NovelToon NovelToon

Wanita Pilihan Ceo

Alexander David Mahendra

Di sebuah ruangan di lantai tertinggi gedung pencakar langit, Alexander David Mahendra sedang sibuk berkutat dengan kertas - kertas kerjanya. David adalah seseorang yang sangat tegas dan ketat dengan segala aturan di perusahaannya. Ia juga terkenal sebagai atasan yang keras dan tidak bisa menerima kata tidak. Setiap keinginannya adalah perintah. Tidak ada seorang pun yang berani untuk membantah perkataan Alexander David Mahendra.

Di usianya yang ke 30 tahun, ia telah membawa bendera perusahaan keluarga Mahendra menjadi paling teratas di dunia bisnis. Berbagai macam bisnis telah di gelutinya, dan semuanya telah mencapai tangga kesuksesan, karena kehandalannya dan tangan besinya. Apapun yang di sentuhnya akan menjadi bisnis yang sangat menguntungkan.

Dering telepon genggam di meja kerjanya memecah kesunyian ruangan itu.

"Halo," ujarnya datar sambil menjawab panggilan telepon yang masuk, tangannya masih sibuk dan mencoret - coret berkas di mejanya David sangat teliti memeriksa semua berkas - berkas laporan dari managernya. Ia akan meminta revisi jika ada sesuatu yang di rasanya kurang.

"David, my man! Ada di mana kau? Jangan bilang jam segini kamu masih ada di meja kerjamu!" Ujar seseorang laki - laki dari sebrang sambungam telepon genggamnya.

"Aku memang masih di kantor, Kenapa, Ken?" tanyanya pada Kenzi, salah satu sahabatnya yang masih berkontak hingga saat ini.

"Ayolah David keluarlah dari kandang emasmu itu, kita bersenang - senang malam ini!" Ujar Kenzi di antara hingar bingar suara musik di tempat Kenzi berada.

"Aku masih ada pekerjaan, Ken," ujar David datar. Ia memang tidak suka berpesta seperti kalangan menengah keatas lainnya yang suka menghaburkan - hamburkan uang dan berfoya - foya. Ia lebih memilih bekerja di kantornya.

"Pekerjaan tidak akan ada habisnya, David! Datanglah kesini Edwin mengundang kita untuk berkumpul. Ayolah!"

Kenzi berusaha untuk membujuk sahabatnya itu untuk keluar dan bersenang - senang sejenak.

"Come on! Kapan terakhir kali kau berkumpul bersama kami?" ujar Kenzi masih membujuk David untuk datang

"Hang out for awhile will not kill you!" Seloroh Kenzi.

"Siapa tahu kau bertemu dengan wanita cantik di sini!" Tambah Kenzi tertawa.

David menghela nafas dan menyandarkan bahunya di sandaran kursi.

Wanita! Makhluk yang hanya membuat segala sesuatunya menjadi sulit! Kenapa aku harus mengharap untuk bertemu satu malam ini?

Tentu saja bukan hal yang sulit bagi Alexander David Mahendra untuk mendapatkan seorang gadis atau bahkan 10 orang gadis sekaligus yang mau menyodorkan dirinya secara sukarela kepada David.

Alexander David Mahendra tidak hanya berharta, namun juga sangat tampan dan berkharisma, yang membuat wanita mana saja akan bertekuk lutut di hadapannya. Postur badannya sangat ideal dengan dada bidang dan badan tegap. Belum lagi wajah yang terbungkus tulang rahang yang kokoh, hidung mancung, netra coklat bundar yang sangat ekpresif dan rambut yang selalu tertata rapi.

"So, what do you say?" tanya Kenzi lagi yang masih membujuk David.

David melihat berkas - berkas di mejanya hanya tinggal beberapa lembar saja, kemudian melihat jam di pergelangan tangannya. Saat itu masih jam setengah 8 malam dan berpikir mungkin ia bisa mampir kesana sebentar.

"Baiklah, kirimkan alamatnya," ujar David akhirnya.

"Alright, You wont regret it! Aku kirim alamatnya sekarang!" Ujar Kenzi kemudian memutuskan sambungan teleponnya.

Hanya dalam hitungan detik bunyi pesan masuk sudah terdengar dari telepon genggam David dan Albatros Pub, sebuah nama Pub yang cukup terkenal tertera di sana.

David memanggil Alvin, Asistennya.

