...𝐃𝐫𝐚𝐠𝐨𝐧 𝐂𝐡𝐚𝐢𝐧 𝐄𝐦𝐩𝐞𝐫𝐨𝐫...
...<𝐀𝐑𝐂 𝐈 : 𝐁𝐄𝐂𝐎𝐌𝐄 𝐒𝐓𝐑𝐎𝐍𝐆𝐄𝐑𝐒>...
...--------------------------------...
...[𝙉𝙤𝙧𝙢𝙖𝙡 𝙋𝙊𝙑]...
Desa Lumise hanyalah desa kecil yang mayoritas penduduknya berprofesi sebagai seorang petani, mereka menjual hasil pertanian mereka yang tidak seberapa itu ke kota terdekat untuk mendapatkan uang.
Karena berada di wilayah yang cukup damai membuat penduduk desa Lumise menjadi sangat ramah dan memiliki kehidupan yang harmonis di tengah padatnya pekerjaan mereka.
Desa Lumise sendiri termasuk dalam kekuasaan kerajaan Victoria, itu adalah kerajaan yang sangat disegani oleh kerajaan tetangganya karena kekuatan militernya.
Kerajaan Victoria telah memenangkan peperangan yang tak terhitung jumlahnya, bukan hanya melawan kerajaan lain tapi juga melawan ras iblis.
Oleh karena itu desa desa yang berada di bawah naungan kerajaan Victoria biasanya berdiri dengan makmur....
...
...
...
Di jalanan desa yang berbatu dengan lahan pertanian di sisi kiri dan kanannya, River Addeson berjalan dengan membawa alat pancingnya dan menyapa penduduk desa dengan hangat.
Semua orang desa sudah diangapnya sebagai keluarganya.
Mereka adalah orang orang baik yang selalu mengajaknya makan siang bersama ketika River kelelahan membantu ayahnya bekerja di sawah atau ketika dia kelaparan saat memancing.
Memancing ikan sudah menjadi rutinitas River dikala waktu luangnya untuk mendapatkan makan malam tambahan.
Bagi River itu lebih baik daripada menghabiskan waktu untuk bermain main dengan anak-anak seusianya.
Bukan berarti River tidak memiliki teman, justru dia memiliki sangat banyak teman, mungkin hampir seluruh anak anak di desa adalah temannya.
River memiliki kepribadian yang baik dan ramah, jadi dia bisa berteman dengan siapapun dengan mudah.
Kembali ke sisi River.
Ketika dia sedang asyik memancing karena umpannya yang selalu dimakan ikan, seorang gadis tiba-tiba menyapanya dari belakang.
"Hai!" sapa gadis itu.
River berbalik dan tampak begitu terpesona dengan penampilan gadis itu
Dia terlihat sangat imut dengan rambutnya yang seputih salju dan mata biru cerah yang berkilauan dengan anggun.
Dan jika dilihat baik-baik, mungkin gadis itu seumuran dengan River, yaitu 7 tahun.
"Hm ... kalau tidak salah kamu adalah penduduk desa yang baru itu, kan?" tanya River.
"Itu benar, aku dan keluargaku baru saja pindah sehari yang lalu di desa ini," jawab gadis itu, lalu melanjutkan sambil mengulurkan tangannya, "Oh, tidak sopan jika aku tidak memperkenalkan namaku ... namaku Olivia Briar, salam kenal!"
"Ah, namaku River Addeson, senang berkenalan denganmu, Olivia," kata River menerima uluran tangan Olivia.
Wajah River dan Olivia sama sama memerah karena malu. River tidak tahu apa yang terjadi dengannya hari ini, padahal ia memiliki banyak teman perempuan. Mereka bahkan pernah mandi bersama di sungai.
Tapi sekarang River sangat malu dan gugup ketika berjabatan tangan dengan gadis yang baru saja dia temui.
"Ngomong ngomong Olivia... kenapa kamu tiba tiba menemuiku seperti ini?" tanya River memecah kecanggungan.
"Ah ... tentang hal itu ... aku sudah bertemu dengan anak anak lainnya dan mereka semua selalu menyebutmu dengan penuh kekaguman, jadi aku penasaran orang seperti apa dirimu ... apa itu aneh jika aku ingin lebih mengenal dirimu?" ujar Olivia menjelaskan.
"I— itu tidak aneh sama sekali ... aku juga ingin mengenal Olivia lebih jauh lagi. Apakah boleh?" ujar River sedikit malu layaknya anak kecil biasa.
