah yang aku harapkan dan kamu bisa menikah denganku," jelasnya lalu kembali ke meja kerjanya.

"Kalau aja kamu dulu tidak menerima cinta Dara. Aku tidak perlu repot mencari pasangan untuk menikah denganku," kata hati Areun. Diam-diam menatap Jay yang sedang merengut kesal.

"Kalau aja dulu kamu tidak selalu memikirkan perasaan Dara. Aku pasti tidak akan menerima cinta Dara dan sudah meminang mu sekarang," gumam Jay lalu gantian menatap Areun yang kini telah sibuk dengan komputernya.

Inilah sebabnya jangan selalu merasa tidak enakkan kepada orang lain. Hanya akan menyusahkan diri sendiri. Cinta yang seharusnya dapat bersatu terhalang orang ketiga hanya karena menjaga perasaan orang lain.

"Bagaimana ya, pria yang dipilihkan Kasi sekarang?" tanya Areun di dalam hatinya memikirkan kencan butanya yang sebelumnya.

Bertemu pria berbeda dengan bentuk fisik beraneka ragam dengan segala keunikan dan sifat mereka masing-masing. Ada yang membuat Areun tergelitik dengan tingkahnya atau bahkan ada pula yang membuat Areun jadi ill feel.

Bonus part gambaran tokoh dipart ini

Areun : 33 tahun, single sejati.

Kasi, 36 tahun, ibu rumah tangga dengan satu anak laki-laki. Suaminya bernama Rio. Muncul di episode berikutnya.

Si tampan Jay, 33 tahun, sahabat Areun yang selalu ada untuk Areun. Punya pacar Dara karena terpaksa. Padahal hatinya hanya untuk Areun.

Jake, si imut 7 tahun. Kelas 1 sd.

Blind Date

Sepulang kerja....

"Apa?!" pekik Areun terkejut saat sedang dalam sambungan telepon dengan Kasi dari smartphone samsung miliknya. Mengejutkan orang-orang yang sama-sama baru saja keluar gedung kantor.

"Hari ini? Itu terlalu cepat." Kata Areun lagi mengecilkan suaranya namun masih bernada panik. "empat puluh lima tahun? Apa tidak ada yang lebih muda lagi?....Seorang CEO? Aku tidak peduli jabatannya," protes Areun terus.

"Kamu kan tahu aku tidak mau menikah dengan pria yang umurnya lebih tua dari sepuluh tahun dari aku," sambung Areun.

"....dia pasti keliatan sudah tua, tapi kasi....tut...tut...." panggilan terputus.

"Sial...dia memutus panggilannya!" ketus Areun menghentakkan satu kakinya.

Areun bergegas pulang ke rumah. Saat berada di bis tiba-tiba hujan turun meski mendungnya sudah sedari tadi. Areun menatap hampa keluar jendela. Tetes hujan mulai membasahi jendela bisa di luar sana.

sesampainya di rumah.

"Maaf tadi terputus, Jake merengek ingin pergi beli es cream," kata Kasi saat Areun baru memasuki dapur. Ia sama sekali tidak menoleh dan tetap sibuk dengan masakan yang sedang ia buat diatas kompor.

"Apa tidak ada pilihan lagi?" tanya Areun merajuk duduk lemah di atas kursi meja makan. Kasi mematikan kompor dan memasukan makanannya kedalam wadah saji. Ia berbalik, menaruh makanan di atas meja dan duduk di sebrang Areun.

"45 tahun itu belum terlalu tua Areun. hanya berbeda 13 tahun denganmu, kan?" tlerang Kasi.

"Setidaknya dia pasti terlihat bapak-bapak atau lebih bagusnya om-om."

"Tetapi ini tawaran yang menarik loh, Dia seorang CEO perusahaan, anak dari seorang direktur utama dan sekarang akan mencalonkan diri jadi pejabat. Hidupmu pasti terjamin. Dari blind date sebelumnya tidak ada yang semenarik ini," celetuk Kasi terlihat sangat antusias.

"Ya Tuhan . . Kita seperti sedang ingin menjual aku. Aku tidak mau akh." Areun mengerucutkan bibirnya.

"Temui saja dulu. Kalau kamu tidak mau kita bisa menolak besok," bujuk Kasi lagi.

"Lagipula aneh gitu. Seorang CEO yang notabene banyak uangnya, di usia yang segitu, harus mencari pasangan dengan blind date. Apa sebegitu tidak lakunya dia?" tanya Areun. Kasi terlihat bingung menjawab Areun.

"Biasanya orang-orang kaya itu akan dijodohkan dengan yang selevel dengannya. Kenapa harus mencari?" Areun terus mengeluarkan teori-teorinya.

