Tiga tahun kemudian..
Kanaya baru saja turun dari pesawat, tiga tahun sudah ia tinggal di negeri kangguru, kini ia menginjakkan kakinya kembali ke tanah air setelah menetapkan hatinya, ia yakini perasaanya telah hilang seiring waktu yang ia lewati.
Melarikan diri demi melupakan masa lalu tersakiti dan terhianati, oleh kekasih dan sahabatnya sendiri.
Kanaya tak akan lupa dengan apa yang terjadi mulai dari awal pertemuan mereka hingga pernikahan kedua orang itu yang berhasil meluluh lantakan hatinya, hingga kini ia tak tau dan tak ingin tau apa alasan mereka menghianati nya, dan bagaimana bisa mereka bermain di belakangnya hingga menghadirkan jabang bayi.
'Berengsek..' makinya kenapa baru beberapa menit menginjakkan kaki di negaranya yang teringat malah wajah para penghianat itu, Kanaya jijik otaknya berkeliaran memikirkan bagaimana mereka ber cinta dan mereguk kenikmatan di belakangnya.
Kanaya tak sepolos dulu, tiga tahun di negeri orang mengajarkan semua hal termasuk bagaimana se*x bebas merajarela dan Kanaya tak menyukai hal itu, beruntung hingga kini ia berhasil menjaga dirinya, tentu saja ia akan mempertahankan nya untuk suaminya kelak, penjagaan ketat dari Daddynya Adam, dan pengajaran dari Mommy nya Alyla membuatnya mengerti mana yang baik dan buruk.
Kanaya tau apa itu club dan alkohol namun Kanaya tak pernah menyentuh semua itu, kadang ia juga dikatakan kolot oleh teman temannya. pernah suatu kali ia nekat pergi ke club malam akibat ejekan dari teman temannya namun belum juga masuk ia sudah di seret oleh Bodyguard yang ditugaskan Adam untuk mengawasinya dari jauh.
Adam bahkan memberi wewenang pada pengawalnya untuk berbuat kasar jika Kanaya terjerumus kedalam pergaulan bebas.
Ponsel di dalam tas slempangnya bergetar "Ya Eyang aku baru saja mendarat, hmm.. Eyang juga jaga diri disana, ya..Love you Eyang" Kanaya mematikan telponnya, Karina nenek dari Kanaya baru saja menghubungi,sebenarnya Kanaya tak tega meninggalkan Eyangnya itu sendiri apalagi sang kakek Arya menghembuskan nafas terakhirnya satu setengah tahun lalu,Karina tinggal bersama adiknya di sana, Kanaya sudah mengajak Karina kembali bersamanya, namun Karina berat meninggalkan kenangan bersama sang suami,apalagi makam Arya juga ada disana.
Kanaya duduk di kursi menunggu jemputannya datang,ia berdecak saat orang itu tak kunjung datang "Dasar bucin..." Kanaya tau pasti kakaknya sedang bergelut di selimut bersama istrinya apalagi cuaca sedang hujan, juga hari sudah semakin malam.
Azka berlari kearah Kanaya yang memberengut, "Maaf Abang telat.. tadi.."
"Ya ya.. aku tau, tadi abis iya-iya dulu makanya telat"
"Otak kamu Ay.." Azka menoyor dahi Kanaya.
"Tapi bener kan?"
Azka nyengir.."Ia dong.."
"Ish... orang mesum emang gak jauh jauh dari itu yaa..."
"Bilang aja iri, dari dulu masih saja jomblo .. belum move on neng..cepetan nikah!!"
"Enak aja siapa yang jomblo, aku dah punya pacar tau" Kanaya berjalan lebih dulu meninggalkan Azka dengan koper di belakangnya, biar saja Abangnya yang membawa dua koper yang ia bawa itu.
"Eh bentar ini berat banget kamu bawa apa sih,batu ya..? terus kok kamu dah punya pacar abang gak tau, biasanya daddy selalu ngasih tau abang apapun tentang kamu" Kanaya berdecak itu sebabnya ia masih jomblo, bagaimana tidak, jika pergerakan nya selalu diawasi, ya Kanaya berbohong agar tak diledek abangnya itu.
