NovelToon NovelToon

SUAMIMU SIMPANANKU

DIA PRIA

Seorang wanita cantik sedang dimanjakan oleh sosok pria yang selama ini sangat dikaguminya, pria bertubuh tinggi dan memiliki rambut sedikit panjang, senyum serta tutur kata yang manis membuat sosok itu banyak diinginkan oleh wanita cantik.

Cap playboy sudah sangat melekat pada dirinya, hal itu wajar saja karena memang begitulah adanya diri seorang Chiko, sang donjuan yang berstatus sebagai kekasih wanita cantik bernama Aprilia, namun masih saja terus menebar pesona nya kebanyak wanita.

"Terima kasih ya sayang, kamu sudah memberikan semua yang ku inginkan," ucap genit seorang wanita pada Chiko sambil bergelayut manja di lengan berototnya Chiko.

Pria tampan itu tersenyum tipis, "You're welcome beb, selama kamu bisa membuatku senang, apapun akan aku berikan dan itupun kalau aku belum bosan melihatmu," ucap Chiko sambil tersenyum tipis.

Satu cubitan manja mendarat di pipi Chiko dari wanita itu seraya berkata, "Jangan dong, masa kamu bisa bosan denganku, tapi kalau soal membuatmu senang apapun akan aku lakukan," ujarnya, lalu dia membuat wajah Chiko melihatnya dan memberikan \*\*\*\*\*\*\*.

Chiko beranjak dari duduknya seraya berkata, "Aku harus pergi, akan ku hubungi nanti dan kalau kamu mau tinggal disini silahkan, aku sudah booking untuk satu minggu kedepan,"

"Kenapa cepat sekali, apa kamu tidak ingin berlama-lama denganku disini," rayu wanita itu tidak membiarkan Chiko lepas dari genggamannya, pria itu hanya tersenyum melihat wanitanya.

Chiko sebetulnya juga masih enggan untuk pergi dari tempat itu, dia masih ingin menikmati servis dari wanita cantik yang ada di hadapannya itu, namun masih ada tugas penting yang harus dilakukan dan tidak bisa ditinggal.

Setelah beberapa saat Chiko mendorong pelan tubuh ramping wanita itu seraya berkata, "Kita lanjutkan lagi nanti, saat ini ada urusan penting yang harus aku kerjakan," ujar Chiko.

"Emm baiklah kalau begitu, kamu hati-hati dijalan yah, aku akan disini sampai waktu sewa tempat ini habis dan kamu bisa datang kapanpun kamu mau," ucap manis wanita itu, lalu memberikan kecupan selamat tinggal Chiko.

Setelah Chiko pergi, wanita itu berteriak senang sambil merentangkan tangannya, "Kenikmatan dunia memang selalu menghampiriku." Kemudian dia melempar tubuhnya ke atas kasur empuk, dan menikmati minuman yang sudah tersedia di meja.

Keluar dari hotel itu Chiko menjalankan kendaraannya cepat, ditengah perjalanan senyum terlihat di wajah tampan berhidung mancung itu saat melihat nama yang tertera di layar ponsel kala benda pipih itu berbunyi, dia segera menjawab panggilan itu.

"Iya sayang, aku on the way, sabar dong," serunya dibuat genit.

"Apaan sih Chik, yang lain sudah mulai berdatangan dan hampir semuanya sudah hadir, cepatlah," ucap wanita di ujung telepon dengan nada sedikit tinggi.

"Iya sayang, Kalau aku telat kamu handle saja dulu oke." Jawab Chiko santai lalu memutuskan sambungannya, "Dia selalu membuatku tertarik," ucap Chiko sambil tersenyum, kemudian dia melaju lebih kencang agar segera sampai di tujuan.

Sementara setelah mereka memutuskan sambungan teleponnya, wanita itu menggerutu karena Chiko sering kali seperti itu, hal itu yang tidak disukainya di diri Chiko selain masih banyak hal lain lagi.