"Siapkan mobil," ujar David pada Alvin.

"Baik, Pak. Bapak sudah mau pulang?" ucap Alvin, karena merasa heran Bosnya itu pulang lebih cepat dari jadwal biasanya.

"Tidak, kembalikan berkas - berkas ini untuk di revisi. Besok siang, hasilnya sudah harus saya terima!" Perintah David sambil membereskan berkas - berkas di mejanya, dan menyerahkannya pada Alvin.

"Baik, Pak." jawab Alvin. Ia pun membawa berkas - berkas itu bersamanya kemudian menelepon Eddy, supir pribadi David untuk bersiap ke depan loby gedung.

5 menit berikutnya. David sudah berjalan keluar dari ruang kantornya yang elegan, dan Alvin mengikutinya dari belakang dengan membawa tas kerja David. Alvin memencet tombol lift dan merekapun segera menaiki lift VIP yang khusus di sediakan bagi sang CEO.

Sesampainya ia di lobby, Eddy telah menunggunya di depan mobil mewah miliknya dan membukakan pintu.

"Selamat malam, Pak David." ujar Eddy dengan hormat. David masuk ke dalam mobil dan langsung duduk.

"Kau pulanglah, pekerjaanmu sudah selesai malam ini," ujar David pada Alvin.

Alvin tercengang, ia tidak menyangka Bosnya akan membiarkannya pulang cepat malam ini. Walaupun ia penasaran kemana Bosnya itu akan pergi, tetapi ia tidak berani bertanya dan hanya mengangguk, kemudian menaruh tas kerja Bosnya itu dari sisi lain pintu mobil dan menutup pintu.

"Albatros Pub," ujar David sambil melihat ke arah spion dalam, dan melihat Eddy mengangguk, kemudian menjawab, "Baik Pak,"

Dalam hati Eddy merasa heran melihat Bosnya itu pergi ke Pub tidak seperti biasanya.

Biasanya Bosnya itu akan pulang atau minta di antar untuk bisnis atu meeting lainnya di restoran mewah di kota itu, tetapi tidak ke tempat hiburan malam atau tempat - tempat hang out.

Dalam waktu 10 menit. David sudah berdiri di depan pintu Pub, melihat ke sekeliling dan mencari Kenzi.

"David," terdengar suara Kenzi memanggilnya. Dan ia pun melihat ke arah asal suaranya itu. Kenzi, Edwin dan beberapa orang temannya sudah ada di sana sedang mengobrol di temani beberapa orang wanita berpakaian minim.

"Wow lihat siapa yang datang! Alexander David Mahendra! Apa kabar kawan?!" Ujar teman - teman David menyambut kedatangannya dan mereka pun berdiri. Wanita - wanita yang ada di sana pun tak ayal memandang David dengan pandangan takjub dan berharap dan dapat menarik perhatiannya.

Tetapi David adalah David, ia tidak mudah tertarik pada wanita.

David pun menyalami teman - temannya, Kenzi, Edwin, Damian, Rony dan Hendi. Mereka semua adalah teman - temannya saat masih kuliah di LA.

"David kenalkan ini, Sarah,Lisa, Karina, Kety, dan Fani. Mereka akan menemani kita malam ini!" Ujar Kenzi mengenalkan wanita - wanita itu pada David. Tentu saja para wanita itu kegirangan, mereka sama sekali tidak menyangka akan duduk satu meja dengan Alexander David Mahendra dan mereka menggunakan kesempatan langka itu untuk menarik perhatian David.

Sarah, Lisa, Karina, Kety dan Fani kerap kali datang ke Pub itu, untuk menemani pria - pria yang ada di sana, sekedar hanya untuk minum atau berlanjut ke hal lain di luar Pub.

Kety terlihat sangat agresif dan mendudukkan dirinya di sebelah David. Hal itu, tentu saja membuat yang lainnya menatap sinis padanya.

"David, kau mau minum apa? Aku haus, biar aku pesankan sekalian," ujar Kety berusaha untuk menarik perhatian David.

"Tidak perlu. Aku bisa pesan sendiri," jawab David dengan mengabaikan Kety. Ia kemudian berbicara dengan teman - temannya. David merasa tidak perlu meladeni ucapan Kety, karena tujuannya datang ke Pub adalah untuk bertemu dengan teman - temannya. Dan Kety harus menahan rasa dongkolnya telah di abaikan oleh CEO tampan dan juga kaya raya itu.