"Hm, tentu," jawab Olivia dengan anggukan.
Olivia dan River merasakan kebahagian karena pertemuan pertama mereka, mereka berdua kemudian duduk di tepi sungai dan berbincang bincang dengan riang.
Orang tua Olivia ternyata adalah seorang petualang yang sangat hebat dan terkenal, jadi mereka sering berpergian ke berbagai tempat dan melalui banyak petualang bersama Olivia sebagai saksi mereka.
Olivia juga sudah mulai berlatih sihir dan pedang untuk menggapai impiannya menjadi seorang ksatria kerajaan.
Itu adalah impian yang sangat besar untuk anak seumurnya.
"Apa kamu akan menertawakan impianku?" tanya Olivia dengan mata berbinar.
"Tidak, justru aku akan mendukungmu ... selama kau memiliki tekad dan terus berusaha menggapainya, aku yakin jika kau bisa menjadi ksatria yang lebih hebat dari yang lainnya!" ucap River dengan serius.
Olivia merasa senang dan sangat bahagia karena River adalah orang ketiga yang mendukung impiannya setelah ayah dan ibunya.
Gadis itu tidak memiliki terlalu banyak teman karena dia dan orang tuanya yang selalu berpindah pindah.
Jadi dia sangat bahagia dengan River yang menjadi teman pertamanya.
"Kalau kamu River? apa impianmu?" tanya Olivia.
"Aku? ... aku tidak memiliki impian apapun, aku hanya ingin tinggal di desa ini dan mewarisi sawah ayahku..." kata River setelah merenung sesaat.
..
..
..
Setelah pertemuan pertama mereka, River dan Olivia menjadi teman yang sangat dekat dan seringkali bermain bersama.
Mereka berpetualang di sekitar desa, memancing, dan bahkan mandi bersama di sungai walaupun mereka masih malu malu.
River juga selalu menemani latihan pedang ataupun sihir Olivia. Ini adalah pertama kalinya River melihat sihir dan pedang, jadi dia sangat menikmatinya.
Hingga tak terasa, 5 tahun telah berlalu semenjak pertemuan mereka, sekarang umur mereka berdua adalah 12 tahun tapi mereka sudah memiliki perasaan satu sama lain layaknya seorang remaja.
Di sore hari, River dan Olivia kembali bermain. Tapi ada yang berbeda sekarang.
Olivia terlihat sedih...
"River ... kurasa aku harus pergi dari desa ini..." ucap Olivia tiba-tiba yang membuat River sangat terkejut.
"Ke— kenapa tiba tiba begini!?" tanya River tak percaya.
River masih belum sanggup berpisah dengan orang yang dia cintai.
"Umurku sudah genap 12 tahun, jadi aku harus memasuki akademi Victoria yang telah dipilihkan oleh orang tuaku ... jadi aku harus pergi dari desa ini...."
"Itu berarti kau akan meninggalkanku juga...." gumam River.
"River ... aku tidak ingin meninggalkanmu, aku ingin terus berada di dekatmu, melalui hari hari membahagiakan bersamamu.... tapi ... tapi ... hiks...."
Olivia mulai menangis seiring mengatakan perasaannya, dia benar benar tidak ingin pergi jauh dari cinta pertamanya itu.
Disisi lain River juga sangat sedih, dia menggepalkan genggamannya kuat kuat. Dengan penuh tekad.
Ia kemudian mengatakan isi hatinya yang terdalam.
"Hari hari yang kujalani bersamamu sangat menyenangkan, aku tidak pernah membayangkan ada kebahagiaan seperti itu sebelum kau datang ..."
Olivia memandang wajah River, entah kenapa River sekarang terlihat jauh lebih tampan daripada sebelumnya.
"Aku sangat senang ketika menemanimu latihan, aku juga sangat bahagia ketika kau menemaniku memancing ..."
River menggerakkan tangannya, menghapus air mata Olivia.
Bersamaan dengan itu hempasan angin lembut menerpa mereka berdua, menerbangkan rambut mereka dengan indah.
"Aku berharap kita bisa bersama selamanya ... oleh karena itu, aku memutuskan untuk pergi ke akademi bersamamu!"
Terlihat keterkejutan di mata Olivia ketika River mengatakan tujuannya.