"Ya mungkin karena dia terlalu pemilih, yang selevel dengannya tidak ada yang menarik perhatiannya. Dan diusianya dia ingin mencari pasangan dengan cara singkat." Kasi mulai menjawab pertanyaan-pertanyaan Areun.

"Aduuuh...nggak tahu deh aku." Kasi mengibaskan lengannya yang tertekuk sambil menggeleng kecil. "Pokoknya kamu temui saja dia dulu. Aku sudah me-reschedul janji temu kalian jadi besok siang. Besok kamu libur kan?

"Iya, besok kan hari Sabtu," jawab Areun dengan mulut manyun.

"Jangan cemberut gitu dong," goda Kasi menowel lengan Areun sambil tersenyum. "Sayang aku tidak punya foto dia. Kalau ada kamu kan bisa melihatnya dulu,"

"Tuh apalagi dia tidak memberikan foto, pasti ada apa-apanya deh," kata Areun curiga.

"Ya sudah kamu temui saja dulu. Lagipula kalau dibatalkan juga tidak enak. Blind date ini permintaan dari teman akrabnya Rio untuk saudaranya. Takutnya malah jadi tersinggung dan marah sama Rio," jelas Kasi.

Semalaman Areun tidak bisa tidur memikirkan blind date nya besok. Dia masih mengkhawatirkan usia mereka yang terlalu jauh. Areun hanya mau memiliki pasangan yang usianya tidak terlalu jauh berbeda. Dia tidak ingin yang lebih tua atau juga lebih muda darinya.

Karena tidak ingin menikahi pria yang lebih tua 13 tahun akhirnya Areun mulai mencari cara agar pria itu mau membatalkan perjodohan mereka.

Esok harinya....

Di cuaca yang teduh, Areun telah menunggu sang CEO dimeja luar cafe dengan segelas kopi cup dingin di hadapannya. Sudah hampir sejam Areun menunggu namun sang CEO belum juga datang. Beberapa kali matanya melihat ke jalan saat ada mobil melintas di sampingnya. Ketika Areun sedang menunduk suara berat seorang pria menyapa dari hadapannya.

"Sore nona Areun!" Areun bisa melihat jas biru mengkilap yang pria itu kenakan berada hampir menempel di meja. Tanpa menoleh keatas, Areun bangkit dengan linglung. ia menolehkan kepalanya ke kiri dan ke kanan seolah mencari asal suara itu.

"Tinggi sekali!" ujar Areun dalam hati karena mendapati wajahnya yang lurus hanya sampai di bagian dada pria berbaju rapih itu. Sepertinya tingginya sekitar 175 atau memang Areun yang cukup mungil dengan tinggi yang tidak pernah mencapai angka 160 cm.

"Iya, saya Areun," jawab Areun tersenyum dan tangannya meraba-raba di udara berpura-pura mencari cari tangan pria itu untuk digenggam.

Pria itu mengernyitkan dahinya dan menaikan alisnya tanda aneh melihat Areun. Ia menggerakkan telapak tangannya di wajah Areun. Areun berusaha tidak terpengaruh. Namun Areun bisa melihat tangannya yang mulus dan begitu putih. Ia pun bisa mencium betapa harumnya CEO ini.

"Kamu tidak bisa melihat?" tanya pria itu.

"Iya tuan. Silahkan duduk dulu." Areun berbohong. Dia tersenyum, mempersilahkan.

Setelah berpikir semalam, Areun memutuskan akan berpura-pura buta. Cara halus agar pria itu bisa menolak menikah dengannya. Daripada Areun harus mengatakan tidak secara langsung, yang malah dapat merusak pertemanan Rio dengan sahabatnya.

Areun mundur perlahan dan berpura-pura mencari kursi yang jelas-jelas bisa Ia lihat tepat disampingnya.

Pelan-pelan Ia mencoba menaruh bokongnya di atas kursi. Pria itu terlihat khawatir dan ingin membantu namun melihat Areun dapat duduk ia bersikap seolah tidak peduli dan duduk di kursi sebrang Areun.

Areun masih menunduk tidak berani melihat wajah pria itu. Ia takut sangat terkejut akan kenyataan orang yang akan Ia temui. Dengan berpura-pura begini Ia berharap, kalau pria ini setua yang Ia bayangkan, Pria ini akan menolak dengan kondisi Areun yang seperti ini.

"Permisi tuan, akan pesan apa?" tanya waiters perempuan muda, berbaju hitam disamping kiri meja mereka. Areun menoleh kesamping kanan untuk menghindari tatapan dengan waiters tersebut.

"Americanno 8 shot espreso," jawab Pria itu. "Apa kamu mau memesan?" tanyanya kepada Areun.

"Akh tidak, punyaku masih ada," jawab Areun tersenyum seraya meluruskan wajahnya.

"Hanya itu," kata Jaemin kepada waiters yang masih menunggu. Waiters itu pun pergi menyiapkan pesanan untuk Jaemin.