"Abang cemen,bawa koper aja gak kuat..!"
"Dasar bocah..jangan mengalihkan pembicaraan siapa pacar kamu,dia harus lulus seleksi abang dulu"
"Aku bukan bocah lagi bang..berhenti panggil bocah!" serunya kesal.
Azka terkekeh mereka tiba diparkiran lalu memasukkan koper Kanaya dalam bagasi.
"Gimana kabar kak Yasmin?" Kanaya bertanya saat Azka melajukan mobilnya.
"Baik, biasa lagi hamil muda morning sick" Yasmin sedang hamil anak kedua mereka, Anak pertama mereka baru berusia dua tahun, dan kini Yasmin tengah mengandung kembali.
"Abang gak kasian sama kak Yasmin,Rona masih kecil pasti capek ngurusin Rona sambil hamil"
"Abang kan gak diem Ay, kalau lagi senggang kita gantian ngurusin Rona lagian ada baby sitter juga" Kanaya mengangguk.
"Oke.. tapi awas ya kalau sampai Kak Aya sakit karna kecapean"
"Ya gak lah Ay.." Sebenarnya Kanaya tau Abangnya paling possessiv terhadap Yasmin jadi ia tak perlu khawatir tentang Yasmin karna sebelum orang lain Azka sendiri yang akan memastikan Yasmin selalu baik baik saja.
"Oh iya abang udah bilang sama Aslan, sama Bima kalau kamu akan pegang salah satu cafe kita, dan mereka setuju.. kamu yakin gak mau kerja di perusahaan daddy aja?"
"Gak ah bang, aku gak suka kerja cuma duduk aja, lagian kerja di cafe kan bisa sambil nongki" Kanaya cengengesan.
Kanaya sudah meminta untuk bekerja di salah satu Cafe Azka yang sudah Azka rintis sejak kuliah dulu bersama Aslan dan Bima para sahabatnya, yang kini di serahkan kepengurusannya pada Bima, sedangkan Aslan dan Azka meneruskan perusahaan keluarga mereka masing masing.
Setelah menempuh satu jam perjalanan mereka tiba dirumah.Kanaya turun sambil berlari kecil dan berteriak "Mommy.." dibelakangnya Azka hanya menggeleng setelah meminta pelayan membawakan koper Kanaya Azka pun ikut masuk kedalam.
"Ya ampun anak mommy" Alyla memeluk Kanaya lalu mencium kening Kanaya "Mommy kangen banget.."
"Aku juga mom"
"Daddyyy.." Kanaya memeluk Adam, dan di balas dengan pelukan hangat dari Adam.
"Bagaimana perjalanan nya lancar?" tanya Adam.
"Lancar dad,cuma yang jemput nya telat jadinya aku nunggu di bandara lama" adu nya.
"Ck.. ngadu.." Kanaya memeletkan lidahnya kearah Azka.
"Hallo onti.."
"Ya ampun Raja makin ganteng aja sih.."
"Ya dong onti kan mau jadi pacar onti jadi harus ganteng" Raja tersipu.
"Ya ampun masih kecil udah tau pacar pacaran" Bocah berusia sembilan tahun itu mengatakan akan menjadi pacar Kanaya jika sudah besar nanti,alasannya karna onti Kanaya itu cantik.
"Anak Bunda gak boleh ganjen ah" Yasmin mengusak rambut anak asuhnya itu.
"Apa kabar Ay?"
"Baik kak, gimana kabar kakak? katanya ini lagi isi lagi" Kanaya mengusap perut Yasmin,Yasmin tersenyum lalu mengangguk. "Selamat ya ,sehat sehat terus ibu sama debay nya"
"Aamiin.." mereka berbincang melepas rindu hingga malam semakin larut,Azka sudah mengajak Yasmin dan anak anaknya pulang, kini tinggal Adam, Alyla dan Kanaya.
