NovelToon NovelToon

Cewek Bertalenta

The Winner

Zyva terus mengayunkan tangannya mengarungi kolam renang di SMA Gelora Internasional dalam Swimming Competition yang ia ikuti. Renang Gaya Bebas sudah ia menangkan beberapa menit yang lalu. Kali ini ia harus memenangkan gaya kupu-kupu.

Priiiiit!!!

Suara peluit dari timernya terdengar paling awal, bermakna kali ini ia lagi yang memenangkan renang gaya kupu-kupu. Zyva langsung keluar dari kolam renang dan mengambil handuknya.

"Dua gaya lagi aku harus memenangkannya." gumam Zyva sambil mengambil botol minumannya dan meneguknya perlahan.

Hadiah yang ditawarkan oleh SMA Gelora Internasional memang sangat menggiurkan terlebih baginya yang saat ini benar-benar sedang membutuhkan uang untuk biaya pengobatan ayahnya yang terkena kanker otak stadium tiga.

Di seberang kolam renang tampak seorang laki-laki yang terus memandangi Zyva. Laki-laki itu adalah siswa SMA Gelora Internasional yang mewakili sekolahnya untuk mengikuti kompetisi. Suporter dari siswi SMA Gelora Internasional terdengar riuh ramai meng-elu-elukan namanya.

"Yuda."

"Yuda."

Sorak sorak siswi SMA Gelora Internasional yang terdengar sangat menyemangati Yuda yang kini sedang membawa nama baik sekolahnya. Kini Yuda sudah sampai di titik garis finish. Timer pun mencatat perolehan waktu yang di dapatkannya. Sayangnya, score pencapaiannya masih sangat jauh dari Zyva.

Setelah gaya bebas dan gaya kupu-kupu, Zyva juga memimpin score pada gaya punggung dan gaya dada. Kini Zyva mulai membersihkan tubuhnya dan berganti pakaian. Setelah itu ia mengikuti arahan panitia untuk menuju ke panggung yang ada di lapangan tengah SMA Gelora Internasional. Semua peserta dan supporter berkumpul disana. Ada juga beberapa peserta yang langsung pulang karena tak masuk dalam juara.

Ketika semua peserta didampingi, Zyva hanya duduk sendiri sambil menunggu pengumuman. "Kau sangat hebat menaklukkan kolam renang," ucap seseorang yang tiba-tiba duduk di samping Zyva.

"Thanks." jawab Zyva singkat.

"Aku Yuda, anak SMA Gelora Internasional. Kamu?" tanya Yuda sambil mengulurkan tangannya.

"Zyva." balas Zyva sambil membalas uluran tangan Yuda dan langsung melepaskannya.

"Aku tak menyangka gadis secantik kamu jago berenang dan scorenya mampu mengalahkan kaum laki-laki. Mewakili sekolah atau club renang?" tanya Yuda.

Belum sempat Zyva menjawab, panitia sudah memanggil namanya untuk naik ke atas panggung menerima hadiah.

"Zyvanna Ray, silahkan naik ke atas panggung." teriak panitia dan Zyva langsung berdiri dan berjalan ke arah panggung.

"Perwakilan dari mana, Zyva?" tanya panitia sambil menyerahkan hadiah dan trophy pada Zyva.

"Saya sendiri." jawab Zyva mantap sambil menerima hadiah.

"Woooow, Congratulations Zyva. Ini adalah rekor perolehan terbaik selama SMA Gelora Internasional mengadakan Swimming Competition." ucap Panitia.

Beberapa media mengambil gambar Zyva, selanjutnya Yuda naik ke atas panggung sebagai runner up. Setelah pengambilan gambar oleh media, Zyva segera kembali ke tempat duduknya dan bersiap-siap untuk pulang.

Baru beberapa langkah Zyva meninggalkan tempatnya, seseorang datang memanggilnya. "Zyvanna Ray." panggilnya dan membuat langkah Zyva terhenti.