Mereka tampak canggung. Tidak ada yang memulai pembicaraan di antara mereka. Melihat kriteria yang tidak sesuai dengannya Areun bersikap defensif.

Kemudian Areun berpura-pura mencari gelas kopi dihadapannya. Pria itu mendekatkan gelas kopinya ke tangan Areun. Menggunakan sedotannya Areun meminum kopi dan menegakkan wajahnya.

"Ukhuk...Ukhuk..!" Areun terbatuk-batuk, tersedak minumannya sendiri karena begitu terkejut saat matanya melihat pria dihadapannya ini.

Love Is Sight

"Apa-apaan ini?" tanya Areun dalam hati tidak bisa mempercayai apa yang Ia lihat pada Pria dewasa itu.

"Kamu tidak apa-apa?" tanya Pria itu dengan nada datar pada suara bass khas cowoknya.

"Ya," jawab Areun menaruh gelas kopinya dan mencoba menenangkan dirinya.

"Katanya usianya 45 tahun, tetapi yang terlihat malah sebaliknya." Hati Areun berbisik tidak percaya memperhatikan setiap detail wajah Pria itu yang belum terlihat adanya kerutan sama sekali. Rambut hitamnya yang klimis tertata rapi, Wajah putih bersinar, tirus namun tetap berisi dengan dagu lancip, hidung mancung dan matanya yang jernih menyorot dengan tegas namun teduh.

"Apa anda Tuan Jaemin?" tanya Areun untuk memastikan ini orang yang benar.

"Tentu saja, ini saya," jawabnya dengan pasti, menegakkan badannya, memberikan jarak punggungnya yang sedari tadi bersandar di sandaran kursi. "Terimakasih!" ucapnya lirih saat waiters menaruh gelas kopi di meja.

Waiters itu tersenyum lalu pergi namun pria itu tetap terlihat datar.

"Kamu bekerja di kantor agency?" tanyanya lalu menyeruput minumannya.

"Apa?" Areun membesarkan matanya terkejut sekaligus gugup dengan pertanyaan itu.

"Bagaimana ini? Aku terlanjur berpura-pura," sesal hati Areun. "Kalau aku bilang saja aku tadi hanya berpura-pura, kira-kira dia marah tidak, ya? Pasti marahlah ya kan?" sahut hatinya lagi.

"Dia pasti langsung ill feel kalau tahu aku membohonginya. Sudah terlanjur, aku pasrah lah dengan hasilnya," kata hati Areun lagi.

"Mana mungkin saya bisa bekerja dengan kondisi seperti ini," jawab Areun tersenyum.

"Tetapi dari info yang saya dapat, anda bekerja,"

"Tadinya seperti itu Tuan. Tapi karena kecelakaan saya harus kehilangan penglihatan saya dan saya jadi berhenti bekerja," jelasnya sesuai dengan skenario yang dia buat sebelumnya.

"Info yang saya dapat juga tidak disebutkan Areun tidak bisa melihat."

"Sepertinya infonya banyak yang salah. Mungin mereka lupa," jawab Areun celingak celinguk dengan pandangan kosong seperti orang yang tidak bisa melihat beneran.

"Tapi kamu benar Areun yang dikirim Kasi, kan?" Jaemin memastikan lagi.

"Apa anda mau lihat kartu identitas saya? tanya Areun perlahan-lahan mencari tas selempang yang ia taruh di bangku sebelahnya.

"Akh...tidak perlu. Baiklah nona Areun. Sepertinya pertemuan kali ini cukup di sini. Karena saya masi ada rapat." Jaemin berdiri dari duduknya dan dengan dinginnya ia pergi meninggalkan Areun.

Areun melihatnya berjalan dengan gagah, tubuhnya yang tegap, kakinya yang panjang dan jenjang melangkah dengan langkah yang anggun namun tetap begitu macho. Dengan tubuh yang tersinkron halus Jaemin memasuki mobil sedan hitam yang terparkir di pinggir jalan depan cafe.

"Arrgh..." Rintih Areun melorot kebawah kursi. "Ya Tuhan," Tubuhnya masih gemetaran lalu duduk kembali di kursi. "Dia tampan, dia tidak tua. Lalu aku sudah terlanjur berbohong. Kalau tadi aku membongkar rahasiaku, aku takut dia ilfil. Ya Tuhan...aku akan melewatkan kesempatan berjodoh dengannya karena kebodohanku."

"Harusnya aku mendengarkan Kasi untuk bertemu saja dulu dengannya," sesalnya lagi. "dan menolak belakangan. Tetapi karena takut bersikap tidak enak dengan teman Ka Rio aku jadi mencari cara agar membatalkannya. Ternyata malah jadi seperti ini!" ratapnya mengusap kasar wajahnya kebawah.