Dengan menghela nafas kasar dia mulai merubah wajah kesalnya menjadi wajah yang ramah, untuk kemudian menyapa para tamu yang sudah hadir di ruang rapat itu. Sudah kurang dua puluh menit meeting akan segera dimulai, namun batang hidung Chiko masih saja belum terlihat hadir.

Sementara itu orang tua dari Iko baru saja memasuki ruangan dan menyapa para tamu undangan, melihat anaknya belum kelihatan beliau langsung menghampiri wanita yang tidak lain adalah Aprilia.

Aprilia seorang wanita karir yang cukup sukses, berpenampilan cantik, modis dengan tubuh tinggi semampai yang diidam-idamkan oleh banyak pria juga wanita. Selalu bersikap ramah dan humble, yang menjadikan salah satu daya tarik Aprilia yang membuat akhirnya Chiko memutuskan untuk menjadikannya seorang kekasih.

Pria paruh baya itu menghampiri April untuk menanyakan keberadaan anaknya Chiko, setelah menerangkan dimana anaknya saat ini Papah meminta wanita itu untuk menunggu Chiko di luar ruangan meeting.

"Baik Pah," jawab April, kemudian dia melangkah keluar ruangan, baru saja dia berdiri di depan pintu dan menghubungi Chiko, ternyata pria itu sudah kelihatan di ujung koridor sedang berjalan tergesa.

April nampak geram, melihat wajah April yang terlihat marah, pria itu memberikan senyuman termanisnya seraya berkata seperti berbisik, "Biasa aja dong sayang, yu!" Ucapnya sambil mengajak April masuk, sebelum itu dia memberikan kecupan singkat di bibir April.

Wanita itu memberikan cubitan kecil di pinggang Chiko, yang berhasil membuat pria itu menyingkirkan sedikit tubuhnya serta meringis akibat cubitan itu.

Mereka masuk dengan bergandengan tangan dan senyum di wajah, saat mereka datang semua mata tertuju pada pasangan sejoli yang terlihat sempurna itu. Mereka tidak tahu bagaimana mereka menjalani hubungan yang berstatus sebagai kekasih itu.

"Aku belum telat kan Pah, masih ada waktu sepuluh menit lagi," ucap Chiko saat dia menghampiri sang Papah yang berkedudukan paling tinggi di perusahaan itu.

"Emm, kalau sampai kamu telat kamu tahu kan apa yang akan kamu dapatkan," jawab tegas Papah yang memang seperti itu bawaannya dari lahir, tegas dan berparas dingin, tidak seperti anaknya yang selalu riang dan tebar pesona.

Pukul sepuluh tepat meeting dimulai, semua tampak serius dan berusaha keras untuk memahami apa yang diucapkan oleh Chico dan Papanya, sementara itu April mencatat cepat apa yang diucapkan kedua orang penting tersebut. Pukul dua belas siang mereka break untuk makan siang, saat itu dijadikan kesempatan untuk pasangan sejoli itu berbincang sebentar.

"Setelah ini tidak ada tugas lagi kan?"

"Sepertinya untuk kamu tidak ada, kenapa! Kamu mau pergi menemui pria yang sudah beristri itu, come on beb, kan banyak pria yang tertarik sama kamu yang masih single, jangan bermain api dengan yang sudah berstatus, aku gak mau nanti kamu susah dan sedih," ungkap Chiko.

"Sudah lah itu urusanku, yang penting kamu harus menemaniku saat aku terpuruk," pinta April.

"Aku akan selalu ada untuk kamu sayang, terus kapan kita akan pergi liburan, apa kamu tidak kangen sama kekasihmu sendiri?" Ledek Chiko, kemudian meraih dan memberi kecupan singkat di punggung tangan halus Aprilia.

"Apa kamu yakin punya waktu untuk aku, apa cukup waktunya untuk berlibur, bagaimana nanti selir-selir kamu kalau mendengar hal itu," kembali ejekan jawab ejekan dilontarkan Aprilia.