"River, kau tidak bisa melakukan itu, bukankah kau punya mimpi untuk mewarisi sawah ayahmu?" sangkal Olivia.
"Adik laki lakiku jauh lebih pantas untuk menerimanya..."
"Walaupun begitu .... Bagaimana dengan ayahmu? dia pasti tidak akan setuju dengan keputusanmu!"
Olivia masih menyangkal River, dia tidak ingin membuat River dalam masalah.
"Aku pasti akan meyakinkan ayahku, aku akan berusaha keras untuk itu."
River masih tetap pada tekadnya dan tidak berubah sama sekali.
"Tapi tetap saja .... Kau tidak memiliki kemampuan sama sekali, kau bahkan tidak pernah memegang senjata..."
Olivia masih menentang sementara River memegang dadanya dan berkata dengan serius.
"Jika gadis yang kucintai mengatakan ingin mewujudkan mimpinya, maka aku mendukungnya dengan segenap jiwa ragaku!"
"Ci— cinta...."
Olivia sangat tercengang, dia menatap River dengan wajah memerah, begitupun dengan River.
Tak berselang lama, wajah mereka mulai mendekat satu sama lain dan merekapun berciuman untuk pertama kalinya.
Sungguh kisah cinta yang indah, bukan?
Berawal dari hubungan teman masa kecil, lupa waktu ketika berbicara, bahkan menumbuhkan rasa cinta hanya dalam waktu 5 tahun.
River Addeson, anak laki laki dengan kegemaran akan petualangan dan kisah heroik, memiliki kepribadian ramah dan senang berteman.
Olivia Briar, gadis cantik yang gemar dengan ilmu berpedang dan sihir, dia adalah gadis yang baik dengan hati yang polos.
Akankah kisah cinta mereka berdua berjalan dengan lancar?
...Tentu saja tidak.......
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
...𝐿𝑖𝑘𝑒, 𝑉𝑜𝑡𝑒, 𝐴𝑛𝑑 𝐶𝑜𝑚𝑚𝑒𝑛𝑡 𝑈𝑛𝑡𝑢𝑘 𝑀𝑒𝑛𝑑𝑢𝑘𝑢𝑛𝑔 𝐴𝑢𝑡𝒉𝑜𝑟 𝐷𝑎𝑙𝑎𝑚 𝐵𝑒𝑟𝑘𝑎𝑟𝑦𝑎...
...~Chp 1 : 1230 kata~...
...[𝙍𝙞𝙫𝙚𝙧 𝘼𝙙𝙙𝙚𝙨𝙤𝙣 𝙋𝙊𝙑]...
Akademi Nethilor adalah salah satu akademi terbaik yang ada di benua Lhigor atau benua manusia, ini adalah akademi terbesar dengan total murid mencapai 500 orang.
Walaupun terkesan sedikit tapi para siswa yang bisa masuk akademi Nethilor hanyalah siswa berbakat dan jenius. Jika bakat dan kejeniusan masih belum memadai maka uang dan kekuasaanlah yang dibutuhkan.
Akademi ini juga terletak di kerajaan Victoria yang merupakan kerajaan terbesar sekaligus terkuat di benua ini dan dipimpin oleh raja Laurence Victoria VII.
Ia juga merupakan raja yang paling disegani oleh rakyatnya.
Akademi Nethilor sendiri dipimpin oleh kepala akademi Aria Scarlet, seorang penyihir level 7 yang merupakan tingkatan level tertinggi bagi penyihir.
Di akademi ini sendiri memiliki tingkatan kelasnya masing masing untuk membedakan kemampuan para siswanya, yaitu kelas 1 sampai kelas 5.
Seolah olah belum puas dengan pembagian tingkatan itu, setiap siswa juga memiliki peringkat atau ranking mereka masing masing.
Peringkat dari 100 kebawah merupakan peringkat tertinggi dan biasanya hanya dimiliki oleh anak-anak bangsawan dan memasuki suatu organisasi yang bernama Osis.
Mereka adalah orang orang terpandang yang mendapatkan keistimewaan khusus di akademi Nethilor.
Selain siswa peringkat 100 kebawah, siswa lainnya hanyalah siswa biasa yang masih dalam tahap pertumbuhan.
Bagiku sistem peringkat seperti ini sangatlah tidak masuk akal karena seolah-olah ingin mempermalukan siswa dengan peringkat rendah.
Mereka yang memiliki peringkat rendah biasanya akan mendapatkan diskriminasi oleh siswa yang memiliki peringkat jauh di atas mereka.