"Mom kapan Fardhan pulang..?"
"Masih beberapa bulan lagi Ay" Fardhan adik Kanaya sedang menempuh pendidikannya di Amerika dan enam bulan sekali Fardhan akan pulang sekedar menjenguk Alyla dan Adam.
.
.
Kanaya merebahkan dirinya di ranjang miliknya yang sudah ia tinggalkan selama tiga tahun tak ada yang berubah semua masih sama, ah mungkin ia harus merenovasi kamarnya agar lebih fresh,selama tiga tahun ini ia tak pernah pulang Adam dan Alyla juga tak pernah memaksa,hanya sesekali mereka yang berkunjung ke Australia sembari mengunjungi Karina. mereka tau apa alasan Kanaya, ia tak menyangka bahwa Adam akan tau semua permasalahannya termasuk soal percintaanya juga tentang Bagas dan Anina.
Sejak saat itu Kanaya tau bahwa Adam selalu mengawasinya dan menyediakan pengawal meski dari jarak jauh.
_________
Mohon dukungannya ya🙏 ajak temen sodara nya baca novelku, ramaikan ya!!!
Like..
komen..
vote..
🌹🌹🌹☕☕☕
Seorang pria berjalan terburu buru menuju sebuah pintu yang tertutup rapat,setelah mengetuk pintu pria tersebut masuk dan membungkuk saat mendapati tuannya tengah duduk di sebuah sofa di kamarnya,Tuannya masih tak mengalihkan pandangannya dari layar laptop didepannya.
"Tuan.."
"Hmmm"
"Nona Kanaya sudah kembali ke Indonesia" Pria itu mendongak, wajah tampan nya tampak datar dengan kaca mata bacanya yang menggantung di ujung hidungnya "Nona baru saja tiba di kediamannya beberapa jam lalu" Sang asisten mengabarkan dengan pandangan tertuju pada tuannya.
"Baiklah, laporkan terus apa yang ia lakukan padaku" rautnya kembali menunduk menatap layar yang masih menyala, jari jarinya kembali mengetik dengan lincah.
"Baik tuan, saya permisi"
Bagaskara Nando wijaya, menengadahkan wajahnya menyandarkan punggungnya kebelakang,lalu memejam.
Sudah tiga tahun dari saat ia terakhir bertemu dengan Kanaya disaat itu hari pernikahannya dengan Anina di gelar.
Hari itu seharusnya tak pernah terjadi, harusnya ia tak pernah mengorbankan cintanya demi Anina.
Tiga tahun lalu hari pernikahan..
Bagas sedang berdiri dengan Anina di atas panggung megah,menerima selamat dari setiap tamu undangan yang hadir. tiba tiba tubuhnya terasa kaku saat Kanaya menaiki panggung, gadis itu terlihat cantik dengan gaun peach yang di kenakan nya dengan senyum kecil di bibirnya Kanaya terlihat biasa saja,seperti tak menampakan suatu kekecewaan padahal Bagas dan Anina sudah mengecewakannya bahkan menyakiti gadis itu.
Kanaya berjalan dengan anggun dengan sebuah kado di tangannya, "Aya.. terimakasih sudah datang" suara itu dari Anina, pengantinnya.Anina terlihat cantik dengan balutan gaun pengantin yang terlihat mewah, namun bagi Bagas hanya Kanaya yang paling cantik dari dulu bahkan hingga sekarang.
Bagas hanya bisa menghela nafasnya, bagaimana bisa Kanaya datang ia sama sekali tak mengundang Kanaya untuk hadir,apa Anina yang sudah mengundang Kanaya.