"Selir tetaplah selir, mereka tidak akan lebih tinggi dari seorang ratu," tukas Chiko, "Kamu tetap yang tertinggi di hatiku Pril, jangan pernah ragukan itu," timpalnya bak seorang pujangga.

April tersenyum tipis, "Itu yang aku suka dari kamu, dan aku harap kamu akan tetap berpikiran seperti itu,"

"Dan aku berharap agar kamu segera bisa meninggalkan pria beristri itu, ingat kalian sama-sama wanita, contoh lah aku, meski banyak wanita tapi yang aku pilih yang single," sela Chiko yang hanya dijawab diam oleh April.

Chiko meninggalkan April karena Papah memanggil, tak lama Chiko pergi ponsel April berdering, melihat nama yang tertera di ponselnya, wanita itu langsung menjawab.

"Kamu masih meeting?" Tanya seseorang di ujung telepon.

"Iya, tapi sekarang sedang break dan masih tetap lanjut beberapa jam kedepan,"

"Tapi bisakah malam ini kita ketemu,"

"Kita lihat saja nanti,"

"Kok gitu, bukannya aku sudah buat janji dengan mu sejak dua hari yang lalu, ayolah Pril jangan buat aku tambah merindukan dirimu," rengeknya seperti bayi.

April menahan tawanya, dia sengaja memperlakukan pria itu seperti itu, tarik ulur agar pria tidak cepat bosan. Namun sepertinya pria itu memang sudah sangat terpesona dengan April, hingga dia rela memberikan apapun yang wanita ini mau.

"Aku akan hubungi kamu lagi nanti, mungkin setelah meeting, karena aku meeting dengan Chiko jadi aku takut nanti dia mau ajak aku pergi juga," ungkap April yang membuat pria itu sedikit kesal.

"Pril, aku lebih dulu yang mengajakmu hari ini, kenapa kamu malah pilih dia seandainya dia akan membawa kamu, seharusnya kamu pilih aku, aku tidak suka dengan sikap kamu yang memilih pacar kamu itu," seru pria itu dengan nada sedikit tinggi.

TERBAKAR CEMBURU

"Mas, apa kamu lupa kalau kamu juga akan berlaku sama jika istri kamu meminta, kami akan lebih memilih dia dibanding aku, karena memang dia adalah prioritas kamu, sama halnya dengan apa yang aku lakukan saat ini, Chiko prioritas aku dan kamu juga tahu hal itu."

Pria itu diam mendengar ucapan April, karena apa yang diucapkannya itu benar. Hubungan mereka hanya sebatas happy saja, walaupun dia tidak menyangkal kalau hatinya sudah terpaut terlalu dalam, dia tidak bisa jika melihat atau mendengar April bersama dengan pria lain.

Merasa tidak ada respon lagi dari penelpon itu, April berkata, "Baiklah, aku akan kabari nanti, sementara itu kamu berdoa saja agar Chiko tidak akan mengajakku pergi."

Apri langsung menghentikan pembicaraan mereka, dia menutup teleponnya karena saat ini waktu meeting akan kembali dimulai. Semua orang yang ada diruangan itu kembali ke tempatnya semula, mereka kembali berkutat dengan pekerjaan yang sempat tertunda tadi.

Di lain tempat pria yang tadi menghubungi April menutup ponselnya lalu melempar ke atas sofa yang ada di depannya, terlihat kalau pria itu tampak kesal setelah melakukan obrolan dengan April.

Dia tampak gelisah, tangannya terus bergerak meremas satu sama lain. Mulutnya terlihat bergerak seperti ngedumel sendiri.

"Aku tahu kalau hubungan kita hanya tanpa status, tapi aku tidak rela jika aku yang lebih dulu ingin bersama namun kamu malah lebih memilih dia," geramnya.