Bersambung...

Terima kasih sudah membaca. Maaf jika masih banyak typho.

Jangan lupa untuk selalu like, komen, vote dan hadiahnya.

Adrena Clarissa Putri

Sementara itu, tak jauh dari tempat mereka duduk, Adrena Clarissa Putri, seorang gadis berusia 22 tahun yang baru saja lulus kuliah beberapa bulan yang lalu, berjalan cepat membawa baki yang berisi mimunan untuk tamu - tamu Pub itu. Rambut panjangnya yang di kuncir poni tail, bergoyang mengikuti langkah energiknya menyajikan minuman bagi pelanggan Pub.

Dalam beberapa menit ia sudah selesai menyajikan minuman yang ada di bakinya dan kembali ke meja service tempatnya mengambil pesanan berikutnya.

"Kau lihat itu? Kata orang, dia itu Alexander David Mahendra!" Salsa salah satu teman kerja Rena berkata kepadanya sambil menunjuk David yang sedang duduk dan bercakap - cakap dengan teman - temannya.

"Alexander David Mahendra?" tanya Rena sambil menaikkan alisnya dan menoleh ke arah yang di tunjuk Salsa.

Seorang laki - laki yang berwajah sangat tampan terlihat sedang duduk dan berbicara dengan teman - temannya. Helaian rambut coklatnya terlihat jatuh di pelipis saat tangannya menyibak bagian atas rambutnya.

Yap, laki - laki itu sangat tampan secara fisik, tapi Rena hanya melihatnya sekilas dan kembali fokus pada pekerjaannya, tidak membiarkan matanya menikmati pemandangan indah yang ada di depannya.

"Ya! Jangan bilang kau tidak tahu siapa itu, Alexander David Mahendra!" Ujar Salsa sambil menepuk pundak Rena.

"Haruska aku tahu?" balas Rena sambil menaruh pesanan pelanggan Pub di bakinya.

"Oh My God Rena! Kamu benar - benar tidak tahu siapa dia?" ujar Salsa, sambil geleng - geleng kepala. Rena hanya tersenyum.

Rena bukannya tidak tahu, siapa itu Alexander David Mahendra. Ia tahu persis seperti siapa dia, CEO dari grup Mahendra yang bertangan besi. Rich bachelor yang di kejar banyak wanita! Namanya sering sekali di bicarakan oleh teman - teman wanitanya. Tetapi, baru kali ini ia melihatnya secara langsung!

Rena tidak tertarik dengan pria - pria kaya dan arogan seperti Alexander David Mahendra, semenarik apapun mereka! Ia bahkan tidak ingin berhubungan dengan lingkungan mereka. Maka ia pun dengan cueknya berjalan mengerjakan tugasnya seperti tidak ada tamu istimewa di Pub mereka malam itu.

Rena mengantarkan pesanan makanan dan minuman yang berada di meja tak jauh dari tempat David dan teman - temanya berada.

"Mbak,Mbak!" Kenzi memanggilnya dan Rena pun datang.

"Ya Pak, ada yang mau di pesan lagi?" tanya Rena sambil tersenyum. Matanya memandang ke pengunjung Pub yang ada di meja itu.

"Boleh Mbak Rena, nambah Guinnes 2 dan.... David, kau mau pesan apa?" tanya Kenzi pada David saat ia memesan minuman tambahan.

Rena pun menoleh ke arah mata Kenzi memandang, dan pandangannya berhenti pada pria tampan yang menjadi pembicaraan wanita di Pub itu malam ini.

David menoleh pada pelayan Pub yang berdiri tak jauh darinya.

Awalnya ia tidak memperhatikan Rena, namun saat ia menatap kedua bola mata Rena, ingatannya seperti terseret pada suatu kejadian di masa lalu. Ia tidak ingat kejadian apa atau siapa dan dimana. Apa ia mengalami dejavu?

Rena menatap David, menunggu jawaban darinya.

"Pak, anda mau pesan apa?" tanya Rena setelah menunggu beberapa saat.

"David, kau mau pesan apa?" tanya Kenzi yang menyenggol bahu teman nya itu dan membuyarkan lamunan David

"Saya minta menunya," ucap David datar. Mendadak pikirannya kosong, tak tahu minuman apa yang akan ia pesan.

"Ya, tunggu sebentar," ujar Rena, dengan sikap yang biasa saja. Ia berbalik mengambil buku menu dan kembali ke meja tersebut.