"Kenalkan, aku adalah Adrian. Putra dari pemilik yayasan di SMA Gelora Internasional. Bisa kita berbicara sebentar?" tanya Adrian.

"Aku tidak punya banyak waktu Pak Adrian. Aku harus segera pulang." jawab Zyva tetap melangkahkan kakinya meninggalkan Adrian.

Melihat Zyva meninggalkannya begitu saja membuat Adrian mengikuti langkah kaki Zyva. Sesampainya di parkiran, Zyva langsung memakai helmnya dan menaiki motornya keluar dari gerbang Sekolah SMA Gelora Internasional.

Adrian segera menjalankan mobilnya mengikuti Zyva. Satu jam perjalanan Adrian mengikuti Zyva, hingga motor Zyva berhenti di sebuah rumah sederhana.

"Jauh sekali rumah gadis ini." gumam Adrian yang langsung turun dari mobilnya.

"Ayaaaaah, Zyva pulaaaang." teriak Zyva sambil masuk ke dalam rumahnya.

Adrian kini berdiri di depan pintu rumah Zyva yang tidak tertutup. Rumah Zyva sangat asri dan nyaman meski terletak di sebuah kota besar. Bunga bunga di halaman rumah Zyva tampak segar. Meskipun sederhana, rumah yang ditempati Zyva tidak termasuk dalam kategori rumah lama. Justru rumah Zyva terlihat begitu elegan dengan penataan yang pas meski tidak begitu besar.

"Ayah sudah makan?" terdengar suara Zyva membuat Adrian mengurungkan niatnya untuk mengetuk pintu.

"Ayo ayah, sekarang ayah harus segera makan. Setelah itu ayah bisa minum obat dan kembali beristirahat." ucap Zyva.

Akhirnya Adrian memutuskan untuk duduk di teras rumah Zyva sambil menikmati keasrian di halaman rumah Zyva.

Setelah memastikan ayahnya istirahat, Zyva keluar dari kamar ayahnya dan hendak menutup pintu yang tadi belum sempat ia tutup dengan rapat. Melihat ada sosok laki-laki duduk di teras rumahnya membuat Zyva keluar dari rumah untuk melihat siapa yang datang.

"Pak Adrian, bagaimana anda bisa sampai di rumahku?" tanya Zyva sambil mengerutkan dahinya.

"Aku mengikutimu, Zyva. Aku hanya ingin menanyakan beberapa hal tentangmu." ucap Adrian.

"Pemenang Swimming Competition akan diikutsertakan dalam lomba renang tingkat Nasional. Aku harus mendapatkan data tentangmu untuk aku daftarkan Zyva." jelas Adrian.

Zyva terduduk lesu dengan pandangan kosong. Ia sangat ingin mengikuti kompetisi itu, Karena ia benar-benar membutuhkan uang yang ditawarkan. Tapi Zyva tahu betul bahwa untuk mengikuti kompetisi, ia harus mewakili sekolah atau salah satu Club Renang.

"Aku tidak bisa ikut kompetisi Tingkat Nasional Pak Adrian." jawab Zyva.

"Why?" tanya Adrian kecewa.

"Aku tidak bersekolah dan tidak masuk dalam Club Renang manapun." jawab Zyva. "Pulanglah Pak Adrian, anda hanya membuang waktu saja mengikutiku sampai disini." ucap Zyva.

"Kau bisa masuk ke SMA Gelora Internasional. Aku akan memberikan bea siswa untukmu." ucap Adrian. "Dengan begitu kau bisa bersekolah dan mewakili SMA untuk bersaing di tingkat Nasional." jelas Adrian membuat mata Zyva berbinar.

Tawaran Adrian bagaikan bongkahan berlian yang sangat Zyva nantikan. Bagaimana tidak, sudah setengah tahun sejak ia lulus dari jenjang SMP Zyva tidak bisa meneruskan sekolahnya karena ia harus bekerja agar bisa membeli obat untuk ayahnya.

"Aku akan membicarakannya dengan ayah." jawab Zyva.