Sementara itu ...

Seorang pria tua tengah berbicara di telpon dengan raut kesal.

"Dari info yang saya dapat di lapangan, wanita yang kamu kirimkan tidak bisa melihat. Kenapa kamu tidak mengatakan dari sebelumnya?" katanya terdengar kesal meski suaranya begitu halus.

"Apa?" Dari sebrang sana Kasi merasa terkejut dengan apa yang Ia dengar. "Tidak bisa melihat? Areun?" Kasi terdengar khawatir.

"Tuan," terdengar suara pria tua itu menjauh dari telepon.

"Nanti akan aku hubungi lagi," sambung pria tua berbicara dengan Kasi di telepon lalu panggilan pun terputus.

Di rumah Kasi....

Kasi menanti Areun datang dengan cemas, kakinya tidak henti-hentinya ia hentakan pelan ke lantai. Jari tangannya yang panjang dan langsing ia gigit-gigiti kukunya. Tidak lama Areun datang dengan wajah sumringah.

Kasi berdiri, "Areun, kamu tidak bisa melihat?" tanya Kasi sangat khawatir sambil memegang-megang pipi Areun dan memandang ke dalam matanya. Lalu dia mengibaskan tangannya di hadapan Areun. "Kamu kenapa? Apa yang terjadi? tambahnya.

"Aku nggak apa-apa, Kasi," dengus Areun kesal.

"Terus tadi Pak Hide - asisten Tuan Jaemin dan teman Ka Rio yang menjodohkan kalian, bilang," Kasi jadi tidak mengerti dengan keadaan ini.

"Iya, aku pura-pura tidak bisa melihat tadi. Karena aku pikir aku akan bertemu bapak-bapak. Tapi ternyata..." Areun tersenyum membayangkan wajah Jaemin lagi dan mulai terpesona kembali.

"Lalu kenapa kamu tidak berhenti berpura-pura?" tanya Kasi penasaran.

"Yaa..apa yang akan dia pikirkan kalau tau aku berbohong?" Jawab Areun menjatuhkan bokongnya ke sofa dengan malas. "Saat itu juga Ia pasti menolak ku." Areun memelas.

"Terus sekarang bagaimana?" desak Kasi ikut bingung.

"Yaa kita lihat saja nanti, kalau hati dia selembut malaikat pasti dia tidak akan melihat orang lain dari fisiknya. Kalau tidak, ya aku yang akan sedih melewatkan kesempatan bagus." Areun meringis.

"Ya Tuhan, Areun!" Kasi menepuk jidat. Tidak habis pikir dengan ulah Areun.

"Tenang Kasi, Aku janji besok aku akan cari apartemen dan pindah dari sini. Aku tidak akan merepotkan kamu lagi." ucap Areun tiba-tiba.

Kasi menyipitkan matanya dan berpikir. Awalnya Kasi bingung dengan kata-kata Areun namun bisa dengan cepat Kasi tangkap maksud ucapan Areun.

"Bukan begitu Areun. Aku tidak pernah keberatan kalau kamu tinggal di sini terus. Aku menyuruhmu menikah bukan karena aku ingin kamu pergi dari sini. Tetapi aku ingin kamu ada yang menyayangi, menjagamu dan menemani kamu," terang Kasi merangkul pundak Areun.

"Kami menyayangimu, tetapi kamu pasti membutuhkan kasih sayang yang lebih. Dan aku pun ingat pesan Almarhum Ayahmu yang menginginkan kamu menikah dan memiliki anak. Kamu sudah aku anggap adikku sendiri, Areun." Kasi menitikan air mata, begitupun Areun.

"Maafkan aku, Kasi!" Areun menangis dan memeluk Kasi. Hatinya kini penuh penyesalan yang akan dia ingat seumur hidupnya.

Pupus Lah sudah harapannya untuk memiliki suami. Mungkin ini jawaban dari doa Jay. Areun tidak akan menikah kecuali dengannya.

"Ya sudah tidak apa-apa. Kita bisa mencari yang lain. Dan yang kali ini aku carikan yang masih muda pasti," jawab Kasi belum menyerah.

"Tapi jangan berondong juga, ya. Yang sedang-sedang saja."

"Iya. Tetapi aku tidak janji jabatannya bisa setinggi pria tadi,"

"Tidak masalah untuk jabatan. Asal dia masih memiliki pekerjaan yang jelas," sahut Areun mengedipkan mata.

Bayangan author gambaran tokoh Jaemin tapi jaemin versi umur 45 tahun. Visual unreality-nya pasti bikin dia tetap kelihatan awet muda. Kalau mau ganti visual sesuai selera masing-masing ya, nggak apa-apa kok.

Mohon maaf belum sempurna tulisannya, maklum amatiran 😂. Mohon like-nya, dan juga komen-nya terimakasih.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!