Semua siswa dituntut untuk menjadi lebih kuat dari siapapun, mereka harus menguasai kekuatan sihir, teknik berpedang dan seni bela diri sekaligus.
Dan dari ketiga kekuatan di atas, kekuatan sihir adalah yang terpenting.
Mereka semua tidak memiliki banyak kesamaan, jadi ketika mereka dituntut untuk menguasai sesuatu yang sedari awal tidak mereka kuasai, maka jenis pelatihan apapun yang diberikan akan sia sia.
...
...
...
Sama sepertiku saat ini.....
Aku hanya bisa duduk di bawah pohon dan memandangi teman-teman sekelasku yang sedang latihan mengontrol mana.
Mereka sedang dipandu oleh seorang guru wanita yang bernama Fanela Askar, seorang guru sihir sekaligus wali kelasku, yaitu kelas 5-E.
"Kosongkan pikiran dan fokus dengan aliran mana kalian!" perintahnya dengan tegas.
Para siswa masih menutup mata mereka untuk fokus dengan latihan sementara Fanela datang menghampiriku.
"Maaf membuatmu hanya diam disini sementara teman temanmu sedang latihan...." ujarnya dengan lembut.
"Tidak masalah bu Fanela ... ini memang kesalahanku karena tidak bisa mengikuti latihan sihir dengan baik...." balasku sedikit murung.
Ini sudah 5 tahun semenjak aku memasuki akademi Nethilor dan aku masih belum bisa mempelajari sihir sedikitpun.
Bukan berarti aku tidak bisa menggunakan sihir sama sekali, hanya saja kekuatan sihirku sangat lemah dan tidak stabil.
Jika aku memaksakan menggunakan sihir maka tubuhku akan cedera.
Saat ini Ayla Kynlee selaku dokter di akademi Nethilor sedang memeriksa keadaan tubuhku yang sedikit berbeda dari orang lain, jadi aku hanya perlu menunggu hasil pemeriksaannya keluar...
"Jangan khawatir River! bukan berarti kau tidak bisa bertambah kuat, selama kau berlatih dengan giat maka kau pasti akan bertambah kuat!" kata guru Fanela berusaha menghiburku.
Inilah yang kusukai dari guru Fanela, walaupun aku lemah dan tidak berguna, bukan berarti dia meninggalkanku seperti orang lain.
Tapi aku sedikit tidak senang dengan perkataannya.
'Berlatih dengan giat? memangnya apa yang kau tahu soal latihanku!' batinku sedikit kesal.
Aku mengepalkan tanganku untuk menahan amarahku, memang benar jika tidak ada seorangpun yang mengetahui latihanku. Jadi aku tidak punya hak untuk marah.
* Krriiingg..... *
Bel akademi berbunyi pertanda jam pelajaran sihir telah selesai, aku bangkit dari dudukku dan bersiap untuk pergi ke kelas.
"Oh, River! jangan lupa untuk memeriksakan dirimu di ruang kesehatan!" teriak guru Fanela mengingatkan.
Sebelumnya aku telah diminta untuk rutin memeriksakan keadaanku di ruang kesehatan, tapi kurasa itu semua hanya sia sia karena tidak ada yang akan berubah.
Tapi aku hanya menganggukkan kepalaku sebagai jawaban.
Aku berjalan menelusuri lorong akademi Nethilor yang sangat besar itu, beberapa siswa juga terlihat berlalu lalang karena ini memang sudah jam istirahat.
Namun mereka semua berhenti ketika melihatku dan langsung berbisik bisik bersama teman mereka.
"Hei lihat, bukankah dia peringkat terbawah?"
"Benar, aku kira dia sudah keluar dari akademi."
"Mungkin dia tetap di sini agar bisa bermain main dengan para perempuan."
"Dasar tukang selingkuh."
Aku hanya bisa menahan diriku ketika mendengar mereka mengejekku.
Sudah banyak rumor buruk tentangku tersebar luas di seluruh akademi, aku tidak tahu siapa awalnya yang menyebarkan rumor tak berdasar itu.
Aku tidak menyangkal mereka, karena tidak peduli seberapa keras usahaku untuk menyangkal rumor itu tidak akan ada yang percaya denganku.
Jadi aku hanya bisa menahan diriku untuk kesekian kalinya....
...
...
...