Saat dirinya sedang merasa kesal, sang Istri menghubunginya, dia bertanya apa hari ini suaminya itu akan pulang sebelum malam atau tidak. "Sepertinya aku tidak akan pulang malam ini, aku akan bermalam di apartemen, karena besok pukul lima aku harus sudah berangkat ke Surabaya," ungkap Raya pada istrinya.

"Apa kamu tidak sebaiknya kamu pulang dulu Mas, agar kamu bisa bawa pakaian ganti, aku akan persiapkan semuanya,"

"Pekerjaanku menumpuk Ri, lagipula aku juga tidak bermalam disana, pakaian di apartemen juga ada, sudah yah aku harus meeting sepuluh menit lagi," tukas Raya yang kemudian langsung menutup teleponnya

"Akh!" Teriak Raya kesal, "Pokoknya aku harus tunggu dia disana," ucapnya dengan tatapan nanar ke luar jendela kantor. Raya duduk di kursi kerjanya, dia ingin menyelesaikan cepat pekerjaan hari ini, agar dia bisa meluncur ke kantor April serta datang disana sebelum wanita itu keluar dari gedung kantornya.

Pukul empat lewat lima belas menit, Raya sudah merapikan meja kerjanya, kemudian dia bergegas meninggalkan ruang kerjanya, sebelum itu dia minta sang sekretaris agar meletakkan berkas laporan hari ini di mejanya sebelum semua pulang serta mengunci ruangannya saat sekretarisnya itu akan pulang nanti.

Pukul lima meeting yang dilakukan April dan Chiko selesai, mereka saling beramah tamah beberapa menit, membahas tentang masalah meeting tadi. Ternyata karena keasyikan bicara mereka sampai lupa waktu, saat hari terlihat mulai agak gelap mereka baru menyadari hal itu.

"Wah gak kerasa yah Pak, kalau begitu saya pamit," ucap salah satu kolega Chiko dan Papanya.

"Iya Pak, terima kasih atas waktunya dan semoga semua bisa berjalan lancar," jawab Papah Chiko.

Satu persatu mereka pamit, hingga hanya tersisa mereka bertiga, Papah pun pamit setelah dia membahas sedikit masalah meeting tadi. Hanya tinggal April dan Chiko, setelah pintu ditutup pria itu langsung membuat April tersudut di meja meeting yang berukuran cukup luas.

"Apa sih Ko," ucap malas April.

"Aku kangen," sahutnya, lalu dia mendekatkan wajahnya serta cepat menempelkan bibir mereka, ******* pertama diberikan pada April, lalu berlanjut sampai beberapa kali. Setelah itu ponsel April berbunyi dan menghentikan gerakan mereka.

"Siapa?"

"Raya," sahutnya singkat, "Gila nih cowok," seru April lalu tersenyum tipis.

"Kenapa?" "Dia sudah ada di basement nunggu aku keluar gedung.

"Kamu memangnya bilang apa tadi sama dia,"

"Aku bilang kalau aku tidak tahu bisa pergi atau tidak, karena aku meeting sama kamu dan takutnya kamu ajak aku pergi, dan dia tidak senang dengan itu,"

"Kamu itu mempermainkan orang saja, gak bagus tau,"

April mendekat san melingkari tangannya di leher Chiko seraya berkata, "Apa kabar dengan kamu, aku belajar belajar dari kamu kan," guraunya.

"Bukannya terbalik yah," sahut Chiko lalu ******* bibirnya April.

"Ah sudahlah, kita ke bawah bareng,"

"Siapa takut."

Mereka menuju basement bersama, di perjalanan mereka menyusun rencana, Chiko ingin memberikan sedikit rasa marah pada Raya, ternyata apa yang diinginkan Chiko disambut baik oleh April. Dua sejoli itu sekongkol, mereka memang pasangan yang aneh. Aprilia tidak suka dikekang begitu juga dengan Chiko, sebelum mereka sepakat untuk membuat status menjadi kekasih, keduanya membuat membuat kesepakatan yang jarang dilakukan oleh pasangan lain.