"Baiklah, ini kartu namaku. Kau jangan khawatir untuk segala biayanya karena aku akan memberikan beasiswa secara keseluruhan. Segera hubungi aku, Zyva." ucap Adrian sambil meninggalkan rumah Zyva.

Zyva menimang-nimang kartu nama yang diberikan oleh Adrian. SMA Gelora Internasional bukanlah sekolah sembarangan. Hanya orang-orang tertentu saja yang dapat bersekolah di sana. Selain harus pandai, mereka juga harus berbakat dan yang paling penting adalah memiliki biaya yang fantastis.

Zyva kemudian masuk ke dalam kamarnya dan mengetik nomor ponsel yang tertera di kartu nama Adrian di ponsel miliknya. "Aku akan memberitahukan hal ini pada ayah. Semoga ayah memberikan izin untukku melanjutkan sekolah." gumam Zyva sambil merebahkan tubuhnya di atas kasur.

Kesedihan Zyva

"Zyva..." panggil Ayah dan Zyva langsung bangun dari tidurnya dan menemui sang Ayah.

"Ada apa ayah?" tanya Zyva sambil tergopoh gopoh menuju ke kamar ayahnya. Terlihat ayahnya segar bugar sehabis mandi dan duduk menyisir rambutnya yang hampir habis karena selalu rontok.

"Kau dari mana saja seharian? Kenapa waktu sore begini malah tidur? Tidak baik tidur sore sore, nak." ucap Ayah menasehati Zyva.

"Maaf ayah, Zyva ngantuk aja tadi." jawab Zyva yang sebenarnya enggan bercerita apa yang sudah dilakukannya hari ini.

"Ayah, apa aku boleh bekerja sambil bersekolah?" tanya Zyva.

Ayah Zyva terdiam sambil memandang putrinya. Dia merasa bersalah karenanya lah putrinya harus putus sekolah. Dia tidak ingin putrinya terlalu terbebani karena dirinya yang kini tidak dapat melakukan apa-apa.

"Maafkan ayah, Zyva. Karena ayah, kau jadi putus sekolah." jawab ayah sendu memandang putrinya.

"Ayah, jangan khawatir. Aku mendapatkan beasiswa dari sekolah itu." jelas Zyva meyakinkan ayahnya.

"Beasiswa?" tanya ayah Zyva terkejut. "Apa yang kau lakukan hingga mendapatkan beasiswa?" selidik ayah Zyva.

"Ups." Zyva menutup mulutnya keceplosan. "Maafkan Zyva, ayah. Aku mengikuti Swimming Competition dan meraih gelar juara. Jadi, aku mendapatkan tawaran beasiswa untuk bersekolah disana." jelas Zyva dengan harapan ayahnya memberi izin padanya.

"Congrats for you, Zyva. Sekolah mana yang memberimu beasiswa?" tanya Ayah Zyva dengan tatapan bangga. "Jangan katakan satu nama sekolah yang paling tidak ayah sukai." jelas ayah Zyva.

"Memang sekolah apa yang tidak ayah sukai? Kenapa ayah?" tanya Zyva.

"Gelora Internasional." ucap ayah Zyva membuat Zyva sangat terkejut.

"Kenapa dengan sekolah itu, ayah? Bukankah itu sekolah paling bagus?" tanya Zyva meminta penjelasan.

"Mungkin kau harus mengetahui yang sebenarnya Zyva. Kau sudah dewasa sekarang." ucap Ayah Zyva mengambil sesuatu di dalam lemari.

Ayah Zyva, Ray Pratama memperlihatkan fotonya bersama dengan ibu kandung Zyva, Tina. Kemudian ia pun menceritakan kepada Zyva tentang kehidupan lamanya.

Flashback ON

Delapan belas tahun yang lalu, Ayah Zyva mendirikan SMA Gelora Internasional. Satu tahun setelah didirikan, perkembangan SMA Gelora Internasional melejit pesat dan membuat banyak pihak melakukan kerja sama dengan Ayah Zyva waktu itu.