Setelah berjalan beberapa menit yang sangat melelahkan dan menjengkelkan, aku akhirnya sampai di kelasku.
Namun ketika aku masuk ke dalam ruang kelas, bisik bisik yang amat menjengkelkan kembali terdengar dari siswa satu kelas.
"Hei, dia datang lagi."
"Tch! Dia hanya membuat kita terlihat sejajar dengannya."
"Bagaimanapun kerasnya dia belajar dia tidak akan mempu menguasai apapun."
Aku menghiraukan mereka dan berjalan ke meja tempatku belajar, ini bukan pertama kalinya aku diperlakukan begini jadi aku bisa mengabaikan mereka seperti biasa.
Mejaku terletak di baris pojok paling belakang, belum lagi meja itu adalah meja yang kotor dengan banyak coretan kebencian diatasnya.
'Seperti biasa sebagian dari mereka hanya berani membullyku dari belakang....' batinku sambil menghela napas.
Aku duduk di kursiku tanpa sepatah suarapun, tapi tak lama kemudian salah seorang siswa mendekatiku dengan wajah sombongnya yang terangkat.
"Hei hei! Bukankah ini tuan peringkat terbawah? Apa yang kau harapkan berada di tempat ini? Kau hanya menggangu kami belajar kau tahu itu?"
Dia mengejekku dan merendahkanku seolah olah dirinya paling kuat padahal kekuatannya masih standar bagi siswa akademi Nethilor.
Laki laki itu bernama Asher Dean, bisa dibilang dia sedikit lebih kuat dariku tetapi kesombongannya sudah melampaui langit.
Dia adalah salah satu siswa dari keluarga bangsawan yang mengandalkan uang dan kekuasaan untuk masuk akademi Nethilor, oleh karena itu dia berada di kelas 5 yang merupakan kelas pemula sama sepertiku.
"Kau meremehkanku?!"
Dia tampak sangat marah ketika aku mengabaikan perkataannya.
Kurasa tidak ada gunanya menanggapi orang sepertinya, jadi aku hanya diam sehingga membuatnya semakin marah.
* GREB! *
Asher memegang kerah bajuku dengan kasar, dia kemudian mengangkatku dari tempat dudukku sehingga dekat dengan wajahnya lalu memelototiku dengan tajam.
Aku tidak melawan, melawannya hanya akan membuat semuanya lebih rumit.
"Dengar! jangan harap kau bisa hidup dengan tenang setelah apa yang kau lakukan kepada Olivia!" bentaknya.
Aku sedikit tertegun mendengar nama Olivia disebutkan dari mulut kotornya.
Aku menatap dirinya, tapi tak lama kemudian dia melemparku ke dinding dengan keras hingga sedikit melukaiku.
* BRAK! *
Dia memukul mejaku dan berteriak dengan kesal.
"Brengsek! Bagaimana bisa gadis seperti Olivia pernah menjadi kekasih orang brengsek sepertimu!"
Dia meremas rambutnya dengan frustrasi kemudian menunjukku dengan jari telunjuknya.
"Dan kau! Orang sepertimu benar benar tidak tahu malu karena sudah menyakiti hati Olivia!"
Aku semakin menggepalkan genggamanku dan menggigit bibirku ketika mengingat kejadian itu.
Aku tidak pernah menyakiti Olivia, aku juga tidak tahu hal yang sebenarnya terjadi.
5 tahun lalu aku dan Olivia datang bersama ke akademi Nethilor untuk mendaftar sebagai seorang siswa.
Ujian masuk akademi Nethilor sangat sulit dan ketat, aku mendapatkan nilai yang sangat buruk dan hampir gagal karena ujian sihir dan ilmu berpedangku yang sangat payah.
Tapi untungnya aku sudah belajar dengan giat di perpustakaan kota sehingga aku mendapatkan nilai sempurna dalam ujian tertulis.
Sangat berbeda denganku, Olivia mendapatkan nilai yang sangat sempurna dalam ujian sihir, ilmu berpedang bahkan ujian tertulis. Menjadikan Olivia sebagai siswa paling berbakat di seluruh peserta ujian.
Aku memang tidak pernah mempelajari ilmu sihir ataupun berpedang ketika di desa Lumise, jadi wajar jika aku mendapat nilai buruk.
Tapi Olivia selalu mendukungku saat itu, dia sering menemaniku dalam latihan berpedang dan melakukan latih tanding bersama walaupun perbedaan kekuatan kita sangat jauh.