Kesepakatan itu keluar dari bibir Chiko, namun dia sangat terkejut karena ternyata April menyetujuinya bahkan dia menambahkan beberapa hal yang kemudian disetujui juga oleh Chiko. Tidak boleh ada tekanan dalam hubungan mereka, semua harus transparan, mereka bebas bercerita tentang apapun dan hal apapun. Jika salah satu diantara mereka menyukai orang lain, yang lainnya membiarkan dengan catatan apapun yang mereka lakukan dengan pasangan itu mereka ceritakan.

Di basement kebetulan tempat parkir Raya berdekatan dengan kendaraan Chiko, itu mereka ketahui karena April menanyakan keberadaannya di basement itu. April mengantar Chiko mobilnya, mereka sengaja berjalan mesra sambil berpegangan tangan juga sesekali Chiko memeluk April dan memberikan kecupan singkat di wajah cantiknya. Hal itu mereka lakukan agar April melihat kemarahan Raya, hal itu sudah mereka rencanakan sebelumnya.

Sepertinya apa yang mereka rencanakan sedikit berhasil, di dalam sebuah mobil Pajero berwarna hitam ada tatapan nanar memandang mereka, tangannya mengepal erat melihat adegan mesra itu. Seketika dia merasakan hawa disekitarnya sedikit panas, darahnya bergejolak ingin keluar dan menghajar pria yang sudah memberikan kehidupan singkat di wajah wanita yang di sukainya itu.

“Sial, kenapa si Chiko seenaknya melakukan itu pada April di tempat umum seperti ini, April juga terlihat sangat senang dengan sentuhan pria itu, menyebalkan! Apa dia sengaja memperlihatkan kemesraannya dengan kekasihnya itu agar aku terbakar cemburu,” geram Raya.

Sebetulnya pria itu tidak ingin melihat mereka, namun apalah daya Pemandangan itu tepat berada di hadapannya. Sehingga mau tidak mau dia melihat apa yang sejoli itu lakukan, dan itu berhasil membuat dirinya terbakar api cemburu. Sampai di sebuah mobil mewah April dan Chiko menghentikan langkah mereka, mereka seolah berpamitan layaknya pasangan yang sedang dimabuk cinta.

Chiko dan April saling berpelukan, lalu mereka berbincang dengan sangat mesra kemudian saling bertautan, hal itu kembali membuat Raya seperti tidak bisa menahan amarahnya. Setelah kendaraan Chiko meluncur meninggalkan April, Raya bergegas keluar dari mobilnya dan berjalan cepat mendekati April.

April terkejut saat dia balik badan ternyata sudah ada Raya di belakangnya,pria itu mendorong tubuh April ke mobilan yang ada di sebelahnya dan, lalu dia menyudutkan tubuh April dan menatapnya tajam. Tidak ada kata yang keluar dari bibir Raya, dia hanya menatap tajam lalu meraih wajahnya April dan memberikan ******* yang sedikit panas. Pria itu melampiaskan kekesalannya pada April, tautan panas dengan emosi didalamnya April rasakan.

April berusaha mengimbangi tautan itu, dia merasa senang karena Raya sangat terbakar api cemburu. Setelah tautan itu Raya lepaskan, wajah April tersenyum seraya berucap, “Sudah puas!”

CUMA KESAL

"Sudah puas!"

Raya tidak menjawab ucapan April, dia langsung menarik tangan April untuk mengikuti langkahnya. Wanita itu sedikit terseok mengikuti langkah Raya yang cepat dan lebar, Raya melangkah dengan emosi yang masih berada di di kepalanya saat ini. Mereka langsung masuk ke mobil, April tidak bertanya kemana mereka akan pergi, Raya tidak mengucapkan apapun saat mereka meluncur, namun April merasa senang melihat sikap Raya yang terbakar cemburu seperti itu.

Ada kepuasan tersendiri melihat pria yang berada di genggamannya saat ini seperti itu, dan melihat wajah Raya dengan tatapan tajam lurus ke depan seperti itu April merasa Geregetan.