Ayah Zyva juga dikelilingi banyak wanita yang menginginkan menjadi istrinya, tetapi hanya Tina lah yang mampu menaklukkan hatinya. Tahun berikutnya, ayah Zyva menikah dengan Tina. Selama pernikahan dengan Tina, tidak pernah terjadi masalah apapun hingga Zyva lahir. Dan perkembangan SMA Gelora Internasional semakin berkembang dengan sangat baik.

Hingga saat Zyva mulai bersekolah tahap Nursery, Tina memperlihatkan gelagat aneh. Ia mulai jarang di rumah dan mengurus Zyva. Tepat saat Zyva mulai berusia tujuh tahun, Tina membawa Zyva pergi dan memaksa Ray Pratama untuk mengalihkan SMA Gelora Internasional menjadi atas namanya.

Ray Pratama awalnya menolak, tetapi Tina mengancam akan mencelakai Zyva dan tidak akan membawanya kembali pada Ray. Sebagai ayah, Ray lebih memikirkan keselamatan Zyva. Akhirnya ia menyerahkan berkas SMA Gelora Internasional pada Tina.

Tidak hanya itu, Tina melayangkan gugatan cerai pada Ray dan menikah dengan Clovis. Sejak saat itu, Ray Pratama menjadi single Daddy untuk Zyva. Lima tahun belakangan ini, Ray mengalami kanker otak dan menyebabkan harta yang ia miliki sedikit demi sedikit habis, maka dari itu Zyva memutuskan untuk bekerja dan tidak melanjutkan sekolah.

Flashback OFF

Zyva mulai meneteskan air matanya saat ayahnya selesai bercerita. Betapa ia sangat beruntung memiliki ayah seperti Ray Pratama. Tapi jauh dilubuk hatinya masih sangat berharap ia bisa bersekolah di SMA Gelora Internasional.

"Zyva, katakan pada ayah, dimana kau mendapat beasiswa?" tanya ayah Zyva kemudian membuat lidah Zyva kelu untuk menjawab pertanyaan ayahnya.

"Haruskah aku berbohong pada ayah? Atau aku berbicara jujur?" tanya Zyva dalam hati. Ia terus berfikir jawaban apa yang harus ia katakan pada ayahnya.

"Zyva, kau mendengarkan ayah kan?" tanya Ayah Zyva.

"Iya ayah, emmm. Aku tidak bisa membohongi ayah. Aku mendapat beasiswa dari SMA Gelora Internasional." jawab Zyva membuat ayahnya sangat terkejut.

"Aku akan ikut keputusan ayah jika ayah memang tidak mengizinkan aku menerima tawaran itu." ucap Zyva yang langsung memeluk ayahnya.

"Maafkan ayah, Zyva. Maafkan ayah tidak dapat memberikan yang terbaik untukmu." ucap Ayah Zyva membalas pelukan putrinya.

"Oh iya ayah, aku sudah mendapatkan uang yang banyak. Hari ini kita harus ke rumah sakit untuk memeriksa keadaan ayah." ucap Zyva yang kemudian berdiri hendak mengambil uang yang didapatkan dari hadiah perlombaan.

Ayah Zyva menahan Zyva agar tetap duduk.

"Ayah sudah lebih baik sekarang, Zyva. Tak usah kau hambur-hamburkan uangmu hanya untuk hal yang tidak pasti." ucap Ayah Zyva.

"Tapi ayah," Zyva yang hendak berbicara pun dipotong oleh ayahnya.

"Percayalah Zyva. Ayah sudah lebih baik sekarang. Simpan saja uangmu untuk kebutuhan yang lain." jelas Ayah Zyva.

"Ayah memang orang yang keras kepala." gerutu Zyva. "Istirahatlah ayah, aku akan membuatkan sup untuk ayah." ucap Zyva meninggalkan ayahnya.