Beberapa bulan bersekolah di akademi Nethilor, Olivia menjadi sangat terkenal dan dipuja sebagai bunga sekolah. Kabar soal aku dan Olivia yang adalah sepasang kekasih juga sudah tersebar luas.
Kami sering menghabiskan waktu bersama walaupun berbeda kelas, dia berada di kelas 1-B sementara aku di kelas 5-E dan tidak pernah berkembang lagi.
Walaupun begitu Olivia tidak meninggalkanku, dan kami masih terus bersama.
Hingga saat liburan musim panas datang, kami sedikit tidak akur dan tidak berinteraksi lagi.
Ketika tiba waktunya sekolah, aku ingin meminta maaf kepada Olivia dan memperbaiki hubungan kami yang retak, tapi Olivia tiba tiba mengatakan kalimat itu....
"Selamat tinggal....."
Dia meninggalkanku begitu saja.
Aku tidak tahu apa yang terjadi tapi dia benar-benar meninggalkanku....
Bersamaan dengan itu rumor tentang diriku yang berselingkuh dengan wanita lain tersebar luas di akademi.
Aku menyangkal rumor itu tapi tidak ada yang mempercayaiku, aku membantahnya namun tidak ada seorangpun yang mendengarkanku.
Olivia bagaikan idola sekolah yang dipuja semua orang sementara aku hanyalah siswa lemah dan tidak berguna, setelah menyebarnya kabar tentangku mengkhianati Olivia, reputasiku di mata orang orang kini telah berubah.
Orang orang yang sebelumnya adalah temanku pergi meninggalkanku, mereka bergabung dengan orang orang yang mengejekku sedari awal.
Aku menemui Olivia untuk meluruskan kesalahan pahaman, tapi Olivia hanya menatapku dengan dingin tanpa sepatah katapun.
Hingga suatu saat..... aku melihat Olivia berjalan dengan seorang laki laki di tengah kota.....
Laki laki itu adalah Issac Ryker, dia adalah salah satu teman masa kecilku dari desa Lumise.
Sangat berbeda denganku, Issac Ryker adalah salah satu siswa berbakat di akademi Victoria, sejak awal memasuki akademi Issac sudah menarik banyak perhatian khususnya dari para gadis.
Dia adalah sosok pria sempurna dan tampan di mata para gadis.
Tapi satu hal yang pasti, aku tahu jika tidak ada lagi tempat untukku di sisi Olivia.....
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
...𝐿𝑖𝑘𝑒, 𝑉𝑜𝑡𝑒, 𝐴𝑛𝑑 𝐶𝑜𝑚𝑚𝑒𝑛𝑡 𝑈𝑛𝑡𝑢𝑘 𝑀𝑒𝑛𝑑𝑢𝑘𝑢𝑛𝑔 𝐴𝑢𝑡𝒉𝑜𝑟 𝐷𝑎𝑙𝑎𝑚 𝐵𝑒𝑟𝑘𝑎𝑟𝑦𝑎...
...~Chp 2 : 1587 kata~...
"Apa yang kalian berdua lakukan disana!? River, Asher duduk di tempat kalian!"
Teriakan seorang guru menyadarkanku dari lamunan akan masa lalu, kurasa aku terlalu tenggelam sampai sampai tidak menyadari jika jam pelajaran berikutnya telah dimulai.
"Tch! lain kali aku tidak akan melepaskanmu...." ancam Asher lalu kembali ke tempat duduknya.
Aku juga bangkit dengan susah payah dan duduk di tempat dudukku untuk mengikuti pelajaran berikutnya.
Sekarang bukan waktunya untuk memikirkan masa lalu, aku harus serius dalam pembelajaran agar nilaiku tidak menurun.
Walaupun aku lemah dalam sihir dan pedang, tapi aku bisa dibilang jenius di dalam pembelajaran lisan seperti sejarah, bahasa, politik dan sebagainya.
Hanya saja kekuatan tempur lebih diutamakan di akademi Nethilor yang membuatku menjadi sasaran bully orang orang.
"Baiklah sekarang buka buku kalian halaman 172 BAB 3, kekuatan dasar dan penerapannya."
Sekarang adalah pembelajaran untuk mengenal sistem kekuatan di dunia ini, bukan praktek melainkan hanya materi.