"Tentu, aku harus hadir di pernikahan sahabatku, ah salah mantan sahabatku.." suara Kanaya terdengar pelan dan hanya bisa di dengar oleh Bagas dan Anina,"Selamat semoga kalian bahagia, dan.. , itu.. aku mendoakan sebaliknya" Kanaya terkekeh,Bagas tak mengalihkan pandangannya dari Kanaya,meski Kanaya tak sedikitpun menoleh kearahnya. Tiba tiba Kanaya menampilkan wajah sedih "Kado untuk kalian.." Kanaya mengambil tangan Anina dan meletakkan kotak besar itu di tangan Anina, Kanaya membalik badannya, bahunya menyenggol kotak yang di pegang Anina hingga terjatuh dan isinya berceceran "Ups maaf aku sengaja.. maaf jadi berantakan, aku hanya membuang sampah pada tempatnya" Kanaya melanjutkan langkahnya menuruni panggung dan terus berjalan hingga keluar dari ballroom hotel.
Bagas mengalihkan pandangannya dari Kanaya, sejak tadi pandangannya tak teralihkan dari gadis itu bahkan sedetikpun,ia melihat Anina yang sedang berjongkok memunguti foto foto yang berada di dalam kotak pemberian Kanaya, foto foto kebersamaan mereka bertiga yang sudah dirobek, tak lupa semua barang yang Bagas berikan juga ada didalamnya, semua kenangan mereka telah Kanaya hancurkan menjadi potongan potongan kecil juga beberapa pigura foto yang sudah pecah.
Anina mengusap air matanya "Kamu yang mengundangnya?" tanya Bagas.
Anina mengangguk, Bagas menghela nafasnya "Seharusnya kamu tak perlu mengundangnya"
"Aku hanya ingin sahabatku hadir di pernikahanku.." katanya parau.
"Seorang sahabat tidak akan mengkhianati sahabatnya Anina" Bagas turun dari panggung meninggalkan Anina yang masih menangis, tanpa menghiraukan Anina ia berjalan melewati tamu yang mulai berbisik dan menduga duga apa yang terjadi pada kedua mempelai tersebut.
.
.
.
Itu lah saat terakhir Bagas bertemu Kanaya, meski Bagas tau keberadaan Kanaya di Australia Bagas menahan dirinya untuk tak menemui Kanaya.
Kini Kanaya sudah kembali, ini kah saatnya Bagas mengejar kembali Kanaya, sudah tiga tahun, ia berharap Kanaya sudah melupakan semua yang terjadi dan memaafkannya, apakah mungkin?.
Bagas bangkit lalu mengambil botol dalam kulkas yang tersedia dikamarnya, Bagas menuangkan cairan merah itu kedalam gelas lalu menyesapnya perlahan.
Baiklah sudah ia putuskan ia akan berjuang untuk mendapatkan Kanaya kembali, Kekasih hatinya, tapi tunggu mereka tak pernah putus bukan, tak ada kata itu terucap, itu berarti Kanaya masih kekasihnya, ya.. Kanaya miliknya, hanya milik seorang Bagaskara Nandowijaya.
Bagas menarik sudut bibirnya lalu berkata.
"Sudah cukup larinya kamu harus kembali ketempatmu, disisiku"
Ponsel Bagas berdering menampilkan nama Anina dilayar, Bagas tak perlu repot berkata hallo karna Anina sudah berbicara lebih dulu "Mas kamu dimana,Queen sakit bisakah antar aku kerumah sakit?"
"Apa supir yang aku gaji hanya memakan gaji buta Anina?"
"Tolonglah mas, kali ini saja, Queen merindukan kamu" Anina terdengar memelas. "Pulanglah.."
"Pulang..?" Bagas terkekeh "Disini rumahku Anina, kamu lupa kesepakatannya?"
"Tapi anak kamu membutuhkan kamu mas ,,aku mohon"
"Aku.. tak.. peduli" Bagas menekan kan kata katanya.
"Kamu memang brengsek mas!!"
"Ya itu aku!!" Bagas mematikan ponselnya begitu Anina memakinya disebrang sana.
Ia tau ia brengsek, bahkan sangat brengsek, cukup sudah ia menjadi baik dan ternyata kebaikan nya menjadi boomerang baginya.