"Ini, menunya Pak. Silahkan," ujar Rena sambil memberikan menu kepada David.

David membuka buku menu itu dan membalik - balikkan halamannya, namun pikirannya masih memikirkan hal yang sama, memikirkan sorot mata Rena, yang terasa familiar baginya.

Tetapi David yakin, ia belum pernah bertemu wanita pelayan di Pub itu.

Tak bisa menentukan minuman apa yang akan di minumnya, ia pun bertanya, "Apa minuman istimewa di sini?"

Sambil bertanya, matanya melihat name tag yang ada di dada Rena.

Rena. Hmmm... tidak ada petunjuk sama sekali mengenai gadis ini.

David menyimpulkan hal ini bukan apa - apa, hanya kebetulan kosong belaka.

"Anda yang mau beralkohol atau yang non alkohol?" tanya Rena berusaha membantu David menentukan minuman yang akan di pesannya.

"Saya tidak minum alkohol," ujarnya pendek.

Rena pun membuka halaman menu di tangan David dan menunjukkan lembar halaman menu minuman tanpa alkohol yang di sediakan di Pub itu.

"Bapak bisa coba minuman ini, moktail, soft drink, kopi atau varian teh yang ada di sini," ujar Rena menerangkan sambil menunjuk bagian menu yang di sebutkannya.

"Oke, you choose!" Ujar David pada Rena.

"Maaf, Pak?" tanya Rena tidak mengerti dengan perkataan David.

"Surprise me!" Ujar David, sambil mengembalikan buku menu pada Rena, kemudian ia berbicara kembali dengan Kenzi dan mengabaikan Rena.

Rena tertegun.

Kety yang duduk di sebelah David, dan sempat melihat sekelebat perubahan pada mata David saat melihat Rena, menjadi gusar dan kesal dengan kehadiran Rena yang berdiri di antara dirinya dan juga David.

"Kau tunggu apa?! Cepat buatkan minuman yang ia minta!" Ujar Kety padanya.

Rena mengangguk dan segera beranjak dari meja itu, kemudian kembali ke meja pemesanan.

'Pria kaya memang menyebalkan! Apa dia berpikir bahwa semua orang bisa membaca pikirannya? You choose! Surprise me! What the hell?' Batinya kesal dengan sikap arogan David.

Rena berdiri di meja pemesanan untuk menginput pesaanan tambahan David dan teman - temannya.

Ia menghela nafas dan berpikir sejenis minuman apa yang cocok untuk David.

Pria arogan seperti dia tidak akan terlalu suka dengan moktail, terlalu jaim untuk minum teh dan terlalu bergaya hidup sehat untuk meminum soft drink. Juice hang out, dengan teman? Mungkin juga tidak, pikir Rena.

Ia pun menoleh ke arah David, tepat saat David menoleh ke arahnya. Pandangan matanya menatap tajam Rena, seperti menantang Rena untuk memilihkan minuman untuknya.

"Ren, dia bicara apa tadi?" tanya Salsa yang tiba - tiba sudah berada di sebelahnya.

"Hah?" tanya Rena ke arah Salsa.

"Alexander David Mahendra. Dia bicara apa padamu?" tanya Salsa yang masih penasaran.

"Tidak ada, dia hanya pesan minuman," ujar Rena, sambil menginput minuman untuk David ke dalam menu pesanan.

Black coffe.

'Ah, mudah - mudahan saja pilihannya tepat' batin Rena.

Kesan pertamanya bertemu langsung dengan David memang tidak menyenangkan, tetapi bukan berarti ia ingin kehilangan pekerjannya kan?

"Hanya itu?" tanya Salsa tidak percaya.

"Ya," jawab Rena pendek.

Memang apa lagi? pikir Rena heran dengan pertanyaan Salsa. Rena masih berdiam di sana menunggu pesanannya di siapkan oleh bagian beverage.

"Rena, pesananmu ready," Jaka rekan kerjannya yang menyiapkan minuman berkata sambil memberikannya pesanan meja Kenzi dan juga David, dan ia pun membawanya ke meja mereka.

"2 Guinness," ujar Rena sambil menaruh 2 pesanan bir Guinness di meja depan Kenzi, kemudian berpindah hendak meletakkan black coffe yang di pilihnya untuk David ke atas meja saat tiba - tiba seseorang menjegal kakinya. Rena pun kehilangan keseimbangan dan jatuh tersungkur ke depan.