Ia pun segera berkutat di dapur untuk membuat sup. Baru selesai membuat sup, Zyva langsung pergi ke kamar ayahnya untuk memberikan sup yang sudah ia buat. Sayangnya Ayah Zyva sudah tidak sadarkan diri dan Zyva langsung panik dan menelfon ambulans untuk membawa ayahnya ke rumah sakit.

Ambulans pun segera datang dan membawa Ayah Zyva ke rumah sakit. Setelah sampai di rumah sakit, Zyva langsung meminta pihak rumah sakit untuk memberikan perawatan yang terbaik untuk ayahnya. Ayah Zyva langsung masuk ke dalam ruang ICU untuk penanganan yang lebih insentif.

Zyva lalu menandatangani beberapa surat pernyataan bahwa ia bersedia untuk tindakan yang dilakukan pihak rumah sakit pada ayahnya. Sayangnya, setelah Zyva menandatangani semuanya kondisi ayahnya semakin buruk. Dengan kalut Zyva mondar mandir di luar ruang penanganan ayahnya.

"Zyva." panggil seorang dokter. "Ayah kamu sudah sadar dan ia memintamu datang menemui nya." ucap dokter tersebut mengajak Zyva masuk ke ruangan ayahnya.

Mata Zyva berbinar mendengar ayahnya sudah siuman. Ia pun segera mengikuti langkah dokter yang baru saja memanggilnya. Tapi dirinya kembali rapuh melihat tubuh ayahnya yang banyak terpasang alat alat medis.

"Ayah," Zyva terduduk lesu di samping ayahnya. "Ayah harus baik-baik saja." ucap Zyva menahan air matanya agar tidak jatuh.

"Kau anak yang tangguh, Zyva. Ayah yakin kau pasti akan jadi wanita yang sukses di kemudian hari nanti. Ayah akan selalu mendukung apa yang kau lakukan, ayah sangat menyayangimu." ucap Ayah Zyva pelan dan hampir tidak terdengar.

"Ayah juga tangguh. Ayah harus kuat demi Zyva." ucap Zyva.

Tuuuuuuuuuuut.... Bunyi alat yang terpasang di tubuh ayah Zyva berbunyi membuktikan bahwa kini jantung ayah Zyva sudah tidak berdetak lagi. Air mata Zyva kini sudah tidak mampu ia bendung lagi.

Kini ia hanya sebatang kara tanpa ayahnya lagi. Pihak rumah sakit segera mengurus jenazah Ayah Zyva dan juga pemakamannya.

Desakan Adrian

Pemakaman Ayah Zyva pun tetap dilaksanakan meskipun hari sudah malam. Setelah semuanya selesai, Zyva kembali ke rumahnya dengan keadaan yang sangat hancur. Bahkan kini ia tidak bisa menangis lagi karena ia sudah terlau banyak mengeluarkan air matanya.

Ia membuka pintu rumahnya. Sepi dan sangat sunyi, itulah yang kini ia rasakan. "Aku tidak boleh larut dalam kesedihan." ucapnya menyemangati dirinya sendiri. "Aku harus membuat ayah bangga padaku. Yaa aku adalah Zyvanna Ray. Putri tersayang Ayah Ray Pratama. Aku harus sukses seperti apa yang ayah bilang padaku." gumam Zyva menguatkan dirinya.

Ia pun masuk ke dalam kamarnya dan beristirahat. Hari ini benar-benar hari yang sangat melelahkan bagi Zyva. Tapi Zyva tetap harus menjalani hidupnya esok, meskipun hanya sebatang kara.

...***...

Keesokan harinya, rumah Zyva dipenuhi para tetangga yang datang melayat dan menghibur Zyva. Banyak diantara mereka yang menawarkan agar Zyva tinggal di rumah mereka untuk sementara waktu. Tapi dengan sopan Zyva menolaknya dan mengatakan bahwa dirinya akan baik-baik saja.

Setelah para tetangga pulang dari rumah Zyva, Ia mulai membereskan rumahnya dan beberapa barang milik ayahnya. Membereskan lemari milik ayahnya dan menyimpan beberapa data penting yang suatu saat akan ia butuhkan.