Dahulu Bagas adalah sosok yang baik hati, ramah juga penyayang namun hari itu hari dimana ia kehilangan cintanya akibat kebaikan yang sudah ia perbuat,dan itu menjadi penyesalan terbesar dalam hidupnya maka tidak lagi, Bagas sudah menutup matanya, dan mengeraskan hatinya, Tidak ada lagi Bagas yang hangat, kini tinggal Bagas yang dingin dan kejam.
__________
Nah loh... ada apa dengan mu bagas??🤔
Like..
komen..
vote..
🌹🌹🌹🌹☕☕☕☕
Pagi ini disambut dengan ceria,oleh Kanaya manik gadis itu menyipit seiring senyuman yang mengembang di bibirnya, Kanaya menyibak selimut yang menutupi tubuhnya, tak lupa ia melepas mukena yang masih membalutnya, tadi subuh setelah melaksanakan kewajiban nya berjamaah bersama Adam dan Alyla, Kanaya kembali tidur karna rasa kantuk yang belum hilang.
Kanaya memasuki kamar mandi untuk membasuh seluruh tubuhnya, hari ini ia akan menyambangi cafe milik Azka, Kanaya juga sudah meminta Bima untuk menemaninya di hari pertamanya, Kanaya akan menjadi pelayan di cafe tersebut Bima menawarkan untuk langsung menjadi manager saja namun Kanaya ingin memulai dari bawah sebelum ia mengurus cafe tersebut.
Azka tak masalah, memberikan satu Cafe miliknya pada Kanaya, satu cafe itu tak berarti apapun bahkan beberapa cafe yang tersebar hingga keluar kota itu tak sempat ia urus, maka dari itu ia menyerahkan pengurusan pada Bima, hanya sesekali ia meminta laporan keuangan dari Bima, yang tentu saja mengurusnya dengan baik.
"Pagi mom.." Kanaya turun dengan pakaian casual nya, kaos putih dengan celana jeans biru yang membalut tubuhnya, tangannya menenteng tas slempang juga sebuah jaket jeans, rambutnya diikat ekor kuda seperti anak muda pada umumnya, tak lupa sepatu sneakers putih yang ia kenakan,Kanaya bahkan terlihat lebih muda dari usianya yang sudah menginjak 24 tahun,ia lebih terlihat seperti gadis baru berusia 19 tahun,berbeda dengan dulu Kanaya sekarang lebih suka pakaian casual dari pada dress yang manis dan feminim.
Alyla tersenyum saat melihat putrinya "Pagi sayang.. gimana sudah siap?"
"Siap dong mom" Kanaya bahkan terlihat bersemangat.
"Kamu yakin bekerja di cafe, kenapa gak di kantor daddy aja nak? masa kuliah S2 jadi pelayan" cibir Adam.
"Ini namanya merangkak dari bawah dad"
"Lalu apa ini pakaian kamu?"
"Aku kan pakai motor dad masa pakai rok nanti terbang ketiup angin,kalo pake rok span nanti susah jalan" Kanaya memakan roti yang sudah dioles mentega.
Adam tersedak "Pakai motor.. gak ada, pakai mobil diantar supir!" perintah Adam.
Kanaya menggeleng "Gak mau,masa pelayan pake mobil dad, tar ketahuan dong"
"Tapi sayang..?"
"Udah lah mas, biarin aja" Alyla menengahi "Lagian kan ada bodyguard yang mengawasi dari jauh" Alyla bersyukur Kanaya kembali ceria dulu saat akan pergi ke Australia Kanaya terlihat murung, seperti kehilangan separuh nyawanya.
Kanaya mengangguk "Ya udah aku berangkat ya mom, dad" Kanaya lari setelah mencium punggung tangan Adam dan Alyla, takut Adam kembali menyemburkan protesnya.
"Aku seneng Kanaya sudah kembali ceria,mas.." Adam mengangguk. "Jadi jangan banyak protes kita awasi saja,beruntung Kanaya gak pernah melenceng ke pergaulan bebas meski tinggal di luar negeri"
"Iya sayang.." Akhirnya Adam pasrah.
.
.