Sret!

Tanpa sengaja ia menumpahkan kopi itu di baju David. David yang sedang duduk terkejut oleh panasnya air kopi yang mengenai bajunya dan tembus ke kulit dadanya. Ia pun melompat berdiri dan mengibas - ngibas kan bajunya yang terkena tumpahan kopi panas dengan wajah yang sangat gusar.

"Maaf, maaf Pak!" Ujar Rena sempat syok dengan apa yang terjadi, namun ia cepat tersadar dan segera melap pakaian David.

"Sudah, sudah tidak perlu!" Ujar David sembari menepis tangan Rena. Ia tampak kesal dengan apa yang terjadi.

Semua yang ada di meja itu pun ikut kaget, namun tidak berani berbuat apa - apa, karena ngeri melihat wajah David yang memerah karena kesal dan marah.

"Maaf Pak, saya tidak sengaja," ujar Rena dengan ekspresi merasa bersalah.

"Maaf Pak David, maaf atas keteledoran waiter saya," ujar Ardian supervisor Rena yang cepat - cepat datang begitu melihat kejadian itu.

David terlihat sangat gusar, ia pum memandang Rena dengan tajam. Rena yanya bisa tertunduk malu sambil mengupat pada dirinya sendiri. Ia pun yakin akan kena semprot dari seorang Alexander David Mahendra dan menyadari kemungkinan besar ia akan kehilangan pekerjaannya. Hal itu sangat mudah di lakukan oleh David.

Rena mendengar bagaimana seorang Alexander David Mahendra yang bertangan dingin tanpa segan - segan akan melakukan apa saja yang ia inginkan jika ada yang mengusiknya atau membuatnya marah. Bagi seorang David, hal itu seperti menjentikkan ke dua jarinya dan woala! You are gone!

David maju dan berhenti hanya beberapa inchi saja dari Rena. Nafas hangatnya terasa berhembus di dahi Rena.

"Kali ini saya maafkan, tapi jika ini terjadi lagi, maka kamu harus membayar mahal perbuatanmu!" Ujar David di telinga Rena. Kata - katanya dalam dan hanya bisa didengar oleh Rena.

David pun kemudian berbalik dan pergi kekuar dari Pub, meninggalkan teman - temannya yang masih tertegun dan Rena yang terdiam mematung.

Bersambung....

Terima kasih sudah membaca. Maaf jika mashh banyak typho.

Jangan lupa like, komen, vote dan hadiahnya

Terjadi Lagi

Setelah kepergian dari Alexander David Mahendra dari Pub, Adrian memanggil Rena ke kantor.

"Rena, ada apa denganmu? Kenapa kamu bisa ceroboh sekali?" tanya Adrian memarahinya.

Adrian memang harus menegur bawahannya jika mereka melakukan kesalahan. Ia tidak tahu, apa yang menyebabkan Alexander David Mahendra tidak melakukan apa - apa terhadap Rena. Padahal dari apa yang di dengarnya. Alexander David Mahendra akan memberikan hukuman langsung bagi orang yang membuatnya kesal. Ia pernah mendengar mengenai sebuah rumah makan yang di tutup oleh orang - orang David hanya karena salah menghidangkan makanan pesanannya. Apalagi Rena menumpahkan kopi panas di tubuh sang CEO yang bertangan besi tersebut.

"Maaf Pak, saya benar - benar tidak sengaja. Seseorang menjegal kaki saya," ujar Rena berterus terang.

"Maksudmu, ada seseorang yang sengaja melakukan itu? Kamu tahu siapa orangnya?" tanya Andrian.

"Ya Pak, tapi saya tidak tahu siapa orangnya," ujar Rena. Rena memang tidak melihat dengan mata kepalanya sendiri, siap yang telah menjenggalnya, tetapi ia menduga Ketylah yang melakukan itu, karena ia adalah orang terdekat yang di lewatinya untuk ke kursi David. Namun, Rena tidak mengatakannya, karena ia tidak memiliki bukti dan keadaan Pub saat itu sangat ramai oleh pengunjung yang tengah meluangkan waktu setelah penat bekerja selama seminggu.