Guru yang mengajar kami dalam pelajaran ini adalah profesor Watson Vinler, ia adalah seorang pria tua yang memiliki kegilaan dalam ilmu pengetahuan dan teknologi, sebaliknya dia tidak terlalu suka dengan sihir dan pedang.
Jadi bisa dibilang aku dan prof Watson cukup akrab karena kami memiliki banyak kesamaan.
"Ada yang bisa menjelaskan apa perbedaan kekuatan sihir, teknik berpedang, dan seni bela diri?" tanya profesor Watson.
Tapi tidak ada seorangpun yang angkat bicara membuatnya mengerutkan keningnya.
"Tidak ada yang bisa?"
Masih belum ada balasan dari siswa lainnya.
Aku tahu jalan pikiran para anak anak bangsawan itu, mereka beranggapan jika mempelajari materi kekuatan sama sekali tidak berguna bagi mereka.
Mereka lebih mementingkan praktek daripada materi yang mereka anggap tidak berguna, jadi mereka sama sekali tidak serius dalam pembelajaran ini.
"Mengecewakan ... kalian sudah sekolah di akademi ini bertahun tahun tapi masih tidak tahu hal dasar ini...."
Profesor Watson menggeleng kepalanya tanda kecewa.
Dia kemudian mengalihkan pandangannya kepadaku dan berkata,"River, aku yakin kau bisa memberikanku jawaban yang memuaskan..."
"Baik profesor Watson.."
Aku sudah mempelajari ini berkali kali, jadi sangat mudah bagiku. Aku menutup buku materiku dan berdiri dari tempat dudukku.
"Kekuatan dasar ada di dunia ini dibagi menjadi 3 yaitu Magic, Sword Technique dan Martial Art. Magic atau Sihir adalah kekuatan supranatural berwujud elemen dan memerlukan mana untuk menggunakannya. Sword Technique adalah kemampuan berpedang murni tanpa menggunakan mana. Martial Art adalah kemampuan alami manusia dan biasannya dapat digunakan oleh siapapun tanpa memerlukan mana. Bisa dibilang hanya kekuatan Sihir yang wajib menggunakan mana, tapi bukan berarti kekuatan lainnya tidak bisa menggunakan mana."
Aku menjelaskan semua itu dengan lancar dan bisa melihat ekspresi bangga profesor Watson sementara siswa lainnya terlihat kesal.
"Tch! hanya seperti itu aku juga bisa...."
"Aku bertaruh bisa menjelaskan semua itu dengan lebih baik..."
"Memangnya apa hebatnya semua itu?"
Seperti itulah bisik bisik yang terdengar sementara profesor Watson tersenyum bangga kepadaku.
"Bagus River, seperti yang diharapkan dari siswa jenius."
Perkataan profesor Watson pasti memberikan rasa jengkel dan iri hati dari siswa lainnya, tapi kurasa memang itulah tujuannya.
Mereka semua adalah orang orang yang memiliki harga diri tinggi dan tidak terima jika aku dikatakan jauh lebih jenius daripada mereka, jadi dengan ini mungkin mereka akan belajar dengan giat lagi untuk bisa mengalahkanku.
"Bisakah kau menjelaskan tentang penerapan mana dalam teknik berpedang dan seni bela diri juga?" tanya profesor Watson sambil tersenyum.
"Tentu saja bisa." balasku tersenyum.
"Sword Technique yang menggunakan mana biasanya disebut sebagai Sword Magic sedangkan Martial Art yang menggunakan mana biasanya disebut Martial Magic. Nyatanya menggunakan sihir dalam teknik berpedang atau seni bela diri jauh lebih sulit dan beresiko tinggi, jika sihir yang diterapkan tidak terkendali maka sang pengguna akan mengalami cedera parah."
Sekali lagi siswa lainnya merasa sangat kesal karena diriku yang jauh lebih unggul daripada mereka.
Beberapa dari mereka bahkan mulai membuka dan membolak balikan buku pelajaran mereka dengan cepat untuk mencari materi yang dibahas saat ini.
Sementara Asher hanya mendecakan lidahnya kesal.
"Dasar orang-orang bodoh..." gumamnya.
Kurasa Asher tidak sebodoh itu sampai masuk dalam perangkap pembelajaran profesor Watson.
"Baiklah, mari kita masuk di pembahasan utama kita hari ini." kata profesor Watson.
Yang sebelumnya itu hanyalah pemanasan untuk membuat anak anak bangsawan manja itu mau membuka buku mereka dan fokus dalam pembelajaran.