Kanaya memakai helm nya dan melajukan motor matik nya menuju cafe di kawasan perkantoran, jarak setengah jam ia sudah menepikan motornya di pelataran sebuah cafe berlantai dua.
Cafe barusaja buka dan karyawan sedang bersiap, Kanaya menemui Bima yang sudah menunggunya di meja kasir "Pagi pak Bima..."
Bima menengadah kan kepalanya saat terdengar suara lembut mengalun di telinganya.
Bima tersenyum terpesona, 'wah.. bidadari' batinnya. Kanaya mengibaskan tangannya saat Bima tak berkedip, Bima mengerjap beberapa kali "Saya Kanaya pak.."
"Oh.. hai.. saya pangling udah lama gak ketemu kamu makin cantik aja" mereka memang belum bertemu kemarin Kanaya hanya menelpon agar dibimbing langsung oleh Bima.
"Bapak bisa aja..." Kanaya terkekeh "Jadi gimana pak, kerjaan saya, kata bang Azka dia udah ngomong ya sama Bapak"
"Mari keruangan saya" Bima mengajak Kanaya keruangannya "Yakin jadi pelayan?"
Kanaya tersenyum sambil mengangguk.
"Yakin pak.."
"Jangan panggil pak kalau lagi berdua ya, cafe ini kan punya Azka.. itu malah bikin saya minder"
"Oke.., kak"
"Ya sudah saya tunjukan loker kamu,"
Bima memperkenalkan Kanaya sebagai karyawan baru pada seluruh karyawannya, setelah memberikan seragam Bima meminta salah satu pelayan untuk memberi tahu apa saja tugas yang akan dilakukan oleh Kanaya.
Kanaya sudah mengenakan seragamnya dan mulai mengerjakan pekerjaannya dengan penuh semangat.
.
.
Bagas sedang berkutat dengan pekerjaannya, kemudian ia berhenti lalu sesaat mengetukkan tangan diatas meja, beberapa saat kemudian tangannya terangkat menekan tombol interkom yang langsung terhubung dengan asistennya. "Keruanganku sekarang!"
Tak berselang lama pintu ruangannya terbuka setelah terdengar suara ketukan pintu "Kamu punya berita apa Ron?"
Roni akan menjawab tapi tiba tiba ponselnya berdering "Maaf tuan saya ijin mengangkatnya" Bagas mengangguk Roni tak akan berani mengangkat telpon itu di depan Bagas jika tidak penting.
Setelah beberapa saat Roni mematikan telponnya lalu mulai bicara "Saya baru saja mendapat laporan tuan,Hari ini nona Kanaya mulai bekerja di sebuah Cafe.." Roni menghentikan perkataannya lalu melihat tuannya yang terlihat menunggu ucapan selanjutnya,Roni lalu melanjutkan ".. sebagai pelayan" kening Bagas berkerut apa yang gadis itu lakukan, seorang Sadewo bekerja sebagai pelayan cafe, tak mungkin kan mereka bangkrut perusahaan Keluarga Sadewo bisa di bilang berada diatas kekayaan keluarganya,lalu kenapa Kanaya bekerja jadi pelayan.
Bagas mengepalkan tangannya "Bagaimana bisa..?"
"Nona bekerja di Cafe milik tuan Azka,,"
"Apa dia tidak mendapatkan haknya sebagai Sadewo hingga dia bekerja sebagai pelayan" geramnya.
"Saya tidak mendapatkan detail alasannya tuan, tapi apa yang anda ucapkan tidak mungkin terjadi mengingat bagaimana possessiv nya tuan Adam pada putrinya"
Bagas menghela nafasnya benar juga,Adam bahkan selalu mengawasi gerak gerik putrinya.
"Jika dugaan saya benar.. mungkin, nona Kanaya ingin memulainya dari baaah,sebagai pengalaman"
"Ya kamu benar, Kanaya memang berbeda.." Bagas termenung sesaat,lalu menyeringai setelah mendengarkan ucapan Roni selanjutnya.
"Dan tuan Cafe tersebut tepat di depan perusahan kita"
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!