Sementara itu Chiko berniat untuk kembali ke apartemen yang disewakan untuk satu minggu, karena disana sudah ada wanita cantik yang menunggunya. Namun baru beberapa menit dia melaju sudah ada yang menghubunginya, salah satu teman Chiko menghubungi agar dia bisa datang merapat ke tempat yang biasa mereka datangi.

"Gimana Ko, bisa kan lo?"

"Acara apa memangnya!"

"Kumpul biasa aja lah bro, udah lama juga kita gak kumpul kan,"

"Baru minggu kemarin Ki, maen cap udah lama aja lo,"

Rizky tertawa mendengar ucapan Chiko, kemudian setelah sepakat Chiko pun langsung meluncur ke tempat yang biasa dia datangnya bersama teman-temannya itu. Satu buah cafe yang sekarang sudah menjadi di klub sudah terlihat, semakin lama tempat itu semakin maju dan ramai pengunjung.

Sampai di tempat itu Chiko sudah disambut oleh seorang wanita cantik, dengan pakaian minim dan ketat dia menyapa Chiko dengan senyum terbaiknya. "Sore, apa anda yang bernama Chiko?" Sapa ramah wanita itu.

"Iya betul, anda …," Chiko tidak melanjutkan ucapannya, yang kemudian dijawab cepat oleh wanita itu.

"Saya akan mengantar Anda bertemu teman anda yang lain, silahkan ikuti saya," ujarnya, tanpa menunggu jawaban Chiko wanita itu langsung berjalan dan Chiko mengikutinya.

Sampai di sebuah ruangan wanita itu berhenti, dia mempersilahkan Chiko untuk masuk yang kemudian diikuti oleh wanita itu. Saat pintu terbuka terdengar suara musik yang keras menghentak, dia melihat teman-temannya sudah ada di tempat itu dengan ditemani beberapa orang wanita.

"Hai Bro," tegur Riki saat dia melihat Chiko datang.

"Hai," sahutnya singkat sambil melambaikan tangan dan terus melangkah. Sampai di tempat itu mereka saling tegur sapa dan berbincang ringan.

"Gila yah, makin oke aja nih tempat, perasaan minggu kemarin masih biasa aja" ujar Chiko.

"Iya, lo tau gak, sekarang ada tempat karaoke nya juga di atas, sama tempat untuk bermalam di gedung sebelah yang dibuat menyatu," ungkap Galang.

"Tau aja lo Lang," seru Heri.

"Tau lah, pas tadi gua pesan ini semua. Nah, karena masih baru dia ada promo nih, lo pada mau gak?"

Mereka menjadi riuh, Galang menceritakan fasilitas apa saja yang ada di tempat itu sekarang, dengan sangat antusia dia bercerita membuat Chiko dan yang lain menanggapinya menggebu-gebu.

April masih dalam perjalanan, Raya menghentikan kendaraannya di sebuah rumah makan, setelah masuk ke halaman rumah makan itu dan mematikan mesin kendaraan nya, Raya baru berbicara.

"Kamu belum makan kan! Kita isi perut dulu, aku juga lapar," tukasnya masih dengan wajah sedikit kesal, lalu langsung buka pintu dan keluar.

April hanya sedikit tersenyum mendapati Raya yang bersikap seperti itu, dia kemudian keluar dan langsung menggandeng tangan Raya yang sudah menunggunya di samping mobil.

Setelah itu mereka jalan bersama, sampai didalam April langsung mencari tempat yang nyaman dan Raya langsung memesan makanan yang dia sudah sangat hafal apa yang disukai oleh April.

Sambil menunggu pesanan mereka datang, April buka suara, dia merasa tidak nyaman juga dengan suasana seperti itu.

"Kamu masih marah?"

Raya menghembuskan nafas panjang dan menyandarkan tubuhnya di kursi, dia melipat kedua tangannya dan melihat kearah April, "Gak marah sih, aku hanya kesal, dan saat ini aku masih mencoba untuk berdamai dengan diriku sendiri," ungkapnya.