Setelah itu profesor Watson mulai menjelaskan pembelajarannya walaupun sebenarnya aku sudah mempelajari semua materi itu.
Setidaknya aku harus mendapatkan nilai kehadiran yang baik.
"Manusia dapat menggunakan 7 elemen dasar tanpa batasan sama sekali, yaitu api, air, tanah, angin, petir, cahaya, dan kegelapan. Sangat berbeda dengan ras Iblis yang tidak bisa menggunakan elemen cahaya, atau ras Anggel yang tidak bisa menggunakan elemen kegelapan, jadi bisa dibilang manusia adalah ras yang paling unik."
Memang benar jika manusia bisa menguasai semua jenis elemen, akan tetapi mereka juga memiliki batasan tersendiri dalam menguasai elemen itu.
Setiap elemen memiliki lawan sifat mereka sendiri, dan hal itulah yang membuat orang orang kesulitan menguasai semua elemen dengan baik.
Misalnya orang yang hebat dalam elemen cahaya akan kesulitan mempelajari elemen kegelapan, orang yang hebat dalam elemen api akan kesulitan mempelajari elemen air dan begitupun sebaliknya.
Kekuatan penyihir sendiri dibagi menjadi 7 level, semakin tinggi levelnya maka semakin kuat pula kekuatan sihir orang itu.
Saat ini hanya satu penyihir yang diketahui sudah mencapai level 7, yaitu kepala akademi Nethilor Aria Scarlet, selain itu rata rata level penyihir di seluruh benua Lhigor adalah 5 kebawah.
Sama seperti level sihir, level teknik berpedang dan seni bela diri juga terbagi menjadi 7 level. Teknik berpedang dan seni bela diri mempunyai sangat banyak jenis tergantung penggunaannya.
Saat ini pengguna teknik berpedang terkuat adalah Raja Laurence Victoria VII, yaitu berada di level 7 dengan teknik berpedang yang bernama Teknik Berpedang Cahaya Ilahi.
Sementara pengguna seni bela diri terkuat adalah orang yang berasal dari kerajaan tetangga, yaitu kerajaan Mazzarri.
Mengenai elemen elemen sihir yang dijelaskan oleh profesor Watson tadi, itu semua hanyalah elemen dasar yang bisa digunakan oleh semua orang.
Selain elemen dasar itu ada juga Elemen Spesial yang memiliki tingkat kesulitan jauh diatas elemen dasar dan tidak bisa digunakan oleh semua orang.
Elemen spesial sendiri meliputi elemen Es, Racun, Gravitasi, Waktu, Darah, dan masih banyak lagi. Pengguna Elemen Spesial berjumlah sangat sedikit dan hanya dikuasai oleh orang orang jenius saja....
..
..
..
Waktu berlalu dengan cepat dan pelajaran profesor Watson akhirnya selesai dengan baik.
"River, bisa kau bantu aku membawa buku ini ke ruanganku?"
Profesor Watson meminta bantuanku, dan tentu saja aku menerimanya.
Dengan membawa setumpuk buku pelajaran di tanganku, aku berjalan bersebelahan bersama dengan profesor Watson.
"Yang tadi itu sangat bagus River, aku hampir tertawa karena melihat ekspresi anak anak manja itu." kata profesor Watson.
"Itu bukan masalah besar profesor." balasku menggelengkan kepala.
"Kau terlalu merendah River, asal kau tahu kau adalah murid kebanggaanku di akademi ini, kau jauh lebih baik dan pintar dibandingkan dengan anak anak bangsawan manja itu." kata Profesor Watson menepuk pundakku.
Sebenarnya aku juga sangat senang dengan profesor Watson, dia adalah orang paling baik dan ramah yang pernah kutemui selama ini.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
...𝐿𝑖𝑘𝑒, 𝑉𝑜𝑡𝑒, 𝐴𝑛𝑑 𝐶𝑜𝑚𝑚𝑒𝑛𝑡 𝑈𝑛𝑡𝑢𝑘 𝑀𝑒𝑛𝑑𝑢𝑘𝑢𝑛𝑔 𝐴𝑢𝑡𝒉𝑜𝑟 𝐷𝑎𝑙𝑎𝑚 𝐵𝑒𝑟𝑘𝑎𝑟𝑦𝑎...
...~Chp 3 : 1142 kata~...
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!