Adrian menghela nafas. Ia tahu Rena adalah salah satu waiter nya yang bekerja cukup keras. Ia selalu mengerjakan pekerjaannya dengan baik dan tidak pernah tergoda oleh ajakan pelanggan Pubnya untuk berhubungan dengan mereka selepas bekerja, ataupun mencoba menggoda pelanggan mereka. Tidak seperti beberapa orang karyawannya yang lain yang kerap bersenang - senang dengan pelanggan Pubnya.

"Apa yang David katakan padamu sebelum ia pergi?" tanya Adrian yang mengetahui David mengatakan sesuatu, namun ia tidak dapat mendengarnya.

Rena ingat dengan jelas apa yang David katakan di telinganya, namun ia hanya berkata, "Katanya jangan ulangi lagi,"

Adrian pun menghela napas. Ia bimbang apakah harus melaporkan kejadian ini kepada pemilik Pub atau tidak. Sebenarnya hal ini adalah minor case jika terjadi pada orang kebanyakan, akan tetapi ini terjadi pada Alexander David Mahendra. Nasib Pub itu benar - benar tergantung mood seorang Alexander David Mahendra.

"Pulanglah Rena, istirahat saja malam ini. Berdoa saja, sehingga tidak terjadi hal buruk pada Pub ini besok," ujar Adrian.

Rena mengangguk dan beranjak dari kantor Adrian. Ia pun menghela napas saat menutup pintu kantor Adrian. Paling tidak, ia merasa lega Adrian tidak memecatnya.

"Na, kamu nggak pa - pa?" tanya Salsa. Salsa memang selalu baik padanya di antara para karyawan Pub.

"Ya Sa. Adrian segera menyuruhku pulang," ujar Rena. Ia pun segera berjalan ke arah lokernya untuk mengambil barang - barang pribadinya, di ikuti pandangan iba sekaligus cemas teman - teman kerjanya akan nasib mereka.

********

Bip... Bip... Bip..

Bunyi alarm membangunkan Adrena Clarissa Putri dari tidurnya. Kepalanya terasa sangat pening setelah apa yang terjadi tadi malam. Ia tidak bisa tidur tadi malam. Kecemasannya belum berakhir, sebab ia belum tahu bagaimana nasib dirinya dan Pub tempatnya bekerja. Jika Pub itu di tutup karena apa yang telah dirinya lakukan tadi malam, ia akan merasa sangat bersalah.

Teman - temannya di Pub itu sangat bergantung dari penghasilan mereka bekerja di sana. Salsa, salah satu waiter yang cukup dekat dengannya, adalah seorang single parents yang harus menafkahi ia dan putrinya setelah di tinggal pergi suaminya. Belum lagi karyawan lainnya yang juga memiliki keluarga untuk di nafkahi.

Rena sangat membenci sikap arogan Alexander David Mahendra dan berharap ia tidak perlu bertemu lagi dengan orang akuh dan sombong itu. Namun, ia berharap semoga saja David benar - benar bisa memaafkannya dan telah melupakan apa yang terjadi tadi malam.

Dengan tidak bergairah, ia membuka tirai jendela kamar dan membuka jendelanya lebar - lebar membiarkan udara pagi yang sejuk masuk dan bertambah dingin karena sisa hujan tadi pagi, masuk melalui jendela kamarnya di lantai 7 di sebuah gedung apartemen di kota B.

Ia menarik nafasnya dalam - dalam dan menghembuskan beberapa kali, menatap gedung - gedung yang tinggi menjulang di hadapannya. Moodnya berubah saat hangatnya sinar matahari menyentuh lembut kulitnya, membuat badannya terasa hangat dan ia pun menyunggingkan segaris senyuman di bibirnya, kenikmatan yang di dapat tanpa ia harus membayar dari alam semesta.

Rena pun melakukan aktifitas runtinnya pagi itu, membersihkan diri kemudian mengambil gulungan matras yang tersandar di salah satu sudut kamarnya. Di bentangkannya matras itu, kemudian ia melakukan beberapa gerakan yoga untuk melenturkan otot - ototnya dan membuat pikirannya tenang dan rileks.

Rena melakukan aktifitas yoga selama kurang lebih 20 menit, kemudian ia mandi dan menyiapkan sarapan seadanya untuk dirinya sendiri.

Rena hidup seorang diri. Sebelumnya ia tinggal bersama dengan Om dan Tantenya di kota lain setelah kedua orang tuanya meninggal dunia.

Ia pun kembali pindah ke kota kelahirannya ini saat ia memasuki bangku kuliah 4,5 tahun yang lalu, saat ia mengambil bidang bisnis management dan memutuskan untuk hidup mandiri sejak saat itu.