Sedangkan barang - barang yang masih layak pakai, rencana akan ia jual. Bahkan Zyva pun berencana menjual rumah kenangan Zyva dan ayahnya selama dua tahun belakangan ini agar ia tidak larut dalam kesedihan saat mengingat ayahnya yang berjuang merasa kesakitan.

Saat Zyva mengumpulkan beberapa barang yang akan ia jual, terdengar pintu rumahnya diketuk oleh seseorang.

"Zyva... Apa kau ada di dalam?" tanya seseorang di luar sambil berkali kali mengetuk pintu rumah Zyva.

"Iyaaaaa." teriak Zyva dan membukakan pintu untuk tamunya.

Nampak Adrian berdiri di depan pintu dan tersenyum melihat Zyva membukakan pintu untuknya.

"Pak Adrian." ucap Zyva terlihat kurang suka akan kedatangan tamunya. Bagaimana tidak? Jika Pak Adrian adalah putra dari pemilik yayasan, bermakna ia adalah anak tiri dari Tina, ibu kandung Zyva.

"Apa kau tidak mempersilahkan aku masuk ke dalam Zyva?" tanya Adrian.

"Silahkan masuk Pak, saya akan membuatkan minuman untuk anda." ucap Zyva yang kemudian berjalan ke arah dapur.

"Terima kasih, Zyva. Aku memang sangat haus setelah menempuh perjalanan kemari." balas Adrian yang kemudian duduk di sofa ruang tamu.

Ingin rasanya Zyva menaruh racun di minuman yang akan ia sajikan untuk Pak Adrian. Tapi Zyva urungkan niatnya, karena ia berfikir bahwa Pak Adrian pasti tidak ada sangkut pautnya dengan kelakuan ibu kandungnya. Akhirnya Zyva membawakan minuman untuk Pak Adrian.

"Silahkan diminum, Pak." ucap Zyva sambil menyodorkan minuman untuk Pak Adrian.

Adrian langsung meneguk habis es jeruk yang dibuatkan oleh Zyva membuat Zyva menggelengkan kepalanya.

"Terima kasih Zyva, minuman buatanmu sangat enak dan segar." puji Adrian.

"Apa ingin kubuatkan kembali?" tanya Zyva berbasa basi.

"Oh, tidak perlu Zyva. Aku hari ini datang untuk menanyakan bagaimana tentang tawaranku kemarin. Apakah ayahmu memberikan izin?" tanya Adrian.

Zyva langsung menggelengkan kepalanya. "Ayahku tidak memberikan izin padaku. Jadi aku menolak tawaran anda, Pak Adrian." jawaban Zyva membuat Adrian tercengang.

Adrian tidak habis fikir dengan penolakan Zyva, disaat yang lain berlomba lomba untuk masuk ke SMA Gelora Internasional dan mereka rela membayar berapa pun itu, Zyva malah menolak tawaran beasiswa dari Gelora Internasional.

"Dimana ayahmu? Bisakah aku bertemu dengannya? Aku sendiri yang akan meminta izin padanya agar putrinya dapat bersekolah di Gelora Internasional." ucap Adrian yang masih belum menerima penolakan dari Zyva.

"Pulanglah Pak Adrian, ayahku sudah tiada tadi malam." ucap Zyva mengusir Adrian.

Adrian mendengar jawaban dari Zyva pun diam terhenyak. Ia tidak menyangka, baru kemarin ia mendengar Zyva mengurusi ayahnya. Kini ternyata ayahnya sudah tiada. Adrian memandang Zyva yang matanya sedikit bengkak, pasti karena ia menangis semalaman, pikir Adrian.

"Aku turut berduka cita, Zyva." ucap Adrian sendu. Adrian mulai menebak nebak, kini Zyva pasti hidup sendiri karena ia tidak melihat sosok ibu di rumah Zyva maupun di beberapa foto yang tertempel di ruang tamu.