April tersenyum, "Maafkan aku, aku juga harus punya pria lain untuk aku jadikan sandaran aku yang bisa aku miliki sepenuhnya, kamu tau kan itu," ucap April dengan tatapan teduhnya.

Raya bergerak mendekat, dia memegang dan mengepal telapak tangan April seraya berkata, "Aku tau, tapi bagaimanapun aku juga gak bisa lihat kamu sama dia, apalagi aku melihatnya menyentuh akmu seperti itu, kenapa kalian bisa mesra seperti itu!"

"Karena kami sepasang kekasih, kamu juga seperti itu dengan istrimu kan! Aku menciba memahami itu karena kalian sudah saling mengikat janji,"

"Aku bosan dengan bahasan kita yang seperti ini, jadi biarkan untuk sementara aku begini," ucapnya.

April tersenyum sambil mengusap tangannya Raya, dia tau bagaimana perasaan pria yang ada di depannya itu saat ini. Pesanan mereka sudah sampai, mereka melanjutkan obrolan ringan sambil menyantap makanan mereka.

Sementara itu ditempat yang berbeda Chiko dan teman-teman masih sedikit rusuh setelah mendengar Galang menceritakn fasilitas yang ada disini.

"Fix ini bakal gua jadiin basecamp, setuju gak?"

"Boleh lah, ada potongan lumayan juga kalau kita jadi member disini,"

"Ya udah, langsung urus aja, sekalian kita ke ruang karaoke,"

Galang bergerak cepat, dia beranjak dari duduknya dan pergi keluar ruangan untuk booking tempat karaoke, setelah semua administrasi beres diapun kembali.

"Yuk kita pindah," ajak Galang saat dia kembali.

“Emangnya sudah beres semua?”

“Sudah lah pake duit gua dulu tadi, kalau lo gak pada ganti, sisa buat satu minggu doang duit gua makan, pokoknya gantiin yah,”

“Ngenesnya, gampang sih tinggal kasbon,”

“Kita berangkat kalau yang disini udah habis.” tukas Chiko.

Setengah jam berlalu setelah mereka membuat kerusuhan di klub itu, empat sekawan lanjutkan kesenangan mereka malam ini menuju ruang nyanyi. Mereka berjalan santai sambil bersenda gurau dengan perbincangan yang ngalor ngidul, sesampainya mereka di tempat itu semua tampak takjub dengan ruangan tersebut. Ternyata ruangan itu jauh lebih bagus dari bayangan mereka, dan mereka pun merasa senang akan hal tersebut.

Tembang-tembang lawas tahun dua ribuan mereka nyanyikan, bernostalgia saat mereka masih beranjak remaja dan hal itu membuat mereka sangat senang, mereka bisa melampiaskan kan semua rasa sambil bernyanyi. Karena rasa senang mereka sampai lupa kalau sudah satu jam berlalu, empat pria dewasa itu terkejut saat pintu terbuka dan satu-persatu masuk wanita bertubuh seksi serta berwajah cukup cantik, pakaian mereka pun cukup seksi dan terbuka, membuat mata empat pria itu tidak berkedip memandang mereka yang semakin mendekat.

Saat empat wanita seksi itu mendekat, para pria saling menyenggol satu sama lain, entah apa yang ada didalam pikiran mereka. Tanpa berebut, satu persatu para pria maju dan memilih wanita yang diinginkan oleh mereka, untuk menemani mereka bernyanyi malam itu. Suasana semakin ramai karena para wanita itu selain mempunyai tubuh indah, mereka juga memiliki suara yang mumpuni, mereka menyanyikan beberapa lagu dengan genre yang berbeda.

“Apa ada yang bisa menyanyikan lagu dangdut, biar lebih enak goyangnya kita,” celetuk Heri.

“Kita semua bisa kok, tinggal pilih saja lagunya yang mana,” jawab salah satu wanita itu yang sedang menemani Galang.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!