Setelah menghabiskan satu tangkup roti bakar dengan selai coklat dan segelas susu, ia pun segera bersiap - siap berangkat menuju ke rumah Alva dan Rara. Mereka adalah anak didik les privat bahasa inggris yang baru berusia 10 dan 11 tahun. Alva dan Rara adalah keponakan dari Tasya, temannya semasa kuliah. Tidak terlalu sulit baginya untuk mengajarkan bahasa inggris untuk anak sekolah dasar, pun uang yang di hasilkannya walaupun tidak banyak, tetapi lumayan untuk menambah pendapatannya.

Rena pun bergegas menaiki sepeda motor metiknya menuju rumah Alva dan juga Rara, yang berjarak sekitar 10 kilometer dari apartemennya.

Di tengah jalan Tasya meneleponnya dan Rena pun meminggirkan motornya untuk menjawab panggilan telepon dari Tasya.

"Na, kamu tidak lupa kan untuk les bahasa inggris Alva dan juga Rara? Mereka tak henti - hentinya meneleponku dan menanyakan 'Kapan Tante Rena datang?'" tanya Tasya dari seberang telepon.

"Iya Tasya, aku sedang on the way, katakan pada mereka untuk tunggu sebentar !" Jawab Rena, kedua anak itu memag selalu tidak sabar menunggu kedatangan Rena, padahal saat itu barulah jam 09.30 pagi, dan jadwal les mereka masih setengah jam lagi!

Rena pun segera memasukkan telepon genggamnya kedalam tasnya dan melanjutkan perjalanannya, namun karena jalanan becek sisa hujan tadi pagi, Rena pun secara mendadak langsung membelokkan motornya menghindari lubang di jalan yang tergenang air dan ia pun menabrak sebuah mobil yang berjalan tepat di sampingnya!

Motor Rena jatuh menyamping dan ia pun terjatuh di aspal yang keras. Serta merta Rena menggunakan telapak tangan dan dengkulnya untuk menahan berat badannya saat terjatuh.

Mobil mercedez benz typhe S keluaran terbaru yang di tabraknya pun berhenti seketika. Sang pengemudi segera keluar dari mobilnya dan membantu Rena untuk berdiri.

"Mbak nggak pa - pa?" tanya pengemudi mobil tersebut.

Rena pun memeriksa badannya, dan bahwa ia baik - baik saja. Hanya terdapat bagian luka lecet di telapak tangan dan dengkulnya, karena bergesekan dengan aspal saat menahan berat badannya. Ada sebagian dari celana jeansnya yang sobek di bagian dengkul, dan memperlihatkan garis - garis kemerahan kulitnya yang lecet.

"Ya," jawab Rena merasa lega, namun hal itu tidak berlangsung lama.

Perasaannya menjadi tak karuan melihat bamper mobil mecedes benz yang di tabraknya. Kaca lampunya pecah dan terdapat banyak penyok di sisi samping bagian depan. Rena pun menelan ludah.

Ya ampun, apa lagi ini! Keluhnya. Ia tidak mengerti kenapa kesialan datang bertubi - tubi kepada dirinya berapa banyak uang yang harus di keluarkan untuk mengganti biaya perbaikan mobil semahal itu?!

Belum selesai rasa tercengangnya dengan kenyataan itu, pintu belakang mobil mewah itu dan keluarlah Alexander David Mahendra yang menatapnya dengan tajam. Di belakangnya turun seorang laki - laki yang hampir sepantaran dengan David.

Ya Tuhan! Hal buruk apa selain bertemu dengan Alexander David Mahendra dan menabrak mobilnya!

Yah, terlihat jelas jika mobil itu milik Alexander David Mahendra dan laki - laki yang turun dari bangku pengemudi adalah drivernya!

David melangkah dan melihat apa yang telah terjadi dengan mobilnya, ia diam kemudian memandang Rena dari ujung kepala hingga ujung kaki.

Rena menelan ludah dan wajahnya pucat. Ia bagaikan hewan ternak yang menunggu untuk di sembelih. Ah, bahkan hewan ternak saja bisa bersuara, tetapi tidak dirinya.

Bersambung...

Terima kasih sudah membaca. Maaf jika masih banyak typho.

Jangan lupa untuk like, komen, vote dan juga hadiahnya.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!