"Thanks Pak Adrian. Jika memang tidak ada keperluan lain, segera pulanglah. Aku ingin membereskan rumah." ucap Zyva yang terus saja mengusir Adrian.

"Bagaimana jika aku membantumu mengemas rumah?" tanya Adrian menawarkan diri.

"Tidak perlu, I can do it by my self." jawab Zyva membuat Adrian makin kagum dengan Zyva. Ia sangat yakin jika gadis yang ada di hadapannya pasti seorang gadis yang pintar.

"Kalau begitu berbereslah, aku akan menunggumu disini." balas Adrian. "Rumahmu sangat menenangkan untukku." ucapnya lagi.

Adrian semakin tidak ingin pulang dari rumah Zyva. Ia menyandarkan tubuhnya di sofa ruang tamu rumah Zyva.

"Huh, menyebalkan." gerutu Zyva yang langsung pergi meninggalkan Adrian. Ia kini membereskan beberapa barang di kamarnya sambil berfikir kemana ia akan pergi setelah ini.

Ia tidak pernah mengenal keluarga dari ayahnya sama sekali. Setelah selesai membereskan semuanya, Zyva mulai ke dapur untuk memasak makan siangnya tanpa menghiraukan Adrian yang masih bersantai di sofa.

"Hemmm, kau juga pintar memasak?" tanya Adrian yang tiba-tiba sudah berdiri di belakang Zyva karena tergoda harumnya bau masakan Zyva.

Zyva diam saja tidak menjawab pertanyaan dari Adrian. Ia terus menyelesaikan masakannya dan mengacuhkan Adrian.

"Zyva, belum sehari bersama denganmu saja membuatku makin kagum denganmu," ucap Adrian membuat Zyva makin jengah.

"Pak Adrian, sebenarnya apa yang kau inginkan?" tanya Zyva ketus.

"Aku tidak berniat jahat padamu, Zyva. Aku hanya menawarkan bantuan untukmu. Aku yakin, ayahmu pasti berharap kau jadi wanita yang sukses di kemudian hari." jelas Adrian yang terus memaksa Zyva untuk menerima tawarannya.

"Jangan bawa bawa nama ayahku, akan aku pikirkan lagi tawaranmu. Sekarang pulanglah." ucap Zyva mengusir Adrian yang ke sekian kalinya.

"Kau ini tega sekali Zyva, sekarang kan sudah waktunya untuk makan siang. Kau juga sudah memasak. Jadi aku akan makan siang disini bersamamu." jawab Adrian sambil menarik kursi makan dan duduk tanpa merasa bersalah.

"Kenapa kau ini menyusahkan sekali, Pak Adrian." gerutu Zyva yang kemudian menyiapkan makan siang untuk Adrian.

Adrian tersenyum melihat Zyva yang masih tetap dengan tampak juteknya. Meskipun baru dua kali bertemu dengan Zyva, entah kenapa Adrian merasa harus melindungi Zyva, terlebih ayah Zyva saat ini sudah meninggal.

Kini mereka berdua pun makan siang bersama. Tak ada percakapan diantara keduanya. Adrian sendiri sangat menikmati masakan Zyva yang menurutnya sangat sederhana tetapi rasanya sungguh luar biasa.

"Apa aku boleh menambah lagi?" tanya Adrian tanpa merasa malu.

"Dasar tidak tahu malu," ucap Zyva sambil mengambilkan nasi dan lauk untuk Adrian lagi.

"Masakanmu sangat lezat Zyva. Aku akan sering mengunjungimu untuk makan bersama denganmu." puji Adrian sambil menyantap lagi makanan yang sudah diambilkan Zyva.

"Enak saja. Memangnya rumahku warteg? Ini yang terakhir kalinya. Bisa habis uangku jika Pak Adrian terus makan bersamaku." jawab Zyva masih dengan nada ketusnya.

Adrian lagi lagi hanya tersenyum mendengar jawaban Zyva dan nada bicaranya yang masih saja ketus.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!